Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH KASUS MATERNITAS I

INTRANATAL

DISUSUN OLEH:

NENDEN BUDIANI HANUM 220110150103


NOVIYANTI NURRAHMAH 220110150104
FARRAS AMALIA A 220110150105
FILIYANTI HALIM 220110150106
LENDA PUTRI ABRIYANI 220110150107
HANIFAH NOFADINA 220110150108
FIVI APRILIA CAHYANI 220110150109
NANCY VERONICA 220110150111
RERY YULIANI P 220110150112
AULIYA RAMANDA FIKRI 220110150113

KELOMPOK TUTOR:

10

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kmai
haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Terima kasih kami ucapkan terutama
untuk dosen tutor kami, Ibu Aan Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jatinangor, 23 september 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 7
2.1 Istilah- istilah ................................................................................................................................. 8
2.2 Tanda dan Gejala Persalinan ......................................................................................................... 9
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jalan Lahir ...................................................................................... 13
2.4 Adaptasi Fisik dan Psikologis ....................................................................................................... 15
2.5 Monitoring Fase Laten ................................................................................................................ 16
2.6 Monitoring Fase Laten Aktif ........................................................................................................ 17
2.7 Teknik dan Posisi Meneran ......................................................................................................... 17
2.8 Indikasi Dilakukan Episiotomi ..................................................................................................... 20
2.9 Keuntungan dan Kerugian Episiotomi......................................................................................... 20
2.10 Masalah Keperawatan ................................................................................................................ 21
BAB III .......................................................................................................................................................... 23
PENUTUPAN ................................................................................................................................................ 23
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 24
Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I ......................................................................................................... 24
By Miratu Megasari, SST., M.Kes., Ani Triana, SST., M.Kes., Rika Andriyani, SST., M.Kes., Yulrina
Ardhiyanti, SKM., M.Kes., Ika Putri Damayanti, SST., M.Kes.dalam https://books.google.co.id/books? .. 24
https://www.scribd.com/doc/282772048/Tanda-Homan ......................................................................... 24
http://www.indonesian-publichealth.com/partograf-alat-pemantauan-persalinan/ ............................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada ibu hamil dan melahirkan di negara berkembang, kasus kematian dan kesakitan ibu
akibat penyebab yang berkaitan dengan kehamilan atau komplikasi obstetri seperti perdarahan
pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran masih tinggi. Di Indonesia,
persalinan berada di tingkat pelayanan primer dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan
tugas kesehatan di fasilitas kesehatan yang belum memadai. Program pemerintah untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan juga belum menghasilkan penurunan
yang signifikan, karena masih diperlukannya akses untuk menjangkau fasilitas kesehatan guna
menangani kedaruratan obstetri pada rujukan tingkat pertama. Sebab, kesehatan dan keselamatan
ibu saat hamil dan melahirkan sangat bergantung pada deteksi dini terhadap komplikasi dan
perujukan ibu ke fasilitas yang tepat untuk mendapatkan perawatan. Oleh karena itu, dibutuhkan
tenaga penolong persalinan termasuk perawat yang terlatih agar mampu mencegah atau
mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi. Selain itu, perawat perlu menerapkan asuhan
keperawatan yang tepat, baik sebelum atau saat masalah terjadi, dan memberikan intervensi yang
tepat pula. Tentunya juga berkolaborasi dengan profesi lain yang bertugas menolong persalinan.
Sehingga ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman dan kesakitan.
Persalinan atau partus adalah proses pengeluaran bayi, disusul dengan pengeluaan plasenta,
dan selaput janin dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu, bayi lahir melalui jalan lahir, tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Peran perawat
pada periode intranatal ini diperlukan dalam memantau kemajuan persalinan ibu hamil yang akan
melahirkan yang dibagi menjadi 4 kala. Apabila terjadi hal-hal berisiko yang membahayakan
atau menyulitkan proses persalinan, maka akan segera tertangani oleh petugas kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kasus yang didapat, maka rumusan masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi istilah-istilah pada kasus?
2. Bagaimana tanda dan gejala persalinan?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan?
4. Bagaimana adaptasi fisik dan psikologis selama periode intranatal?
5. Bagaimana cara memonitoring pada fase laten?
6. Bagaimana cara memonitoring pada fase aktif?
7. Bagaiman teknik dan posisi meneran?
8. Apa indikasi dilakukan episiotomi?
9. Apa keuntungan dan kerugian dilakukan episiotomi?
10. Apa masalah keperawatan pada pasien dan intervensinya?

1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi istilah-istilah pada kasus.
2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala persalinan.
3. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan.
4. Mampu menjelaskan adaptasi fisik dan psikologis selama periode intrantal.
5. Mampu menjelaskan cara memonitoring pada fase laten.
6. Mampu menjelaskan cara memonitoring pada fase aktif.
7. Mampu menjelaskan teknik dan posisi meneran.
8. Mampu menjelaskan indikasi dilakukan episiotomi.
9. Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian dilakukan episiotomi.
10. Mampu menganalisa masalah keperawatan pada pasien dan intervensinya.
BAB II

PEMBAHASAN
KASUS:
Seorang perempuan usia 25 tahun G2P0A1, datang ke Puskesmas Jatinangor pada tanggal 18
September 2017 pukul 09.00 diantar keluarganya untuk mendapatkan asuhan. Pasien
mengatakan bahwa ia sudah merasakan kontraksi sejak pukul 01.00. nyeri semakin lama
semakin kuat dan menjalar dari perut ke pinggang hingga punggung.
Perawat melakukan anamesis dan pemeriksaan, didapatkan hasil:
1. Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (vertex), penurunan kepala 4/5,
kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit durasi 19 detik, DJJ 125 x/menit. Pembukaan
serviks 3 cm, ubun-ubun kecil kanan depan,moulage sutura teraba terpisah, selaput
ketuban utuh. TD 120/70 nnHg, nadi 80x/menit, suhu 36,8C. Pasien berkemih 150 ml
sebelum pemeriksaan. Ekstremitas Edema -/-, varices-/-, Homan sign-/-, refleks patella
+/+. Hasil pemeriksaan urine tidak adanya protein dan keton. Perawat menganjurkan
pasien untuk jalan-jalan didampingi suami dan mengkonsumsi cairan yang cukup..
2. Pukul 13.00 pasien mengatakan mulesa semakin kuat dan nyeri, setiap kontraksi pasien
mengeluh nyeri dan mengatakan tidak tahan dengan mulesnya. Perawat melakukan
pemeriksaan: kontraksi 4 kali dalam 10 menit durasi 19 detik, DJJ 132 x/menit,
penurunan kepala 3/5, pembukaan serviks 4 cm tidak ada penyusupan kepala janin
selaput ketuban utuh. TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37C. pasien berkemih
100 ml.
3. Pukul 13.30 DJJ 140x/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 30 detik, nadi
80x/menit
4. Pukul 14.00 DJJ 144x/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 35 detik, nadi
88x/menit
5. Pukul 14.30 DJJ 144x/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 40 detik, nadi
90x/menit
6. Pukul 15.00 DJJ 135x/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi
97x/menit, suhu 37C dan urin 150 ml
7. Pukul 15.30 DJJ 130x/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi
88x/menit
8. Pukul 16.00 DJJ 130x/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi
88x/menit
9. Pukul 16.30 DJJ 128x/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi
90x/menit urin 100 ml
10. Pukul 17.00, DJJ 130 x/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit durasi 50 detik, penurunan
kepala 1/5, pembukaan 10 cm, sutura berdekatan selaput ketuban pecah pukul 16.40
cairan ketuban jernih, TD 130/80 mmHg, suhu 37C nadi 86x/menit. Pasien dipimpin
meneran tetapi kemajuan tidak ada, klien tampak gelisah dan mengatakan tidak kuat
meneran, djj 126x/mnt, dilakukan episiotomi mediolateral.
11. Pukul 17.50 , seorang bayi laki-laki lahir, BB 3200 gram PB 50 cm, bayi menangis
spontan,.
12. Plasenta lahir pukul 18.00 luka episiotomy 3 cm, dilakukan hecting pada perineum.
Perkiraan kehilangan darah 150 ml
13. Pukul 18.15 TD 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu tubuh 37C, TFU 3 jari bawah
pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kososng, jumlah darah pervaginam
masih dalam batas normal
14. Pukul 18.30 TD 120/70 mmHg, nadi 78x/menit, TFU 3 jari bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), kandung kemih kososng, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
15. Pukul 18.45 TD 120/70 mmHg, nadi 78x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), kandung kemih kososng, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
16. Pukul 19.00 TD 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
17. Pukul 19.30 TD 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, TFU 3 jari bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), kandung kemih kososng, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
18. Pukul 20.00 TD 120/80 mmHgnadi 86x/menit, TFU 3 jari bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), pengeluaran urine 200 ml, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
19. Perawat mendokumentasikan semua yang dilakukan dalam partograf

2.1 Istilah- istilah


GPA : GPA = Gravida Para Abortus
o Gravida = Kehamilan, Para = Kelahiran, Abortus = Aborsi
o Dalam kasus tersebut GPA ibu adalah G2P0A1 berarti ibu tersebut, saat ini
merupakan kehamilan kedua. Tidak pernah ada persalinan. Dan pernah
mengalami keguguran 1x dengan indikasi janin yang meninggal berusia dibawah
20 minggu.
Serviks = merupakan bagian paling bawah dari uterus. Panjang serviks antara 2,5 3 cm
dan 1 cm menonjol ke vagina. Ujung dari serviks yang menonjol ke vagina disebut
portio. Portio akan sedikit terbuka pada wanita yang sudah pernah melahirkan. Di dalam
serviks terdapat saluran yang disebut kanalis servikalis yang terdiri atas 2 muara yaitu
ostium uteri eksternum (OUE) dan ostium uteri internum (OUI). Serviks tersusun dari
jaringan ikat fibrosa, sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Oleh karena itu,
pada saat persalinan serviks dapat membuka atau meregang untuk dapat mengeluargkan
kepala bayi. Serviks juga banyak mengandung pembuluh darah sehingga pada saat terjadi
kehamilan akan terjadi hipervaskularisasi sehingga terlihat keunguan.
Kehamilan cukup bulan : kehamilan atterm = Partus Aterm : Terjadinya persalinan pada
usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat janin di atas 2500 gram.
Vertex = puncak kepala
o Penurunan kepala 4/5 dan 3/5 = bagian terbesar kepala belum masuk panggul
o Penurunan 1/5 = bagian terbesar kepala sudah berada di dasar panggul (PAP)
DJJ = Denyut Jantung Janin
o Denyut Jantung Janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak
bersalin atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120 sampai
160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunti detik jam dibawah
bantal
Moulage = perubahan bentuk kepala dalam usaha menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yaitu dengan bergesernya tulang tengkorak yang satu dibawah tulang tengkorak
yang lain
o Moulage sutura teraba terpisah = normal
Homan sign = metode yang digunakan untuk mengetahui adanya tromboflebitis. Apabila
tanda human positif, maka menunjukkan adanya tromboflebitis yang dapat menghambat
sirkulasi ke organ bagian distal
Episiotomi medialateral = insisi perineum dari garis tengah ke samping menjauhi anus.
o Episiotomi = insisi perineum
o Medialateral = dari garis tengah ke samping
Hecting perineum = penjahitan pada bagian perineum yang telah ter insisi
Partograf = Partograf merupakan lembar berupa grafik yang digunakan untuk melakukan
pemantauan persalinan (Depkes, 2004). Menurut WHO (1994) partograf merupakan
suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung
selama dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf standar WHO dapat membedakan
dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Juga dapat dengan jelas
dapat membedakan persalinan normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita yang
membutuhkan intervensi.
Meneran = posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin
dapat berganti posisi teratus selama kala II, karena hal ini seringkali mempercepat
kemajuan persalinan dan ibu mungkin merasa meneran secara efektif pada posisi tertentu
yang dianggap nyaman bagi ibu.

2.2 Tanda dan Gejala Persalinan


Lightening: kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi para
Perut kelihatan lebih besar/melebar, fundus uteri menurun
Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin
False labair pain yaitu perasaan sakit di perut dan pinggang karena adanya kontraksi
lemah dari uterus
Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir, darah dari vagina

Perbedaan antara kontraksi sejati dan kontraksi palsu

Sebelum terjadinya kontraksi sejati, seorang calon ibu bisa merasakan his palsu atau
kontrksi rahim yang tidak teratur. Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton Hicks.
Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada sore hari.
Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari kontraksi palsu. Biasanya kontraksi palsu
tidak sesering dan tidak sekuat kontraksi asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui
perbedaan antara kontraksi sejati dan kontraksi palsu adalah melakukan pemeriksaan
dalam. Pada pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang
menandakan dimulainya proses persalinan.

