OLEH :
UI PENTA SIMATUPANG
16.30702.022
JURUSANKEPERAWATAN
FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASBORNEOTARAKAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN ACUTE
KIDNEY INJURY DI RUANG DAHLIA A RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
OLEH :
UI PENTA SIMATUPANG
16.30702.022
JURUSANKEPERAWATAN
FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASBORNEOTARAKAN
2019
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ASUHAN
bimbingan, asuhan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
1. Prof. Dr. Adri Paton, M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan yang
2. dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Universitas Borneo Tarakan yang telah memberi kemudahan dan izin sehingga
4. Yuni Retnowati, SST, M.Keb, selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Akademik (PA)
iv
yang memberikan motivasi selama saya mengikuti perkuliahan di DIII Jurusan
dosen penguji satu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
7. Putri Ayu Utami, S.Kep.,Ns selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
8. Kepala ruang beserta seluruh staf yang bekerja di Ruang Dahlia A RSUD
pembimbing satu dan dosen penguji dua yang telah meluangkan banyak
10. Dewi Wijayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing dua dan dosen
11. Ayah, Ibu, Kakak dan Adik serta semua keluarga terdekat yang telah memberi
v
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan yang telah mereka berikan
jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang
berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Penulis,
Ui Penta Simatupang
16.30702.022
vi
ABSTRAK
Kata Kunci : Acute Kidney Injury, Gagal Ginjal Akut, Asuhan Keperawatan,
Studi Kasus
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB 1 : PENDAHULUAN
2.1.3 Klasifikasi 11
2.1.4 Etiologi 12
viii
2.1.5 Manifestasi Klinis 15
2.1.6 Patofisiologi 16
2.1.8 Komplikasi 19
2.1.9 Penatalaksanaan 20
2.2.1 Pengkajian 22
2.2.3 Perencanaan 25
2.2.4 Implementasi 40
2.2.5 Evaluasi 40
3.1. Pengkajian 41
3.1.8 Penatalaksanaan 57
ix
3.2. Penyimpangan KDM.................................................................................62
3.3. Diagnosa Keperawatan............................................................................63
3.4. Perencanaan 63
3.5. Implementasi 66
3.6. Evaluasi 81
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian 83
4.3. Perencanaan 97
4.4. Implementasi 99
BAB 5 : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................106
LAMPIRAN........................................................................................................108
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
j
u AB stat Hiperplasia
r : BPJS :
y Bua Badan
ng Penyelenggar
A Air a Jaminan
R Bes Nasional
F ar BUN :
BA Blood Urea
A K Nitrogen
c : cc : Cubic centimetre
u Bua CHF : Congestive Heart Failure
t ng COP : Cardiac Output
e Air Cr : Creatinin
Kec C
R il R
e BN T
n O :
a : C
l Bla a
ss p
F
Nie i
a
r l
i
Ov l
l
erzi a
u
cht r
r
BP y
e H
:
Be
nig R
B na
Pro e
f
xv
i
s
E : Eye
EKG : Elektrokardiogram
Disease fL : Femtoliter
g : Gram
H : High
HCT : Hematokrit
Hb : Hemoglobin
ICS : Intercosta
L : Low
M : Motorik
mg : Miligram
Hydrargyrum ml : Mililiter
xvi
NaCl : Natrium Klorida
Akut Ny : Nyonya
O : Objektif
P : Planning
pg : Pikogram
pH : Power of Hydrogen
PLT : Platelet
RI : Republik Indonesia
S : Subjektif
SD : Sekolah Dasar
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
xvii
TIO : Tekanan Intra Okuler
Tn : Tuan
UO : Urine Output
V : Verbal
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat
tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam
mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap
akut) telah menjadi perhatian dunia. Penelitian dari 44 rumah sakit di 22 provinsi
yang berhubungan dengan insiden Acute Kidney Injury yang memiliki presentase
0.9% di antaranya adalah 2.223.230 pasien rawat inap menurut klasifikasi KDIGO
(Kidney Disease: Improving Global Outcome) pada tahun 2015. Standar RRT
(Renal Replacement Theraphy) ialah 14,4% dan mortalitas di rumah sakit sebesar
12.4%. Penelitian baru membuktikan bahwa faktor komplikasi dari Acute Kidney
Injury (AKI) memiliki presentase sebesar 2.4% sampai 8.1% di rumah sakit
khusus orang dewasa dan pasien ICU memiliki presentase 30 sampai 50% dengan
yaitu, nol kematian yang dapat dicegah dari Acute Kidney Injury (AKI) secara
dunia tahun 2025. Berdasarkan bukti yang baru ditemukan bahwa pre kondisi
mencegah Acute Kidney Injury (AKI) termasuk diantaranya pasien dengan bedah
98% penderita gagal ginjal menjalani terapi hemodialisis dan 2% menjalani terapi
peritoneal dialisis (Depkes, 2018). Prevalensi gagal ginjal di Indonesia pada laki-
karakteristik umur prevalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0.6%),
dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas (Kemkes, 2017).
Sulawesi Tengah sebesar 0.5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
masing-masing 0.4%.
penurunan aliran darah ginjal. Efek merugikan dari perfusi ginjal pada fungsi
ginjal sangat jelas. Karena aliran darah ginjal dalam jumlah yang besar
komposisi urin terjadi lebih dini bila perfusi ginjal menurun (Nuari dan Widayati,
2017).
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh gagal ginjal masih belum cukup
optimal untuk menangani permasalahan yang ada. Pola hidup yang tidak sehat dan
penyakit penyerta pada gagal ginjal juga menjadi permasalahan yang sedang
melakukan studi kasus pada Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan Acute
Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini, dibagi menjadi dua yaitu :
Kalimantan Utara.
Kalimantan Utara.
pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit
Ruang lingkup bahasan pada laporan tugas akhir ini adalah pelaksanaan
proses Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury di Ruang
Dahlia A Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara yang
Penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan tipe studi kasus,
yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang terjadi, dan semua
kegiatan hanya memusatkan perhatian pada satu kasus secara intensif, dimulai
1.5.1 Observasi
1.5.2 Wawancara
Data yang didapatkan dari pasien dan orang terdekat lainnya melalui
kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang relevan. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan
klien dan keluarga atau orang tertentu yang mengetahui pasti keadaan
auskultasi.
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan perawat dan
ini.
Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
Bab satu pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
Bab dua landasan teori, yang terbagi menjadi dua bahasan yang pertama yaitu
konsep dasar penyakit yang terdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi,
komplikasi, dan yang kedua yaitu asuhan keperawatan yang terdiri dari
Bab tiga laporan kasus, yang terdiri dari pengkajian, penyimpangan kebutuhan
Bab empat pembahasan, yang berisi perbandingan atau perbedaan antara proses
kesenjangan
tersebut nantinya akan dibahas berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa
Bab lima penutup, berisi kesimpulan dari seluruh penulisan laporan tugas akhir ini
ureum dan kreatinin. Diagnosa Acute Kidney Injury (Gagal Ginjal Akut)
mg/dl per hari. Peningkatan kadar ureum darah adalah sekitar 10 sampai
20 mg/dl per hari kecuali bila terjadi hiperkatabolisme dapat mencapai 100
Acute Kidney Injury atau Acute Renal Failure (ARF) adalah fungsi
Filtration Rate]) dan terjadi hampir dalam hitungan jam atau hari. Acute
penurunan fungsi ginjal. Kasus yang banyak terjadi adalah ketika pasien
bekerja berat, berolah raga, stress, dan sebagainya, tiba-tiba muncul gejala
Acute Kidney Injury ini. Gejala biasanya baru teridentifikasi di rumah sakit
yang berupa oliguria (output urin dalam 24 jam kurang dari 400 cc [Cubic
tiba- tiba yang dapat menganggu keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
Anatomi
seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari pada ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki
glomerulus dan simpai bowman. Zat-zat yang terlarut dalam darah akan
dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni
kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena
Fisiologis
menghasilkan
kesalahan serius dalam penanganan pasien. Ginjal dibentuk dari kira-kira
ultrafiltrasi darah telah terbentuk, dan selama cairan ini melewati nefron,
sekresi. Hasil akhir yang dikeluarkan berupa urin. Enam bagian utama
2019).
Klasifikasi
Loss of kidney function , and End-Stage kidney disease] yang terdiri dari 3
dibawah ini.
Tabel 2.1. Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007
Kategori Peningkatan SCr Penurunan LFG Kriteria UO
Injury 1,5 kali nilai 25% nilai dasar 5,5 mL/Kg/jam
dasar 6 jam
Risk 2,0 kali nilai 50 % 0,5 mL/Kg/jam
nilai
Etiologi
Pre-Renal
secara
cepat dan jika perfusi ginjal ini segera diperbaiki maka fungsi ginjal akan
Akut (NTA).
Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan plasma
30% dari COP (Cardiac Output). Jika jumlah tersebut kurang maka
1) Infeksi
2) Crush Injury
Trauma hebat dan luas pada otot dan jaringan lunak dapat menyebabkan
nefron.
filtrasi.
4) Obat-obatan
racun yang ada pada obat. Beberapa obat yang mempunyai sifat toksik
Ada beberapa zat kimia beracun yang apabila masuk ke dalam tubuh
baik secara inhalasi ataupun ingesti dapat merusak fungsi ginjal. Zat
Post-Renal
Manifestasi Klinik
disritmia.
kreatinin meningkat.
Acute Kidney Injury dibagi menjadi tiga stadium: oliguria, diuresis dan
recovery. Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini, tetapi harus
diingat bahwa ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urin
lebih dari 400 ml/24 jam. Stadium oliguria timbul dalam waktu 24
yakni (1) stadium Acute Kidney Injury dimulai bila keluaran urin lebih
dari 400 ml/ hari, (2) berlangsung 2 sampai 3 minggu, (3) pengeluaran
urin harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak mengalami hidrasi
menderita kekurangan kalium, natrium dan air, (6) selama stadium dini
berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu anemia dan kemampuan
Patofisiologi
ARF (Acute Renal Failure) yang disebabkan oleh logam berat. Etilen
glomerulus.
Muttaqin dan Sari (2014), mengatakan bahwa pada ginjal normal,
adanya gangguan iskemia atau nefrotoksin yang ada pada tubulus atau
akibat cedera awal. Masih banyak hal yang belum diketahui mengenai
patofisiologi ARF. Selain itu, masih banyak yang harus diteliti lebih jauh
Tahap Inisiasi
Tahap dimana ginjal mulai mengalami penurunan ginjal. Pada tahap ini
mengeluh badan yang tiba-tiba terasa lemas, nyeri sendi, kadang diikuti
nyeri pinggang hebat bahkan sampai kolik abdomen. Serangan ini
Fase Oliguri-Anuri
Fase Diuretik
Dimulai ketika dalam waktu 24 jam volume urin yang keluar mencapai
500 ml dan bahkan mulai normal. Berakhir ketika BUN serta serum
kreatinin tidak bertambah lagi. Pada tahap ini perawat harus terus
maka Acute Kidney Injury dapat dicegah agar tidak berlanjut dan nefron
Pemeriksaan Penunjang
yaitu :
begitu jelas.
Komplikasi
terjadi akibat ginjal tidak dapat mensekresi urin, garam dalam jumlah yang
cukup. Posisi pasien setengah duduk agar cairan dalam paru dapat di
(BUN,
kreatinin). Anemia, terjadi akibat penurunan produksi eritropoietin
Widayanti, 2017).
Penatalaksanaan
Pengkajian
terjadi pada tahap ini akan menetukan diagnosis keperawatan (Rohmah &
Walid, 2016).
tonus.
2) Sirkulasi
pucat/kecenderungan perdarahan.
3) Pola eliminasi
bawah).
diuretik.
5) Neurosensori
gelisah”.
6) Nyeri/Kenyamanan
7) Pernapasan
kulit kering.
Diagnosa Keperawatan
terjadi pada pasien dengan Acute Kidney Injury adalah sebagai berikut :
cairan berlebihan.
Perencanaan
2) Oliguria
berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal, tidak ada oedema
Tindakan/intervensi :
Mandiri
Pressure)
haus.
5) Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
cairan terbaik.
6) Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk oedema
tubuh.
Kolaborasi
menimbulkan hiperkalemia.
(5) Hb/Ht
dan jantung.
Rasional : Diberikan dini pada fase oliguria pada Acute Kidney Injury
prazosin (Minipress)
cairan.
Darah) dan denyut jantung dalam batas normal pasien, nadi perifer
Tindakan/intervensi:
Mandiri :
pada respon terhadap berlanjutnya gagal ginjal kronik dan toksik ketidak
seimbangan elektrolit.
otot, hiperefleksia
Kolaborasi
(1) Kalium
(2) Kalsium
toksik kalium.
(3) Magnesium
gastrointestinal.
Mandiri
diet.
uremik.
3) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang
4) Tawarkan perawatan mulut sering atau cuci dengan larutan (25%) cairan
asam asetat.
kg/hari.
Kolaborasi
dan kalium
Injury.
(2) Kalsium
jantung.
(3) Vitamin D
(gastrointestinal).
(Tigan)
yang diinginkan.
Tindakan/intervensi:
Mandiri
ketidak mampuan.
pemilihan intervensi.
3) Identifikasi faktor stres/psikologis yang dapat memperberat
diakui/diketahui.
membatasi frustasi.
Kolaborasi
Mandiri
IV (intravena)/area invasive.
Kolaborasi
sesuai indikasi
cairan berlebihan.
kulit baik, membran mukosa lembab, nadi perifer teraba, berat badan dan
Tindakan/intervensi :
Mandiri
Rasional : Fase diuretik GGA dapat berlanjut pada fase oliguria bila
hipovolemia
Rasional : Pada fase diuretik gagal ginjal haluaran urin dapat lebih dari 3
L/hari
cairan.
progress pengobatan.
Tindakan/intervensi :
Mandiri
1) Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan faktor pencetus bila diketahui
Rasional : Pasien dapat mengalami defek sisa pada fungsi ginjal yang
mungkin sementara.
komplikasi.
jumlah/frekuensi pengeluaran
ginjal/kebutuhan dialisis.
kebutuhan diet.
secara bertahap
ginjal.
Implementasi
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono &
Budi, 2015).
Evaluasi
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
Keperawatan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury yang dirawat di Ruang
Dahlia A Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dari tanggal 27 Mei sampai 29 Mei
3.1 Pengkajian
keluarga klien, perawat ruangan, dokter dan catatan medis Tn. N dengan Acute
Kidney Injury yang dirawat di Ruang Perawatan Dahlia A Rumah Sakit Umum
fisik langsung pada Tn. N maupun observasi langsung pada tanggal 27 Mei 2019
Nama klien Tn. N, lahir di Pinrang 1 Juli 1967, umur 52 tahun, jenis
kelamin laki-laki, alamat Jl. Kakap RT.08 Juata Laut, sudah menikah,
rekam medik 3177xx, diagnosa medis Acute Kidney Injury, klien masuk
rumah sakit tanggal 17 Mei 2019, nomor kamar 3C-5, pengkajian pada
dengan klien ialah istri klien, umur 45 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu
1) Keluhan Utama
Pada saat mengkaji pukul 10:03 Wite klien mengeluh nyeri seperti
dan nyeri serta tidak ada selera makan. Makanan dan minuman yang
pasien ialah tidak merasa nyaman karena merasa nyeri dan tidak dapat
kesehatan yakni bisa cepat pulih dari penyakitnya dan dapat pulang ke
dengan kasus seperti saat ini selama 2 hari pada Januari 2019. Riwayat
penyakit yang diderita sebelumnya ialah perut kembung dan sakit yang
kesehatannya bila dirasa sudah sakit parah, obat yang dikonsumsi hanya
dari dokter dan obat bebas. Bila obat dari dokter telah habis, klien tidak
kembali ke dokter.
Genogram :
: Laki-laki : Meninggal
Peran klien dalam keluarga ialah sebagai seorang ayah yang mencari
saat kesulitan ialah istri dan kedua anaknya. Tidak mengikuti kegiatan
Peran klien dalam keluarga ialah seorang ayah dan di masyarakat klien
serta merawat klien selama sakit. Saat sakit tidak mengikuti kegiatan
ialah Allah SWT membantu dan menolong di saat susah dan senang.
Selama sakit klien hanya berdoa untuk meminta agar cepat pulih dari
1) Sebelum sakit
nasi putih, ikan yang diasinkan lalu digoreng, ayam yang digoreng, dan
makanan yang pedas dan bersantan. Pembatasan pola makan tidak ada.
Cara makan menggunakan kedua tangan dan piring. Keluhan tidak ada.
2) Saat sakit
bubur putih, kecap dan telur rebus dengan 1 porsi makan penuh. Namun
tidak memiliki
banyak rasa. Cara makan dengan sendok. Keluhan hanya tidak selera
makan karena makanan yang masuk ke mulut diarasa pahit oleh klien.
3.1.5.2 Cairan
1) Sebelum sakit
2) Saat sakit
hangat. Cairan infus sodium chloride 0.9% 500 ml dengan 20 tetes per
menit.
3.1.5.3 Eliminasi
1) Eliminasi urin
Jumlah
± 30 cc/jam dengan bau urin amoniak dengan warna kuning jernih.
Perasaan setelah BAK ialah lega karena dapat buang air namun sering.
Tetapi produksi urin ±800 cc. Kesulitan dalam hal buang air kecil ialah
poliuria.
Frekuensi ±
10x dalam sehari. Pancaran lurus dan lancar. Jumlah± 20
cc/jam dengan bau urin amoniak dan bewarna kuning jernih. Perasaan
Frekuensi 2-3 hari dengan konsistensi semi padat dan bau khas. Warna
Frekuensi 1 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dan bau khas,
Input Output
1) Sebelum sakit
Pola istirahat klien tidak teratur. Jam tidur siang pukul 14.00 sampai
16.00 dengan waktu tidur 2 jam dengan kualitas tidur nyenyak tanpa
adanya gangguan. Tidur malam pukul 23.00 sampai 05.00 dengan waktu
toilet.
2) Saat sakit
Pola istirahat klien teratur. Jam tidur siang pukul 14.00 sampai 16.00
terbangun.
Tidur malam pukul 23.00 sampai 05.00 dengan waktu tidur 6 jam dengan
1) Sebelum sakit :
Makan/minum - - - -
Mandi - - - -
Toileting - - - -
Berpakaian - - - -
Berpindah - - - -
Ambulasi/ROM - - - -
2) Saat sakit :
Makan/minum - - - -
Mandi - - - -
Toileting - - - -
Berpakaian - - - -
Berpindah - - - -
Ambulasi/ROM - - - -
Keterangan:
1) Sebelum sakit
kuku kotor dan hitam namun terlihat pendek. Gosok gigi dengan
2) Saat sakit
2) Tanda-tanda vital
Kesadaran:
Komposmentis
R. Eye = 4 (Spontan) +
Total = 15 (Komposmentis)
3) Tekanan darah: 100/60 mmHg
100+32 𝑥
4) MAP = 60 = 73.3 mmHg
Kesimpulan: Normal
1) Kepala
adanya ketombe.
dan lembab.
2) Mata
Inspeksi : Ukuran pupil : 2.5 mm kiri dan kanan 2.5 mm (isokor). Reaksi
3) Hidung
pasien.
Inspeksi : Warna mukosa bibir merah muda. Gigi geligi terlihat berjarak
5) Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, warna sawo matang. Tidak ada
7) Payudara
Palpasi : Tidak ada keluar sekret dan tidak ditemukan adanya lesi.
bening.
8) Thorax
daerah thorax.
Perkusi : Lapang paru kanan dan kiri terdengar sonor. Batas jantung
9) Jantung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pembesaran pada perut bagian kiri
Palpasi : Nyeri tekan di kuadran kiri bawah. Turgor kulit elastis dan
11) Genitalia
12) Anus
pembuluh darah.
5, Tungkai = 5.
Refleks fisilogis : Refleks glabelar (+), refleks bisep (+), refleks trisep
(1) Nervus I : Klien dapat mengidentifikasi aroma kopi, minyak kayu putih
dan teh.
(2) Nervus II : Ukuran pupil 2.5 mm kiri dan kanan (isokor), refleks
(3) Nervus III : Tidak terdapat ptosis, tidak ada ditemukan nistagmus.
(isokor).
(5) Nervus VI : Refleks pupil (+) terhadap rangsangan cahaya (isokor), klien
angin.
(6) Nervus V : Klien dapat merasakan sensasi benda tajam tetapi dapat
(7) Nervus VII : Klien dapat mengangkat kedua alis serta dapat membuka
bibir,
klien dapat mengidentifikasi rasa manis gula, rasa asam
(8) Nervus VIII : Hasil tes Rinne (+) hambatan udara lebih baik dari pada
16) Kulit
turgor menurun.
3.1.7.1 Laboratorium
1) Hematologi Lengkap
Indeks Eritrosit
Hitung Jenis
Limfosit 25 % 20.0-40.0
2) Kimia Darah
3) GFR
10. Senin, 27 Mei 2019 Fleet Enema 133 ml/8 jam Rectal
Tabel 3.7. Terapi obat tanggal 28 Mei 2019
10. Selasa, 28 Mei 2019 Fleet Enema 133 ml/8 jam Rectal
10. Senin, 27 Mei 2019 Fleet Enema 133 ml/8 jam Rectal
3.1.9 Klasifikasi Data
11) Buang air kecil dengan frekuensi ± 10x dalam sehari dan jumlah ± 20
cc/jam
2) Hematokrit 32.1 %
6) Terlihat meringis
1) Pengelompokan Data I
Buang air kecil dengan frekuensi ± 10x dalam sehari dan jumlah ± 20
cc/jam
Hematokrit 32.1 %
2) Pengelompokan Data II
Bila bergerak ke kiri maupun kanan, berjalan dan berpindah tempat terasa
nyeri
Terlihat meringis
Peningkatan
Obstruksi Kebocoran Penurunan
pelepasan NaCl
tubulus filtrat ultrafiltrasi
ke makula densa
glomerulus
Penurunan GFR
metabolisme.
3.4 Perencanaan
2) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN dan Ht)
asites)
5) Monitor elektrolit
metabolisme
konstipasi
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
3.4.3.1 Tujuan : Setelah dilakukan internesi keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
1) Kaji tingkatan nyeri, lokasi nyeri, skala, durasi dan kualitas nyeri.
imajinary, massase)
4) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
1) Pukul 10:03
Mengkaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, skala, durasi dan kualitas nyeri.
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri dengan skala sedang (5) di abdomen kiri bawah
Data objektif :
Terlihat meringis
2) Pukul 19:30
distraksi).
Data subjektif :
Data objektif :
3) Pukul 19:40
Data subjektif :
4) Pukul 23:00
Data subjektif :
Data objektif :
1) Pukul 10:10
Data subjektif :
Data objektif :
2) Pukul 16:00
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN dan Ht)
Data subjektif : -
Data objektif :
dan Kreatinin 2.70 mg/dL dan hasil pemeriksaan darah lengkap pada
3) Pukul 16:05
Monitor elektrolit
Data subjektif : -
Data objektif :
4) Pukul 16:10
asites)
Data subjektif :
Data objektif :
5) Pukul 17:30
Data subjektif :
Klien mengatakan hanya minum 3-4 gelas saja dalam sehari dan hanya
Data objektif :
Klien mendapat cairan infus Sodium Chloride 0.9 % 20 tpm dan
mendapatkan diet bubur kecap dengan karbohidrat 374 g/l, lemak 51 g/l
6) Pukul 22:00
1) Pukul 10:20
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan namun hanya tidak bisa
Data objektif :
2) Pukul 12:00
3) Pukul 15:00
intravena
4) Pukul 15:30
Data subjektif :
Data objektif :
Tidak ditemukan klien meual maupun muntah saat makan ataupun tidak
sedang makan
5) Pukul 16:00
Data objektif :
L 32.1%
6) Pukul 17:10
7) Pukul 17:45
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Data subjektif :
Data objektif :
Total kalori : 2300 kalori dengan protein : 86 g/l, lemak : 51 g/l, dan
8) Pukul 18:00
Klien mengatakan tidak ada selera makan karena dirasa lidah pahit
Data objektif :
Klien terlihat memakan telur yang didapat dari diet bubur kecap dengan
protein 83 g/l .
