PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang baru lahir dan merupakan satu –
satunya makanan sehat yang diperlukan bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Namun
demikian tidak semua ibu dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. ASI eksklusif adalah ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau
menggantikan dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes
RI, 2018).
Bayi yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif memiliki kemungkinan 14 kali lebih
kecil untuk meninggal dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui. Pemberian ASI yang optimal
sangat penting sehingga dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak dibawah usia 5 tahun
setiap tahunnya. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019 sekitar 41% bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan WHO menargetkan setidaknya 50% bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2025 (WHO, 2019).
Kementerian Kesehatan menargetkan peningkatan target pemberian ASI Ekslusif hingga
80%. Namun pemberian ASI Ekslusif di Indonesia pada kenyataannya masih rendah hanya 74,5%
(Balitbangkes, 2019). Data Profil Kesehatan Indonesia, cakupan bayi yang mendapatkan ASI
Ekslusif tahun 2018 sebesar 68,74 % (Kemenkes, 2019)
Di provinsi Jawa Barat, pada tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-
6 bulan adalah sebesar 37,29%, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bogor
sebesar 45,5%, namun angka tersebut masih terbilang rendah (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2019).
Keberhasilan pemberian ASI Ekslusif ini sangat dipengaruhi oleh kelancaran produksi ASI
sejak awal masa menyusui. Produksi ASI yang belum lancar pada awal masa menyusui ini
merupakan salah satu masalah yang berperan penting dalam mempengaruhi ibu-ibu menyusui untuk
memberikan susu formula pada bayi sejak dini. Hasil Riskesdas tahun 2018 yang mengungkap
bahwa alasan utama bayi tidak pernah disusui karena ASI tidak keluar ataupun tidak lancar pada
awal masa menyusui (65,7%), bayi usia 0-5 bulan (33,3%) telah diberikan makanan prelakteal
dengan jenis makanan terbanyak (84,5%) yaitu susu formula.
Dampak tidak lancarnya pengeluaran dan produksi ASI bisa menimbulkan masalah baik pada
ibu maupun bayi diantaranya payudara bengkak (engoargement), mastitis, abses payudara,
saluran susu tersumbat, sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus (Marmi,
2015). Ibu yang tidak menyusui akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang bayi karena
bayi tidak mendapatkan nutrisi dari ASI sehingga angka kesakitan bayi juga akan semakin
meningkat (Rahayu, 2018).
Penyebab belum tercapainya pemberian ASI ekslusif di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah tidak lancar produksi ASI pada hari - hari pertama setelah melahirkan
yang disebabkan kurangnya rangsangan hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan dalam
kelancaran produksi ASI sehingga dibutuhkan upaya tindakan alternatif atau penatalaksanaan
berupa pijat oksitosin, karena pijat oksitosin sangat efektif membantu merangsang pengeluaran ASI
(Pilaria dan Sopiatun, 2017).
Berbagai alternatif dapat dilakukan untuk meningkatkan pengeluaran ASI pada ibu setelah
melahirkan serta untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin selain dengan memeras ASI,
dapat juga dilakukan dengan melakukan perawatan payudara, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), nutrisi,
pijatan-pijatan seperti metode pijat woolwich, pijat oksitosin, teknik marmet dan lain-lain (Yuliati,
2017).
Menurut penelitian yang dilakukan Pamuji (2014) dengan judul “pengaruh kombinasi metode
pijat woolwich dan endorphine terhadap kadar hormon prolaktin dan volume ASI” menyatakan
bahwa hasil pijat woolwich dapat menstimulus pengeluaran ASI dengan hasil volume ASI pada
kelompok pra dan pasca tindakan terdapat perbedaan dengan pvalue 0,005. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah metode pijat oksitosin yaitu suatu tindakan pemijatan yang memberikan sensasi
rilek dan memberikan rasa nyaman pada ibu setelah melahirkan yang dilakukan pada daerah
punggung yang merangsang prolaktin dan oksitosin untuk pengeluaran ASI (Susanto, 2018). Hasil
penelitian yang mendukung pijat oksitosin dapat menstimulus pengeluaran ASI adalah penelitian
yang dilakukan Rahayu dan Yunarsih (2018) dalam jurnalnya yang menyebutkan bahwa ada
perbedaan peningkatan produksi ASI yang signifikan setelah dilakukan pijat oksitosin dengan hasil
nilai p = 0,013.
Dari berbagai penelitian tentang pijat woolwich dan pijat oksitosin yang terbukti dapat
menstimulus pengeluaran ASI dan dapat meningkatkan rasa nyaman pada ibu setelah persalinan,
namun masih dibutuhkan review atau pembahasan mendalam mengenai jurnal dan literatur yang
meneliti tentang pengaruh pijat woolwich dan pijatan oksitosin dalam peningkatkan produksi ASI
pada ibu nifas. Oleh karena, itu Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Perbedaan pijat woolwich dan pijat oksitosin terhadap kelancaran pengeluaran
ASI pada ibu nifas hari ke 1-3 di PMB Suraily Kab. Bogor”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan desain yang digunakan adalah “Quasi
Eksperimental Two Group Post Test Design” yakni rancangan eksperimen yang dilakukan pada dua
kelompok berbeda yang mendapatkan metode pijat yang berbeda.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan pijat woolwich dan pijat oksitosin terhadap
kelancaran ASI pada ibu nifas hari ke 1- 3 di PMB Suraily, Am.keb. Sebagai kelompok intervensi
pijat woolwich dan kelompok intervensi pijat oksitosin.
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2018: 115). Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu nifas hari ke 1-3. Jumlah ibu nifas berdasarkan HPL pada Januari - Maret 2022 di PMB Suraily
Tajur Halang Kab. Bogor sejumlah 33 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas normal
yang bersalin di PMB Suraily sebanyak 34 orang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 17
responden untuk masing-masing kelompok.
Didalam penelitian ini analisa bivariate digunakan untuk menganalisis perbedaan pengaruh
pijat woolwich dan pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada Ibu nifas hai ke 1-3. Untuk
mengetahui perbedaan pengaruh antara pijat woolwich dan pijat oksitosin menggunakan uji
independent t-test dilihat nilai p value dari dua kelompok. Jika nilai p < 0,05 maka terdapat
perbedaan yang signifikan, namun jika nilai p > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan.
Apabila ketentuan paired t-test dan independent t-test diatas tidak memenuhi syarat, maka harus
diganti dengan uji Mann-whitney U test.
Analisis Univariat
Tabel 1
Rata-Rata kelancaran ASI setelah diberikan terapi pijat woolwich dan pijat oksitosin pada ibu nifas hari ke 1-3
di PMB Suraily Tahun 2022
Perbedaan Pengaruh Pijat Woolwich dan Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Hari Ke 1-3 di PMB Suraily Kab. Bogor
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 144
Nurul Ma’rifah; Ita Herawati
Kelancaran ASI
Kelompok N Mean Min Max SD
Pijat Woolwich 17 11.41 10 13 1.228
Pijat Oksitosin 17 12.65 10 15 1.455
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kelancaran ASI setelah diberikan
terapi pijat woolwich peroleh nilai sebesar 11,41(SD=1,228) dan rata-rata kelancaran ASI pada pijat
oksitosin diperoleh nilai sebesar 12,65(SD=1,455).
Analisis Bivariat
Tabel 2
Perbedaan Pengaruh Pijat Woolwich Dan Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Hari Ke 1-3
Di PMB Suraily Tahun 2022
Berdasarkan table 5.6 dapat dilihat bahwa hasil uji statistic Mann whitney didapatkan nilai p =
0,015 (p < 0.05). Karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai ɑ 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan pengaruh pijat woolwich dan pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu
nifas di PMB Suraily Kab. Bogor .
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi refleks oksitosin yaitu pikiran, perasaan dan
emosi ibu. Pengeluaran oksitosin dapat terhambat atau meningkat oleh perasaan ibu. Hormon
oksitosin akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau
berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk
dihisap oleh bayi. Jika ibu memiliki pikiran, perasaan dan emosi yang kuat, maka kemungkinan
akan menekan refleks oksitosin dalam menghambat dan menurunkan produksi ASI (Latifah &
Wahid, 2015). Hal tersebut tidak terjadi karena ketika selesai diberi pemijatan ibu mengatakan
tubuhnya menjadi rileks dan rasa nyaman ketika memberikan ASI kepada bayinya.
Perbedaan Pengaruh Pijat Woolwich dan Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Hari Ke 1-3 di PMB Suraily Kab. Bogor
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 146
Nurul Ma’rifah; Ita Herawati
3. Terdapat perbedaan kelancaran ASI antara ibu nifas yang dilakukan pijat woolwich dan pijat
oksitosin. Didapatkan nilai p (0,015) < α (0,05). Maka, Ada perbedaan pijat woolwich dan
pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di PMB Suraily Kab. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Y. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas. Jurnal
Keperawatan, 12.
Balitbangkes. (2019). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. https://doi.org/ISBN 978-602-373-116-
3
Dinkes Provinsi Jawa Barat. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019. Jawa
Barat: Dinkes Jawa Barat
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
http://www.kemenkesri.go.id/profil_kesehatan_indonesia_2019.pdf. diakses tanggal 14 Juli
2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Latifah, L (2015). Perbandingan Breast Care Dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Inu
Postpartum Normal.
Notoatmodjo, S. 2018. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Pamuji., Supriyana., & Rahayu. (2014) Pengaruh Kombinasi Metode Pijat Woolwich dan
Endorphine Terhadap Kadar Hormon Prolaktin dan Volume ASI (Studi Pada Ibu
Postpartum Di Griya Hamil Sehat Mejasem Kabupaten Tegal). 5(1). BHAMADA, JITK.
Pilaria, Ema., & Sopiatun. 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Perejuk Kota Mataram Tahun 2017. Jurnal
Kedokteran Yasri 26 (1) : 027 – 033 (2018). duate Thesis (Vol. 2, Issue 1).
Rahayu, D. (2018). Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI
IbuPostpartum.NersCommunity,09(1),8–14.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/628
World Health Organization (WHO). 2019. The World Health Organization's Infant Feeding
Recommendation.
Yulianti, ND. (2017). The Impact Of Combination Of Rolling And Oketani Massage On Prolacting
Level and Breast Milk. Jakarta.