Anda di halaman 1dari 15

ANALISA PROGRAM KESEHATAN JIWA

DI PUSKESMAS DORO II
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I

Dosen pembimbing : Herni Sri Rejeki, M.Kep., Ns., Sp.Kom.

Di susun oleh kelompok 7 :


1. Diyan Nofita (17.1312.S)
2. Benni Surya Darma (17.1303.S)
3. Eliza Farda Syarifah (17.1318.S)
4. Kiki Utari (17.1334.S)
Prodi : S1 Keperawatan 3A (Smt.5)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHPEKAJANGANPEKALONGAN
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 bahwa jumlah
penderita gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per 1000 penduduk, dan untuk
jawa tengah mencapai angka lebih tinggi yaitu 3,3 per 1000 penduduk jawa tengah, dan
kabupaten purworwjo menduduki urutan ke-3 terbesar di jawa tengah dengan angka 6
per 1000 penduduk kabupaten purworejo mengalami gangguan jiwa berat. Tingginya
angka kasus tersebut memerlukan upaya serius dan kesiapan seluruh fasilitas kesehatan
dalam penanganan kasus jiwa.
Angka kasus penderita gangguan jiwa di puskesmas doro II mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Berikut data jumlah penderita gangguan jiwa per desa di puskesmas
doro II pada tahun 2017-2018.
Penanganan masalah kesehatan jiwa masyarakat dapat bersifat komprehensif jika
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi semua unsur program, antara lain
penyuluh/pendidikan masyarakat untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat/lintas
sector terkait pada setiap tingkatan pemerintahan, penemuan dan tatalaksana kasus
gangguan jiwa (pengobatan, rujukan, pembiayaan), pemantauan kerutianan pengobatan,
peningkatan pemanfaatan pasien gangguan jiwa dalam kegiatan sehari-hari (rehabilitas
berbasis masyarakat), dan adanya kepastian regulasi yang mengatur kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat.
Guna mendukung pelayanan kesehatan jiwa yang optimal, maka perlu system rujukan
maupun rujukan balik antar fasilitas kesehatan yang baik, termasuk penyediaan informasi
status kesehatan dan faktor resiko yang ada di masing-masing pasien. Sehingga
diharpkan nanti dapat disepakati batas kewenangan penanganan kasus jiwa di puskesmas
oleh dokter umum, kompetensi dokter fungsional puskemas dalam tata laksana klinis
kasus jiwa sesuai kewenangan fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) dan sistem
rujukan kasus jiwa di kabupaten purworejo, termasuk rujukan baliknya dan semua aspek
pembiayaannya baik dari BPJS kesehatan maupun pembiayaan jamkesda.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan penanganan kasus gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas disertai
pemberdayaan masyarakat melalui kerja sama institusi lintas sector, swasta, LSM,
atau ormas secara terpadu dan berkesinambungan, dalam rangka meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi permasalahan
kesehatan jiwa sehingga terbentuk kemandirian dan produktifitas penderita gangguan
jiwa.
b. Tujuan Khusus :
- Untuk mengetahui program nasional
- Untuk mengetahui kebijakan program nasional
- Untuk mengetahui indikator nasional
- Untuk mengetahui kegiatan nasional
- Untuk mengetahui data program puskesmas doro II
- Untuk mengetahui indikator program puskesmas doro II
- Untuk mengetahui identifikasi masalah yang ada di puskesmas doro II
- Untuk mengetahui analisis program (SWOT) di puskesmas doro II
- Untuk mengetahui solusi/penyelesaian masalah (yg aplikatif) puskesmas doro II
- Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi puskesmas doro II
BAB II
PROGRAM NASIONAL

A. PROGRAM
Program jiwa, jenis pelayanan kesehatannya yang dapat diberikan kepada posyandu
berupa pengkajian penderita gangguan jiwa, pemeriksaan aktivitas sehari-hari,
pemeriksaan status mental, pengukuran tekanan darah, memberikan pengetahuan tentang
gangguan jiwa, memberikan terapi pengobatan dan penatalaksanaan mekanisme koping
yang adaptif bagi penderita gangguan jiwa serta keluarga. (pratiwi, 2015)
Keterampilan berbahasa dan budaya merupakan dua hal yang sangat penting ketika
layanan kesehatan jiwa di integrasikan dalam layanan dasar / puskesmas. (Hooper, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa di puskesmas doro II
sudah dilakukan program jiwa yaitu posyandu jiwa untuk pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa, serta
diberikan terapi pengobatan. Berdasarkan uraian diatas, seksi PTM dan tenaga kesehatan
di puskesmas sudah sesuai yang diatur pada Depkes RI tahun 2006.

B. KEBIJAKAN PROGRAM
Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, Indonesia memiliki
prevalensi rumah tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per
1.000, artinya setiap 1000 penduduk Indonesia, terdapat 7 kasus penderita skizofrenia.
Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 yang berkisar di angka 1,7 per
1.000. Selain itu, prevalensi gangguan emosional pada penduduk berumur lebih dari 15
tahun pada tahun 2018 mencapai 9,8%, angka ini juga mengalami peningkatan dari tahun
2013 yang sebelumnya sebesar 6%. Peningkatan masalah kesehatan jiwa ini
menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap kesehatan jiwa masyarakat Indonesia.
Upaya bersama antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat diperlukan
untuk mengatasi masalah ini.
Sebagai langkah awal untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa, pemerintah telah
melakukan revisi terhadap UU No. 18 Tahun 2014 yang dijadikan sebagai landasan
utama mengenai aturan kesehatan jiwa di Indonesia. Pada pasal satu dijelaskan bahwa
kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya. UU No. 18 Tahun 2014 ditujukan untuk menjamin
setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta memberikan pelayanan
kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Upaya promotif dan preventif termasuk dalam upaya pencegahan. Sedangkan upaya
pengobatan, berupa upaya kuratif dan rehabilitatif. Sesuai dengan UU No. 18 Tahun
2014, upaya promotif merupakan suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang bersifat promosi kesehatan jiwa. Upaya
promotif bertujuan agar kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan jiwa
dapat meningkat. Sedangkan upaya preventif merupakan suatu kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Menurut Riskesdas tahun 2018, dari
total penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang mengalami depresi, hanya 9% yang
melakukan pengobatan. Stigma atau anggapan negatif menjadi salah satu alasan
masyarakat Indonesia enggan berkonsultasi ke psikolog/psikiater.
Sejak tahun 2016 lalu, pemerintah mulai menjadikan tindakan preventif sebagai fokus
utamanya. Pemerintah bersama dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) mulai
memberikan edukasi mengenai cara menjadi ibu hamil yang tangguh, baik secara fisik
maupun emosional sang ibu selama mengandung. Tidak hanya itu, disediakan pula
konseling pra-nikah, edukasi parenting, hingga penyuluhan program yang berfokus
kepada sekolah. Program yang berfokus pada sekolah dilakukan melalui guru konseling
atau BK, umumnya konselin tersebut mengenai tindakan perundungan (bullying),
seksual, dsb yang dilaporkan dengan rapor kesehatan.
Upaya promotif yang telah dilakukan oleh Klinik Makara berupa sosialisasi
keberadaan pelayanan konseling dan program Peer Conselor and Health Educated
(PCHE). Peer Conselor merupakan mahasiswa yang diseleksi berdasarkan kriteria untuk
menjadi konselor sebaya dan pendidik kesehatan yang bertujuan melakukan tindakan
preventif dan promotif. Kelompok ini bertugas untuk melakukan pendektesian dini
masalah psikologis yang dialami oleh orang-orang sekitar, terutama mahasiswa. Tidak
hanya itu, mahasiswa yang telah menjadi peer counselor juga bertugas untuk
mempromosikan keberadaan pelayanan konseling.
C. INDIKATOR
Untuk pencapaian tujuan dan sasaran selama 5 yaitu tahun 2015-2019, maka perlu dibuat
target komulatif dan indicator pada direktorat pencegahan dan pengendalian masalah
kesehatan jiwa, sebagai berikut :
1. Indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan
upaya kesehatan jiwa sebanyak 280 kab/kota
2. IndikatorJumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan
pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di Institusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL) sebanyak 200 kab/kota
3. Indikator Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa di 30% SMA dan yang sederajat sebanyak 34
provinsi.
D. KEGIATAN
1. Revisi petunjuk

Revisi Petunjuk Teknis Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis


Pecandu,

Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika

Pelatihan peningkatan kecakapan hidup anak didi bagi guru

Psikoedukasi dan deteksi dini masalah keswa dan napza melalui


layanan

kesehatan jiwa bergerak (MMHS)

Soasilaisasi pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa


anak

dan remaja

Supervisi program dan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas

Lokakarya hari alzhaemer sedunia

Workshop keswa khusus calon jamaah haji lansia

Sosialisasi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demensia

Pertemuan Koordinasi LP/LS Pencegahan dan Pengendalian


Masalah

Kesehatan Jiwa dan Napza

OrientasiManajemen Verifikasi Klaim bagiPetugas Dinas


Kesehatan dan

Biddokkes
Supervisi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyalahgunaan

Napza

Validasi Eksternal Klaim Rehabilitasi Medis di IPWL

Penyediaan Dana Klaim Rehabilitasi Medis

Pengadaan Fasilitas Pendataan Kesehatan Jiwa dan Napza


terintegrasi

pada Direktorat Makeswa dan Napza

pengadaaan alat pengolah data dan komunikasi

Penyusunan Program dan Anggaran

Pelaksanaaan Pemantauan dan Evaluasi

Pengelolaan Keuangan dan Perbendaharaan

Pengelolaan Kepegawaian

Pelayanan Umum, Pelayanan Rumah Tangga dan Perlengkapan


BAB III
PROGRAM PUSKESMAS

1. DATA PROGRAM
Program kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :

No Program Sasaran
1. Pelayanan kesehatan di Penderita gangguan jiwa
Puskesmas
2 Kunjungan di rumah pasien Pasien

2. INDIKATOR PROGRAM

No Program / Sektor Peran yang Diharapkan


Terkait
1. Bidan Desa/wilayah Sumber informasi jenis UKBM atau kelompok
masyarakat potensial gangguan jiwa dan pelaksana
kegiatan di wilayah binaannya
2. Pelaksana Promkes Integrasi kegiatan, sehingga kegiatan promkes pada
sasaran kelompok potensial jiwa

3. Pelaksana UKS Integrasi kegiatan penjaringan kesehatan dengan


penyuluhan kesehatan jiwa di sekolah
4. Pelaksana Lansia Menyiapkan dan menggerakkan sasaran kegiatan
5. Pemerintah Desa Pemberitahuan dan ijin pelaksanaan penyuluhan di
desa
6. UPT Pendidikan Pemberitahuan, ijin, dan penggerakan sasaran kegiatan
3. IDENTIFIKASI MASALAH
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Penanggung Jawab (PJ) UKM Pengembangan
dan atau Kepala Puskesmas setiap bulan terhadap pelaksana dengan membandingkan antara
jadwal kegiatan dengan pelaksanaan.
Setiap hasil evaluasi yang tidak ada kesesuaian antara jadwal dan pelaksanaan
dievaluasi penyebabnya dan disusun rencana tindak lanjutnya (tindakan koreksi). Tindakan
koreksi tersebut disusun menjadi rencana kegiatan selanjutnya (jelas siapa melaksanankan
apa dimana dan kapan).
Setiap pelaksanaan maupun hasil pencapaian indikator kinerja yang tidak sesuai
dengan rencana/ target akan dievaluasi atau diidentifikasi penyebab masalahnya dan disusun
rencana perbaikan peningakatn mutu dan kinerja program. Indikator Kinerja Program
Kesehatan Jiwa yang tidak tercapai harus dilakukan kaji banding terhadap Puskesmas
lainnya yang telah berhasil mencapai kinerja pada indikator yang sama. Pelaksanaan
menyesuaikan kerangka acuan kegiatan yang terkait.

4. ANALISIS PROGRAM (SWOT)


No Kekuatan Bobot Nilai Skor
Topik 1 UU keswa no 18 tahun 2014 8 5 0,4
regulasi dan
kebijakan
2 UU CRPD no 19 tahun 2011 3 3 0,09
3 RPJMN tahun 2015-2019 3 4 0,12
4 Telah terbitnya berbagai regulasi trekait 1 1 0,01
layanan keswa (permenkes)
5 Jaminan kesehatan nasional menanggung 2 2 0,04
juga layanan kesehatan jiwa
Pembiayaan 6 Anggran kesehatan jiwa 5 5 0,25
7 Jumlah tenaga kesehatn jiwa terus 3 4 0,12
meningkat
SDM 8 Adanya organisasi konsumen dan keluarga 5 4 0,2
9 Tenaga-tenga kesehatan terlatih di PPK 5 5 0,09
10 Adanya tenaga spesialis dan subspesialis 4 5 0,09
11 Adanya kader kesehatan jiwa 3 3 0,16
12 Modul pelatihan bagi tenaga-tenga di 3 3 0,16
layanan primer dan layanan sekunder
tersedia
13 Kurikulum dari standard kompetensi sudah 4 4 0,09
terbentuk
14 Adanya organisasi profesi 4 4 0,04
15 Jumlah program studi dengan akreditasi A 3 3 0,04
16 Adanya kesadaran bahwa masalah keswa 2 2 0,06
bukan monopoli tenaga kesehatan di
bidang keswa
17 Layanan unggulan di berbagai institusi 2 2 0,09
regulasi
Layanan 18 Rujukan balik yang memfasilitasi 3 3 0,09
tersedianya obat
19 Adanya panduan pelayanan kedokteran 3 3 0,12
tingkat satu untuk puskesmas
20 Adanya DSSJ 3 4 0,06
21 Terakreditasinya sebagian besar RS 3 2 0,09
Lintas 22 Adanya integrasi keswa diberbagai 3 3 0,09
program program
lintas sektor
23 Adanya system pengembangan kerjasama 5 5 0,25
antar kementerian atau dinas dalam bentuk
MoU
24 Ketersediaan obat-obat esensial jiwa dalam 5 5 0,25
formularium nasionaadanya LSM dan
CSRl
25 Adanya LSM dan CSR 2 3 0,06
insfrastruktur 26 Adanya system pelaporan dari 5 4 0,2
puskesmas/RSU/RSJ/ ke dinkes/pusat
secara berkala
System 27 Adanya unit penelitian di tingkat pusat dan 2 2 0,04
informasi dan daerah
penelitian
28 Adanya riskesdas dan risfaskes 3 2 0,06
29 Adanya sumber daya di institusi 2 2 0,04
pendidikan kesehatan untuk melakukan
penelitian

5. SOLUSI / PENYELESAIAN MASALAH (YANG APLIKATIF)


Pencatatan pelaksanaan kegiatan maupun hasil kegiatan dilakukan oleh masing-masing
pelaksana dalam bentuk notulen kegiatan / buku kerja pelaksana, daftar hadir peserta
kegiatan, dan bentuk dokumentasi lainnya disesuaikan jenis kegiatannya. Pencatatn tersebut
dikompilasi menjadi bentuk laporan kegiatan bulanan dan disampaikan/dilaporkan secara
berjenjang dari pelaksana kegiatan ke Petugas Pengelola Program Kesehatan Jiwa,
dilanjutkan kepada PJ UKM Pengembangan dan Kepala Puskesmas. Evaluasi kegiatan
dilakukan oleh PJ UKM Pengembangan dan Kepala Puskesmas terhadap pelaksana kegiatan
meliputi aspek proses pelaksanaan (rencana dan pelaksanaan, metode, sasaran, waktu,
lokasi, dll) maupun hasil kegiatan dalam pencapaian indikator kinerja program.
Setiap pelaksanaan maupun hasil pencapaian indikator kinerja yang tidak sesuai dengan
rencana/ target akan dievaluasi atau diidentifikasi penyebab masalahnya dan disusun rencana
perbaikan peningakatn mutu dan kinerja program. Indikator Kinerja Program Kesehatan
Jiwa yang tidak tercapai harus dilakukan kaji banding terhadap Puskesmas lainnya yang
telah berhasil mencapai kinerja pada indikator yang sama. Pelaksanaan menyesuaikan
kerangka acuan kegiatan yang terkait.

6. MONITORING DAN EVALUASI


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Penanggung Jawab (PJ) UKM
Pengembangan dan atau Kepala Puskesmas setiap bulan terhadap pelaksana dengan
membandingkan antara jadwal kegiatan dengan pelaksanaan. Hasil evaluasi pelaksanaan
kegiatan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas setiap bulannya oleh PJ UKM
Penegmbangan melalui pertemuan Lokakarya mini setiap bulan (Lokmin Bulanan). Setiap
hasil evaluasi yang tidak ada kesesuaian antara jadwal dan pelaksanaan dievaluasi
penyebabnya dan disusun rencana tindak lanjutnya (tindakan koreksi). Tindakan koreksi
tersebut disusun menjadi rencana kegiatan selanjutnya (jelas siapa melaksanankan apa
dimana dan kapan).
BAB IV
SIMPULAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa di puskesmas doro II sudah
dilakukan program jiwa yaitu posyandu jiwa untuk pasien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa, serta diberikan terapi
pengobatan. Berdasarkan uraian diatas, seksi PTM dan tenaga kesehatan di puskesmas sudah
sesuai yang diatur pada Depkes RI tahun 2006.
Setiap pelaksanaan maupun hasil pencapaian indikator kinerja yang tidak sesuai
dengan rencana/ target akan dievaluasi atau diidentifikasi penyebab masalahnya dan disusun
rencana perbaikan peningakatn mutu dan kinerja program. Indikator Kinerja Program
Kesehatan Jiwa yang tidak tercapai harus dilakukan kaji banding terhadap Puskesmas
lainnya yang telah berhasil mencapai kinerja pada indikator yang sama. Pelaksanaan
menyesuaikan kerangka acuan kegiatan yang terkait.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Penanggung Jawab (PJ) UKM
Pengembangan dan atau Kepala Puskesmas setiap bulan terhadap pelaksana dengan
membandingkan antara jadwal kegiatan dengan pelaksanaan. Hasil evaluasi pelaksanaan
kegiatan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas setiap bulannya oleh PJ UKM
Penegmbangan melalui pertemuan Lokakarya mini setiap bulan (Lokmin Bulanan). Setiap
hasil evaluasi yang tidak ada kesesuaian antara jadwal dan pelaksanaan dievaluasi
penyebabnya dan disusun rencana tindak lanjutnya (tindakan koreksi). Tindakan koreksi
tersebut disusun menjadi rencana kegiatan selanjutnya (jelas siapa melaksanankan apa
dimana dan kapan).

B. SARAN
Dalam mencapai tujuan, sasaran dan target indikator yang telah di susun, perlu
adanya dukungan dan bantuan dari lintas program dan lintas sektor terkait, sehingga perlu
adanya koordinasi yang baik dan terus menerus, sehingga tujuan dan target indikator dapat
tercapai.
REFERENSI

file:///E:/SEMESTER%205/KOMUNITAS/1-401733-4tahunan-209.pdf
Diunduh pada tanggal 4 desember 2019 pada pukul 09.05 WIB

https://id.scribd.com/document/389131201/Kap-Pelayanan-Kesehatan-Jiwa-Masyarakat
diunduh pada tanggal 4 desember 2019 pada pukul 13.50 WIB

https://www.economica.id/2019/10/07/program-dan-kebijakan-kesehatan-mental-tanggung-
jawab-siapa/
diunduh pada tanggal 4 desember 2019 pada pukul 15.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai