Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI


RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Praktikum Klinik Mahasiswa Stase Keperawatan Anak

Pembimbing Akademik:
Ns. Nanang Saprudin, S. Kep., M. Kep.
Ns. Neneng Aria Nengsih, S. Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :
Yani Triyani
JNR0220109

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022/2023
A. Definisi
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Suatu keadaan
bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak
bernapas secara spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat
terjadi selama kehamilan atau persalinan.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi

Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2). Paru


dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut turut,
hidung, faring, laring, trachea dan bronchi, saluran saluran itu relative kaku dan tetap
terbuka, keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari system pernafasan, meskipun
fungsi utama pernafasan utama adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih
ada fungsi tambahan lain, yaitu tempat menghasilkan suara, meniup (balon, kopi/ teh
panas, tangan, alat music, dan lain sebagainya). Tertawa, menangis, bersin, batuk
homostatik (PH darah) otot-otot pernafasan membantu kompresi abdomen.
a. Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi)
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi), terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung

b. Faring
Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang berbentuk seperti pipa
yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan osofagus.
Letaknya didasar tengkorak dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang belakang.
c. Laring : Pangkal tenggorok
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil
suara yang diapaki berbicara dan bernyanyi, terletak didepan dibagian faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trachea dan tulang- tulang bawah
yang berfungsi pada waktu kita menelan makan dan menutup laring.
d. Trackhea : Batang tenggorok
Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea tersusun atas 16-20
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan melengkapi lingkaran disebelah belakang trackhea.
e. Bronckhus : Cabang tenggorok
Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan V,mempunyai struktur serupa dengan trchea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar
daripada bronchus kiri.
f. Paru- paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
Pernafasan paru- paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh.
Didalam paru-paru karbondioksida dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir pada
mulut dan hidung
2. Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh terdapat
tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam
alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan antar atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2kapiler
dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya permukaan paru. Kedua, tebal
membrane respirase/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan intestinal
keduanya.
c. Transportasi gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2 jaringan
tubuh kapiler. Proses transportasi, O2akan berkaitan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma. Kemudian pada transportasi CO2 akan
berkaitan dengan Hb membentuk karbohemoglobin dan larut dalam plasma,
kemudian sebagaian menjadi HCO3.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab dari asfiksia pada bayi diantaranya adalah:
1. Faktor ibu
d. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau antensi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
e. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini saling ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya
perdarahan plasenta, solusia plasenta, dsb
3. Faktor fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggu nya aliran darah dalam
pembuluh darah umbifitus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin,
gangguan alirah darah ini dapat ditemukan dalam keadaan tali pusat membumbung
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll
4. Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi pada
persalinan misalnya perdarahan intracranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasmia.
D. Tanda Dan Gejala
Akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160
x/menit dan selama his frekuensi ini bisa turun namun akan
kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala.
Kekurangan O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
Pada saat bayi lahir :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang,
nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik
E. Komplikasi
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah keke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak
2. Anuria dan Oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkanan
pengeluaran urine sedikit
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran
CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
F. Patofisiologi
Prematur dapat disebabkan karena faktor ibu, bayi, uterus dan plasenta, bayi yang lahir
prematur mengalami imaturitas pada alat-alat pernafasan, imunitas dan alat-alat pencernaan.
Pada alat pernafasan surfaktan belum terbentuk secara sempurna, sehingga bayi tidak dapat
benafas secara spontan mengalami penurunan O2 dan peningkatan CO2 sehingga bayi
mengalami asfiksia. Bayi yang mengalami asfiksia mengalami penurunan O2 dalam jaringan
sehingga menyebabkan metabolisme anaerob, endotel kapiler dan duktus alveolus rusak
mengalami transudasi membentuk fibrin, sehingga jaringan menjadi nekrotik, melapisi alveoli
dan mengalami gangguan pertukaran gas. Penurunan O2 dalam jaringan menyebabkan
cyanosis sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas. Penurunan O2 menyebabkan
O2 dalam otak berkurang sehingga menyebabkan sesak nafas dan terjadi pola nafas tak
efektif. Imaturitas imun mengakibatkan terjadinya risti infeksi. Imaturitas alat-alat pencernaan
bentuk lambung yang kecil, enzim tidak terbentuk sempurna mengakibatkan penurunan
kemampuan mencerna protein dan absorbsi nutrisi dan juga reflek menghisap yang masih
lemah mengakibatkan nutrisi tidak adekuat dan terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Prematur juga terjadi imaturitas system termoregulasi yang ditandai dengan hipotalamus
belum sempurna mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh dan mengakibatkan
ketidakefektifan termoregulasi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering
terjadi hipoglikemi.
2. Nilai Analisa Gas Darah pada bayi post asfiksi terdiri :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik
sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urin
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto Thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
H. Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana medis pada bayi dengan asfiksia dapat diberikan terapi medikamentosa sebagai
berikut :
1. Epinefrin
Indikasi :
a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan kompresi dada belum ada respon
b. Sistolik : Dosis : 0,1-o,3 ml/KgBB dgn cara IV atau endotakheal, dapat diulang
setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume ekspander
Indikasi :
a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi mengalami hypovolemia dan tidak ada
respon dengan resusitasi
b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinik ditandai
dengan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada resusitasi tidak
memberikan respons yang adekuat
c. Jenis cairan : Larutan NaCl 0,9%, RL) Dosis awal 10ml/KgBB IV pelan 5-10 menit.
Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis
3. Bikarbonat
Indikasi :
a. Asidosis metabolic
b. Hiperkalemia
Dosis : 1-2 mEq/KgBB atau 2ml/KgBB (4,2%) atau 1ml/KgBB (7,4%)
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5% sama banyak diberikan secara
IV dengan kecepatan min 2 menit
4. Nalokson
Indikasi :
a. Depresi pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam
sebelum persalinan
b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil
c. Jangan berikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat
narkotika sebab akan menyebabkan with drawl tiba tiba pada sebagian bayi
Dosis : 0,1 mg/KgBB (0,4mg/ml atau 1mg/ml)
Cara : IV endotakheal atau bila perfusi baik diberikan IM atau SC
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
b. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutamalambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia
c. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan
belum sempurna
d. Pola Kebersihan
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan
b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
e. Pola Tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
f. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakantremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama
g. TTV
Umumnya terjadi peningkatan respirasi
h. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
i. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belummenutup dan kelihatan masih bergerak
j. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
k. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
l. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frek!ensi pernafasan yang
cepat
m. Reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
n. Gejala dan tanda
1) Aktivitas : pergerakan hyperaktif
2) Pernapasan : Gejala sesak napas ditandai sianosis
3) TTV L : Gejala hipertermi/hipotermi, tanda : ketidakefektifan termoregulasi
o. APGAR Skor
1) Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2) Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
Pemeriksaan APGAR untuk Bayi :
APGAR 0 1 2
Apperance Biru/pucat Badan merah Seluruh tubuh
seluruh tubuh ekstremitas biru merah
Pulse Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
Grimace Tidak ada respon Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan Aktif
ekstremitas
Respiration Tidak ada Menangis Menangis kuat
lemah/merintih

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.
Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
- Pola Nafas tidak efektif
- Gangguan pertukaran gas
- Termoregulasi tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Pola Nafas Tidak Efektif
Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, pola nafas membaik
dengan kriteria hasil :

 Tidak ada dyspnea


 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
 Frekuensi nafas dalam batas normal
 Tidak ada pernafasan cuping hidung

Intervensi :
Observasi

 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Berikan oksigenasi, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan/asi sesuai kebutuhan klien, jika tidak kontraindikasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas


Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, Pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil :

 Tidak ada dyspnea


 Tidak ada bunyi napas tambahan
 Tidak ada napas cuping hidung
 Tidak ada sianosis
 Pola napas membaik

Intervensi
Observasi

 Monitor frekuensi, irama dan upaya napas


 Monitor pola napas (ecret, apnea, bradipnea, takipnea)
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor x-ray thoraks

Terapeutik

 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan (pada keluarga)


 Informasikan hasil pemantauan jika perlu (pada keluarga)

Diagnosa 3 : Termoregulasi tidak efektif


Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, termoregulasi
neonatus membaik dengan kriteria hasil :

 Menggigil menurun
 Dasar kuku sianotik menurun
 Suhu tubuh membaik
 Suhu kulit membaik
 Frekuensi nadi membaik
 Pengisian kapiler membaik
 Ventilasi membaik
Intervensi :
Observasi

 Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5oC – 37,5oC)


 Monitor suhu tubuh bayi tiap dua jam
 Monitor frekuensi napas dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia

Terapeutik

 Pasang alat pemantau suhu kontinu


 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
 Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi

 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin


 Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik
Pathway

Persalinan lama, lilitan tali pusat, Paralisis pusat Faktor lain : anastesi,
presentasi abnormal janin pernapasan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan Paru-paru terisi cairan


kadar CO2 meningkat (aspirasi, mekonium, air
ketuban)

Suplai O2 dalam
darah menurun
Bersihan Jalan Distribusi oksigen
Napas Tidak Efektif membawa sputum ke
saluran napas
Termoregulasi Tidak
Efektif Suplai O2 ke paru
menurun

Gangguan
metabolisme dan
perubahan asam basa
Nafas cepat

Apnea/Dispnea Asidosis respiratorik

Gangguan ventilasi
perfusi
Pola Napas Tidak
Efektif

Gangguan
Pertukaran Gas
Daftar Pustaka
Dewi PR, 2018. Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonatorum Ruang Perina RSUD Banyumas.

Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman

Marlini Mia, 2018. Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD

Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Banjarmasin: STIKES Cahaya Bangsa

Nurtanti Ayu, dkk. 2018. Laporan Pendahuluan Asfiksia. Slawi: STIKES Bhakti Mandala

Husada

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI

Rojatutazqiroh Iro, 2018. Laporan Pendahuluan Keperawatan Anak pada An. P dengan Asfiksia

Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Boyolali: Surakarta

Anda mungkin juga menyukai