Perbedaan antara kontraksi palsu dan kontraksi sejati

Jenis
Kontraksi palsu Kontraksi sejati
perubahan
Timbul secara teratur dan
Karakteristik Tidak teratur & tidak semakin sering
semakin sering, berlangsung
kontraksi (disebut kontraksi Braxton Hicks)
selama 30-70 detik
Jika ibu berjalan atau beristirahat atau Meskipun posisi/gerakan ibu
Pengaruh
jika posisi tubuh ibu berubah, kontraksi berubah, kontraksi tetap
gerakan tubuh
akan menghilang/berhenti dirasakan
Kekuatan Biasanya lemah & tidak semakin kuat
Kontraksinya semakin kuat
kontraksi (mungkin menjadi kuat lalu melemah)
Biasanya berawal di
Nyeri karena Biasanya hanya dirasakan di tubuh
punggung dan menjalar ke
kontraksi bagian depan
depan

Presentasi janin
Tiga presentasi utama berupa :
1. Presentasi sefalik (kepala pertama), terjadi pada 96% kelahiran.
2. Presentasi bokong (pantat atau kaki terlebih dahulu), terjadi pada 3% kelahiran
3. Presentasi bahu ditemukan pada 1% kelahiran.

Bagian yang dipresentasikan adalah bagian tubuh janin yang dirasakan pertama kali oleh
jari pemeriksa selama pemeriksaan vagina. Pada presentasi sefalik, bagian yang
dipresentasikan biasanya adalah oksiput, pada presentasi bokong adalah ssakrum, dan
pada presentasi bahu adalah scapula. Ketika bagian yang dipresentasikan adalah oksiput,
presentasi ini disebut sebagai vertex. Faktor yang mempengaruhi bagian yang
dipresentasikan meliputi letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.

Proses Persalinan

Kala 1 : (Fase Pematangan / Pembukaan Serviks)


Dimulai pada waktu serviks membuka karena kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Kemudian, berakhir pada waktu
pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat
diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat dua fase yang terjadi saat pembukaan kala 1, yaitu:
1. Fase laten terjadi ketiak pembukaan sampai mencapai 3 cm dan berlangsung sekitar 8
jam.
2. Fase aktif terjadi ketika pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), dan
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif sendiri terbagi atas 3 fase, yaitu:
a. fase akselerasi yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b. fase dilatasi maksimal yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
c. fase deselerasi yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).
Pada persalinan kala 1 teradapat tanda-tanda yang terjadi bisa dilihat oleh perawat,
sebagai berikut:
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda
dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah)
pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi


Pada persalinan kala 2 prosesnya dimulai pada saat pembukaan serviks telah
lengkap. Kemudian, berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada saat ini kontraksi
yang dirasakan oleh ibu menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, dan semakin lama
semakin sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Tanda-tanda penting yang terjadi di persalinan kala 2, sebagai berikut:


1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).

Waktu yang dibutuhkan saat persalinan kala 2 pada primigravida lebih dari 1.5 jam, dan
untuk multipara lebih dari 0.5 jam.

Di persalian kala dua, gerakan utama pengeluaran janin sudah mulai terjadi dengan posisi
pada persalinan dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat :
a. Tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
b. Tekanan dari cairan amnion
c. Kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan
janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi terjadi dengan kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) ketika kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior
sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi terjadi setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.

Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta


Pada fase kala 3, prosesnya dimulai sejak saat bayi telah lahir lengkap. Kemudian
berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta adalah lepasnya plasenta dari
insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya
plasenta dari insersinya dilihat dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru,
atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta
di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar /
di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika lepasnya plasenta
terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae, maka terjadi keadaan gawat
darurat obstetrik

Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan


Pada proses persalinan kala 4, terjadi tujuh pokok penting yang harus
diperhatikan oleh perawat, yaitu:
1. Kontraksi uterus harus baik,
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. Kandung kemih harus kosong,
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. Observasi keadaan umum bayi, dan
7. Observasi keadaan umum ibu.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jalan Lahir


A. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Adalah Jalan Lahir Yang Harus Dilewati Oleh Janin Terdiri Dari Rongga Panggul,
Dasar Panggul, Serviks Dan Vagina.
Agar Janin Dan Plasenta Dapat Melalui Jalan Lahir Tanpa Ada Rintangan, Maka Jalan
Lahir Tersebut Harus Normal
Rongga-Rongga Panggul Yang Normal Adalah : Pintu Atas Panggil Hampir Berbentuk
Bundar, Sacrum Lebar Dan Melengkung, Promontorium Tidak Menonjol Ke Depan,
Kedua Spina Ischiadica Tidak Menonjol Kedalam, Sudut Arcus Pubis Cukup Luas (90-
100), Ukuran Conjugata Vera (Ukuran Muka Belakang Pintu Atas Panggul Yaitu Dari
Bawah Simpisis Ke Promontorium) Ialah 10-11 Cm, Ukuran Diameter Transversa
(Ukuran Melintang Pintu Atas Panggul) 12-14 Cm, Diameter Oblique (Ukuran Sserong
Pintu Atas Panggul) 12-14 Cm, Pintu Bawah Panggul Ukuran Muka Melintang 10-10,5
Cm.
Jalan Lahir Dianggap Tidak Normal Dan Kemungkinan Dapat Menyebabkan Hambatan
Persalinan Apabila : Panggul Sempit Seluruhnya, Panggul Sempit Sebagian, Panggul
Miring, Panggul Seperti Corong, Ada Tumor Dalam Panggul
Dasar Panggul Terdiri Dari Otot-Otot Dan Macam-Macam Jaringan, Untuk Dapat
Dilalui Bayi Dengan Mudah Jaringan Dan Otot-Otot Harus Lemas Dan Mudah
Meregang, Apabila Terdapat Kekakuan Pada Jaringan, Maka Otot-Otot Ini Akan Mudah
Ruptur.
Kelainan Pada Jalan Lahir Lunak Diantaranya Disebabkan Oleh Serviks Yang Kaku
(Pada Primi Tua Primer Atau Sekunder Dan Serviks Yang Cacat Atau Skiatrik), Serviks
Gantung (OUE Terbuka Lebar, Namun OUI Tidak Terbuka), Serviks Konglumer (OUI
Terbuka, Namun OUE Tidak Terbuka), Edema Serviks (Terutama Karena Kesempitan
Panggul, Sehingga Serviks Terjepit Diantara Kepala Dan Jalan Lahir Dan Timbul
Edema), Terdapat Vaginal Septum, Dan Tumor Pada Vagina.
B. Faktor Power (Kekuatan)

Power Adalah Kekuatan Atau Tenaga Untuk Melahirkan Yang Terdiri Dari His Atau
Kontraksi Uterus Dan Tenaga Meneran Dari Ibu
Power Merupakan Tenaga Primer Atau Kekuatan Utama Yang Dihasilkan Oleh Adanya
Kontraksi Dan Retraksi Otot-Otot Rahim
His Adalah Kontraksi Otot-Otot Rahim Pada Persalinan
Kontraksi Adalah Gerakan Memendek Dan Menebalnya Otot-Otot Rahim Yang Terjadi
Diluar Kesadaran (Involuter) Dan Dibawah Pengendalian Syaraf Simpatik
Retraksi Adalah Pemendekan Otot-Otot Rahim Yang Bersifat Menetap Setelah Adanya
Kontraksi
His Yang Normal Adalah Timbulnya Mula-Mula Perlahan Tetapi Teratur, Makin Lama
Bertambah Kuat Sampai Kepada Puncaknya Yang Paling Kuat Kemudian Berangsur-
Angsur Menurun Menjadi Lemah
His Tersebut Makin Lama Makin Cepat Dan Teratur Jaraknya Sesuai Dengan Proses
Persalinan Sampai Anak Dilahirkan
His Yang Normal Mempunyai Sifat : Kontarksi Otot Rahim Mulai Dari Salah Satu
Tanduk Rahim, Kontraksi Bersifat Simetris, Fundal Dominan Yaitu Menjalar Ke
Seluruh Otot Rahim, Kekuatannya Seperti Memeras Isi Rahim, Otot Rahim Yang
Berkontraksi Tidak Kembali Ke Panjang Semula Sehingga Terjadi Retraksi Dan
Pembentukan Segmen Bawah Rahim, Bersifat Involunter Yaitu Tidak Dapat Diatur
Oleh Parturient,
Tenaga Meneran Merupakan Kekuatan Lain Atau Tenaga Sekunder Yang Berperan
Dalam Persalinan, Tenaga Ini Digunakan Pada Saat Kala 2 Dan Untuk Membantu
Mendorong Bayi Keluar, Tenaga Ini Berasal Dari Otot Perut Dan Diafragma. Meneran
Memberikan Kekuatan Yang Sangat Membantu Dalam Mengatasi Resistensi Otot-Otot
Dasar Panggul
Persalinan Akan Berjalan Normal, Jika His Dan Tenaga Meneran Ibu Baik
Kelainan His Dan Tenaga Meneran Dapat Disebabkan Karena Hypotonic/Atonia Uteri
Dan Hypertonic/Tetania Uteri
C. Faktor Passanger (Bayi)
Passenger Terdiri Dari Janin Dan Plasenta
Janin Merupakan Passanger Utama, Dan Bagian Janin Yang Paling Penting Adalah
Kepala, Karena Kepala Janin Mempunyai Ukuran Yang Paling Besar, 90% Bayi
Dilahirkan Dengan Letak Kepala
Kelainan-Kelainan Yang Sering Menghambat Dari Pihak Passanger Adalah Kelainan
Ukuran Dan Bentuk Kepala Anak Seperti Hydrocephalus Ataupun Anencephalus,
Kelainan Letak Seperti Letak Muka Atau Pun Letak Dahi, Kelainan Kedudukan Anak
Seperti Kedudukan Lintang Atau Pun Letak Sungsang
D. Faktor Psyche (Psikis)
Faktor Psikologis Ketakutan Dan Kecemasan Sering Menjadi Penyebab Lamanya
Persalinan, His Menjadi Kurang Baik, Pembukaan Menjadi Kurang Lancar
Menurut Pritchard, Dkk Perasaan Takut Dan Cemas Merupakan Faktor Utama Yang
Menyebabkan Rasa Sakit Dalam Persalinan Dan Berpengaruh Terhadap Kontraksi
Rahim Dan Dilatasi Serviks Sehingga Persalinan Menjadi Lama.
E. Posisi Ibu (Positioning)
Posisi Ibu Dapat Memengaruhi Adaptasi Anatomi Dan Fisiologi Persalinan.
Perubahan Posisi Yang Diberikan Pada Ibu Bertujuan Untuk Menghilangkan Rasa Letih,
Memberi Rasa Nyaman, Dan Memperbaiki Sirkulasi. (Sondakh, 2013)
Menurut Norwitz (2007), Kemampuan Penyesuaian Janin Dengan Rongga Panggul
Bergantung Pada Tiga Variabel, Yaitu:
1) Power (Kontraksi, Mengejan): Kekuatan Ibu Mengejan Dan Kontraksi Uterus Yang
Baik Apabila Kontraksi 3-5 Kali Dalam 10 Menit.
2) Passenger (Janin): Dua Variabel Yang Mempengaruhi Yaitu Sikap (Derajat Fleksi
Atau Ekstensi Kepala) Serta Ukuran Janin. Letak, Presentasi, Posisi Dan Stase Janin
Dapat Ditentukan Pada Pemeriksaan Klinis. Berat Janin Dapat Diperkirakan Secara
Klinis Atau Dengan Ultra Sono Grafi (USG).

2.4 Adaptasi Fisik dan Psikologis


A. ADAPTASI FISIOLOGI IBU
1. Sistem Kardiovaskuler
Setiap kontraksi 400ml darah dr uterus sistem vaskuler maternal c.o m 10-
15% tahanan perifer TD m dan Nadi m

Wanita resiko tinggi hipertensi, TTIK
Hindari valsava manuver m intrathoraks, m venous return m
tekanan vena sirkulasi ke janin m hipoksia janin
Hipotensi supine: vena cava asenden dan aorta desenden tertekan ok: gemeli,
hidramnion, obesitas
SDP m : > 25.000/mm3 stress fisik, emosi, trauma
2. Sistem Urinaria
TM II KK merupakan organ abdomen Kandung kemih penuh teraba di atas
sympisis
Sensitivitas Kandung kemih m ok eodem, tekanan presentasi, tidak nyaman, sedasi,
malu
Proteinuri +1 respon rusaknya jaringan dan kerja fisik akibat persalinan
3. Sistem Integumen
Daya distensibilitas introitus vagina berbeda pada setiap individu bisa terjadi
robekan kecil
4. Sistem Muskuloskeletal
Renggangnya sendi nyeri punggung dan sendi
Proses persalinan kram tungkai
5. Sistem Neurologi
Perubahan sensoris: euforia selama persalinan
Endorfin endogen m ambang nyeri dan menimbulkan sedasi
Anesthesi fisiologi: tekanan presentasi pada perineum m persepsi nyeri
6. Sistem Gastrointestinal
Selama persalinan motilitas dan absorpsi m waktu pengosongan lambat
mual/muntah
Nx dapat memeriksa rectum massa +/-
Bibir dan mulut kering ok ibu bernafas melalui mulut
7. Sistem Endokrin
P Progresteron
P Estrogen, Okstosin, Prostaglandin
Metabolisme m & Kadar Glukosa m akibat persalinan
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU
1. Latar belakang budaya
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh : kepercayaan, budaya/adat
2. Persiapan persalinan
3. Upaya Dukungan
Partisipasi pasangan
Partisipasi kakek-nenek
Partisipasi saudara kandung
C. ADAPTASI JANIN
1. Denyut jantung janin
Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi. DJJ janin
fluktuatif meningkat dan akan menurun sesuai dengan kematangan janin. DJJ normal
pada aterm adalah 140 denyut per menit.
2. Sirkulasi janin
Sirkulasi janin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran
darah tali pusat.
3. Pernafasan dan perilaku janin
Perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta dan badan carotid guna
mempersiapkan janin untuk memulai pernafasan setelah lahir. Perubahan terjadi:
7-2 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru
Tekanan oksigen janin menurun
Tekanan karbondioksida arteri meningkat
PH arteri menurun

2.5 Monitoring Fase Laten


Fase laten berlangsung 8 jam ditandai garis tebal
Observasi waktu pertama kontraksi dirasakan
Pembukaan 0 sampai 3 cm.
Primigavida berlangsung 8 10 jam
Multigravida 6 8 jam
Anjurkan pada ibu untuk tidak tidur telentang, sebaiknya instruksikan ibu untuk miring
ke kiri
Kaji pengetahuan ibu tentang persiapan proses persalinan
Observasi tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan setiap 1 jam, jika tekanan darah
>140/90 atau denyut nadi >100, segera rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
guna menurunkan resiko kegawatdaruratan)
Observasi suhu setiap 4 jam (observasi setiap 2 jam jika membran sudah ruptur).
Observasi frekuensi kontraksi setiap 30 menit
Observasi denyut jantung janin setiap 30 menit sekali

2.6 Monitoring Fase Laten Aktif


Fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm beralngsung 2 jam
Fase peningkatan maksimal (pembukaan 4-9 cm) berlangsung 2 jam
Fase deselerasi (pembukaan 9-10 cm) berlangsung 2 jam
Kecapatan pembukaan minimal 1cm/jam
Observasi frekuensi kontraksi 15 sampai 30 menit
Penurunan kepala janin
Observasi warna ketuban saat pecah
Observasi denyut jantung janin setiap 15 menit sekali
Observasi durasi kontraksi setiap 10 menit sekali
Observasi tekanan darah selama 4 jam sekali, jika terdapat indikasi ibu mengalami
eklamsi maka observasi tekanan darah setiap 10 menit sekali.
Observasi denyut nadi setiap 30 menit sekali
Observasi suhu dan urin setiap 2 jam sekali

2.7 Teknik dan Posisi Meneran


Teknik Meneran

Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :


a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih
mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan
dagu ke dada.
e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.

Menurut JNPK-KR (2007),


Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri.
Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.
Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah
pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan
menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian
diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya
ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.

Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :


1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas
siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat
perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan
tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang
berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan
bila putaran paksi dalam belum sempurna.

Posisi Meneran
A. Posisi terlentang (supine)
Posisi terlentang (supine) menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama,
besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada syaraf kaki dan punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta,
vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan
suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan
bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
Buang air kecil terganggu.
Mobilisasi ibu kurang bebas.
Ibu kurang semangat.
Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
Rasa nyeri yang bertambah.

B. Posisi duduk/setengah duduk

Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi
untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi
berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan
memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet)
diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih
mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan
dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin

C. Posisi jongkok/ berdiri

Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul


sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat
dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir).
Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan
kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat
penurunan bagian bawah janin.

D. Berbaring miring kekiri

Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay
oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
E. Posisi merangkak

Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit
punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untukpersalinan dengan rasa sakit
punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum
berkurang. Posisi merangkak juga dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam
ke panggul

2.8 Indikasi Dilakukan Episiotomi


Gawat Janin
Posisi Bayi Sungsang
Ruptur pada perineum
Bayi premature
Preeklamasi
Perineum kaku dan pendek
Arkus Pubis sempit
Presentasi bokong
Distosia bahu

2.9 Keuntungan dan Kerugian Episiotomi


Keuntungan :

Lebih Mudah dalam Proses kelahiran


Bagian Otot Venter tidak terpotong
Hasil Struktural baik
Pendarahan lebih baik daripada insisi lain
Nyeri pasca bedah sedikit
Penyembuhan baik
Jarang terjadi jahitan terbuka di daerah bekas insisi
Kerugian :

Robekan Tidak Teratur


Luka insisi dapat melebar dan buruknya dapat mencapai rectum
Resiko infeksi

2.10 Masalah Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Intervensi
1. Nyeri akut b.d tekanan/regangan 1. Manajemen nyeri
pada bagian presentasi Lakukan pengkajian nyeri secara
DS: komprehensif yang meliputi lokasi,
Pasien mengatakan bahwa ia sudah karakteristik, awitan, durasi, frekuensi,
merasakan kontraksi sejak pukul kualitas, intensitas, atau berat dan factor
01.00. presipitasi
nyeri semakin lama semakin kuat Menjelaskan semua prosedur dalam
dan menjalar dari perut ke pinggang Bahasa yang sederhana
hingga punggung. Tingkatkan penggunaan teknik pernafasan
terfokus
Menawarkan untuk diurut dan teknik
sentuhan terapeutik lain
Melibatkan ia dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang dipilih
untuk meredakan nyeri
2. Edukasi prosedur/perawatan
Demonstrasikan pereda nyeri non
farmakologis ; massade,
distraksi/imajinasi, relaksasi, pengaturan
posisi yang nyaman.
Lakukan perubahan posisi
Anjurkan ibu untuk tidak mengejan
sebelum pembukaan lengkap
Anjurkan keluarga untuk mendampingi
dan melakukan massase pada punggung
atau paha ibu.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan 1. Infection control
trauma perineum karena epiostomi Terapkan pencegahan universal
DO : Terdapat luka epiostomi. Berikan hyigien yang baik
Jahit luka dengan teknik aseptic
Jaga kesterilan alat yang digunakan.
Gunakan sarungtangan steril dalam
melakukan tindakan
2. Infecton protection
Monitor tanda dan gejala infeksi
local/sistemik
Amati factor factor yang menaikkan
infeksi/memperlambat penyembuhan luka
; infeksi luka, nutrisi, hidrasi tidak
adekuat, penurunan suplai darah
Monitor TTV
3. Incision site care
Rawat luka post episiotomy dengan cara
steril
Pantau kondisi luka, waspadai tanda tanda
infeksi
4. Health education
Berikan penjelasan tentang mengapa klien
menghadapi resiko infeksi, tanda dan
gejala infeksi.
5. Administrasi medikasi
Berikan antibiotic sesuai program
BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, bahwa pada kasus ini, seorang ibu berusia 25 tahun dengan
riwayat kehamilan kedua, telah mengalami kontraksi sejak pukul 01.00 dan datang
ke pelayanan kesehatan pada pukul 09.00. Adapun hasil observasi yang dilakukan
adalah:
1. HR ibu setiap 30 menit
2. TD ibu setiap 4 jam
3. DJJ setiap 30 menit
4. Kontraksi semakin lama memiliki durasi lebih lama
5. Kala I terjadi pukul 01.00 hingga 16.30
6. Kala II terjadi pukul 17.00 hingga 17.50
7. Kala III terjadi pukul 18.00
8. Kala IV terjadi pukul 18.15 hingga selesai observasi
Di dalam proses persalinan, banyak sekali istilah-istilah, salah satunya adalah
episiotomi mediolateral. Dimana pada kasus, sang ibu dilakukan tindakan tersebut
karena ketidakmampuan meneran dan tampak gelisah. Terdapat juga tanda dan
gejala persalinan, dimana terdapat persalinan palsu dan persalinan sejati. Persalinan
pun dipengaruhi oleh Passage, Passanger, Powers, Plasenta, dan Psikologi. Selama
proses persalinan juga, terdapat adaptasi fisik dan pikologis pada ibu dan janin.
Bagi janin, adaptasi tersebut mengacu pada perubahan DJJ, DJJ akan fluktuatif
seiring proses persalinan, namun pad aumumnya, DJJ mengalami penurunan saat
janin akan dilahirkan. Bagi sang ibu, faktor psikologis dapat mempengaruhi proses
persalinan. Masalah keperawatan yang kami angkat untuk kasus ini adalah nyeri
akut dan resiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I
By Miratu Megasari, SST., M.Kes., Ani Triana, SST., M.Kes., Rika Andriyani, SST., M.Kes.,
Yulrina Ardhiyanti, SKM., M.Kes., Ika Putri Damayanti, SST., M.Kes.dalam
https://books.google.co.id/books?
https://www.scribd.com/doc/282772048/Tanda-Homan
http://www.indonesian-publichealth.com/partograf-alat-pemantauan-persalinan/
Williams, Lippincott., Wilkins. 2005. Panduan belajar : Keperawtaan Ibu-Bayi Baru Lahir.
Diterjemahkan oleh : Maria A. Wijayarini. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai