PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate (IMR) adalah jumlah
kematian bayi di bawah usia satu tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup.
Artinya terdapat 32 bayi yang meninggal dalam setiap1000 kelahiran hidup. Pencapaian
AKB pada tahun 2012 tidak sesuai dengan target renstra Kemenkes yaitu 24 per 1000
Data asfiksia menurut WHO setiap tahunnya ada 120 juta bayi yanglahir di dunia.
Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 7
hari (perinatal), dan terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai
dengan 28 hari (neonatal). Dari 120 juta bayi yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%)
yang mengalami asfiksia, dan hamper 1 juta bayi asfiksia (27,78%) yang meninggal
(Marwiyah,2016)
Sebanyak 47% dari seluruh kematian bayi di Indonesia terjadi pada masa neonatal
(usia di bawah 1 bulan). Setiap 5 menit terdapat satu neonatal yang meninggal. Penyebab
kematian neonatal diIndonesia adalah BBLR (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak ditangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain : perdarahan otak,
anemia, hipoksia, hyper bilirubinemia, kejang sampai koma. Komplikasi tersebut akan
1
Penanganan yang dilakukan pada bayi baru lahir yaitu membersihkan jalan napas
dengan pengisapan lendir dan kasa steril, potong tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik, apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil, pertahankan suhu
tubuh, dan nilai APGAR score pada menit 5 sudah baik(7-10) maka lakukan perawatan
bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI, pengukuran antrometri,
mengenakan pakaian bayi dan memasang tanda pengenal bayi (Surasmi, 2003).
Upaya dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan
asfiksia adalah dengan cara melakukan salah satu pelatihan keterampilan resusitasi
kepada para tenaga kesehatan agar lebih trampil dalam melakukan resusitasi dan
menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong
asuhan keperawatan bayi Ny.E dengan asfiksia di Ruangan NICU RSUD. Prof. Dr. H.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengkajian pada bayi Ny. E dengan asfiksia di Ruangan NICU RSUD.
2
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada bayi Ny. E dengan asfiksia di
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada bayi Ny. Edengan asfiksia di Ruangan NICU
D. Manfaat penulisan
a. Asuhan keperawatan ini di harapkan dapat mejadi sumber informasi bagi tenaga
b. Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan menjadi acuan atau bahan referensi
bagi perawat
c. Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa keperawatan dan pihak petugas NICU.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
denganasidosis(Marwiyah, 2016).
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahiratau beberapa saat sesudahlahir.Bayi
mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkindapat bernapas
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secaras pontan
dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
2. Klasifikasi
4
Klasifikasi asfiksia menurut Sukarni & Sudarti (2013) adalah:
Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan
tindakan istimewa.
APGARscore0-3
Tabel2.1APGARScore
0 Skor 1 2
TANDA
3. Etiologi
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir.
5
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Marwiyah 2016) :
a. Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau
b. Faktor plasenta
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan congenital dan lain-
lain.
d. Faktor persalinan
4. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Sukarni &
cuping hidung.
f. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali
permenit.
Sedangkan,tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan
b. Pernapasan cepat
c. Nadi cepat
d. Sianosis
5. Patofisiologi
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang
udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveli
secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu simpatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat dan akhirnya irregular dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernapasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
7
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas.
Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah2012)
6. Pathway
8
7. Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak ditangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan otak,
(Surasmi,2013).
8. Pemeriksaan diagnostic
9. Penatalaksanaan
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan anti septic
mouth
9
d. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan cara :
membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi harus dalam keadaan kering,
jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau kenakan topi,
e. Apabila nilai APGAR pada menit kelima sudah baik (7-10) lakukan perawatan
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara cepat
supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan ini
merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya supaya intervensi yang
Meletakkan bayi pada posisi yang benar : letakkan bayi secara terlentang atau
miring dengan leher agak eksetensi/ tengadah. Perhatikan leher bayi agar tidak
mengalami ekstensi yang berlebihan atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan
Apabila cairan / lender terdapat banyak dalam mulut, sebaiknya kepala bayi
10
b. Membersihkan jalan nafas
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bias dibalik, penghisapan
terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang benar, pembersihan jalan
nafas pada semua bayi yang sudah mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir
hidung.
dengan temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi preterm 35°C. Tubuh dan
kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu ruangan sangat
dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastic tipis yang tembus pandang.
11
Metode : Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar VTP
20-40 cm H2O, tekanan ventilasi hanya dapat diukur apabila digunakan balon
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup
dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang,
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif.
dikedua paru – paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang
benar.
12
h. Observasi pengembangan dada bayi
salah satu sebab berikut : perlekatan sungkup kurang sempurna, arus udara
1. Pengkajian
a. Biodata: nama bayi, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan
identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan
b. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak
napas.
d. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake
oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan
sempurna. Kerbersihan diri: perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan
terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi sesak
napas.
e. Pemeriksaan fisik:
13
1) Pengkajian umum: ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik, adanya
alis berkerut.
insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris: pernapasan cuping hidung, atau
f. Data penunjang
menegakkan diagnose atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan
1) Darah rutin : Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal
15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3
2) Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) : Nilai analisa gas darah pada bayi
terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada
bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiper apnea. PO2 (normal 75-
14
100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
3) Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari : Natrium (normal
10,4 mEq/L)
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia
(Wong,2008) adalah:
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas atau
penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang ditetapkan pada bayi baru lahir dengan asfiksia (Wong,2008)
adalah :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuro muskular,
15
Tujuan: pasien akan memperlihatkan parameter oksigen yang adekuat. Hasil
yang diharapkan :
Intervensi:
1) Atur posisi untuk pertukaran udara yang optimal (posisikan terlentang dengan
rendah.
4) Lakukan pengisapan.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan control suhu yang imatur dan
diharapkan :
normal Intervensi:
16
1) Tempatkan bayi didalam inkubator, atau penghangat radian atau pakaian
2) Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil dan kontrol suhu udara.
yang diharapkan:
Intervensi:
2) Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril
4) Instruksikan pekerja perawat kesehatan dan orang tua dalam prosedur kontrol
infeksi
17
2) Bayi menunjukkan penambahan berat badan yang mantap (kira-kira 20 sampai
Intervensi :
3) Kaji kesiapan bayi untuk menyusup ada payudara ibu khususnya kemampuan
karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas atau penyakit
Intervensi:
1) Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang meningkatkan
3) Kaji status hidrasi (mis, turgor kulit, tekanan darah, edema, berat badan,
glukosa terkonsetrasi)
18
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap
pikirnya.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. RM 202189
Ruangan : NICU
I. DATA UMUM
1. Identitas pasien
Umur : 3 hari
Agama : Islam
Suku : Makassar
Ayah
Nama : Ny. S
Umur : 37 Tahun
20
Ibu
Nama : Tn. A
Umur : 39 Tahun
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
3. Identisas saudara
Umur
No Nama Hubungan Status kesehatan
(thn)
1. An. S 5 thn Saudara kandung Sehat
2.
2. Riwayat keluhan utama : Bayi tidak bernapas spontan saat lahir. APGAR score5/7,
usia gestasi 33 minggu, BB lahir 2200 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33
cm, lingkar dada 28 cm, dan lingkar perut 26 cm. Tanda- tanda vital: heart rate : 130
3. Riwayat kesehatan ibu : umur 37 tahun, gravida kedua, partus kedua, abortus tidak
4. Keadaan umum bayi saat pengkajian : bayi tampak sakit sedang, menangis kuat, sesak
napas, respirasi 60x/menit, napas cuping hidung dan retraksi dinding dada. Terpasang
OGT (oro grastric tube) dan infus dextrose 10%. Minum ASI 8x20cc/24 jam, ada
mual dan muntah setiap kali diberi minum. Refleks mengisap dan menelan kuat.
21
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Prenatal
f. Immunisasi TT : 2 kali
2. Natal
a. Tempat melahirkan :
d. Komplikasi persalinan : -
3. Post natal
22
c. Problem menyusui : Ada
keluarga saat ini, nama penyakit yang diderita, penyebab meninggal dan usia. Genogram
kandung klien, anak dan cucu jika ada. Singkatan harus diberikan keterangan)
X X
X X
39 37
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
23
RDW-SD 63,4 H mg/dl , RDW-CV 16,3 H mg/dl , dan Eosinofil 3,5 L
omeprazole 1 x 1 g/OGT,
24
DATA FOKUS
DO :
Terpasang infus.
Tampak bekas tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan
bengkak),
Suhu 36,5°C.
25
ANALISA DATA
1 DS : - Asfiksia
Pola napas tidak efektif
DO :
Penggunaan otot Janin kekurangan O2 Dan
bantu pernapsan kadar CO2 meningkat
Mual / muntah
26
3 DS : - Asfiksia
Resiko Infeksi
DO :
Terpasang OGT,
Janin kekurangan O2 Dan
minum ASI kadar CO2 meningkat
8x20cc/24 jam
Terpasang infus. Prosedur infasif
Tampak bekas
tusukan di lengan
kiri dan kanan Efek prosedur infasif
(warna kebiruan dan
bengkak),
Suhu 36,5°C. Resiko Infeksi
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
pusat pernapsan
dengan ketidakmampuan
menelan
28
INTERVENSI KEPERAWATAN
2
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan : Intervensi Keperawatan
Ekspektasi : Membaik Manajemen Hipervolemia
Kriteria Hasil Skor Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
2 Resiko defisit nutrisi di tandai Berat badan 5 Identifikasi status nutrisi Fasilitasi menentukan Ajarkan diet yang Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan ketidak mampuan Panjang badan 5 Identifikasi alergi dan pedoman diet (mis. diprogramkan untuk menentukan jumlah
menelan Kulit kuning 5 intoleransi makanan Piramida makanan) kalori dan jenis nutrien
DS : Bayi cengeng 5 Identifikasi perlunya Berikan makanan tinggi yang dibutuhkan, jika perlu
3 Resiko infeksi di tandai dengan Demam 5 Monitor tanda dan gejala Batasi jumlah pengunjung Ajarkan orang tua cara Kolaborasi pemberian
mencuci tangan dengan
efek prosedur invasif DS : Kemerahan 5 lokal dan sistemik Berikan perawatan kulit imunisasi, jika perlu
benar
DO : Nyeri 5 pada areaedema
Terpasang OGT, minum ASI Bengkak 5 Cuci tangan sebelum dan
8x20cc/24 jam 5 sesudah kontak dengan
Vesikel
Terpasang infus.
Kadar sel darah putih 5 pasien dan lingkungan
Tampak bekas tusukan di
lengan kiri dan kanan (warna pasien
kebiruan dan bengkak), Pertahankan tehnik aseptik
Suhu 36,5°C. pada pasien beresiko tinggi
3
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN
N Diagnosa Hari/
Jam Implementasi Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi
o Keperawatan tanggal
1 Pola napas tidak efektif Memonitor Pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
S:-
berhubungan dengan Memonitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
O : Takipnea
depresi pusat ronkhi kering
A : masalah belum teratsi
pernapasan Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt, chin-lift, dan
P : lanjutkan intervensi manajemen jalan napas
(jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
Memberikan posiss fowler
Melakukan fisioterapi dada, jika perlu
Memberikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2 Resiko defisit nutrisi di Mengidentifikasi status nutrisi
S:-
Mengidentifikasi alergi dan intoleransi ASI
tandai dengan O : Terpasang OGT
Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
ketidakmampuan A : masalah belum teratsi
Memonitor asupan makanan
P : lanjutkan intervensi manajemen nutrisi
menelan Memonitor berat badan
Memberikan ASI
3
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3 Resiko infeksi di tandai Memonitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
S:-
dengan efek prosedur Membatasi jumlah pengunjung
O : Terpasang infus
invasif Memberikan perawatan kulit pada area edema
Terpasang OGT
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
A : masalah belum teratsi
lingkungan pasien
P : lanjutkan intervensi pencegahan infeksi
mempertahankan tehnik aseptik
Mengajarkan orang tua cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada By. Ny. E penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara pengkajian yang terdapat pada By. Ny. E, hal tersebut terjadi karena
respon/keadaan fisik dan psikis pasien yang berbeda. Pengkajian pada By. Ny. E dilakukan
Masalah keperawatan yang terjadi pada Tn. A dengan diagnosa Abses Hepar yaitu :
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan, Resiko defisit nutrisi
di tandai dengan ketidakmampuan menelan dan Resiko infeksi di tandai dengan efek
prosedur invasif.
33
DAFTAR PUSTAKA
Icesmi, Sukarni & Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan Persalinan Nifas, dan Neonatus
Resiko tinggi. Nuha Medika
Marwiyah, N. (2016). Hubungan penyakit kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian
asfiksia neonatorium di RSUD dr. Drajat Prawiranegara serang. Nurse Line Journal. 1 (2). 8
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. . Jakarta: DPP PPNI.
34
3