Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA KARITAS


KOTA CIMAHI
TAHUN 2018

Purwanti, TF, Istianah, Arifin A

ABSTRAK
Latar Belakang. Depresi masih merupakan salah satu penyakit kejiwaan pada lansia cukup
tinggi, yang menyebabkan kegelisahan, perasaan tidak berharga, dan pikiran untuk menyakiti
diri sendiri. Untuk itu dibutuhkan penanganan yang tidak menimbulkan efek samping dan
mudah dilakukan yaitu dengan terapi non farmakologi berupa senam lansia. Tujuan
Penelitian. Mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia. Metode
Penelitian. Menggunakan metode quasi eksperimental desain pre and post test without
control. Sampel penelitian sebanyak 20 responden, 4 responden laik-laki dan 16 responden
perempuan, pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data
menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS). Uji yang digunakan Wilcoxon
Signed Ranks Test. Hasil. Tingkat depresi pada lansia sesudah dilakukan intervensi yang
mengalami depresi berat sebanyak 1 responden (5,0%), mengalami depresi sedang sebanyak 2
responden (10,0%), dan mengalami depresi ringan sebanyak 17 responden (85,0%) dari 20
responden Berdasarkan Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh angka signifikan dengan nilai
p <0,05 Simpulan. Terdapat pengaruh antara senam lansia terhadap tingkat depresi pada
lansia.

Kata Kunci: Depresi; Lansia; Senam Lansia

PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), depresi merupakan kontributor yang
signifikan terhadap beban penyakit global yang mempengaruhi semua masyarakat dunia.
Sekarang diperkirakan 350 juta orang terkena depresi. World Mental Health Survey yang
dilaksanakan pada 17 negara menemukan bahwa 1 dari 20 orang pernah dilaporkan
mengalami episode depresi di tahun sebelumnya. Gangguan depresi sering dimulai pada usia
muda; depresi sering berulang dan mengurangi fungsi individu dalam masyarakat. Inilah
alasan mengapa depresi adalah penyebab utama disabilitas di seluruh dunia dalam Total Years
Lost karena disabilitas. Bunuh diri adalah penyebab utama kematian kedua pada anak usia 15-
29 tahun. (WHO, 2017)
Di Indonesia menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. (Kemenkes RI,
2016)
Lanjut usia (Lansia) memiliki angka kejadian depresi yang rendah dibandingkan
populasi usia 40-59 tahun, di mana lansia laki-laki memiliki angka kejadian 5% dan lansia
perempuan sedikit lebih tinggi yaitu 7%, akan tetapi depresi pada lanjut usia dapat
menyebabkan efek yang lebih berat, sehingga menimbulkan gejala depresi pada 15% lansia.
(National Health and Nutrition Examination Survey, 2012).
Populasi lansia di dunia khususnya negara berkembang mengalami peningkatan
signifikan yaitu sebesar 287 juta pada tahun 2013 (United Nation, 2013).
Jumlah penduduk lansia di Indonesia juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
persentase jumlah penduduk lansia sebesar 9,77% dan diprediksi akan terus meningkat
hingga 11,34% pada tahun 2020. Peningkatan jumlah lansia menjadi tantangan dalam
menghadapi peningkatan angka kesakitan lansia seperti yang terjadi pada tahun 2012 sebesar
26,93% (Kemenkes RI, 2013).
Berbagai perubahan psikologis mengakibatkan lansia sangat rentan mengalami
berbagai penyakit fisik. Selain itu, perubahan psikososial yang terjadi pada masa tua akibat
perubahan kognitif, kondisi penyakit, kehilangan peran sosial juga mempengaruhi konsep diri
lansia dan dapat menjadi stressor, sehingga rentan mengalami masalah psikologis yang umum
yaitu depresi. Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kesedihan, dan
kehilangan ketertarikan terhadap aktivitas sehari-hari (Townsend, 2008).
Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 138 ayat (1)
menyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditunjukkan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Tindakan pemeliharaan kesehatan bagi lansia tersebut dapat dilakukan
guna mencegah depresi pada lansia. Salah satu tindakannya dapat berupa memberikan
aktivitas secara rutin kepada lansia, olahraga yang dipilih adalah yang gerakan-gerakan di
dalamnya tidak membahayakan saat berolahraga. Jenis olahraga yang baik untuk lansia
seperti jalan santai, berkebun, senam atau bersepeda. Senam lansia merupakan olahraga yang
ringan dan mudah dilakukan. Aktifitas olahraga tersebut membantu tubuh agar tetap bugar
dan segar karena melatih tulang tetap kuat serta mendorong jantung bekerja optimal. Dengan
melakukan senam lansia minimal 20 menit dengan periode pemanasan dan pendinginan,
lansia dapat menjalani tahun-tahun selanjutnya dalam kehidupannya dengan kondisi
kesehatan yang baik.(Stenly. B. & Beare. P. G, 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan Panti Sosial Tresna Wredha
Karitas Kota Cimahi dari 10 lansia yang diwawancara 5 diantaranya depresi ringan, 1
diantaranya mengalami depresi sedang, dan 4 lainnya tidak mengalami depresi. Sehingga dari
10 lansia 6 diantaranya harus dilakukan intervensi senam lansia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre and post test
without control dari populasi lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi
dengan jumlah 31 orang lansia. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. [ CITATION
Sug14 \l 1033 ]. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang lansia. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan antara lain GDS yang telah teruji. Instrumen Geriatric
Depression Scale (GDS) yang digunakan adalah GDS dari Yesavage dan Brink dengan
jumlah pertanyaan 15 dengan nilai signifikan r-0,82 untuk nilai uji validitas (N=100).
Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai 0,94. Alat lain yang digunakan antara lain
laptop, dan pengeras suara.
Analisa data yang digunakan yaitu uji statistik Wilcoxon yang bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi.

HASIL
Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat depresi pada lansia sebelum dilakukan intervensi
senam lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi Tahun 2018
Tingkat Depresi n %
Depresi Berat 3 15,0
Depresi Sedang 16 80,0
Depresi Ringan 1 5,0
Total 20 100,0
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki
tingkat depresi pada lansia dalam kategori sedang dengan 80,0%.
Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat depresi pada lansia sesudah dilakukan intervensi
senam lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi Tahun 2018
Tingkat Depresi n %
Depresi Berat 1 5,0
Depresi Sedang 2 10,0
Depresi Ringan 17 85,0
Total 20 100,0
Berdasarkan tabel Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada
penelitian ini memiliki tingkat depresi pada lansia dalam kategori ringan dengan 85,0%..
Tabel 3. Distribusi frekuensi perubahan tingkat depresi pada lansia sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi senam lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
Karitas Kota Cimahi Tahun 2018
Depresi sesudah dilakukan intervensi
senam lansia
Berat Sedang Ringan Total Nilai p
n % n % n % n %
Depresi Berat 1 5,0% 2 10,0% 0 0,0% 3 15,0% 0,001
sebelum
dilakukan Sedang 0 0,0% 0 0,0% 16 80,0% 16 80,0%
intervensi
senam Ringan 0 0,0% 0 0,0% 1 5,0% 1 5,0%
lansia
Total 1 5,0% 2 10,0% 17 85,0% 20 100,0%
Uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 3 didapatkan nilai p < α, p-value pada penelitian ini yaitu 0,001
berarti p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Wredha Karitas Kota Cimahi Tahun 2018.

PEMBAHASAN
Tingkat depresi pada lansia sebelum dilakukan intervensi senam lansia
Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥60 tahun. Karena pada
usia tersebut, seseorang telah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya termasuk
perubahan mental atau perubahan pada kondisi jiwanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian dari Fitriani (2011) yang menyatakan bahwa lansia yang berusia ≥60 tahun lebih
banyak terkena depresi dibandigkan dengan usia yang lain. Hal tersebut dikarenakan oleh
proses menua dimana pada masa tersebut terjadi proses menghilangnya saraf pusat dan
jaringan lain sehingga akan menimbulkan masalah fisik, mental, perubahan psikologi yang
dapat berlanjut pada timbulnya depresi (Nugroho, 2000).
Teori lain yang mendukung menyatakan bahwa sebagian wanita menjadi janda pada
usia 60 tahunan karena suami mereka biasanya lebih tua dan juga memiliki harapan hidup
lebih pendek tujuh tahun daripada wanita. Masa janda tersebut dapat memperberat depresi
bagi wanita lansia yang mengandalkan pasangannya. (Stanley & Beare, 2007).
Selain usia, status perkawinan juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
depresi pada lansia. Responden pada penelitian adalah lansia yang tinggal sendiri atau tidak
memiliki pasangan hidup. Status perkawinan seperti kasus perceraian atau kehilangan
pasangan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena depresi. Hal
tersebut sependapat dengan Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai. Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai
penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan
kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi,
kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri,
keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif. (Kaplan dan Sadock, 2010). Dimana
faktor penyebab yang dapat mengakibatkan seorang lansia terkena depresi salah satunya
adalah faktor psikologi seperti kehilangan seorang yang dicintai, lansia menjadi tidak berdaya
karena menderita penyakit dan kurangnya harga diri. Setiap individu memiliki mekanisme
koping yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan dalam hidupnya termasuk dalam
penyesuaian terhadap kematian pasangan. Seseorang ketika memasuki masa tua menyadari
bahwa mereka lambat laun mengalami kemunduran dan akan kehilangan pasangan, akan
tetapi tidak semua lansia sanggup menghadapi hal tersebut sehingga pada akhirnya timbulah
depresi karena ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap hal tersebut.
Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Fitriani (2011), yang menunjukan hasil pengukuran tingkat depresi sebelum dilakukan
intervensi senam lansia dari perlakuan ke-1 hingga perlakuan ke-4 mempunya skor lebih
tinggi dibandingkan dengan sesudah dilakukan senam lansia.
Tingkat depresi pada lansia sesudah dilakukan intervensi senam lansia
Melakukan aktivitas fisik seperti senam lansia dapat meningkatkan interaksi antar
lansia, sehingga risiko terjadinya depresi dapat berkurang. Aktivitas fisik berkontribusi
dalam menurunkan masalah psikologis karena melakukan aktivitas fisik dapat mendorong
interaksi psikososial, meningkatkan harga diri, fungsi kognitif. Aktivitas fisik dengan durasi
yang lebih lama dan intensitas yang lebih tinggi dapat menurunkan depresi (Nelson et al.,
2007)
Penurunan tingkat depresi pada lansia tersebut dapat terjadi karena lansia
mempunyai kegiatan yang bertemu dengan orang lain sehingga terjalin hubungan sosial yang
berpengaruh pada tingkat depresi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia (Stanley & Beare, 2007).
Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Fitriani (2011), yang menunjukan hasil pengukuran tingkat depresi sebelum dilakukan
intervensi senam lansia dari perlakuan ke-1 hingga perlakuan ke-4 mempunya skor lebih
tinggi dibandingkan dengan sesudah dilakukan senam lansia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dianingtyas Agustin dan Sarah Ulliya
(2008) menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan, 12 responden (57,1 %) kategori
depresi ringan, 9 responden (42,9 %) kategori depresi sedang-berat. Setelah diberikan
perlakuan, 10 responden (47,6 %) tidak terdiagnosis mengalami depresi, responden yang
mengalami depresi ringan berkurang menjadi 7 orang (33,4 %) dan responden yang
mengalami depresi sedang-berat berkurang menjadi 4 orang (19 %).

Perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam lansia di
Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi Tahun 2018
Semua jenis olahraga pada prinsipnya dapat dilakukan oleh lansia, asalkan jenis
olahraga tersebut sudah dikerjakan secara teratur sejak muda. Namun demi keamanan,
olahrga yang dianjurkan para ahli adalah yang sifatnya aerobic, misalnya jalan kaki, senam
dan berenang. Senam lansia merupakan jenis olahraga yang tidak berbahaya untuk lansia
karena gerakan-gerakan yang ada pada senam tersebut termasuk gerakan yang ringan. Senam
lansia dapat mengurangi kegelisahan, bahkan lebih jauh lagi membantu mengendalikan
amarah dan depresi. Latihan senam dapat meningkatkan kemampuan jantung dan tubuh lebih
cepat mengatasi stress maupun depresi (Susanto, 2010).
Teori tersebut mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan skor pada pengukuran tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
senam lansia. Dengan demikian peneliti mengambil keputusan bahwa senam lansia dapat
mempengaruhi terjadinya penurunan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Wredha Karitas Kota Cimahi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Dianingtyas Agustin dan Sarah Ulliya (2008).
Hasil penelitiannya dengan menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh hasil bahwa 14
responden (66,7 %) mengalami penurunan tingkat depresi dan sebanyak 7 responden (33,3 %)
tidak mengalami perubahan tingkat depresi setelah diberikan perlakuan. Tidak ada responden
yang bertambah depresi setelah diberikan perlakuan. Nilai p = 0,001 dari uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna sebelum dan sesudah
diberikan senam bugar lansia.
Serta didukung oleh penelitian Sujana, dkk (2015) didapatkan bahwa rerata skor
GDS awal dari 24 subjek adalah 3,58. Setelah dikategorikan, didapatkan 16 orang (66,7%)
subjek dalam keadaan normal sedangkan 8 orang (33,3%) mengalami depresi ringan. Skor
GDS setelah perlakuan memiliki rerata 2,83. Dari pengelompokan berdasarkan tingkat depresi
didapatkan 8,3 % subjek mengalami depresi ringan dan 91,7 % subjek normal. Berdasarkan
hasil uji hipotesis pada skor GDS didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor depresi sebelum dan sesudah mengalami perlakuan senam lansia dengan nilai
signifikansi p=0,02 (p<0,05).

SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi sebelum dilakukan senam lansia sebagian besar lansia
berada pada kategori depresi sedang. Sedangkan, tingkat depresi sebagian besar lansia di
Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi berada pada kategori ringan setelah
dilakukan senam lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam lansia
terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Karitas Kota Cimahi.

SARAN
Bagi Panti Sosial Tresna Wredha untuk melaksakan senam lansia secara rutin tiga
kali dalam seminggu untuk mengatasi tingkat depresi pada lansia. Dan bagi peneliti
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini yaitu mencari atau memodifikasi senam
lansia yang bisa dilakukan pada saat duduk.

DAFTAR PUSTAKA
Afriwadi. Ilmu kedokteran olahraga. Jakarta: EGC; 2010.

Ambardini, R. L. Aktivitas fisik pada lansia. Yogyakarta: 2009.

BKKBN. Hari lanjut usia nasional 2017: Membangun Keluarga Peduli Lansia. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Available from:
https://www.bkkbn.go.id; 2017.

Dahlan, M. S. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta:


Epidemiologi Indonesia; 2016.

Dahlan, M. S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Epidemiologi Indonesia;


2014.

Dewi, S. R. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish; 2015.

Dharma, K. K. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan


Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Infomedia; 2011.

Evans, M., Mottram, P. Diagnosis of Depression in Elderly Patients. Mavis Advances in


Psychiatric Treatment, Vol 6, 49–56. Retrieved from
http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/6/1/49.pdf ; 2000.

Giriwijoyo, S., Sidik, Z. D. Ilmu kesehatan olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya;
2013.

Hidayat, A. A. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Salemba Medika;
2008.
Kaplan dan Sadock. (2010). Buku ajar psikiatri klinis 2nd ed. Jakarta: EGC; 2010.

Karim Dr. Farizati MH. Panduan kesehatan olahraga bagi petugas kesehatan. Jakarta: 2002.

Kemenkes RI. Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2013.

Kowel, R., Wungouw, H. I. S., Doda, V. D. Pengaruh senam lansia terhadap derajat depresi
pada lansia di panti werda. eBm. [Serial Online] 2016 Januari-Juni; 4(1): Available
from: URL:https://media.neliti.com

Maas, M. L., Buckwalter, K. C., Hardy, M. D., Tripp-Reimer, T., Titler, M. G., & Specht, J.
P. Asuhan keperawatan geriatrik: Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC, Intervensi
NIC. (D. Widiarti, editor Bahasa Indonesia). Jakarta: EGC; 2011.

Maslim, Rusdi. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2003.

Murwani. Priyantari. (2011). Gerontik konsep dasar dan asuhan keperawatan home care.
Yogyakarta: Fitramaya; 2011.

National Health and Nutrition Examination Survey. Prevalence of current depression among
persons aged ≥12 years, by Age group and sex — united states. NHNES. 2012; 1(1747).
Available from: URL:https://www.cdc.gov

Nelson, M. E., Rejeski, W. J., Blair, S. N., Duncan, P. W., Judge, J. O., King, A. C., et al.
Physical activity and public health in older adults: Recommendation from the American
College of Sports Medicine and the American Heart Association. Circulation. 2007;
116(9): 1094–1105. Available from:
URL:https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.107.185650

Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. rev ed. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Nooryana. Pengaruh senam bugar lanjut usia terhadap tekanan darah dan kualitas hidup pada
lanjut usia hipertensi. Surakarta: 2015.

Nugroho, W. Keperawatan gerontik dan geriatri 3rd ed. Jakarta: EGC.

Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

Putri, S. I., Fitriyani, P. (2016). Gambaran tingkat depresi lansia yang melakukan senam di
panti sosial tresna wredha di jakarta. JKI [serial online] 2016 Juli [cited 2017 Oct 10];
19(2): 92–99. Available from: URL:https://jki.ui.ac.id
Proverawati. Aplikasi senam untuk kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

Stenly. B. & Beare. P. G. Buku ajar keperawatan gerontik. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2007.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2014.Sumintarsih. Kebugaran jasmani untuk lansia. 2006.
Townsend, M.C. Essentials of psychiatric mental health nursing: Concept of care in evidence-
based practice. 4th ed. Philadelphia: Davis Company; 2008.

William, G. M., Shaffer, D. R., Parmelee, P. A. Physical illnes and depression in older adults:
A handbook of theory, research, and practice. Hingham: Kluwer Academic Publisher;
2000.

Wongpakaran N, dkk. The Use of GDS-15 in Detecting MDD: A comparison between


residents in a Thai long term care home and geriatric outpatients. Chiang Mai. J Clin
Med Res. 2013;5(2):101-11.

World Health Organization. Depression health topic [online]. 2017; Available from:
URL:http://www.who.int/

Yesavage, J. A., Brink, T. L., Rose, T. L., Lum, O., Huang, V., et al. Development and
validation of a geriatric depression screening scale. Journal of psychiatric research 1983;
37-49.

Anda mungkin juga menyukai