Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN PROVINSI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DAK NON FISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN 2020

URUSAN : KESEHATAN

UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

LOKASI KEGIATAN : 2 KECAMATAN KOTA BAUBAU

SASARAN PROGRAM : MASYARAKAT KOTA BAUBAU

INDIKATOR KINERJA PROGRAM : Masyarakat mengerti tentang masalah kesehatan jiwa-

Napza

KELUARAN : Terlaksananya kegiatan sosialisasi masalah Keswa -

Napza Tingkat kecamatan Kota Baubau

INDIKATOR KELUARAN OUTPUT : Meningkatnya Derajat kesehatan dan Pengetahuan

tentang masalah keswa-napza pada masyarakat

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, kondisi kesehatan jiwa masih menjadi salah satu isu yang

dikesampingkan. Padahal secara jumlah, penderita gangguan jiwa terus meningkat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, satu dari empat orang di dunia

terjangkit gangguan jiwa atau "neurologis‟. Saat ini, ada sekitar 450 juta orang mengalami

gangguan mental. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, sekitar 14 juta orang di

Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gejala depresi dan gangguan kejiwaan.

Data Riskesdas 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan (Kemenkes, poin tentang gangguan jiwa mengungkap peningkatan proporsi

cukup signifikan. Sebab, jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 persen

menjadi 7 persen. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada

ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.


Di Kota baubau data pada Tahun 2019 terdapat 204 orang ODGJ dan 7 orang Kasus

pasung

Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 18 tahun 2014, Bab I Pasal I ayat 1, Kesehatan Jiwa

adalah Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk

komunitasnya. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan definisi WHO (2014) yang

menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah keadaan well-being, dimana setiap individu

menyadari potensinya, dapat mengatasi stres yang normal dalam kehidupan sehari-hari,

dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya.

Undang- undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, pasal 86 menyatakan

bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran,

kekerasan dan atau menyuruh oranglain untuk melakukan pemasungan, penelantaran,

kekerasan terhadap ODMK dan ODGJ atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi

ODMK atau ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Permenkes No. 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan, disebutkan bahwa

pelayanan kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat masuk dalam Jenis

layanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.

Gangguan jiwa dipicu oleh berbagai faktor antara lain faktor biologis (seperti faktor bawaan,

penyakit infeksi virus, malaria cerebral, penyakit degeneratif, kecelakaan di kepala), faktor

psikologis (kepribadian kurang matang, trauma psikologis masa lalu, konflik batin, dan

keinginan yang tidak tercapai sehingga menimbulkan frustrasi), faktor sosial (masalah

hubungan dalam keluarga, konflik dengan orang lain, masalah ekonomi, pekerjaan dan

tekanan dari lingkungan sekitar, hingga keadaan bencana).

Secara garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi : Masalah

perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup, Masalah gangguan

jiwa, serta Masalah Psikososial.


Masalah Psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi

masalah yang tinggi, disamping dukungan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya

nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Kondisi demikian

sangat rentan terhadap stress, ansietas konflik, ketergantungan tehadap Narkotika,

Psikotropika, dan zat Adiktif (NAPZA).

Untuk masalah penyalahgunaan Napza berdasarkan Penelitian BNN tahun 2017

menyatakan estimasi ,prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia sebesar 1,77%

(sekitar 3, 38 juta orang).

WHO menyatakan gangguan penggunaan NAPZA merupakan penyakit otak kronis

kambuhan yang dapat ditanggulangi dengan berbagai program pencegahan dan

pemulihan. Gangguan ini dalam ICD-10 disebut sebagai gangguan mental dan perilaku

akibat zat psikoaktif.

Kesehatan jiwa tidak bisa kita abaikan, perlu sinergi semua pihak, terutama keluarga

agar kondisi gangguan jiwa tidak makin parah. Masalah kesehatan jiwa di masyarakat

sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan

manusia. Untuk meningkatkan kesehatan jiwa, perlu perhatian pemerintah dan kerja sama

semua pihak untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat

kesehatan jiwa melaui berbagai upaya mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative dengan peningkatkan mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa, penyedian

obat, peningkatkan sumber daya manusia bidang kesehatan jiwa, melakukan advokasi,

sosialisasi serta koordinasi bidang kesehatan jiwa dan napza.

Dengan membangunkan jiwa, maka membangun fisik menjadi gerakan berikutnya.

Bukan hanya jiwa yang sehat secara medik, waras dan berpikir jernih, namun jiwa

perjuangan, jiwa kemandirian, jiwa kewirausahaan, perlu terus dibangun dan dibangkitkan.

Karena demikianlah cara mengantarkan Indonesia khususnya kota Baubau menjadi

sejahtera, adil makmur di masa depan.


B. PENERIMA MANFAAT

Terlaksananya program kegiatan sosialisasi masalah kesehatan jiwa-napza dan Upaya

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa di masyarakat dengan baik.

C. JENIS KEGIATAN

UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT


D. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

 Ceramah

 Diskusi

 Perjalanan dinas dalam rangka sosialisasi masalah kesehatan jiwa-

napza

2. Tahapan dan waktu pelaksanaan

- Tahapan : - Pemaparan materi oleh narasumber

- Diskusi dan tanya jawab

3. - Waktu Pelaksanaan : januari sd desember 2021

No Kegiatan JA FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

N
1 UPAYA PENGENDALIAN

PENYAKIT
Sosialisasi masalah            

kesehatan jiwa-napza

E. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Kurun waktu pencapaian keluaran/pelaksanaan ini adalah satu tahun

F. BIAYA YANG DI PERLUKAN

Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Rp. 34.060.300 ( Tiga puluh empat juta

enam puluh ribu tiga ratus rupiah )

Baubau, Juni 2020

Mengetahui:
Kepala Dinas Kesehatan Kota Baubau

Dr. Wahyu, SKM., M.Sc.PH


NIP. 19630126 198703 1 005

Anda mungkin juga menyukai