Gagal ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok
untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel.
Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, keruskan vaskular akibat
diabetes melitus, dan hipertensi yang berlangsung terus-menerus dapat
mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya
fungsi ginjal secara progresif (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009)
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah
penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan
dan elektrolit mengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia (Baughman &
Hackley, 2000).
B. Patofisiologi
Oleh karena gagal ginjal berkembang dan jumlah nefron yang berfungsi
menurun, Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) total menurun lebih jauh. Dengan
demikian tubuh menjadi tidak mampu membebaskan diri dari kehilangan air,
garam, dan produk sisa lainnya melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10-20
ml/menit, efek toksin uremia pada tubuh menjadi bukti. Jika penyakit tidak
diobati dengan dialisis atau transflantasi, hasil dari ESRD adalah uremia dan
kematian (Black & Hawks, 2014).
C. Etiologi
b. Hipertensi
c. Lupus eritematosus
d. Poliarteritis
e. Penyakit sel sabit
f. Amiloidosis
g. Glomerulonefritis kronis
h. ARF
j. Pielonefritis berulang
k. Nefrotoksin
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan
kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan
sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan
oleh gagal ginjal kronis (Black & Hawks, 2014):
a. Ketidakseimbangan Elektrolit
Pada gagal ginjal lanjut kadar BUN dan serum kreatinin meningkat
karena produk sisa metabolisme protein berakumulasi dalam darah.
Kadar serum kreatinin adalah pengukuran yang paling akurat dan
fungsi ginjal. Ratio normal BUN terhadap kreatinin adalah 10:1, dan
tetap sama baik saat kadar kreatinin maupun BUN meningkat.
c. Perubahan Hematologis
d. Perubahan Gatrointestinal
Stadium Ciri-Ciri
1 Pasien dengan tekanan darah normal, tidak ada kelainan dalam tes
laboratorium dan tidak ada manifestasi klinis
2 Umumnya asimtomatik dan berkembang menjadi hipertensi dan
ada kelainan pada tes laboratorium
3 Asimtomatik, laboratorium menunjukan kelainan di beberapa
sistem organ, dan hipertensi
4 Mulai mengalami manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronis
berupa kelelahan dan nafsu makan buruk
5 Sesak nafas berat menjadi manifestasi klinis serta peningkatan
Blood Urea Nitrogen (BUN)
Sumber : Black MJ, Hawks JH, editors. Keperawatan medikal bedah
manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan (Suslia A,
Ganiajri F, Lestari PP, Sari Arum WR, editors Bahasa
Indonesia). 8th ed. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
Klasifikasi
GFR
Istilah lain yang
Stadium Deskripsi (ml/menit/1,73
digunakan
m2)
1 Kerusakan ginjal Berada pada resiko >90
dengan tingkat filtrasi
glomerulus (GFR)
normal
2 Kerusakan ginjal Kelainan ginjal kronis 60-89
dengan penurunan (Chronic Renal
GFR ringan Insufficiency – CRI)
3 Penurunan GFR CRI, gagal ginjal 30-59
sedang kronis (Chronic Renal
Failure – CFR)
4 Penuruanan GFR parah Chronic Renal Failure 15-29
(CFR)
5 Gagal ginjal Penyakit ginjal <15
stadium akhir (End
Stage Renal Disease –
ESRD)
Sumber : Black MJ, Hawks JH, editors. Keperawatan medikal bedah
manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan (Suslia A,
Ganiajri F, Lestari PP, Sari Arum WR, editors Bahasa
Indonesia). 8th ed. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
Komplikasi
c. Anemia
d. Disfungsi Seksual
Pemeriksaan Penunjang
b. Urinalisis.
c. Ultrasonografi Ginjal.
Intervensi Keperawatan
Kolaborasi :
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebihan muncul memburuk
Sumber : Nurarif AH, Kusuma H. Asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & nanda nic-noc.
Jogjakarta: Mediaction; 2015.
Anatomi Ginjal
Fisiologi Ginjal
Aktivitas Berat
Normal
Berkepanjangan
Asupan
Minuman dan Makanan 2.100 ?
Dari Metabolisme 200 200
Total Asupan 2.300 ?
Keluaran
Tidak dirasakan - Kulit 350 350
Tidak dirasakan - Paru 350 650
Keringat 100 5000
Feses 100 100
Urine 1.400 500
Total Keluaran 2.300 6.600
Sumber : Guyton AC, Hall, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran
(Ilyas IIE, Widjajakusumah DM, Tanzil A, Santoso SID,
Siagian M, Hardjatno T, et al, editors Bahasa Indonesia). 12 th
ed. Singapore: Elsevier Inc; 2016.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis
dan berkelanjutan. Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data dan
menempatkan data ke dalam format yang terorganisir (Rosdahl dan Kowalski,
2014).
a. Identitas
b. Usia
c. Jenis Kelamin
d. Keluhan Utama
Menurut Sitifa Aisara dkk (2018), pada pasien gagal ginjal kronis
biasanya terjadi oliguria yaitu penurunan intake output yang disebabkan
oleh terganggunya fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostasis
cairan tubuh dengan kontrol volume cairan, sehingga cairan menumpuk di
dalam tubuh. Terjadi pembengkakan kaki atau edema perifer pada pasien
yang merupakan akibat dari penumpukan cairan karena berkurangnya
tekanan osmotik plasma dan retensi natrium dan air. Hampir 30% gagal
ginjal kronik disebabkan oleh hipertensi dan prevalensi hipertensi pada
pasien baru gagal ginjal kronik adalah lebih dari 85%.
Karena penyebab gagal ginjal bisa dari DM atau hipertensi, maka kaji
apakah keluarga memiliki riwayat penyakit tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan
klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui intervensi
keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang
ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien (Kowalski, 2015).
Berikut ini adalahbeberapa diagnosa keperawatan gagal ginjal kronik
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Kowalski (2015), rencana keperawatan adalah pedoman formal
untuk mengarahkan staf keperawatan untuk memberi asuhan klien. Biasanya
berdasarkan prioritas, hasil yang diharapkan (sasaran jangka pendek atau
panjang) dan progam keperawatan.