9) Pukul 18:30
konstipasi
Data subjektif :
Data objektif :
1) Pukul 07:00
2) Pukul 07:10
Data subjektif :
Data objektif :
asites)
Data subjektif :
Data objektif :
4) Pukul 17:30
Data subjektif :
Klien mengatakan hanya minum 3-4 gelas saja dalam sehari dan hanya
Data objektif :
mendapatkan diet bubur kecap dengan karbohidrat 374 g/l, lemak 51 g/l
5) Pukul 22:00
1) Pukul 06:00
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan namun hanya tidak bisa
2) Pukul 12:00
3) Pukul 15:00
intravena
4) Pukul 15:10
Data subjektif :
Data objektif :
Tidak ditemukan klien meual maupun muntah saat makan ataupun tidak
sedang makan
5) Pukul 15:40
Data subjektif : -
Data objektif :
L 32.1%
6) Pukul 17:00
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Data subjektif :
Data objektif :
Total kalori : 2300 kalori dengan protein : 86 g/l, lemak : 51 g/l, dan
8) Pukul 18:00
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak ada selera makan karena dirasa lidah pahit
Data objektif :
Klien terlihat memakan telur yang didapat dari diet bubur kecap dengan
protein 83 g/l
9) Pukul 18:30
konstipasi
Data subjektif :
Klien mengatakan memakan lebih senang makan buah pisang
Data objektif :
1) Pukul 07:00
2) Pukul 08:00
Data subjektif :
Data objektif :
3) Pukul 11:42
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN dan Ht)
Data subjektif : -
Data objektif :
4) Pukul 16:00
Monitor elektrolit
Data subjektif : -
Data objektif :
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 Mei 2019 dengan
5) Pukul 16:25
asites)
Data subjektif :
6) Pukul 17:05
Data subjektif :
Klien mengatakan hanya minum 3-4 gelas saja dalam sehari dan hanya
Data objektif :
mendapatkan diet bubur kecap dengan karbohidrat 374 g/l, lemak 51 g/l
7) Pukul 22:00
1) Pukul 06:30
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan namun hanya tidak bisa
Data objektif :
2) Pukul 12:00
3) Pukul 15:00
intravena
4) Pukul 15:20
Data subjektif :
Data objektif :
Tidak ditemukan klien meual maupun muntah saat makan ataupun tidak
sedang makan
5) Pukul 15:30
Data subjektif : -
Data objektif :
L 32.1%
6) Pukul 17:00
7) Pukul 17:25
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Data subjektif :
Data objektif :
Total kalori : 2300 kalori dengan protein : 86 g/l, lemak : 51 g/l, dan
8) Pukul 18:00
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak ada selera makan karena dirasa lidah pahit
Data objektif :
Klien terlihat memakan telur yang didapat dari diet bubur kecap dengan
protein 83 g/l
9) Pukul 18:30
konstipasi
Data subjektif :
Data objektif :
1) Pukul 11:48
Data subjektif :
Data objektif :
kesehatan
2) Pukul 13:45
Data subjektif : -
Data objektif :
Data subjektif : -
Data objektif :
4) Pukul 14:00
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
Data subjektif :
Data objektif :
Istri klien terlihat antusias tentang penyakit gagal ginjal dan saat ditanya
untuk menjelaskan kembali istri dank lien tidak dapat menjelaskan ulang
5) Pukul 14:05
Data subjektif :
Klien mengatakan tahu bahwa harus minum 8 gelas air putih dalam sehari
Data objektif :
Pukul 15:12
Pukul 21:00
mengetahui makanan yang bernutrisi seperti susu, roti, daging dan ikan.
Pukul 21:30
jugularis, efusi maupun anasarka pada klien. Intake 1350 ml output 1700
Pukul 14:32
yang diberikan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan pada pasien.
pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara mulai tanggal 27 Mei sampai dengan
29 Mei 2019, maka bab ini penulis mengemukakan kesenjangan antara teori
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.N dengan Acute Kidney Injury.
4.1 Pengkajian
dengan klien, sehingga penulis bisa mendapatkan data, baik data subjektif dan
data objektif dari klien dan keluarga klien. Klien dan keluarga sangat kooperatif
Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi
teori dan kasus yang di peroleh di lahan praktek Doenges (2014) mengatakan
Injury muncul data dengan gejala kelemahan otot, kehilangan tonus yang
dapat dikuatkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalalah dengan
pada Tn. N, saya tidak menemukan tanda dan gejala kelemahan otot,
Tungkai =
menurut Heng & Noel (2010) terdapat faktor-faktor yang antara lain
yang terjadi akibat komplikasi pada pasien gagal ginjal akut dapat
sistem yang berperan penting terhadap degradasi protein pada semua sel
tonus.
4.1.2 Sirkulasi
pada klien.
adalah penurunan aliran darah ke ginjal serta laju filtrasi glomerulus yang
berkurang dapat meningkatkan aktivitas sistem Renin Angiotensin-
renin yang dapat merubah Angiotensin yang berasal dari hati menjadi
retensi air dan Natrium (Na) di tubulus ginjal dan menyebabkan tekanan
ataupun adanya distensi vena jugularis, nadi yang kuat serta oedema dan
gangguan aliran balik vena, dan efek agen farmakologis (SDKI, 2016).
S1 lup dan S2 dup, regular dengan nadi 70 x/menit dan posisi jantung di
ICS 3 dan 4, terdengar redup. Lapang paru kanan dan kiri terdengar sonor.
Suara jantung S1 (lup) S2 (dup), irama regular suara lapang paru terdengar
perdarahan.
4.1.3 Pola eliminasi
muncul data dengan gejala perubahan warna urin, oliguria (biasanya 12-21
Smeltzer & Bare (2002), mengatakan bahwa disuria (sakit dan sulit
warna urin sudah jelas berbeda. Warna coklat maupun berawan pasti
sehari dengan jumlah ± 20 cc/jam bau urin amoniak dan bewarna kuning
dalam
zat, program pengobatan, perubahan air dan makanan dan bakteri pada
dalam sehari dengan konsistensi cair dan bau khas, warna kuning dan
Hubungan antara teori dengan kasus Tn. N yaitu Acute Kidney Injury
otak yang lebih tinggi. Muntah adalah refleks kompleks yang diperantarai
Namun pada kasus Tn. N dengan Acute Kidney Injury tidak ditemukan
makan 3x sehari dengan selera makan kurang. Jenis makan bubur putih,
kecap dan telur rebus dengan 1 porsi makan penuh. Namun pasien hanya
Edema pada bagian tubuh bawah atau atas akibat retensi cairan
efek samping akibat penggunaan obat diuretik. Pengkajian data pada Tn.
N tidak ditemukan adanya tanda dan gejala edema ini meskipun tidak ada
penggunaan diuretik.
4.1.5 Neurosensori
kepala, penglihatan kabur, kram otot yang tidak ditemukan pada klien.
N, saya tidak menemukan tanda dan gejala kram otot sebab klien tidak ada
2016).
didapatkan
data dengan ukuran pupil : 2.5 mm kiri dan kanan 2.5 mm (isokor). Reaksi
4.1.6 Nyeri/kenyamanan
4.1.7 Pernafasan
produktif dengan sputum kental merah muda (oedema paru) yang tidak
(Safitri, 2016). Alasan mengapa pada kasus Tn. N dengan Acute Kidney
respon imun dan inflamasi yang dapat menyebabkan edema, pilek, sakit
kepala, demam dan malaise. Hasil data pengkajian yang didapatkan oleh
akut oliguria atau ESRD (End Stage Renal Disease) adalah terjadinya
edema paru. Komplikasi ini terjadi akibat kelebihan beban cairan, gagal
eupnea, irama regular simetris pengembangan dada kiri dan kanan, lapang
paru kanan dan kiri terdengar sonor dan irama regular suara lapang paru
4.1.8 Keamanan
data dengan gejala demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area kulit ekimosis,
pruritus, kulit kering, adanya reaksi transfuse yang tidak ditemukan pada
klien.
Kidney Injury pada sepsis disebabkan oleh respon inflamasi, toxin, dan
axila.
setelah gigitan nyamuk, atau pada kulit yang kering (Corwin 2009).
Setelah dirasa gatal dan sering menggaruk area iritan maka dapat
berukuran sampai lebih kecil dari 1 cm, misalnya nevus (tahi lalat atau
tanda lahir) atau kutil (Corwin 2009). Data pengkajian tidak ditemukan
adanya tanda atau gejala pruritus maupuan petekie karena Tn. N menjaga
kebersihan dairi dan kesehatan tubuh dengan mandi 1x sehari dengan cara
diseka.
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan
2014).
diagnosis keperawatan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury. Terdapat empat
diagnosis keperawatan yang muncul, tetapi hanya terdapat tiga yang sama pada
teori.
SDKI (2017). Berikut satu diagnosis yang terdapat pada kasus Tn. N dengan
Acute Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit Umum Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara, tetapi tidak ada di diagnosis menurut Doenges, (2014) yaitu :
4.2.1.1 Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
Alasan : Nyeri akut tidak terdapat dalam teori karena diagnosis muncul
4.3 Perencanaan
yang dilakukan penulis sesuai dengan teori yang terdapat pada Doenges (2014).
perencanaan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury yang ada di teori namun
Alasan : Tindakan ini tidak sesuai dengan kondisi klien sebab masih
dalam stadium awal dan mampu dicegah dengan perawatan yang tepat.
Alasan : Tindakan ini tidak sesuai dengan kondisi klien sebab masih
dalam stadium awal dan mampu dicegah dengan perawatan yang tepat.
dan jantung.
Alasan : Tindakan ini tidak sesuai dengan kondisi klien sebab masih
dalam stadium awal dan mampu dicegah dengan perawatan yang tepat.
metabolisme
Alasan : Tindakan ini tidak sesuai dengan kondisi klien sebab membrane
mukosa lembab dan tidak pecah. Klien juga melakukan perawatan mulut
kg/hari.
Alasan : Tindakan ini tidak sesuai dengan kondisi klien sebab tidak ada
penurunan berat badan yang berarti pada klien serta tidak mendapatkan
puasa.
Alasan : Tindakan ini tidak digunakan sebab stadium gagal ginjal klien
4.4 Implementasi
yang dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat.
Namun dari semua perencanaan yang dibuat terdapat beberapa intervensi yang
tidak dapat dilakukan secara maksimal, hal tersebut dikarenakan kurangnya ruang
lingkup
pembatas yang memadai antara pasien kelolaan dengan pasien lainnya di dalam
satu ruangan.
mudah menerima penjelasan dan saran, dan klien berpartisipasi aktif dalam
tindakan keperawatan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan untuk menilai asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury selama
tiga hari yaitu mulai tanggal 27 Mei sampai dengan 29 Mei 2019. Evaluasi yang
dilakukan pada asuhan keperawatan dalam kasus ini adalah evaluasi sumatif. Dari
diagnosa-diagnosa yang ditemukan oleh penulis ada masalah yang teratasi dan
Dari empat diagnosa yang ditemukan pada klien didapatkan bahwa tiga
diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
penurunan berat badan dan tidak ditemukan adanya penurunan berat badan
edema, distensi vena jugularis, efusi maupun anasarka pada klien. Intake
4.5.3 Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik (iskemia). Masalah
teratasi ditandai dengan pasien tidak merasakan nyeri dan skala (3) nyeri
ringan.
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury
dapat dilakukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan teori dan
tujuan yang telah ditetapkan. Penulis juga mengemukakan saran demi perbaikan
asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan penyakit Acute Kidney Injury.
5.1 Kesimpulan
selama tiga hari terhitung dari tanggal 27 Mei - 29 Mei 2019 di ruang perawatan
5.1.1 Penulis melakukan asuhan keperawatan melalui setiap tahap dari proses
dan
103
dilakukan penulis terdiri dari dua kategori yaitu evaluasi sumatif yang
pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury adalah sebagai berikut: Aktivitas
diteori namun tidak ditemukan pada kasus, yaitu resiko penurunan curah
adalah sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap
tindakan yang dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta
dari empat diagnosa yang ditemukan, tiga diagnosa dinyatakan teratasi dan
resiko defisit nutrisi dan nyeri akut sedangkan untuk diagnosa yang lain
5.2 Saran
Injury. Diharapkan asuhan keperawatan pasien dengan Acute Kidney Injury dapat
pada Tn. N dengan Acute Kidney Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit
mengatasi masalah seperti ini sangat terbatas oleh karena itu diharapkan
yang sesuai dengan standar praktik keperawatan, jika ini dilakukan Tn. N
Ariani. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Ginjal Lainnya. Yogyakarta :
Istana Media.
Aulia. 2017. Ginjal Kronis. Diakses pada tanggal 12 Juni 2019 dari
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-
dan-pembuluh-darah/ginjal-kronis.
Budiono & Budi Pertami, Sumirah. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Bumi Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2018. Rawat Ginjal Anda Dengan Cerdik. Diakses
pada tanggal 11 Juni 2019 dari
http://www.depkes.go.id/article/view/18030900001/rawat-ginjal-anda-
dengan-cerdik.
Nuari & Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.
Safitri, Tania. 2016. Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Diakses pada tanggal 22
Juni 2019 dari https://www.hellosehat.com/penyakit/infeksi-saluran-
pernapasan-atas-ispa.
Setiawan, Dional, dkk. Biomarker Acute Kidney Injury (AKI) pada Sepsis. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2018 ; 7 (Supplement 2) : 113-116.
Smeltzer & Bare. 2002. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: DPP PPNI.
Thomas. 2013. Renal Nursing. Edisi 4. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd.
Intervention.
Acute Kidney Injury-From Diagnosis to Care. 2016. 187:1-8 : 1-7.