Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE KIDNEY INJURY (AKI)

Disusun Oleh :

Muhammad Izza Nuril Hilmy

2211102412187

Program Studi Profesi Ners

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

2022
Laporan Pendahuluan
Acute Kidney Injury (AKI)

A. Definisi
Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba (dalam
48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25 µmol/L)
atau meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr selama
>6 jam.
Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan
ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI, yakni
1. Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%)
2. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI
renal/intrinsik,~40%)
3. penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka
kejadian penyebab AKI sangat tergantung dari tempat terjadinya AKI. Salah satu
cara klasifikasi etiologi AKI dapat dilihat

• Klasifikasi etiologi AKI


AKI Prarenal
1) Hipovolemia
• Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
• Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia, obstruksi usus
• Kehilangan darah
• Kehilangan cairan ke luar tubuh
• Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui saluran kemih
(diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit
2) Penurunan curah jantung
• Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
• Penyebab perikard: tamponade
• Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
• Aritmia
• Penyebab katup jantung

3) Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik


• Penurunan resistensi vaskular perifer
• Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan (contoh:
barbiturat), vasodilator (nitrat, antihipertensi)
• Vasokonstriksi ginjal
• Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin, takrolimus, amphotericin
• Hipoperfusi ginjal local
• Stenosis a.renalis, hipertensi maligna

4) Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal


• Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen

AKI Renal
1) Obstruksi renovaskular
• Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis, trombosis, emboli, diseksi
aneurisma, vaskulitis), obstruksi v.renalis (trombosis, kompresi)
2) Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
• Glomerulonefritis, vaskulitis
3) Nekrosis tubular akut ( Acute Tubular Necrosis , ATN)
• Iskemia (serupa AKI prarenal)
• Toksin
• Eksogen (radiokontras, siklosporin, antibiotik, kemoterapi, pelarut organik,
asetaminofen), endogen (rabdomiolisis, hemolisis, asam urat, oksalat,
mieloma)
4) Nefritis interstitial
• Alergi (antibiotik, OAINS, diuretik, kaptopril), infeksi (bakteri, viral, jamur),
infiltasi (limfoma, leukemia, sarkoidosis), idiopatik
5) Obstruksi dan deposisi intratubular
• Protein mieloma, asam urat, oksalat, asiklovir, metotreksat, sulfonamida
6) Rejeksi alograf ginjal

AKI Pascarenal
1) Obstruksi ureter
• Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan, kompresi eksternal
2) Obstruksi leher kandung kemih
• Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat.
3) Obstruksi uretra
• Striktur, katup kongenital, fimosis

❖ Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE

Stage Kriteria GFR Kriteria Urine Probability


Output
Risk SCr meningkat 1.5 x atau UO <0.5ml/kg/jam
GFR menurun > 25% selama 6 jam
Injury SCr meningkat 2 x atau UO <0.5ml/kg/jam
Tingkat Sensitifitas
GFR menurun > 50 % selama 12 jam
tinggi
Failure SCr meningkat 3 x atau
(risk>injury>failure)
GFR menurun > 75 %
Atau SCr ≥4mg/dL;
meningkat akut ≥ 0.5mg/dL
Loss Persistent acute renal failure; kehilangan fungsi
ginjal komplet selama lebih 4 minggu High specificity
ESRD Kehilangan fungsi ginjal komplet lebih 3 bulan
C. Patofisiologi
Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,
bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh
medulla ginjal terluar. Pada AKI, terdapat peningkatan vasokonstriksi dan penurunan
vasodilatasi pada respon yang menunjukkan ginjal post iskemik. Dengan peningkatan
endhotelial dan kerusakan sel otot polos pembuluh, terdapat peningkatan adhesi leukosit
endothelial yang menyebabkan aktivasi system koagulasi dan obstruksi pembuluh
dengan aktivasi leukosit dan berpotensi terjadi inflamasi.
Pada tingkat tubuler, terdapat kerusakan dan hilangnya polaritas dengan diikuti oleh
apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular, dan kembali terjadi kebocoran filtrate
glomerulus melalui membrane polos dasar. Sebagai tambahan, sel-sel tubulus
menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori, sehingga mempengaruhi vascular untuk
meningkatkan kerjasama vascular. Mekanisme positif feedback kemudian terjadi sebagai
hasil kerjasama vascular untuk menurunkan pengiriman oksigen ke tubulus, sehingga
menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori meningkatkan vasokonstriksi dan interaksi
endothelial-leukosit.

D. Manifestasi klinis
Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
a. Peningkatan BUN dan kreatinin,
b. Anemia
c. Hiperkalemia
d. Asidosis metabolic
e. Edema
f. Anoreksia,nause,vomitus
g. Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit
h. Kelemahan otot
i. Perubahan pola berkemih (oligouri/poliuri
j. Perubahan suhu tubuh : demam (dehidrasi)
k. Nafas bau amoniak
E. Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat
menimbulkan keadaan gawat.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
2. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum,
Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
3. Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
4. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan
untuk diagnosis histologist
5. Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
6. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda pericarditis

G. Penatalaksanaan
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut
; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L),
perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan
perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian
ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat, secara oral atau melalui retensi
enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari
urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Acute Kidney Injury (AKI)

A. Pengkajian
a. Keadaan umum :
b. Identitas : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
c. Riwayat Kesehatan :
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta
kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan
berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi
bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan,
DM, gagal jantung/hati.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang
lainnya.
d. Pola kebutuhan
• Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
• Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum,
pucat, kecenderungan perdarahan
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria (kegagalan dini)
atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih,
dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi),
abdomen kembung, diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi prostat, batu/kalkuli
Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat,
berawan, Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)
• Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi),
mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan diuretic
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema
• Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom ‘kaki
gelisah”
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang
• Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
• Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
(kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda
(edema paru)
• Keamanan
Gejala : ada reakti tranfusi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus, kulit kering

e. Pengkajian keluarga
1) Anggota keluarga
2) Pola komunikasi
3) Pola interaksi
4) Pendidikan dan pekerjaan
5) Kebudayaan dan keyakinan
6) Fungsi keluarga dan hubungan
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, dan lelah.
GCS : Verbal: …. Psikomotor: ….. Mata:
…..
Tanda-Tanda Vital : TD ….. Nadi …. Suhu …. RR….

2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala dan leher
pasien. Periksa apakah ada peningkatan tekanan vena jugularis.
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan, kondisi
konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada nyeri tekan atau tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan, kondisi
bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan, apakah
ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi daerah mulut
apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa bibir, dan lain
sebagainya.
f. Dada
Paru-Paru dan jantung : dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi
g. Abdomen
Dilakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia (D.0022)
b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
c. Nyeri kronis (D.0078)
d. Defisit Nutrisi (D.0019)
e. kerusakan integritas kulit (D.0129)
f. Gangguan citra tubuh (D.0083)
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Hipervolemia (D.0022) Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
(L.03020) (l.03114)
Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan …x24 jam 1.1 Periksa tanda dan gejala
diharapkan keseimbangan hypervolemia
cairan membaik dengan 1.2 Identifikasi penyebab
kriteria : hypervolemia
- Edema menurun 1.3 Monitor intake dan output
- Tekanan darah membaik cairan
- Turgor kulit membaik 1.4 Monitor kecepatan infus
secara ketat
Terapeutik
1.5 Batasi asupan cairan dan
garam
1.6 Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
Edukasi
1.7 Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
1.8 Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1.9 Kolaborasi pemberian diuretik
2 Pola nafas tidak efektif Pola nafas (L.01004) Pemantauan respirasi (l.01014)
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama …x 24 2.1 Monitor frekuensi, irama,
jam diharapkan pola nafas kedalaman,dan upaya nafas
membaik dengan kriteria : 2.2 Monitor pola nafas
- Dispnea menurun 2,3 Monitor saturasi oksigen
- Penggunaan otot bantu Terapeutik
nafas menurun 2.4 Atur interval pemantauan
- Frekuensi nafas membaik respirasi sesuai kondisi pasien
2.5 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
2.6 Informasikan hasil
pemantauan
3 Nyeri Kronis (D.0078) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (l.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan … x 24 jam 3.1 Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria : frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri menurun nyeri
- Gelisah menurun 3.2 Identifikasi skala nyeri
- Kesulitan tidur menurun Terapeutik
- Meringis menurun 3.3 Berikan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3.4 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
3.5 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
3.6 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
3.7 Kolaborasi pemberian
analgetik
4 Defisit Nutrisi (D.0019) Status nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (l.03119)
Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan … x 24 jam 4.1 Identifikasi status nutrisi
diharapkan nutrisi membaik 4.2 Identifikasi kebutuhan kalori
dengan kriteria : dan jenis nutrient
- Indeks massa tubuh 4.3 Monitor berat badan
membaik Terapeutik
- Membran mukosa membaik 4.4 Sajikan makanan secara
- Porsi makan yang menarik dan suhu yang sesuai
dihabiskan meningkat Edukasi
4.5 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
4.6 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
5 kerusakan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
kulit (D.0129) (L.14125) (l.11353)
Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan … x 24 jam 5.1 Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit gangguan integritas kulit
membaik dengan kriteria : Terapeutik
- Kerusakan lapisan kulit 5.2 Gunakan produk berbahan
menurun petroleum atau minyak pada kulit
- Tekstur membaik kering
- Kemerahan menurun 5.3 Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
5.4 Anjurkan menggunakan
pelembab
5.5 Anjurkan minum air yang
cukup
5.6 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6 Gangguan citra tubuh Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh (l.09305)
(D.0083) Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan … x 24 jam 6.1 Identifikasi perubahan citra
diharapkan citra tubuh tubuh yang mengakibatkan
meningkat dengan kriteria isolasi sosial
- Respon nonverbal pada 6.2 Monitor frekuensi pernyataan
perubahan tubuh membaik kritik terhadap diri sendiri
- Menyentuh bagian tubuh Terapeutik
membaik 6.3 Diskusikan perbedaan
- Verbalisasi kekhawatiran penampilan fisik terhadap
pada penolakan/reaksi harga diri
orang lain menurun 6.4 Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh
6.5 Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
6.6 Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
6.7 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Adril Arsyad Hakim. (2012). Kumpulan Asuhan Keperawatan (Askep Acute Kidney Injury &
Gagal Ginjal Kronis ); http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15591

Doenges E, Marilyn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta. EGC

Nurarif, H dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. Medi Action

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai