Disusun Oleh
ELPIANTI DK 15.02.044
Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian.
Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai
dibawah 35o
2. ETIOLOGI
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas:
a. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan
disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
(Kosim, 2008 : 90)
b. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
(Kosim, 2008 : 90)
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara:
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti.
(Wiknjosastro, 2008: 123)
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah
daritubuh bayi akanmenyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
(Wiknjosastro, 2008: 123)
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
(Wiknjosastro, 2008: 124)
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
dengan caraini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
(Wiknjosastro, 2008 : 124)
c. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secaraumum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan
fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat persalinan/post
partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi) dapat menekan respons
neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah
dalam pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi.
(Kosim, 2008 : 91)
3. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C 37 C) yang diatur oleh SSP
(sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi sel sel
yang sangat sensitif di hipotalamus(chemosensitive cells).Pengeluaran panas dapat melalui
keringat, dimana kelenjar kelenjar keringat dipengaruhi serat serat kolinergik dibawah
kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meingkat akibat adanya
vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan dingin
yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui
mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya
perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut serabut
simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan
reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk
meningkatkan termogenesis.
(makalah growth and development. www.scribd.com/doc)
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh
berubah, menjadi tidak normal.
(Kosim, 2008 : 92)
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
a. Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara involuner akibat
darikontraksiotot untuk menghasilkan panas.
(Kosim, 2008 : 92)
b. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat.
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam
tubuh. (Kosim, 2008 : 92)
c. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern sarafsimpatis, kemudian sistem sarafperiferakan
memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini
efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang
tidak berguna.
(Kosim, 2008 : 92)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak coklat
atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat)
adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas
paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan
sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akanmenurun.
(Kosim, 2008 : 92)
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida,
merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang
berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-
masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri
dari protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas.
Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasiakan
terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya.
Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan,
sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.
(Kosim, 2008 : 92-93)
4. Faktor Predisposisi
- Bayi berat lahir rendah
(Wiknjosastro, 2007 : 253)
- Bayi asfiksia
(Wiknjosastro, 2007 : 253)
- Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio
luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya.
(Kosim, 2008 : 90)
- Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel.
(Kosim, 2008 : 90)
- BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-obatan.
(Kosim, 2008 : 90)
- Bayi dengan sepsis
(Kosim, 2008 : 90)
- Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama
(Kosim, 2008 : 90)
- Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat
(Kosim, 2008 : 90)
- Bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm
(Hipotermi pada bayi baru lahir. rioyonatanplb.blogspot.com/2009)
- Bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput
(Hipotermi pada bayi baru lahir. rioyonatanplb.blogspot.com/2009)
5. KLASIFIKASI
Hipotermi sedang
(Hidayat, 2005 : 143)
Hipotermia berat
(Hidayat, 2005 : 143)
Hipotermia Berat
- suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius (Hidayat, 2005 : 144)
- seluruh tubuh teraba dingin (Hidayat, 2005 : 144)
- disertai salah satu tanda sebagai berikut seperti mengantuk atauletargis atau terdapat
bagian tubuh bayi yang berwarna merah dan mengeras (sklerema). (Hidayat, 2005 :
144)
- Aktifitas berkurang (Saifuddin ,2007 : 374)
- Bibir dan kuku kebiruan (Saifuddin ,2007 : 374)
- Pernafasan lambat (Saifuddin ,2007 : 374)
- Pernafasan tidak teratur (Saifuddin ,2007 : 374)
- Bunyi jantung lambat (Saifuddin ,2007 : 374)
7. DIAGNOSIS
Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di aksilla ( rektal hanya dilakukan
satu kali untuk menghilangkan adanya kemungkinan anus imperforata) butuh 3 menit. Proses
kehilangan panas telah dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa apabila kaki bayi
hangat dan berwarna pink maka dikatakan normal.Apabila kaki dingin dan abdomen hangat
maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen dingin maka hipotermi.
(makalah growth and development. www.scribd.com/doc)
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit
bayi.Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi
awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
(Kosim, 2008: 94)
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh karena mudah,
sederhana dan aman.Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan
pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan
adanya anus imperforatus.Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur pemeriksaan
yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.
(Kosim, 2008: 94)
8. PENATALAKSANAN
Hipotermia Sedang
Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.
(World Health Organization, 2007 : 92)
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
(Kosim, 2008 : 96)
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
(Kosim, 2008 : 96)
Bila ibu tidak ada:
o Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat;
(World Health Organization, 2007 : 92)
o Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;
(Kosim, 2008 : 96)
o Periksa suhu alat penghangatdan suhu ruangan, beri ASI peras dengan mengunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu;
(Kosim, 2008 : 97)
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
(Kosim, 2008 : 97)
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang,
tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
(Kosim, 2008 : 97)
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
(Kosim, 2008 : 97)
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
(Kosim, 2008 : 97)
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:
(Kosim, 2008 : 97)
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda sepsis.
(Kosim, 2008 : 97)
Setelah suhu tubuh normal:
o Lakukan perawatan lanjutan
(Kosim, 2008 : 97)
o Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
(Kosim, 2008 : 97)
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapatdipulangkan.
Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
(Kosim, 2008 : 97)
Hipotermia Berat
Segera hangatkanbayi di bawahpemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya,
bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
(Kosim, 2008 : 96)
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi
dan selimutidengan selimut hangat.
(Kosim, 2008 : 96)
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30
kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen
Gangguan napas.
(Kosim, 2008 : 96)
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
(Kosim, 2008 : 96)
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6
mmol/L),tangani hipoglikemia.
(Kosim, 2008 : 96)
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar)
setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali dalam batas normal.
(Kosim, 2008 : 96)
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
(Kosim, 2008 : 96)
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
o Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatifcara pemberian minum
(Kosim, 2008 : 96)
o Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI
peras begitu suhu bayi mencapai 35C.
(Kosim, 2008 : 96)
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/ jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam.
(Kosim, 2008 : 96)
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap
jam.
(Kosim, 2008 : 96)
Setelah suhu tubuh bayi normal:
o Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
(Kosim, 2008 : 96)
o Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
(Kosim, 2008 : 96)
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
(Kosim, 2008 : 96)
9. PENCEGAHAN
Ruang melahirkan yang hangat
(Kosim, 2008: 98)
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat dengan suhu
ruangan antara 25oC-23oC serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu, ataupun dan
kipas angin. Selain itu saran resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL sudah
disiapkan, serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi BBL sebagai
penanggung jawab pada perawatan BBL.
(Kosim, 2008: 98)
Pengeringan segera
(Kosim, 2008: 98)
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera mengganti kain yang
basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan di permukaan yang hangat
seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan
yang sering dilakukan adalah, konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan
tindakan pompa jantung pada waktu resusitasi, sehingga rnelupakan kontrol terhadap paparan
dingin yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.
(Kosim, 2008: 98)
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
(Wiknjosastro, 2008 : 124)
Pemberian ASI
(Kosim, 2008: 99)
Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam -jam pertama kehidupanBBL.
Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi kini sangat menunjangkebutuhan nutrisi,
serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada BBL.
(Kosim, 2008: 99)
Rawat Gabung
(Kosim, 2008: 100)
Bayi-bayi yang dilahirkan di rumah ataupun yanng dilahirkan di rumah sakit, seyogyanya
dijadikan satu, dalam tempa tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam
ruangan yang cukup hangat (minimal 25C). Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI
ondemand, serta mengurangi risiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di
rumah sakit.
(Kosim, 2008: 100)
Transportasi hangat
(Kosim, 2008: 100)
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di lingkungan rumah sakit
seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk selalu menjaga kehangatan bayi
selama dalarn perjalanan. Apabila memungkinkan, adalah merujuk bayi bersarnaan dengan
ibunya dalam perawatan bayi lekat, oleh karena hal ini merupakan cara yang sederhana dan
aman.
(Kosim, 2008: 100)
Resusitasi hangat
(Kosim, 2008: 100)
Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal ini sangat
penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat menghasilkan
panas yang cukup efisien schingga mempunyai risiko tinggi menderita hipotermia.
(Kosim, 2008: 100)
Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, memberikan lingkungan yang hangat dan
kering, dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas, merupakan salah satu dari
rangkaian prosedur standar resusitasi BBL.
(Kosim, 2008: 100)
SUHU INKUBATOR
10. KOMPLIKASI
Distress respirasi
(Kosim, 2008 : 93)
Gangguan keseimbangan asam basa
(Kosim, 2008 : 93)
Hipoglikemia
(Kosim, 2008 : 93)
Defek koagulasi
(Kosim, 2008 : 93)
Sirkulasi fetal persisten
(Kosim, 2008 : 93)
Gagal ginjal akut
(Kosim, 2008 : 93)
Enterokolitis nekrotikan
(Kosim, 2008 : 93)
Kegawatan Pernapasan
(World Health Organization, 2006 : 184)
Asidosis respiratoridan metabolic
(World Health Organization, 2006 : 184)
Ikterik
(World Health Organization, 2006 : 184)
Referensi :
Bayi-hipotermi. jhonkarto.blogspot.com/2009
Hidayat, Azis Alimul. 2005.Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hipotermi. netsky-red.blogspot.com/2008
Hipotermi pada bayi baru lahir. rioyonatanplb.blogspot.com/2009
Kosim,Sholeh,dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Ladewig,Patricia.W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:EGC.
makalah growth and development. www.scribd.com/doc
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sumarah,dkk. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.
Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Wiknjosastro,Hanifa,dkk.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
World Health Organization. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : panduan
untuk dokter,perawat, & bidan. Jakarta : EGC