Anda di halaman 1dari 4

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Konsep Desa Bebas Narkoba

Badan Narkotika Nasional (BNN) akan memberikan pelatihan terkait penyalahgunaan


narkoba di balai-balai pelatihan yang dimiliki Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Kerjasama ini dalam rangka
mewujudkan desa bersih dari narkoba.
Tahun ini sebanyak 15.986 orang dari seluruh balai yang dimiliki Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan dilatih
bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk pencegahan narkoba. Hal tersebut
disampaikan Sekretaris Balilatfo Kemendes PDTT Jajang Abdullah pada saat acara Rapat
Kerja Teknis Bidang Pelatihan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Se-
Wilayah Kalimantan Tahun 2019 di Banjarmasin pada Rabu (20/2). "Ini adalah salah satu
langkah yang sangat taktis. Kalau kita membuat proteksi untuk penyebaran narkoba,
proteksi yang paling efektif adalah di tingkat perdesaan," kata Sekjen Kemendes PDTT
Anwar Sanusi saat memberikan arahan pada acara tersebut. Menurutnya, perdesaan tidak
boleh diintervensi oleh narkoba. Dengan penguatan modal sosial yang ada di perdesaan
harusnya mampu menanggulangi serta mampu membersihkan seluruh potensi yang
menyebabkan pengaruh dari luar untuk membawa narkoba ke desa.
"Pelatihan tahun ini akan dilaksanakan di balai dan di wilayah atau lapangan dengan
narasumbernya dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) atau Badan Narkotika
Nasional Kota BNNK (BNNK)," katanya.  Lebih lanjut, Anwar mengatakan bahwa dana
desa juga bisa digunakan untuk pencegahan narkoba melalui pemberdayaan masyarakat
dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. 
"Ketika dana desa bisa diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
salah satunya adalah bagaimana memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan
bahaya dari narkoba, bagaimana menguatkan pranata keluarga, sosial, agar mereka
mengatakan say no to narkoba, dana desa bisa digunakan untuk itu," katanya. 
Kemendes PDTT dalam mengawal desa, daerah tertinggal dan transmigrasi menginginkan
desa-desa sebagai benteng pertahanan yang efektif, sehingga peredaran narkoba bisa
ditekan. (Red-Zunus)

B. Konsep Keluarga Bebas Narkoba

Seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang tidak sehat sangat rentan terjerumus
narkoba. Tumbuh tanpa kehangatan keluarga tidak saja mengacaukan cara kerja otak, tapi
juga emosional. Kepedulian, perhatian, dan kasih sayang orang tua bisa menyelamatkan
anak-anak dari jerat dan kehancuran narkoba.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam proses pembentukan
kepribadian anak. Kepedulian, perhatian, dan kasih sayang orang tua dapat membentuk
anak-anak yang sehat secara sosial, mental, fisik, dan berkelakuan baik. Hal-hal dasar
yang dibangun sejak seseorang masih balita tersebut menjadi faktor utama yang menjadi
penyeimbang antara kemungkinan seorang individu akan menjadi penyalahguna atau
tidak.
Lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian
seseorang,khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran penting
ini. Lingkungan keluarga adalah sebuah awal kehidupan bagi setiap manusia. Dikarenakan
bahwa pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah
seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan
sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini.
Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua
orang tua dan lingkungannya dan tidak lepas dengan etika dan penyampaian sesuatu dari
kedua orang tua tersebut.Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi
seseorang. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya
memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena
kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan
kondisi dalam lingkungan keluarga, seperti halnya dengan pencegahan narkoba yang
sangat strategis diemban keluarga.
Melihat peran keluarga yang sangat stragis dalam pencegahan masalah narkoba,
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Ciamis melalui Seksi Pencegahan
menggelar Penyuluhan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan Keluarga, yang melibatkan Pengurus dan Kader
PKK, Guru BKB dan PAUD lingkup Kelurahan Cigembor, bertempat di Aula Kelurahan
Cigembor Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, pada Jumat, (06/03/2015).Peran kedua
orang tua dalam mewujudkan kepribadian seseorang terbebas dari ancaman narkoba
sangatlah efektif, hal ini disampaikan oleh Kepala BNNK Ciamis, Drs. Dedy Mudyana
M.Si., dalam paparannya menyampaikan rasa prihatin yang mendalam ketika melihat dan
mendengar pemberitaan tentang penyalahgunaan narkotika yang begitu massive dimana
korbannya didominasi oleh generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa, lebih-lebih
Indonesia saat ini telah memasuki Darurat Narkoba.
Melalui penyuluhan ini berharap para orang tua yang hadir bisa memahami tentang
narkoba serta dampak multidimensinya, bukan hanya kesehatan tubuh saja, tetapi ada hal
yang lebih penting yaitu dapat menghancurkan masa kini dan masa depan gererasi.Hal
senada disampaikan oleh Kepala Seksi Pencegahan BNNK Ciamis,Deny Setiawan, S.Sos.,
M.M., dalam paparannya menyampaikan, kegiatan ini merupakan suatu upaya pencegahan
terhadap penyalahgunaan narkoba di lingkungan masyarakat khususnya keluarga, maka
dari itu dibutuhkan peranserta masyarakatlah dalam upaya P4GN dengan harapan
lingkungan keluarga bersih narkoba.

C. Konsep Rehabilitas Penyalahgunaan Narkoba

Mencermati perkembangan di beberapa negara, muncul paradigma baru dalam


memandang pengguna/pecandu narkotika yang tidak lagi dipandang sebagai perilaku jahat
(kriminal) tetapi sebagai orang yang pengidap penyakit kronis yang harus mendapatkan
perawatan dan pemulihan secara bertahap. Paradigma ini selanjutnya menciptakan
kebijakan baru dalam menangani korban pengguna narkotika yang tidak lagi diproses
secara hukum, tetapi langsung membawa pengguna/pecandu ke pusat rehabilitasi.
Dengan kata lain paradigma ini mengarah pada upaya dekriminalisasi bagi pengguna
narkotika. Penerapan hukum pidana berupa pidana penjara bagi korban pengguna
narkotika terbukti tidak berhasil, yang sesungguhnya terjadi justru setiap tahun korban
pengguna narkotika yang dijatuhi pidana penjara angkanya semakin naik. Hal inilah yang
perlu dikaji ulang terkait tujuan dan fungsi penerapan hukum pidana bagi korban
pengguna narkotika. Faktor terpenting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan
narkotika yang justru seringkali diabaikan terutama oleh aparat penegak hukum di
Indonesia adalah adanya upaya rehabilitasi.
Model pemidanaan terhadap korban pengguna narkotika sampai sekarang ini masih
menempatkan sebagai pelaku tindak pidana (kriminal), sehingga upaya-upaya rehabilitatif
sering terabaikan.
Di Indonesia pola semacam itu belum diterapkan, korban pengguna narkotika masih
dimasukkan ke dalam penjara, meskipun selama proses tahanan diperkenankan untuk
direhabilitasi, namun belum menjadi solusi efektif. Sistem hukum di Indonesia harus
mulai melakukan kebijakan dengan langsung membawa korban pengguna narkotika ke
tempat rehabilitasi. Apabila korban penggunanarkotika ditangkap polisi atau dilaporkan
orang tua dan/atau wali maka mereka harus ditempatkan di tempat rehabilitasi.
Proses rehabilitasi adalah pemantapan dan stabilitas, meliputi pemantapan fisik,
emosional, kecerdasan, pendidikan dan ketrarnpilan serta sosial. Menurut ketentuan
pedoman pelaksanaan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba departemen kesehatan adalah
rehabilitasi holistik konfrehensif yang meliputi aspek medis, fisik, psikis, sosial dan
religius, dimana kegiatannya meliputi :
1. Penerimaan awal
2. Selelcsi medis
3. Kegiatan terapi, meliputi :
 Tempi Medik
Kegiatannya : Pemberian obat, pemeriksaan, istirahat/tidur.
 Terapi Psikologi
Kegiatannya : konsultasi kejiwaan dan relaksasi.
 Terapi Psikoreligius
Kegiatannya: sholat, dzikir, tadams, puasa, dll.
 Terapi Fisik
Kegiatan : lelaksasi, olahraga
 Terapi SosiaI
Kegiatannya : bermain, bergoo!, bersosialisasi, dll.
4. Pembinaan dan pembekalan vokasionallketrampilan
 Pemberian pendidikan ketrarnpilan
 Pemberian kesenian
5. Pendidikan dan ketrampilan
6. Persiapan penerjunan ke masyarakat.
Selain proses rehabilitasi, di kenai juga proses detoksifikasi dalam fase
penyembuhan ketergantungan narkoba. Proses detoksiflkasi adalah proses pengobatan
lepas racun/komplikasi medik, yaitu pengobatan untuk menghilangkan racun-racun
dari zat-zat narkoba dari dalam tubuh pasienya Proses ini biasanya dilakukan di
Rumah Sakit Umum (RSU) atau Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO).

Anda mungkin juga menyukai