PROGRAM JIWA
UPT PUSKESMAS RANUGEDANG
Email : pkm.ranugedang@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan jiwa diselenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
lintas program dan lintas sektor terkait. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, berbagai upaya tengah diwujudkan agar dapat merealisasikan makna
yang terkandung dalam Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa tersebut. Salah satu upaya
prevensi primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakatyang belum mengalami
masalah maupun gangguan jiwa. Dalam upaya melakukan program prevensi ini maka diperlukan
pedoman terkini layanan kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan tingkat primer. Upaya promotif
dan preventif kesehatan jiwa saat ini lebih diutamakan melalui pendekatan siklus kehidupan
dimulai dari saat pra nikah dan konsepsi hingga pendekatan di masa tumbuh kembang anak
remaja sehingga menjadi sangat penting upaya mengenali faktor resiko masalah kejiwaan,
pencegahan secara eksplisit, memperbaiki konsekuensi akibat kesulitan dan kerentanan kesehatan
jiwa sejak dini yang diharapkan dapat mencegah morbiditas dan mortalitas akibat gangguan jiwa
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang
tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa
(UU No.18 tahun 2014).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami
pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa
sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil.
Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang
disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas
2013).
1.2 Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
Tatakelola dan tatalaksana masalah kesehatan jiwa pada pelayanan kesehatan tingkat
primer
Tujuan Khusus :
Buku pedoman ini sebagai panduan bagi tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan tingkat
primer sehingga diharapkan mereka mampu:
1. Mendeteksi secara dini masalahkesehatan jiwa pelayanan kesehatan primer.
2. Menangani kasus gangguan jiwa di layanan kesehatan primer termasuk di lingkungan
masyarakat
3. Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan.
4. Terselenggaranya pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas Ranugedang yang
Pedoman pelayanan di Poli Gigi dan Mulut ini disusun untuk digunakan oleh :
ganguan jiwa
4. Orang dengan gangguan jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang
BAB II
STANDART KETENAGAAN
4. Perawatan umum yang telah mengikuti orientasi dan bimbingan teknis tentang
Kesehatan jiwa mulai promosi Kesehatan ,deteksi dini,rujukan
A. Uraian tugas :
B. Tanggung jawab
melalui pertemuan mini lokakarya lintas sector tiap tiga bulan sekali,penyusunan
kesepakatan dilakukan dengan penyampaian rencana kegiatan pelayanan
BAB III
STANDART FASILITAS
-
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
1. Kunjungan Rumah
5. Pemberdayaan keluarga