C
DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) STAGE V
DI RUANG HEMODIALISA RSUD DR. SLAMET GARUT
DISUSUN OLEH :
NANCY VERONICA
220112190077
1.2.4 Etnis
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang
dengan kulit hitam memiliki risiko ESRD seumur hidup 7,8% pada
laki-laki, dan wanita kulit hitam yaitu 7,3%, sedangkan untuk
wanita kulit putih yaitu 1,8% dan pria kulit putih 2,5%.
1.2.5 Usia
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya usia pada
laki-laki dan wanitia. Lansia merupakan populasi pada usia yang
rentan terjadinya gagal ginjal kronis, dimana ditemukan bahwa lebih
dari setengah populasi lansia memiliki CKD dengan stadium 3 – 5.
1.2.7 Obesitas
Hipertrofi glomerulus dan hiperfiltrasi dapat mempercepat
cedera ginjal dan meningkatkan ketegangan pada dinding kapiler
glomeruli. Kelebihan berat badan pada usia 20-an memiliki risiko
tiga kali lebih signifikan untuk CKD. Rasio pada individu yang
memiliki lingkar pinggang besar berkaitan dengan GFR yang lebih
rendah, aliran plasma ginjal yang rendah dan fraksi filtrasi yang
lebih tinggi.
1.2.9 Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko CKD melalui
proinflamasi, stress oksidatif, perubahan prothrombotik, endotel
disfungsi, glomerulosklerosis dan atrofi tubulus. Dalam penelitian
lain menunjukkan lima batang rokok per hari terkait dengan
peningkatan kreatinin serum 40,3 mg/dl sebesar 31%.
1.3 Etiologi
Menurut Bayhakki (2013 dalam Hutagaol, 2017), etiologi dari gagal ginjal
kronik disebabkan oleh berbagai penyakit seperti glomerolunefritis akut, gagal
ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi saluran kemih, nefrotoksin, dan
penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, lupus eritematosus,
poliartritis, penyakit sel sabit serta amildosis. Kazanciog (2013) menjelaskan
nefrotoxins seperti alkohol dan narkoba dan penggunaan obat analgesic
berlebihan memiliki perkembangan terjadinya CKD. Individu yang
menggunakan 1000 – 4999 pil dan yang minum lebih dari 5000 pil memilki
rasio odds = 2 :2,4. Selain dari nefrotoxins, individu yang memiliki riwayat
cedera ginjal akut memliki risiko 10 kali lipat lebih besar terjadinya ESRD
dibandingkan individu yang tidak memiliki AKI.
Penyakit Diabetes Mellitus juga merupakan penyebab terbesar terjadinya
CKD. Data dari Turki Nefrologi menyebutkan bahwa setengah dari pasien
ESRD memiliki diabetes nefropati. Diabetes juga dapat menyebabkan cedera
filtrasi. Pasien yang memiliki DM tipe 2, 10% dari mereka memiliki nefropati
dan akan mengalami kehilangan ginjal progresif. Selain dari DM, hipertensi
juga menjadi etiologi terjadi CKD. Hipertensi sistemik ditransmisikan ke
intraglomerular tekanan kapiler akan mengalami glomerulosklerosis dan
hilangnya fungsi ginjal.
1.4 Klasifikasi
Menurut National Kidney Foundation (2016), gagal ginjal kronis
dapat diklasifikasikan menjadi 5 stage berdasarkan penurunan dari laju
filtasi glomerulus dan kadar albumin yaitu:
Catatan:
Menurut Dipa (2019) tahap dari perkembangan gagal ginjal kronik yaitu:
1.4.1 Penurunan cadangan ginjal
a. Sekitar 40 – 75% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus 40 – 50% normal
c. BUN dan kreatinin serum masih normal
d. Pasien asimtomatik
1.4.2 Gagal ginjal
a. 75 – 80% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus 20 – 40% normal
c. BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
d. Anemia ringan dan azotemia ringan
e. Nokturia dan polyuria
1.4.3 Gagal ginjal
a. Laju filtrasi glomerulus 10 -20% normal
b. BUN dan kreatinin serum meningkat
c. Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic
d. Berat jenis urine
e. Poliuria dan nokturia
f. Gejala gagal ginjal
1.4.4 End-stage renal disease (ESRD)
a. Lebih dari 85% nefron tidak berfungsi
b. Laju filtrasi glomerulus kuurang dari 10% normal
c. BUN dan kreatinin tinggi
d. Anemia, azotemia dan asidosis metabolic
e. Berat jenis uurine tetap 1,010
f. Oliguria
g. Gejala gagal ginjal
Nilai GFR berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar fungsi ginjal yang
dimiliki sehingga dapat menentukan tingkat kerusakan pada ginjal dan untuk menentukan
tindakan yang selanjutnya akan diberikan. Nilai GFR yang semakin kecil menunjukkan
semakin besar kerusakan yang terjadi pada ginjal.
Verdiansah (2016) menyebutkan bahwa perhitungan GFR dapat dihitung
berdasarkan kreatinin serum, usia, ukuran tubuh, jenis kelamin dan ras tanpa
membutuhkan kadar kreatinin urin menggunakan persamaan Cockcroft and Gault
1.6 Manifestasi
Efek ESRD dapat menyebabkan disfungsi beberapa organ pada tubuh.
Manifestasi klinis yang terjadi pada gagal ginjal kronis bergantung pada tingkat
kerusakan ginjal, kondisi yang mendasari serta usia. Baradero et al, (2009)
menyebutkan manifestasi yang terjadi pada orang yang dengan gagal ginjal kronis
sebagai berikut:
Sistem hematopoetik
Penyebab Tanda/gejala Parameter pengkajian
Eritropoietin menurun Anemia, cepat lelah Hematokrit, Hemoglobin
Perdarahan Trombositopenia Hitung Trombosit
Trombositopenia ringan Ekimosis Petekie dan hematoma
Kegiatan trombosit Perdarahan Hematemesis dan melena
menurun
Sistem kardiovaskular
Penyebab Tanda/gejala Paramater pengkajian
Kelebihan beban cairan Hipervolemia Tanda vital
Mekanisme renin- Hipertensi Berat badan
angiotensin Takikardia
Anemia Disritmia Elektrokardiogram
Hipertensi kronik Gagal jantung kongestif Auskultasi jantung
Toksin uremik dalam Perikarditis Pemantauan elektrolit
cairan perikardium
Kaji keluhan nyeri
Sistem Respirasi
Penyebab Tanda/gejala Paramater Pengkajian
Mekanisme kompensasi Takipnea Pengkajian pernafasan
untuk asidosis metabolik
Toksin uremik Pernapasan kussmaul Hasil pemeriksaan gas
darah arteri
Paru uremik Halistosis uremik atau Inspeksi mukosa oral
fetor
Kelebihan beban cairan Sputum yang lengket
Batuk disertai nyeri
Suhu tubuh meningkat
Hilar pneumonitis
Pleural friction rub
Edema paru
Sistem Gastrointestinal
Penyebab Tanda/gejala Paramater pengkajian
Perubahan kegiatan Anorkesia Asupan dan haluaran
trombosit
Toksin uuremik serum Mual dan muntah Hematokrit
Ketidakseimbangan Perdarahan Hemoglobin
elektrolit gastrointestinal
Urea diubah menjada Distensi abdomen Uji guaiac untuk feses
ammonia oleh saliva
Diare dan konstipasi Kaji feses
Kaji nyeri abdomen
Sistem Neurologi
Penyebab Tanda/gejala Paramater pengkajian
Toksin uremik Perubahan tingkat Tingkat kesadaran
kesadaran, letargi,
bingung, stupor dan koma
Ketidakseimbangan Kejang Refleks
elektrolit
Edema serebral karena Tidur terganggu Elektroensefalogram
perpindahan cairan Asteriksis Keseimbangan elektrolit
Sistem Skletal
Penyebab Tanda/gejala Parameter pengkajian
Absorpsi kalsium Osteodistrofi ginjal Fosfor serum
menurun
Eksresi fosfat menurun Rickets ginjal Kalsium serum
Nyeri sendi Kaji nyeri sendi
Pertumbuhan lambat pada
anak
Kulit
Penyebab Tanda/gejala Paramater pengkajian
Anemia Pucat Lecet, lebam, dan luka
Pigmentasi Pigmentasi Kaji warna kulit
Kelenjar keringat Pruritus Perhatikan garukan pada
mengecil kulit
Kegiatan kelenjar lemak Ekimosis
menurun
Eksresi sisa metabolisme Lecet
melalui kulit Uremic frosts
Sistem Perkemihan
Penyebab Tanda/gejala Paramater pengkajian
Kerusakan nefron Haluaran urine berkurang Asupan dan haluaran
Berat jenis urine menurun BUN dan kreatinin serum
Proteinuria Elektrolit serum
Fragmen dan sel dalam Berat jenis urine
urine
Natrium dalam urine
berkurang
Sistem Reproduksi
Penyebab Tanda/gejala Parameter pengkajian
Abnormalitas hormonal Infertilitas Menstruasi
Anemia Libido menurun Hematokrit
Hipertensi Disfungsi ereksi Hemoglobin
Sistem Reproduksi
Penyebab Tanda/gejala Parameter pengkajian
Abnormalitas hormonal Infertilitas Menstruasi
Anemia Libido menurun Hematokrit
Hipertensi Disfungsi ereksi Hemoglobin
Malnutrisi Amenorea
Lambat pubertas
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik menurut Suwitra (2014) yaitu:
II. Nefrolithiasis
3.1 Definisi Nefrolithiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit pada
ginjal, dimana ditemkan batu yang mengandung komponen kristal dan
matriks organik yang merupakan penyebab dari terbanyak kelainan (Fauzi
et al., 2016). Sementara, menurut Fikriani & Wardhana (2018)
nefrolitiasis merupakan gangguan klinis akibat adanya komponen batu
kristal yang menyumbat dan menghambat kerja ginjal pada kaliks atau
pelvis ginjal yang disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan pada
kelarutan
↓
Penekanan pada stuktur ginjal dan arteri renalis
↓
Penurunan aliran darah yang mebawa nutrient dan oksigen ke jaringan ginjal
↓
Kerusakan struktur ginjal (Glomerulus dan tubulus)
↓
Penurunan dan kegagalan pada fungsi di ginjal
↓
Gagal ginjal akut (post renal)
↓
Iskemik di tubulus
↓
Gagal ginjal Kronis
↓
Sumber : Price, S.A., dkk, alih bahasa Peter, A., (1995), De Jong, W., Long, B.C., Alih bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung,(1996), Sjamsuhidajat, R.,(1997) dan
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G., alih bahasa Kuncara, H.Y., (2001)
III. Hemodialisis
3.1 Definisi Hemodialisis
Dialisis menurut Himmelfarb & Ikizler (2014) merupakan difusi
molekul dalam larutan melintasi membrane semipermeabel dan sepanjang
konsentrasi gradient elektrokimia. Menurut Vadakedath & Kandi (2017),
dialisis meruupakan proses pembuangan limbah dan air sisa dari darah.
Tujuan utama dari hemodialisis mengembalikan cairan intraseluler dan
ekstraseluler yang fungsi tersebut merupakan fungsi dari ginjal. Pada
gagal ginjal kronik, ginjal tidak dapat melakukan fungsi dialisis.
Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal
yang dilakukan melalui mesin. Hemodialisis merupakan proses dialissi
yang dilakukan di luar tubuh untuk melakukan pembersihan darah
menggunakan mesin atau ginjal buatan dari zat yang didalam tubuh
memiliki konsentrasi yang berlebihan. Zat-zat tersebut merupakan zat
yang terlarut dalam darah seperti ureum, kalium, serta zat pelarutnya yaitu
air dan serum darah.
3.4.3 Dialisat
Dialisat merupakan cairan yang terdiri dari air serta
elektrolit utama dari serum normal yang dipompakan melewati
dialiser ke darah pasien. Komposisi pada cairan dialisat diatur
sehingga mendekati komposisi ion darah normal serta dimodifikasi
agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit pada
penyakit ginjal tahap akhir. Dialisat dibuat dari sistem air bersih
dengan air kran dan bahan kimia yang disaring dan diolah dengan
water treatment secara bertahap. Larutan dialisat diatuur pada suhu
36,7 – 37,5oC sebelum dialirkan ke dialiser.
3.5 Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di
dalam darah
Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg berakibat Alergi terhadap zat di dalam mesin
fatal Tekanan darah rendah
(anafilaksis)
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yangg dibuang
Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yang abnormal dalam
darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata Penggunaan heparin di dalam mesin untuk
atau perut mencegah pembekuan
RESUME PENGKAJIAN UMUM PASIEN
I. Identitas
A. Pengkajian (15 November 2019)
B. Identitas Pasien
Nama : Tn. C
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kamojang
Diagnosa Medis : CKD ESRD
HbsAg : Tidak reaktif
Anti HCV : Tidak reaktif
C. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kamojang
Suku : Sunda
Hubungan dengan Pasien : Istri
II. Anamnesa
A. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan saat ini tubuhnya merasa lemas.
b. Minum
- Frekuensi Selama 24 jam klien Selama 24 jam klien
mengonsumsi sebanyak mengonsumsi sebanyak 1 Liter
600cc/hari
- Jenis Air putih Air putih
- Keluhan - -
2 Eliminasi
a. BAK
- Frekuensi 5x/ hari 5x/ hari
- Warna Kuning, jernih Kuning, jernih
- Keluhan Jumlah urine yang Jumlah urine yang dikeluarkan
dikeluarkan hanya sedikit sedikit ± 5 tetes.
namun tidak dirasakan nyeri
saat berkemih
b. BAB
- Frekuensi 1 kali sehari 1 kai sehari
- Konsistensi Lembek, coklat Lembek, coklat
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Personal
Hygiene
a. Mandi 2x/ hari 2x/ hari
b. Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
c. Sikat gigi 2x/ hari 2x/ hari
4 Pola Istirahat
a.Tidur Klien cenderung sulit untuk Klien dapat tidur dengan lelap
malam tidur karena rasa tidak dan cenderung lebih lama
nyaman yang dialami klien dibandingkan hari biasanya.
b. Tidur siang Klien tidak tidur siang Klien tidak tidur siang
5 Aktivitas Klien masih dapat melakukan Klien dapat melakukan
Sehari-hari aktivitas sehari-hari dalam aktivitas sehari-hari dan
melakukan pekerjaan sebagai melakukan pekerjaan.
buruh namun terbatas dalam
melakukannya. Klien
mengatakan klien sudah tidak
dapat lagi melakukan
olahraga lagi saat ini.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien memiliki kesadaran compos mentis. Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat dengan baik dan jelas. Saat dikaji, klien dapat
melakukan pergerakan bagian tubuh saat diminta oleh perawat untuk
digerakkan. GCS klien 15 dengan E4V5M6.
3. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis (+),CRT < 3 detik, dan akral hangat. Aukultasi
bunyi jantung S1 dan S2 reguler, S3 (-), S4 (-), murmur (-).
4. Sistem Gastrointestinal
Sklera berwarna putih, mulut bersih, mukosa bibir dan lidah tidak
pucat, tidak ada lesi di sekitar mulut. Bentuk abdomen datar. di
Bising usus 8 kali/ menit.
5. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat deformitas ataupun fraktur pada kedua ekstermitas
atas dan bawah klien. Klien tidak mengalami nyeri di area
ekstremitas atas dan bawahPasien tidak mengalami nyeri pada
seluruh ekstermitas atas dan bawah. Kekuatan otot pasien 5/5
5 5
5 5
6. Sistem Integumen
Klien memiliki warna kulit coklat sawo matang, terdapat bekas luka
operasi nephrolithiasis pada kuadran 4 abdomen. tidak terdapat lesi
dan benjolan pada seluruh bagian tubuh. Kebersihan kulit klien baik,
kulit lembab dan tidak bersisik. Tidak terdapat edema pada seluruh
bagian tubuh pasien.
7. Sistem Urogenital
Tidak ada nyeri yang dirasakan saat klien berkemih. Tidak ada nyeri
tekan pada bladder. Terdapat bekas operasi pengangkatan
nephrolithiasis
RESUME PRE-HEMODIALISA
I. Pengkajian
A. Waktu Pengkajian
Jumat, 15 November 2019 pukul 09.10 WIB
B. Keadaan Umum Pasien
GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : Compos mentis
C. Tanda-Tanda Vital
- TD : 130/80 mmHg
- HR : 86x/ menit
- RR : 18x/ menit
- Suhu : 36,7˚C
D. BB Kering
BB kering klien : 57,5 kg
E. BB Basah
BB basah klien : 59 kg
F. BB Sebelum
BB sebelum : 56 kg
G. IDWG
𝐵𝐵 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝐵 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
IDWG : x 100%
𝐵𝐵 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
59−57,5
= 𝑥 100% = 2% (IDWG ringan)
57,5
H. Warna Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi, tidak bersisik dan kering
I. Edema
Tidak terdapat edema pada seluruh anggota tubuh klien
J. Riwayat Dialisis
- HD pertama kali : Juli 2019
- Mulai rutin HD : Juli 2019
- Frekuensi HD : 2 kali seminggu
- Jadwal HD : Selasa dan Jumat
- Tujuan HD : Terapi pengganti fungsi ginjal, membuang sisa
cairan dan limbah dalam tubuh
RESUME INTRA HEMODIALISA
I. Persiapan Hemodialisa
Type Dialize : Niprol Surdial 55 Plus (Elisio-15 H)
Reuse ke : R1,R2,R3,R4,R5,56
Lama Dialisis : 4 jam
Conductivity : 14
Suhu Mesin : 37oC
Aliran Dialisat : 500 mL/ min
Antikoaugulan : Heparine 5mL/ jam
Inisiasi : 3000 U
Kontinyu : 1000 U/ jam
Jenis Acces : Avsan fistula
Ukuran Jarum Fistula : 16 G
UF Goal : 1,5 L
UF Rate : 0,5 L/ jam
I. Data Fokus
a. Pasien Data Subjektif
Klien merasa sedikit pusing
b. Data Objektif
Kesadaran : Compos Mentis
GCS :E4V5M6
TTV : TD: 130/90 mmHg, HR 82x/mnt, RR 18x/mnt, S 36,5˚C
BB Sebelum : 59 kg
BB Sesudah : 57 kg
c. Lama Dialisis
4 jam, dimulai pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB
d. Ultra Filtrasi
1500 liter, Qb 150 mL/menit
e. Pemberian Heparine
Kontinyu bolus 1000 IU, dosis maintenance 1000 IU/ jam
f. Jenis Dializer
Nipro LDPS/15 (Elisio-15H)
g. Jenis Dialisat
Bicarbonate
h. Jenis akses vaskuler
AV Fistula
i. Tidak terdapat tindakan tambahan atau pengobatan selama
hemodialisis
II. ANALISA DATA
Diagnosa
Analisa Data Etiologi
Keperawatan
- Data Subjektif : Hipertensi Kelebihan volume cairan berhubungan
Klien mengatakan jika minum terlalu dengan penurunan fungsi ginjal
banyak, tubuh pasien terasa tidak Vasokontriksi pembuhluh darah
nyaman dan mengalami Suplai darah ke ginjal menurun
pembengkakan.
- Data Objektif : Penurunan fungsi ginjal untuk melakukan
- BB pre HD : 59 kg filtrasi
- BB kering : 57,5kg
Mekanisme regulasi cairan dan elektrolit
terganggu
Retensi Natrium
Edema
No
Tgl / Jam SOAP Paraf
Diagnosa
S : Pasien mengatakan merasa pusing
O:
-TD : 130/80 mmHg
- HR 86x/mnt
15 November -RR 18x/mnt
1 2019 -Suhu 36,6˚C Nancy
08.00 – 12.10 -BB post HD menurun sesuai dengan BB kering yaitu 57,5 kg
A : Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
P : Lakukan dialisis kembali sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Wilfrid, M., & Siswadi, Y. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Centers for Disease Control. (2017). National Chronic Kidney Disease Fact Sheet , 2017 CKD Is
Common Among Adults in the United States by controlling your blood. Retrieved from
https://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/kidney_factsheet.pdf
Dipa. (2019). Gagal ginjal Kronik. Retrieved from
http://www.dipa.co.id/images/article/news/newarticle/GagalginjalKronik.pdf
Fauzi, A., Manza, M., Putra, A., Ortopedi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016).
Nefrolitiasis, 5(April), 69–73.
Fikriani, H., & Wardhana, Y. W. (2018). Review Artikel Alternatif Pengobatan Batu Ginjal
dengan Seledri. Farmaka, 16, 531–539.
Himmelfarb, J., & Ikizler, T. A. (2014). Hemodialysis. The New England Journal of Medicine,
(November 2010). https://doi.org/10.1056/NEJMra0902710
Hutagaol, E. V. (2017). Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalu Psychlogical Intervention di Unit Hemodialisa RS
Royal Prima Medan Tahun 2016. JUMANTIK, 2.
Kazanciog, R. (2013). Risk factors for chronic kidney disease : an update.
https://doi.org/10.1038/kisup.2013.79
Krisna, D. N. (2011). Faktor Risiko Penyakit Batu Ginjal. Kesehatan Masyarakat, 7(1), 51–62.
National Kidney Foundation, 2016. About Chronic Kidney Disease: A Guide for Patients and
Their Families. In New York: National Kidney Foundation, Inc
Robbins, S., Kumar, V., & Cotran, R. (2007). Ginjal dan Sistem Penyalurnya Dalam: Robbins
Buku Ajar Patologi Edisi ke-7. New York: Elsevier.
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: I Setia S, Alwi I, Sudoyo AW,Simadibrata M, Setyohadi
B, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2014. p. 2161-67.
Thomas, R., Kanso, A., & Sedor, J. (2009). Chronic Kidney Disease and Its Complications (Vol.
35). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2474786/pdf/nihms54692.pdf
Vadakedath, S., & Kandi, V. (2017). Dialysis : A Review of the Mechanisms Underlying
Complications in the Management of Chronic Renal Failure, 9(8).
https://doi.org/10.7759/cureus.1603
Verdiansah. (2016). Pemeriksaan Fungsi Ginjal, 43(2), 148–154.