Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

a. Tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan upaya kesehatan


perlu memperhatikan kebijakan umum, diantaranya adalah peningkatan
upaya kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan
(morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat
terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa
nifas melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan rehabilitasi.
(http://www.litbang.depkes.go.id)
b. Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah
kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kangker, gangguan
jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam Hawari 2001). Meskipun gangguan
jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok
akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak
efisien.
c. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas
cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti
kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran,
masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan
deskriminasi meningkatkan resiko penderita gangguan jiwa. Peningkatan
angka penderita gangguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan
bagi tenaga kesehatan. Sumberdaya manusia yang berkualitas sangat
diharapkan untuk mengatasi hal tersebut (Suliswati, et. al., 2005).

d. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI, 2008)


gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara, tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak
hanya gangguan jiwa psikotik/skizofrenia saja, tetapi kecemasan, depresi
dan penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif (NAPZA) juga
menjadi masalah kesehatan jiwa. Jumlah masalah gangguan jiwa di
Indonesia, prevalensi penderita Skizofrenia adalah 0,3%-1%, dan terbanyak
pada usia sekitar 18–45 tahun, terdapat juga beberapa penderita yang
mengalami pada umur 11–12 tahun. Apabila penduduk Indonesia 200 juta
jiwa

B. TUJUAN

1. Tujuan umum :
a. Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa Masyarakat

2. Tujuan khusus :
b. Menyadarkan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang ada
di masyarakat
c. Mencegah timbulnya berbagai gangguan jiwa
d. Menanggulangi masalah kesehatan jiwa

1
e. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan jiwa
f. Meminimalkan dampak masalah psikososial dan gangguan jiwa
terhadap individu, keluarga dan masyarakat

BAB 2

2
ANALISIS SITUASI

A. DATA

B. ANALISIS MASALAH
1) Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dapat dilihat dari hasil pencapaian program
Kesehatan Jiwa pada tahun 2019 dapat dilihat pada table berikut :
TABEL IDENTIFIKASI MASALAH PROGRAM KES. JIWA TH 2019

Target Capaian
No Indikator Selisih
(%) (%)
1 Penanganan kasus jiwa ODGJ Berat 100 80 20
2 Penanganan kasus jiwa ODGJ Baru 100 0 100
2) Prioritas Masalah

MASALAH
NO KRITERIA Penangnanan ODGJ. Penanganan kasus ODGJ Baru
1. Urgency (U) 2 3
2. Seriousness (S) 2 3
3. Growth (G) 2 3
TOTAL UXSXG 6 9

3
Rangking 2 1

Berdasarkan dari analisis penentuan permasalahan diatas maka perlu


ditentukan prioritas masalah agar terwujud pelaksanaan kegiatan yang menganut
prinsip efektif, efesien, proporsional serta rasional dengan mengunakan alat
analisis manajemen yaitu: USG (Urgensi Seriousness Growth) sebagai berikut:

3) Perumusan Masalah
Dari hasil analisis situasi dan hasil capaian 2019, maka dapat dirumuskan
permasalahan Penanganan kasus ODGJ masih rendah di Puskesmas
Garawangsa pada tahun 2019.
Dari rumusan masalah tersebut dapat diinventarisir penyebab dari masalah
tersebut, yaitu:
1. Keluarga malu karena anggota keluarganya mempunyai permasalahan
pada kejiwaan.
2. Petugas kurang aktif dalam pendekatan ke masyarakat.
3. Kurang kesadaran masyarakat tentang bahaya pasung
4. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa
5. Keterbatasan tenaga keshehatan yang terlatih penanganan Jiwa
6. Anggapan masyarakat ODGJ tidak bisa disembuhkan
7. Kurang Informasi tentang KESWA
8. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
9. Diteksi dini keswa belum berjalan

4
4) Analisis Akar Penyebab Masalah
a. Penyebab masalah
Untuk mencari akar dari penyebab masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Garawangsa pada tahun 2019 dilakukan dengan
diagram sebab akibat Tulang Ikan (Fish Bone) sebagai berikut

DANA BAHAN
METODE

Deteksi keswa
Belum berjalan
Petugas kurang aktif dalam
pendekatan ke masyarakat
Kurangya alokasi Kurang informasi
Dana buat kesehatan jiwa tentang pentingnya
Kesehatan jiwa
Penanganan kasus ODGJ
masih rendah

Petugas belum pernah


Mengikuti pelatiahan jiwa Kurang kesadaran
masyarakat tentang
ODGJ tidak bisa bahaya pasung
disembuhkan

Kurang pengetahuan masyarakat


tentang pentingnya kesehatan jiwa
MANUSIA
Petugas merangkap tugas
LINGKUNGAN

5
b.Pemecahan masalah
Tabel Cara Pemecahan Masalah
NO PRIORITAS PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN PEMECAHAN MASALAH KET
MASALAH MASALAH MASALAH TERPILIH
1 Keluarga malu karena Kurangnya Penyuluhan secara kelompok Penyuluhan secara kelompok
anggota keluarganya pengetahuan keluarga pada keluarga pada keluarga pasien jiwa
mempunyai tentang kesehatan jiwa Kunjungan rumah pasien jiwa
permasalahan pada
Penyuluhan secara berkala
Lintas Sektor dalam pelacakan
pasien jiwa

2 Kurang kesadaran Kurangnya informasi Penyuluhan lintas sektor Penyuluhan rutin


masyarakat tentang mengenai penanganan
bahaya pasung kesehatan jiwa
Kurangnya deteksi dini Deteksi dini pasien jiwa dan resiko
pasien jiwa

3 Petugas kurang aktif Petugas belum pernah Mengikuti pelatihan dasar Mengikuti pelatihan dasar
mengikuti pelatihan Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa

6
Petugas merangkap
tugas

4 Kurangnya Kurangnya pembinaan Pembinaan keluarga resiko Oleh Pembinaan keluarga


pengetahuan tentang mengenai kesehatan Linsek penderita dan resiko tinggi
kesehatan jiwa jiwa Pembinaan Keluarga yang resiko
tinggi pd gangg.jiwa

BAB 3
RENCANA USULAN KERJA

7
KEBUTUH
UPAYA PENANGG KEBUTU WAKTU SUMBER
TARGET MITRA AN INDIKATO
NO KESEH KEGIATAN TUJUAN SASARAN UNG HAN PELAKSA PEMBIA
SASARAN KERJA ANGGARA R KINERJA
ATAN JAWAB SUMBER NA YAAN
N
DAYA
Januari
Deteksi dini DAK Non
Dokter s.d
Keswa di PJ Keswa Linsek FISIK/B
fungsional Desember
KESE Desa OK
2020
HATAN
JIWA Deteksi dini
keswa anak
DAK Non
anaksekola
Guru Jun-20 FISIK/B
h
OK
(SD,SMP,S
MA)
Pendampin
gan Januari
DAK Non
Rujukan Dokter s.d
PJ Keswa Linsek FISIK/B
Pasien Jiwa fungsional Desember
OK
ke Klinik 2020
Jiwa
Penyuluhan meningk masyarak 7 desa @ Pengelola lintas kader/ Januari pengetahua DAK Non
keswa atkan at di 5 kader program program aparatu s.d n tentang FISIK/B
pengeta wilayah wilayah r Desember kesehatan OK
huan kerja kerja pemeri 2020 jiwa
tentang puskesma puskesma ntah meningkat
kesehat s s setemp
an jiwa at

8
kader/
meningk
KR ODGJ aparatu cakupan
atkan Januari
(include tiap r yang DAK Non
pelayan Rumah Pengelola lintas s.d
dengan penderita pemeri berobat ke FISIK/B
an ODGJ program program Desember
pemeriksaa ODGJ ntah puskesmas OK
kesehat 2020
n 2 menit) setemp meningkat
an jiwa
at
Terbent
uknya
desa
siaga
sehat
jiwa
yang
Kader,tok
anggota pemeri
oh Tidak
Sosialisasi masyara Petugas dr. ntah DAK Non
masyarak Jumlah = adanya
desa siaga katnya Kesehatan Fungsiona desa,ka Mar-20 FISIK/B
at,pemeri 30 org pasien
sehat jiwa mampu Jiwa l der,tom OK
ntahan pasung
merawat a,toga
desa
anggota
masyara
kat yang
mengala
mi
ganggua
n jiwa
Cetak
Spanduk DAK Non
Sos. Desa Mar-20 FISIK/B
Siaga Sehat OK
Jiwa

9
BAB 3
EVALUASI

Untuk meningkatkan capaian hasil kegiatan pada tahun 2019


khususnya pada program atau kegiatan yang belum mencapai target, maka
diperlukan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak. Dukungan berupa
ketersediaan anggaran yang bersumber dari BOK, dan sumber lainnya
yang sah.Sedangkan dukungan ketersediaan sumber daya kesehatan juga
diperlukan untuk mendukung dan meningkatkan kualitas kerja program.
Diperlukan koordinasi yang terpadu dan berkesinambungan baik dari
lintas sektor maupun lintas program dalam bentuk komitmen terhadap
peningkatan pelayanan kesehatan.

10
11

Anda mungkin juga menyukai