Anda di halaman 1dari 10

LITERATUR REVIEW PENUNJANG

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

OLEH :

NAMA : NANIK EKA PURNAWATI


NIM : 193223131

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
LITERATUR REVIEW PENUNJANG
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

A. Pengertian Keperawatan Komplementer


Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif atau
komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi
yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan
oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi CAM
yang disepakati adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistim,
modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori dan kepercayaan. Termasuk
didalamnya latihan atau usaha untuk menyembuhkan diri sendiri. CAM digunakan untuk
mencegah dan menyembuhkan penyakit atau juga untuk meningkatkan taraf kesehatan.
Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan komplementer.Terapi
alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional. Sementara komplementer berarti
pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi
alternatif (alternative therapies) meliputi intervensi yang sama dengan terapi
komplementer, tetapi sering kali menjadi pengobatan primer yang mengganti pelayanan
medis alopatik. Kedua terapi alternatif dan komplementer bervariasi derajatnya di mana
mereka cocok dengan pengobatan alopatik.
JURNAL KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA MASA NIFAS

1. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah suatu periode dalam berminggu-minggu pertama setelah
persalinan.Lamanya periode ini tidak pasti,sebagian besar menganggap antara 4-6
minggu.Walaupun merupakan masa yang relative tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan,nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis (Cunninghum dkk ,2014).
Perawatan pada masa nifas antara lain mobilisasi, diet, miksi, deefikasi, perawatan
payudara, laktasi, pemeriksaan post partum, nasihat untuk ibu post natal. Salah satu
bentuk mobilisasi setelah bersalin adalah perawatan payudara. Perawatan payudara sangat
penting untuk merangsang pemulihan otot-otot Rahim berkontraksi. Perawatan payudara
pada masa nifas adalah suatu kebutuhan bagi ibu yang baru saja melahirkan
(Maritalia,2012).
Menurut laporan UNICEP (Unaitid Nation Children Fund) tahun 2011 dalam Word
Breastfeeding Week (2012), sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan diseluru dunia dan
haya 32,6% dari mereka yang medapat ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan pertama. Hal
tersebut menggambarkan cukup pemberian ASI eksklusif dibawah 80% dan masih
sedikitnya ibu yang memberikan ASI eksklusifpada bayi. Berdasarkan data fropil
kesehatan Indonesia tahun 2014, jumblah bayi di Indonesia 0-6 bulan adalah 2.000.200
bayi sedangkan yang mendapatkan ASI eksklusif haya 1.046.173 atau 52%. Berdasarkan
hasil Riskerdes (2012), cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesian sebesar 54,3%
dimana presentase tertinggi terdapat di Propinsi NTB sebesar 79,7% dan terrendah di
Propinsi Maluku sebesar 25,2%.
Perawatan payudara saat nifas dapat meningkatkan produksi ASI dengan merangsang
kelemjar air susu sehingga dapat berdampak pada bayi. Pada masa nifas jika pengeluaran
dan produksi ASI tidak lancer akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun bayi
diantaranya payudara bengkak (engorgement), mastistis, absen payudara, saluran susu
tersumbat, sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus (Miarmi,2012). Sesuai
dengan fenomena yang ada berdasarkan hasil pengamatan peneliti, masyarakat yang ada
khususnya budaya jawa masih bayak yang dijumpai para ibu melakukan perawatan nifas
berdasarkan budaya dan tradisi termasuk dalam hal menyusui, namun ada sebagian ibu
mungkin saja terjadi kesilitan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu terpengaruh
mitos sehingga ibu tidak yakin memberikan ASI pada bayinya. Perasaan ibu yang tidak
yakin untuk memberikan ASI pada bayinya akan menyebabkan penurunan hormone
oksistosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan akhirnya ibu
memutuskan untuk memberikan susu formula.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mtrangsang hormone prolactin dan
okstitosin pada ibu setelah melahirkan adalah pijat oksitosin. Hal ini sesuai dengan
anjuran dari pemerintah untuk pemanfaatan alam sekitar atau “Back to Nature”
budayapijat masa nifas sudah kental bagi ibu ibu masa nifas khususnya pada masyarakat
jawa. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin ayau refleks let
down. Pijat oksitosin adalah suatu cara pemijatan yang dilakukan pada ibu nifas untuk
meningkatkan produksi hormone oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan dengan memijat
titik-titik tertentu dipunggung ibu. Pijat ini sangat bermanfaat untuk ibu nifas terutama
untuk meningkatkan kontraksi uterus saat nifas sehingga membantu proses involusi uterus
dan memperlancar pengeluaran ASI ibu.

2. MERUMUSKAN PICO
Strategi pencarian jurnalpenelitian adalah menggunakan jurnal penelitianberbahasa
inggris dan bahasa Indonesia yang sesuai dengan topik yang di gunakan dengan
menggunakan data base yang mudah diakses dan diakui kwalitasnya yaitu Google
Scholar dan Jurnal Keperawatan Indonesia. Jurnal ini dibatasi dari batas tahun maksimal
6 tahun. Penentuan pertanyaan kritis dan keyword menggunakan tehnik PICO framework
keyword yang dipakai adalah pijat oksitosin, ASI ekslusif dan masa nifas. Selama
pencarian. Jurnal yang didapat mencapai puluhan jurnal. Bayak jurnal yang muncul
disebabkan karena jurnal tentang masa nifas sangat banyak. Setelah dilakukan pemilahan
didapat 3 jurnal yang mendekati topik yang dibahas. Selanjutnya jurnal dipilih kembali
berdasarkan kreteria inklusi berdasarkan PICO framework (P: semua ibu nifas, I:
dilakukan tindakan pijat oksitosin, O: kelancaran produksi ASI, T: dari tahun 2012
sampai dengan 2017).

3. RIVIU JURNAL
Jurnal I Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Menyusui
a. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pijat oksitensin terhadap produksi ASI Ibu
menyusui.
b. Metode penelitian
Desain yang digunakan quasi experiment, dengan rancangan penelitian one
group design pretes-postes. Analisa data univariate yang digunakan adalah distribusi
frekuensi dan tendensi sentral, sedangkan analisa bivariant menggunakan uji
Wilcoxon.
c. Responden penelitian
Populasipenelitian adalah ibu yang sedang menyusui ASI esklusif tinggal di
Desa Merbuh Singorajo Kendal sebanyak 30 responden, tehnik sampling yang
digunakan total sampling atau sampling jenuh. Alat yang digunakan untuk penelitian
adalah kuesioner tentang krakteristik ibu meliputi nomor responden, usia, pendidikan,
pekerjaan, jenis persalinan dan kuesioner tentang produksi ASI meliputi
frekuensilama tidur bayi sehari, frekuensi BAK bayi sehari, frekuensi BAB bayi
sehari, frekuensi bayi menyusui selama 24 jam, urin bayi berwarna kuning pucat,
peneliti memberikan kuesioner kepada responden kemudian melakukan pijat oksitosin
kepada ibu menyusui satu kali setiap hari selama 14 hari berturut-turut, kemudian
memberikan kuesioner untuk menilai perubahan produksi ASI.
d. Hasil penelitian
Karakteristik responden ibu menyusui dengan nilai median 22 tahun, dengan
rentang berusia 19-34 tahun, berpendidikan SMA (34,3%) tidak bekerja (66,7%) dan
jenis persalinan normal (80%). Produksi ASI ibu menyusui sebelum diberi pijat
oksitosin sebagian besar kurang (60%) dan sesudah diberikan pijat oksitosin sebagian
besar cukup (53,3%). Hasil ana lisa bivariat menunjukan adanya pengaruh pijat
oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo
Kabupaten Kendal dengan nilai p value = 0,000 (p value <0,05). Hasil penelitian
menggunakan indicator bahwa produksi ASI meningkat baik pada hari ke 14, denga
nada hasil pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI di desa Merbuh Kecamatan
Singorejo Kabupaten Kendal dengan nilai p volue 0,000<(0.05). Hasil penelitian ini
direkomendisikan untuk ibu menyusui agar dapat melakukan pijat oksitosin, untuk
memperbaiki produksi ASI.

Jurnal II Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Kecukupan ASI di Wilayah Kerja


Puskesmas Karangdowo Klaten
a. tujuan penelitian
Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin terhadap kecukupan ASI di
WilayahKerja Puskesmas Karangdowo Klaten
b. Metode penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kwantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian preexperimental dengan jenis post test only with control design.
c. Responden penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh ibu nifas hari 1-3 di wilayah kerja
Puskesmas Karangdowo pada bulan Mei sampai dengan Juni 2017. Sampel dalam
penelitian ini akan diambil seecara accidental sampling yaitu non propabilitas
sampling teknik dimana subjek yang diambil secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dan sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik yang ditentukan oleh peneliti.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang. Dan sebanyak 25 responden
dilakukan pijat oksitosin selama 15 menit pada hari 1-3 masa nifas yang dilakukan 3
kali pijat oksitosin.
d. Hasil penelitian
Karakteristik ibu sebagian besar yang meliputi umur yaitu 20-35 tahun,
pendidikan yaitu SMP dan SMA, pekerjaan yaitu ibu rumah tangga dan paritas adalah
multipara. Kecukupan ASI pada masa nifas yang dipijat oksitosin diwilayah kerja
puskesmas karangdowo klaten sebanyak 24 orang ( 66,7 % ) dan tidak cukup
sebanyak 1 orang (2,8 %). Kecukupan ASI pada bayi dengan ibu yang dipijat
oksitosin diwilayah kerja puskesmas karangdowo klaten sebagian besar adalah tidak
cukup 9 orang (25%) dan cukup sebanyak 2 orang (5,6 %).Ada hubungan kecukupan
ASI pad ibu nifas yang diberi pijatan oksitosin dan yang tidak diberi pijatan di
wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo klaten.

Jurnal III Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Lama Pengeluaran Kolostrum Pada
Ibu Post Caesaria Di RSUD Kota Madiun

a. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap lama pengeluaran
kolostrum pada ibu post sectio caesaria di RSUD Kota Madiun.
b. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan exsperimen semu / quasy
experiment dengan rancangan dalam penelitian experiment semua ini menggunakan
rancangan dalam penelitian experiment semua ini menggunakan rancangan postes
only control group design. Tehnik pengumpulan data dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data lama pengeluaran kolostrum pada ibu post SC
yang dilakukan pijat oksitosin yang diketahui dari lembar observasi. Dat sekunder
digunakan untuk mendukung dataprimer yang diperoleh dari setatus rekam medis
pasien tentang karakteristik ibu yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan
dan paritas. Analisa data menggunakan uji statistic t-test dengan α = (0,05%) dengan
ketentuan Ho ditolak jika t hitung > 1 tabel. Kreteria penolakan Ho apabila nilai
signifikan <0,05 maka hipotesa peneliti (Ha) diterima. Artinya ada hubungan pijat
oksitosin dengan lama pengeluaran kolostrum.
c. Responden penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua post ibu section di RSUD Kota
Madiun sebanyak 60 orang dengan besar sempel 52 orang. Pengambilan sempel
dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling Variabel dalam
penelitian ini variable bebas adalah pijat oksitosin, variable yang terkait adalah lama
pengeluaran kolostrum.
d. Hasil penelitian
Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap lama pengeluaran kolostrum pada ibu
post section caesaria di RSUD Kota Madiun, didapatkan p volue 0,00 dengan taraf
signifikan 0,05 yang artinya p value <nilai α 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, dengan r = 0,540 menunjukan bahwa keeratan hubungan kedua variable
sedang dan arah kedua variable adalah sejajar.

4. SIMPULAN REVIEW
Dari ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI dengan masa nifas jurnal I dapat disimpulkan
terdapat karakteristik responden ibu menyusui dengan nilai median 22tahun, dengan
rentang berusia 19-34 tahun, berpendidikan SMA (43,3%) tidak bekerja (66,7%) dan jenis
persalinan normal (80%). Produksi ibu menyusui sebelum diberikan pijat oksitosin
sebagain besar kurang (60%) dan sesudah di berikanpijat oksitosin sebagian besar cukup
(53,3%). Hasil analisa bivarian menunjukan adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI ibu menyusui di Desa Merbuah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
debgan nilai p value = 0,000 (p value <0,05). Hasil penelitian menggunakan indicator
bahwa produksi ASI meningkat baik pada hari ke 14, dengan hasil ada pengaruh pijt
oksitosin terhadapproduksi ASI di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
dengan nilai p value 0,00<(0,05). Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk ibu
menyusui agar dapat melakukan pijatan oksitosin, untuk memperbaiki produksi ASI.
Sejalan dengan Jurnal II dilihat dari hasil penelitiannya adalah karakteristik ibu yang
meliputi umur yaitu 20-35 tahun, pendidikan yaitu SMP dan SMA, pekerjan yaitu ibu
rumah tanggadan paritas adalah multipara. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
sebanyak 25 responden (69,4%) telah dilakukan pijatan oksitosin dengan prosedur yang
dilakukan selama 15 menit pada hari 1-3 masa nifas yang dilakukan 3x pijata oksitosin.
Dan Jurnal ke III hasil penghitungan dengan analisa statistic uji-t didapatkan nilai p value
0,00 dengan taraf signifikan 0,05 yang artinya p value <nilae α 0,05sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi disimpulkan secara statistic ada pengaruh yang signifikan antara
pijat oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post section caesaria di RSUD
Kota Madiun. Dengan koefision 0,540 menunjukan bahwa keeratan kedua variable adalah
positif atau sejajar artinya jika semakin dilakukan pijat oksitosin maka pengeluaran
kolostrum pada ibu post section caesaria di RSUD Kota Madiun akan semakin cepat pula.

5. PERAN SEBAGAI PERAWAT MATERNITAS


Penelitian yang di telaah ini menunjukan hasil yang sama yaitu ada pengaruhnya pijat
oksitosin terhadap produksi ASI pada masa nifas. Pijat oksitosin adalah suatu tindak
pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian
blakang sehinga oksitosin keluar. Oksitosin adalah salah satu dari dua hormone yang
dibentuk oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
pituitari hormone lainnya adalah vasopressin yang memiliki kerja mengontraksikan uterus
dan menginjeksi ASI sehingga dengan dilakukannya pijat oksitosin akan mempercepat
pengeluaran kolostrum. Agar kolostrum bias segera kluar maka perlu adanya rangsagan
hormone oksitosin. Salah saty cara untuk pengeluaran hormone oksitosin yaitu dengan
cara melakukan pijatan oksitosin. Dengan dilakukan pijatan pada tulang blakang ibu akan
merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mecintai bayinya, sehingga
dengan begitu hormone oksitosin keluar dari ASI pun cepat kluar.
Sebagai tenaga perawat diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai tenaga
pendidik salah satunya dengan mengajarkan dan mensosialisasikan kepada pasien tentang
pijat oksitosin serta manfaatnya bagi ibu menyusui. Perawat maternitas bias memberikan
intervensi pijat oksitosin langsung pada pasien. Oleh sebab itu penelitian ini dapat
menjadi dasar bagi pelayan kesehatan di Rumah Sakit Umum maupun perawatan dirumah
(Homecare) untuk meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan maternitas pada ibu
menyusui dengan tehnik pijat oksitosin agar mempercepat kelancaran ASI. Hasil
penelitian ini juga dapat memberikan implikasi bahwa perawatan payudara dengan tehnik
pijat oksitosinmampu memberikan pilihan yang baik untuk meningkatkan produksi ASI
agar bayi dapat diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Pijatan oksitosin dapat dipertimbangkan untuk di optimalkan menjadi salah satu
alternative dalam mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pemijatan dilakukan kurang
lebih 2-3 menit dan rata-rata kolostrum akan keluar 6 sampai 12 jam setelah dilakukan
stimulasi refleks oksitosin pada ibu post partum.

6. PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari review jurnal ini bahwa pijat oksitosin
dapat memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi
dalam pelayanan perawatan masa nifas. Penggunaan ilmu dan teknologi serta
inovasiperawatan masa nifas dapat memberikan nilai yang optimal jika bias
dipraktekan secara tepat.
b. Saran
1) Melaksanakan program pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI
2) Meningkatkan partisipasi kluarga dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
melalui fasilitas oksitosin pada ibu post partum
3) Meningkatkan peran serta kader dalam promosi ASI Eksklusif melalui
penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG et al.(2014). Hypertensive Disorder in Pregnancy. Dalam C.F.al, William


Obstetrics 23rd Ed. New York:McGraw-HillCompanies Inc.
Kadini, S., Suwenti,E., Handayani, R., 2017. Hubungan Pijat oksitosin Dengan Kecukupan
ASI. Jurnal kebidanan dan Kesehatan, Vol 2, No 2, September 2017, hal 60-115.
Kemenkes (2012) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta : Kemenkes RI.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Marmi, & Raharjo, K.(2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mayasari, T.W., Susanti Y. 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI ibu
menyusui. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol 9 No 1, hal 24-29, Maret 2017.
Riskedes (2011) Data Cakupan ASI. Tersedia http:www.riskesdes.go.id Diakses 24 Januari
2014.
Rotinsulu, S.R., Pelealu,F.J.O.,Tucunan,A., 2012. Relantionship Between Knowledge And
Work Of Mather With Exclusive Breastfeeding in The Work Area Of Puskesmas
(Health Center) Remboken Sub-District Remboken Minahasa. Falkultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi: Manado.
Sundari, Rury Narulita, S., 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Lama Pengeluaran
Kolostrum Pada Ibu Post Sectio Caesaiar. ISBN 987-602-50798-0-1

Anda mungkin juga menyukai