Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan proses fisiologis memberikan nutrisi pada bayi

secara optimal dan salah satu langkah pertama bagi manusia untuk

mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera. (Nurjaya et al., 2022,h.1).

Menyusui memberikan manfaat bagi kesehatan dan psikologis ibu, baik

jangka pendek maupun panjang.Akan tetapi, sebagian besar ibu tidak

mengetahui manfaat menyusui bagi diri sendiri sehingga mereka kurang

menikmati menyusui dan terpaksa menyusui atau memberikan ASI hanya

agar bayi mereka sehat.(Monika, 2016,h.8)

Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka

ibu yang pernah menyusui anak Indonesia sudah tinggi, yaitu 90%, namun

yang memberikan secara eksklusif selama 6 bulan masih rendah sebesar 20%.

Pemberian ASI direkomendasikan sampai dua tahun atau lebih. Alasan ASI

tetap diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, karena 65% kebutuhan energi

seorang bayi pada umur 6-8 bulan masih terpenuhi dari ASI. Pada umur 9-12

bulan sekitar 50% kebutuhannya dari ASI dan umur 1-2 tahun hanya sekitar

20% dari ASI. (Kemenkes RI, 2022)

ASI merupakan gizi yang sangat penting dalam mengurangi morbiditas

dan mortalitas bayi benar-benar sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi.

Penelitian yang dilakukan oleh Suudi et al (2019,h.28) menyatakan bahwa


pemberian ASI berpengaruh positif menurunkan kejadian sakit pada bayi 0-6

bulan. ASI yang diberikan tidak eksklusif menjadikan bayi 0-6 bulan lebih

berisiko untuk terkena sakit, terutama penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang

diderita meliputi diare, ISPA, dan pneumonia. Terlihat bahwa prevalensi bayi

0-6 bulan yang pernah memiliki riwayat sakit satu atau lebih jenis penyakit

infeksi dalam satu bulan terakhir sebesar 18,24%.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian ibu

yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah

pada anaknya saja. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat

dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal) sampai pada masa pasca

persalinan. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena masalah khusus.

Beberapa kasus yang sering ditemui pada ibu menyusui yaitu masih

banyaknya keluhan mengenai kelancaran ASI tidak dapat maksimal di seribu

hari pertama kehidupan bayi dan juga mengatakan bahwa ASI kurang

(sindrom ASI kurang) sehingga memberikan makanan pendamping ASI

sebelum usia 6 bulan (Mintaningtyas & Isnaini, 2022,h.2).

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan

dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormone prolaktin dan

okstitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi

ASI.(Setyaningrum & Widyawati, 2021,h.3). Banyak upaya yang telah

diusulkan untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum seperti

teknik relaksasi, dukungan psikologis dan terapi titik tuina. Beberapa teknik
pijat efektif dalam meningkatkan produksi ASI, termasuk pijat oketani, pijat

oksitosin, pijat punggung, pijat aromaterapi, pijat tuina dan pijat titik

akupuntur. Berbagai gaya pijat dieksplorasi dalam hal bagaimana gaya yang

berbeda efektif dalam meningkatkan produksi susu, bagaiana melakukan

teknik pijat yang berbeda, besarnya hasil perawatan dan efisiensi.(Retnosari

et al., 2022,h.66)

Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan

ketidaklancaran prosuksi ASI adalah pijat oksitosin. Pijat oksitosin bisa

dibantu pijat oleh nenek atau ayah bayi (suami). Pijat oksitosin ini dilakukan

untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Pijat oksitosin

adalah tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu menyusui yang berupa

backmassage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon

oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan memberikan

kenyamanan pada bayi yang disusui (Rahayuningsih, 2020, p. 45). Pada ibu

menyusui dengan kondisi psikologis yang tidak nyaman atau stress maka

akan terjadi hambatan dari reflek let down sehingga akan menurunkan

produksi oksitosin yang berakibat terhambatnya pengeluaran asi. Ibu dalan

kondisi stress akan meningkatkan produksi hormon adrenalin yang

menyebabkan vaasokontriksi pada pembuluh darah alveoli, sehingga

oksitosin yang mencapai miopitel kelenjar mamae hanya sedikit. Untuk

mengurangi rasa tidak nyaman pada ibu maka dilakukan pijat oksitosin

(Lubis & Angraeni, 2021,h.36-37).


Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat

oksitosin pada ibu nifas terhadap kelancaran ASI di Pukesmas Caile

Kabupaten Bulukumba dengan p value 0,003< 0,05 (Triananinsi, 2019). Hasil

penelitian lain juga menunjukkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap

pengeluaran ASI pada ibu postpartum di Bidan Praktek Mandiri Agustina

Kabupaten Batubara tahun 2022 dengan p value 0,002<0,05 (Samosir &

Damanik, 2022). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Delima et al., 2016,h.290) menunjukkan hasil uji statistik p-value sebesar

0.000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi

ASI, karena ada perbedaan yang signifikan antara produksi ASI sebelum dan

sesudah perlakuan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Windusari pada tanggal 12-15 Oktober 2022 melalui wawancara

dengan 10 ibu postpartum didapatkan 6 dari 10 ibu mengatakan telah

memberikan susu formula kepada bayinya dikarenakan ibu merasa produksi

ASI nya tidak cukup, sedangkan 4 ibu postpartum lainnya mengatakan tetap

memberikan ASI secara eksklusif. Metode yang selama ini digunakan oleh

ibu post partum dalam meningkatkan ASI yaitu dengan meminum jamu dan

mengkonsumsi sayuran hijau, salah satunya yaitu sayur daun katuk dan daun

kelor.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum

”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka

ibu yang pernah menyusui anak Indonesia sudah tinggi, yaitu 90%, namun

yang memberikan secara eksklusif selama 6 bulan masih rendah sebesar 20%.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Windusari pada tanggal 12-15 Oktober 2022 melalui wawancara dengan 10

ibu postpartum didapatkan 6 dari 10 ibu mengatakan telah memberikan susu

formula kepada bayinya dikarenakan ibu merasa produksi ASI nya tidak

cukup, sedangkan 4 ibu postpartum lainnya mengatakan tetap memberikan

ASI secara eksklusif.

Pijat yang dilakukan dibagian punggung dapat merangsang pengeluaran

hormon endorphin, hormon ini berfungsi untuk memberikan rasa santai dan

menimbulkan ketenangan sehingga pemijatan dapat menurunkan ketegangan

otot. Pada bagian punggung sering sekali terjadi ketegangan otot, tetapi

dengan dilakukannya pijat oksitosin maka akan memberikan kenyamanan

pada daerah punggung dan meningkatkan produksi ASI

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut. Apakah adakah pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi

ASI ibu postpartum?


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat

oksitosin terhadap produksi ASI ibu postpartum

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan produksi ASI sebelum diberikan pijat oksitosin

b. Mendeskripsikan produksi ASI sesudah diberikan pijat oksitosin

c. Menganalisa pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu

postpartum

D. Manfaat

1. Bagi Prodi Kebidanan Magelang

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literatur bagi

mahasiswa dan dapat dijadikan perbandingan jika dilakukan kembali

penelitian yang serupa

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman baru mengenai pijat oksitosin terhadap kelancaran

pengeluaran ASI ibu postpartum serta sebagai bahan pertimbangan ketika

melanjutkan penelitian dengan mencoba variabel bebas yang berbeda.


3. Bagi Ibu Nifas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terutama bagi

ibu nifas bahwa pijat oksitosin menjadi salah satu metode efektif dalam

produksi ASI.

4. Bagi Fasilitas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan intervensi

bagi ibu nifas sebagai upaya untuk memberikan asuhan kebidanan yang

mengalami masalah produksi ASI.

E. Ruang Lingkup

1. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pijat oksitosin. Variabel

dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu produksi ASI.

2. Sasaran

Subyek penelitian ini adalah ibu nifas hari ke 3 sampai hari ke 7.

3. Tempat

Tempat yang akan digunakan untuk melakukan penelitian adalah Wilayah

Kerja Puskesmas Windusari

4. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2023


F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul & Variabel Metode Penelitian Hasil


Peneliti Penelitian
1 Pijat Oketani Variabel bebas Penelitian ini Pijat oketani untuk
Untuk yaitu pijat menggunakan jenis mengurangi bendungan
Mengurangi oketani penelitian literature air susu ibu aman
Nyeri Variable terikat review digunakan pada ibu
Bendungan Air yaitu nyeri menyusui, bidan dapat
Susu Ibu bendungan ASI memfasilitasi dan
(Nurhikmah et membimbing ibu dalam
al., 2019) melakukan pijat
tersebut baik di rumah
maupun fasilitas
kesehatan, hal ini
diharapkan dapat
meningkatkan jumlah
pemberian ASI
eksklusif

2 Pengaruh Pijat Variabel bebas Jenis penelitian ini


Kelancaran ASI
Oketani yaitu pijat quasi experiment
sebelum dan sesudah
Terhadap oketani dengan rancangan
pijat oketani pada ibu
Kelancaran Variable terikat One Groups Pretest-nifas adalah 10,3 dan
ASI Dan yaitu kelancaran Posttest Design 12,5, hasil uji t
Tingkat ASI dan dependen menunjukkan
Kecemasan Kecemasan ibu ada perbedaan
Pada Ibu Nifas nifas kelancaran sebelum dan
(Romlah & sesudah dilakukan pijat
Rahmi, 2019) oketani pada ibu nifas
(p=0,016). mean tingkat
kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan pijat
oketani pada ibu nifas
adalah 35,11 dan 13,33.
Hasil uji t dependen
menunjukkan ada
perbedaan tingkat
kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan pijat
oketani pada ibu nifas
(p=0,006)
3 Pengaruh Variabel bebas Metode penelitian ini ada pengaruh pijat
Terapi Pijat yaitu pijat adalah eksperimental oksitosin pada ibu nifas
Oksitosin oksitosin yaitu suatu prosedur terhadap kelancaran
Terhadap Variable terikat yang dilakukan ASI di Pukesmas Caile
Kelancaran yaitu kelancaran dengan memberikan Kabupaten Bulukumba
Asi Pada Ibu ASI perlakuan/intervensi (p value 0,003)
Nifas Di pada subjek
Puskesmas penelitian, rancangan
Caile yang digunakan
Kaupaten adalah posttest only
Bulukumba control design
(Triananinsi,
2019)
4 Efek Metode Variabel bebas Jenis penelitian ini Hasil penelitian
“OSINS” yaitu pijat quasi experiment memperlihatkan bahwa
(Pijat Oketani, oketani,oksitosi dengan rancangan Metode “Osins” (Pijat
Oksitosin Dan n dan sugestif One Groups Pretest- Oketani, Oksitosin Dan
Sugestif) Variabel terikat Posttest Design Sugestif) berpengaruh
Terhadap yaitu produksi nyata terhadap produksi
Produksi Asi ASI ASI (p = 0.021 ; p <
Pada Ibu Nifas 0.05). Adapun nilai
Di Bidan rata-rata Produksi ASI
Praktik pada perlakuan dengan
Mandiri metode “Osins” (Pijat
Wilayah Oketani, Oksitosin Dan
Kecamatan Sugestif) adalah 9,29
Medan sedangkan nilai rata-
Tuntungan rata untuk perlakuan
Kelurahan kontrol adalah 6,07.
Mangga
(Sembiring,
2019)

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen, dengan

desain penelitian pretest-postest design group. Variabel bebas pada

penelitian ini yaitu pijat oksitosin, sedangkan variabel terikatnya yaitu

kelancaran pengeluaran ASI ibu postpartum. Populasi dalam penelitian ini

yaitu ibu postpartum 3 hari - 7 hari yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Windusari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu postpartum di

Puskesmas Windusari.
1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian pertama yaitu variabel

bebas dan jenis penelitian, sedangkan persamaan penelitian ini dengan

penelitian pertama terletak pada variable terikat

2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian kedua adalah variabel

bebas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kedua yaitu variabel

terikat

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ketiga adalah tempat

penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian ketiga yaitu

varaibel bebas dan rancangan penelitian

4. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian keempat yaitu variabel

bebas, Persamaan penelitian ini dengan penelitian keempat yaitu

variabel terikat dan rancangan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai