Anda di halaman 1dari 24

Respon Psikososial Klien Terkonfirmasi Covid-19 di

Desa Windusari Kec. Nusaherang Kab. Kuningan

Tugas Mata Kuliah: Keperawatan Trauma


Dosen Mata Kuliah : Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom

Disusun oleh:

Chintya Dwi Agustin (CKR0180006)

S1 Keperawatan Reguler A Semester 6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


Jalan Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kab. Kuningan, Jawa Barat 45561
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Respon Psikososial Klien
Terkonfirmasi Covid 19 di Desa Windusari Kec Nusaherang Kab Kuningan ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS
Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom pada mata kuliah keperawatan Trauma. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom, selaku dosen
mata kuliah keperawatan trauma yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

28 Juni 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata pengantar………………………………………………………………………i

Daftar Isi……………………………………………………………………………..ii

Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………………1

Latar belakang………………………………………………………………..1

Tujuan………………………………………………………………………...3

Ruang lingkup………………………………………………………………..3

Bab 2 Tinjauan Teoritis…………………………………………………………….4

Pengertian Psikososial……………………………………………………….4

Pengertian coronavirus……………………………………………………….5

Respon kesehatan jiwa……………………………………………………….7

Bab 3 Hasil Kajian………………………………………………………………….9

Instrumen pengkajian pada individu yang baru sembuh Covid-19………….9

Instrumen pengkajian pada Individu yang sedang melaksanakan IsoMan…12

Bab 4 Pembahasan………………………………………………………………..16

Bab 5 Penutup……………………………………………………………………..19

Kesimpulan…………………………………………………………………19

Saran………………………………………………………………………..19

Daftar Pustaka……………………………………………………………….……20

Lampiran…………………………………………………………………………..21

ii
BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang

Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar
virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga
sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali
dalam hidupnya.
Virus ini diperkirakan muncul pertama kali di Wuhan, China pada akhir tahun
2019, sehingga virus ini dinamakan Covid-19. Persebaran virus ini ke seluruh penjuru
negeri begitu cepat juga tak terkendali hingga membuat beberapa Negara kewalahan
dengan terusnya bermunculan terduga terinfeksi virus yang saat itu belum ditemukan
penyebab dan cara penangannya.
Terus bertambahnya angka terinfeksi dan meninggal akibat virus membuat
WHO mengumkan bahwa wabah virus ini ditetapkan sebagai pandemic pada maret
2020.
Di Indonesia kasus positif COVID-19 pertama kali diberitakan pada tanggal 2
Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo. Terdapat dua warga yang positif COVID-19
(Jokowi Umumkan, 2020). Berdasarkan informasi yang didapatkan dari situs resmi
gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, jumlah orang yang terkonfirmasi
positif COVID-19 di Indonesia hingga tanggal 15 Mei 2020 masih terus bertambah,
dengan kota Jakarta sebagai episentrum kasus terbanyak (Idhom, 2020). Total pasien
positif di Indonesia sebanyak 16.496 kasus, sementara yang sembuh 3.803 orang dan
1.076 meninggal dunia (Infografis COVID-19, 2020).
Kondisi pandemi dapat membuat individu merasa tertekan dan khawatir.
Respon umum dari orang-orang yang terdampak pandemi baik secara langsung atau
tidak langsung, antara lain takut jatuh sakit, meninggal, tertular, kehilangan pekerjaan,
merasa tidak berdaya, bosan, kesepian, dan depresi selagi isolasi (IASC, 2020).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rubin, Amlot, Page, dan
Wessely (2009) yang menemukan bahwa 23,8% responden di Inggris mengalami
kecemasan pada saat wabah swine flu. Wheaton, Abramowitz, Berman, Fabricant,
dan Olatunji (2011) menjelaskan, kecemasan yang dialami meliputi takut terjangkit

1
penyakit, dan perasaan jijik. Kondisi pandemi lainnya seperti wabah SARS,
memberikan dampak psikologis yang signifikan pada petugas layanan kesehatan dan
masyarakat luas (Sim, 2004). Ketidakstabilan emosi, reaksi stres, kecemasan, trauma
dan gejala psikologis lainnya perlu diamati setelah terjadinya pengalaman traumatis
seperti pandemi. Efek psikologis ini memiliki dampak besar pada individu dan juga
pada komunitas (Makwana, 2019).
Efek psikologis lainnya ditimbulkan karena peraturan karantina yang berlaku
pada masa pandemi. Di seluruh dunia, pejabat publik meminta orang-orang untuk
menjaga jarak, karantina, dan isolasi. Seseorang yang dikarantina akan menghabiskan
waktu berhari-hari atau berminggu-minggu di rumah dengan keterbatasan kontak
sosial pada orang lain, hal ini akan menimbulkan stres pada orang tersebut. Sumber
stres selama periode tersebut berupa penurunan aktivitas, rangsangan indera,
keterlibatan sosial, adanya tekanan finansial karena tidak bisa bekerja, dan tidak dapat
mengakses strategi koping khas seperti berolahraga di luar rumah, hal tersebut
menimbulkan rasa kecemasan dan depresi (WHO, 2020). Melihat pemerintah di
berbagai negara telah mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mengurangi penyebaran COVID-19. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan
sejumlah tindakan mengurangi penyebaran. Tindakan-tindakan itu disesuaikan pada
jumlah kasus di wilayahnya. Ada yang memberlakukan libur kerja, pembatalan
pertemuan besar, pembatasan perjalanan, dan lainnya (BNPB, 2020). Indonesia telah
menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam penanganan COVID-19
(Sandi, 2020).
Dampak dari pembatasan sosial berskala besar menimbulkan masalah pada
orang-orang. Masyarakat bisa merasakan dampak pada perasaan seperti murung,
kurang bersemangat, cemas, kurang tidur dan rindu keluar rumah untuk bertemu
orang lain (Yurianto, 2020). Masalah psikososial yang paling umum dialami oleh
orang yang dikarantina adalah kecemasan dan depresi. Hal ini didukung oleh
penelitian Sood (2020) karantina dapat menyebabkan gangguan psikologis dan
kejiwaan yang signifikan seperti gangguan stres pasca-trauma, depresi, kecemasan,
gangguan panik, dan gangguan perilaku. Dampak psikologis dapat terwujud sebagai
rasa depresi, kecemasan, ketakutan dan varietas gejala somatisasi.

2
2. Tujuan
a. Untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Keperawatan Trauma
b. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai tema yang diangkat
c. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang tema yang diangkat.

3. Ruang Lingkup
Pada penulisan makalah ini terfokuskan pada :
a. Respon psikososial individu yang terkonfirmasi terpapar virus covid-19
b. Respon psikososial individu yang harus melakukan isolasi mandiri

3
BAB II
Tinjauan Teori

A. Pengertian Psikososial

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya secara terintegrasi. Aspek kejiwaan berasal dari dalam
diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek ini sangat saling
berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Definisi lain
menyebutkan bahwa aspek psikososial merupakan aspek hubungan yang dinamis antara
dimensi psikologis/kejiwaan dan sosial. Penderitaan dan luka psikologis yang dialami
individu memiliki kaitan erat dengan keadaan sekitar atau kondisi sosial. Pemulihan
psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat ditujukan untuk meraih kembali
fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktif dan menjalani hidup yang bermakna
setelah yang traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih, 2005).

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan
dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa (Depkes, 2011). Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu
perubahan psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya beban atau tekanan atau peristiwa
traumatik

Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau
gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang
berdampak pada lingkungan sosial. Ciri-ciri masalah psikososial antara lain: cemas,
khawatir berlebihan, takut, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, bersifat
raguragu/merasa rendah diri, merasa kecewa, pemarah dan agresif, reaksi fisik seperti:
jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala (CMHN, 2005).

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis
antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.

4
Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas
Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup
faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011). Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda,
2012) yaitu :

a) Berduka
b) Keputusasaan
c) Ansietas
d) Ketidakberdayaan
e) Risiko penyimpangan perilaku sehat
f) Gangguan citra tubuh
g) Koping tidak efektif
h) h. Koping keluarga tidak efektif
i) Sindroma post trauma
j) Penampilan peran tidak efektif
k) HDR situasional

B. Coronavirus Disease (COVID 19)

Sars-CoV-2 ini merupakan penyebab COVID 19 dan virus corona ditularkan


antar hewan dan manusia atau disebut sebagai zoonosis dan hewan yang menjadi sumber
penularan COVID 19 masih belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah penularan dari
manusia ke manusia COVID 19 melalui droplet atau percikan batuk, bersin dan orang
yang paling beresiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien
COVID 19 termasuk yang merawat. Tanda dan gejala umum infeksi COVID 19 antara
lain gejala gangguan pernapasan akut meliputi demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa terpanjang 14 hari. Pada kasus berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal bahkan kematian dan
tandatanda serta gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas dikedua paru (Kemenkes RI, 2020b).

5
COVID 19 dikaitkan dengan manifestasi mental dan neurologis termasuk
delirium atau ensefalopati, agitasi, stroke, meningo-ensefalitis, gangguan indra
penciuman dan perasa, kecemasan, depresi dan masalah tidur. Dalam banyak kasus,
manifestasi neurologis telah dilaporkan bahkan tanpa gejala pernapasan. Kecemasan dan
depresi tampaknya umum diantara orangorang yang dirawat di Rumah Sakit karena
COVID 19. Rumah Sakit Wuhan, Cina mengungkapkan lebih dari 34% orang yang
mengalami gejala kecemasan dan 28% mengalami gejala depresi. Serangkaian kasus
pengamatan di Prancis menemukan bahwa 65% orang dengan COVID 19 di unit
perawatan intensif (ICU) menunjukkan tanda-tanda delirium (kebingungan) dan 69%
mengalami agitasi. Delirium khususnya telah dikaitkan dengan peningkatan resiko
kematian dalam konteks COVID 19 (WHO, 2020a).

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang. Gejala klinis bervariasi tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama
adalah demam, batuk, mialgia, sesak napas, sakit kepala, diare, mual dan nyeri abdomen.
Gejala yang paling sering ditemui adalah demam, batuk dan mialgia. Pada penumonia
dilakukan foto toraks dapat dilanjutkan dengan CT scan toraks dengan kontras.
Gambaran foto toraks pneumonia disebabkan oleh infkesi COVID 19 mulai dari normal
hingga ground glass opacity, konsilidasi, efusi pleura dan gambaran penumonia lainnya.
Diagnosis pasti atau kasus terkonfirmasi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
ekstraksi RNA virus SarscoV-2 menggunakan revertranscription polymerase chain
reaction (RT-PCR) untuk mengekstraksi 2 gen Sars-coV-2 melalui sampel berupa swab
tenggorokan (Handayani et al., 2019).

Berdasarkan bukti bahwa COVID 19 ditularkan melalui kontak erat dan droplet
bukan melalui transmisi udara dimana orang yang paling beresiko terinfeksi adalah yang
kontak dekat/erat dengan pasien terkonfirmasi positif COVID 19 atau yang merawat
pasien COVID 19. Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di
pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif
meliputi (1) melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak
terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor, (2) menghindari
menyentuh mata, hidung dan mulut, (3) menerapkan etika batuk atau bersin dengan
menutup hidung dan mulut dengan lengan atas dalam atau tisu dan buanglah tisue ke
tempat sampah, (4) menggunakan masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker dan (5) menjaga jarak (minimal

6
1 meter) dari orang yang mengalami gangguan pernapasan (Kemenkes RI, 2020b).
Pencegahanutama adalah pada orang yang beresiko maka wajib membatasi mobilisasi
hingga masa inkubasi kemudian pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh
melalui asupan makanan sehat, perbanyak cuci tangan, menggunakan masker bisa berada
pada daerah beresiko, aktivitas fisik dan olahraga, cukup istirahat serta makanan dimasak
hingga matang dan bila sakit segera ke Rumah Sakit rujukan untuk dievaluasi
(Handayani et al., 2019).

C. Respons kesehatan jiwa dan psikososial untuk COVID-19

Dalam wabah apa pun, wajar jika orang merasa tertekan dan khawatir. Respons umum
dari orang-orang yang terdampak (baik secara langsung atau tidak) antara lain:

a. Takut jatuh sakit dan meninggal


b. Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular saat dirawat
c. Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi, dan
dikeluarkan dari pekerjaan
d. Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan penyakit
(seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau dianggap berasal dari, tempat-
tempat terdampak)
e. Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut kehilangan
orang-orang terkasih karena virus yang menyebar
f. Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan karantina
g. Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah, penyandang
disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi, karena orang tuanya atau
pengasuhnya dikarantina
h. Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi
i. Takut mengalami pengalaman wabah sebelumnya

Kedaruratan memang selalu membuat tertekan, tetapi faktor penyebab tekanan khusus
wabah COVID-19 dapat mempengaruhi masyarakat, seperti:

a. Risiko terinfeksi dan menginfeksi orang lain, terutama jika cara penularan COVID-19
belum 100% diketahui

7
b. Gejala umum seperti masalah kesehatan lain (mis., demam) bisa disalahartikan sebagai
COVID-19 dan menyebabkan rasa takut terinfeksi
c. Pengasuh dapat makin khawatir akan anak-anaknya yang mereka tinggal di rumah
sendiri (karena sekolah tutup) tanpa asuhan dan dukungan yang tepat
d. Risiko penurunan kesehatan fisik dan jiwa pada kelompok-kelompok, yang rentan
seperti orang berusia lanjut (Intervensi 1) dan penyandang disabilitas (Intervensi 2),
jika pengasuh dikarantina dan tidak ada layanan dan dukungan lain.

8
BAB III
Hasil Kajian

INSTRUMEN PENGKAJIAN
RESPON PSIKOSOSIAL KLIEN TERKONFIRMASI COVID 19

A. Biodata
1. Nama Inisial : Nn L
2. Jenis Kelamin: Perempuan
3. Umur : 24 tahun
4. Pendidikan : S1
5. Pekerjaan : Bidan
6. Status Marital : Belum menikah
7. Alamat : Desa Windusari kec Nusaherang

B. Riwayat (Kronologis) Terpapar Covid


Nn.L mengatakan ia tidak berpergian keluar kota selama pandemic. Ia mengatakan ia
bekerja disalah satu klinik bersalin di kota Kuningan. Dan dia mengatakan tidak
menyadari dan tidak tau dari siapa ia terpapar.
Selama bekerja ia tidak pernah melepas masker kecuali saat makan siang dan solat. Ia
menjelaskan bawa klinik tempatnya bekerja menerapkan protocol kesehatan yang ketat.
Semua yang hendak masuk ke klinik akan di cek suhu terlebih dahulu. Bahkan untuk ibu
yang hendak bersalin, biasanya akan disarankan untuk melakukan tes rapid terlebih
dahulu.

C. Tanda Gejala
Nn. L mengatakan awalnya tenggorokannya sakit, batuk-batuk dan demam selama 2
hari sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melakukan tes swab.

D. Respon Awal Terkonfirmasi


1. Bagaimana perasaan anda ketika diberitahu hasil tes positif covid 19?
a. Biasa saja
b. Kaget/terkejut

9
c. Merasa tidak percaya
d. Galau
e. Lain-lain (sebutkan) Takut dan Khawatir ()
2. Apakah anda menyalahkan orang lain yang menyebabkan Anda terpapar Covid?
a. Ya
b. Tidak ()
3. Bagaimana reaksi keluarga pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
a. Biasa saja
b. Menyalahkan anda
c. Terkejut ()
d. Menjauhi Anda
e. Memberi support (dukungan)
f. Lain-lain (sebutkan) …………………………..
4. Bagaimana reaksi teman Anda pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
a. Biasa saja
b. Menjauhi Anda
c. Memberi support (dukungan) ()
d. Lain-lain (sebutkan)

5. Bagaimana reaksi tetangga pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
a. Biasa saja
b. Menjauhi Anda ()
c. Memberi support (dukungan)
d. Lain-lain (sebutkan)

E. Respon Psikososial Selama Menjalani Isolasi Mandiri


1. Bagaimana perasaan anda selama menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Khawatir, takut, cemas.
2. Bagaimana respon atau reaksi tetangga ketika anda menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Menjauh, bahkan tidak ada yang berani mendekati pekarangan rumah
3. Bagaimana respon atau reaksi teman ketika anda menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Mereka melakukan tes swab juga guna menghindari hal yang tidak
diinginkan, juga mereka memberikan support
4. Selama anda menjalani isolasi mandiri, apa saja yang anda lakukan?

10
Jawab:
a. Beristirahat
b. Melakukan olahraga ringan di dalam rumah
5. Kebutuhan apa sajakah yang penting selama anda menjalani isolasi mandiri?
a. Kebutuhan dukungan (support) ()
b. Kebutuhan makan/minum
c. Kebutuhan penerimaan dari orang lain ()
d. Lain-lain (sebutkan) .

F. Respon Psikososial Setelah Selesai Menjalani Isolasi Mandiri


1. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apa yang
Anda rasakan?
Jawab: Bahagia, lega
2. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah anda
merasakan malu bila bertemu dengan orang lain?
Jawab: Tidak, hanya merasa khawatir orang beranggapan jelek tentang saya.
3. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah Anda
takut bergaul dengan orang lain?
Jawab: Tidak
4. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah Anda
siap untuk menjadi agen pencegahan covid?
Jawab: Tidak tahu
5. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apa saja
rencana kegiatan yang akan Anda lakukan?
Jawab: Menikmati hari-hari dengan penuh rasa syukur, tetap menjaga protocol
kesehatan, dan melakukan kerja dengan baik.

11
INSTRUMEN PENGKAJIAN
RESPON PSIKOSOSIAL KLIEN TERKONFIRMASI COVID 19

G. Biodata
8. Nama Inisial : Nn. HR
9. Jenis Kelamin: Perempuan
10. Umur : 21
11. Pendidikan : SMA
12. Pekerjaan : Mahasiswa
13. Status Marital : Belum menikah
14. Alamat : Desa Windusari Rt/Rw 01/01

H. Riwayat (Kronologis) Terpapar Covid


Nn.HR mengatakan ia melakukan perjalanan selama 3 hari dalam rangka acara
kunjungan organisasi ke beberapa daerah, yakni Surabaya, Bandung, Cirebon dan
Surakarta bersama 3 anggota pengurus lainnya.
Ia mengatakan mereka berempat bertemu dengan orang-orang dalam batas orang tidak
lebih dari 10 orang dan tidak dalam ruangan yang kecil, mereka juga tidak melepas
masker selama pertemuan itu. Nn.HR juga mengatakan bahwa mereka menjaga jarak
aman. Beberapa pengurus dari daerah lain mengatakan pada Nn.HR bahwa mereka telah
melakukan swab antigen yang semua hasilnya negative sebelum menerima kunjungan
dari pengurus Kuningan.
Selama perjalanan, Nn.HR mengatakan tidak menginap di hotel atau tempat
bermalam lainnya, dia dan ketiga temannya memilih untuk istirahat di masjid atau
tempat makan di sela-sela perjalanan karena keterbatas waktu yang mereka punya tidak
memungkinkan mereka untuk menginap.

I. Tanda Gejala
Nn.HR mengatakan awalnya ia merasa baik-baik saja tanpa gejala apa-apa. Hingga salah
satu dari ketiga temannya mengatakan mendapatkan gejala tidak bisa merasakan rasa
apapun.
Hingga keesokan harinya Nn.HR mengalami gejala yang sama ditambah tidak bisa
menciium bau apa-apa, hari itu juga ia melakukan tes swab dan hasilnya positif. Ia
akhirnya diharuskan melakukan isolasi mandiri.

12
J. Respon Awal Terkonfirmasi
6. Bagaimana perasaan anda ketika diberitahu hasil tes positif covid 19?
f. Biasa saja
g. Kaget/terkejut ()
h. Merasa tidak percaya
i. Galau
j. Lain-lain (sebutkan)
7. Apakah anda menyalahkan orang lain yang menyebabkan Anda terpapar Covid?
c. Ya
d. Tidak ()
8. Bagaimana reaksi keluarga pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
g. Biasa saja
h. Menyalahkan anda
i. Terkejut
j. Menjauhi Anda
k. Memberi support (dukungan)
l. Lain-lain (sebutkan) Panik ()
9. Bagaimana reaksi teman Anda pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
e. Biasa saja
f. Menjauhi Anda
g. Memberi support (dukungan)
h. Lain-lain (sebutkan) Langsung melakukan tes swab ()
10. Bagaimana reaksi tetangga pertama kali ketika mengetahui Anda positif covid?
e. Biasa saja
f. Menjauhi Anda ()
g. Memberi support (dukungan)
h. Lain-lain (sebutkan) Tidak tau karen

K. Respon Psikososial Selama Menjalani Isolasi Mandiri


6. Bagaimana perasaan anda selama menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Merasa Gelisah, ditambah dengan gunjingan tetangga membuat saya merasa
tidak nyaman selama melaksanakan isolasi mandiri
7. Bagaimana respon atau reaksi tetangga ketika anda menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Menjauh, menggunjing, tapi tidak sedikit yang memberi semangat

13
8. Bagaimana respon atau reaksi teman ketika anda menjalani isolasi mandiri?
Jawab: Mereka melakukan tes swab dan melaksanakan isolasi mandiri juga
9. Selama anda menjalani isolasi mandiri, apa saja yang anda lakukan?
Jawab:
c. Membaca berita perkembangan covid-19
d. Mencari tips-tips kesehatan untuk isolasi mandiri
e. Bermain game online
f. Membaca buku
g. Mengerjakan tugas kuliah bila ada
10. Kebutuhan apa sajakah yang penting selama anda menjalani isolasi mandiri?
e. Kebutuhan dukungan (support)
f. Kebutuhan makan/minum
g. Kebutuhan penerimaan dari orang lain
h. Lain-lain (sebutkan) kebutuhan merasakan rasa aman, karena selama isolasi
mandiri tidak ada jaminan bahwa ia akan sembuh sendiri sedangkan rumah sakit
tidak menerima pasien lagi karena semua ruang isolasi penuh

L. Respon Psikososial Setelah Selesai Menjalani Isolasi Mandiri


6. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apa yang
Anda rasakan?
Jawab: Bersyukur juga takut akan terpapar kedua kalinya
7. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah anda
merasakan malu bila bertemu dengan orang lain?
Jawab: Tidak, hanya merasa takut, takut bila terpapar, takut dibicarakan dibelakang,
juga takut dipandang berbeda.
8. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah Anda
takut bergaul dengan orang lain?
Jawab: Ya
9. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apakah Anda
siap untuk menjadi agen pencegahan covid?
Jawab: Belum tau
10. Setelah selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan negatif covid, apa saja
rencana kegiatan yang akan Anda lakukan?

14
Jawab: Saya akan menjalani hari dengan penuh perhatian akan protocol kesehatan,
akan lebih banyak menimbangkan kegiatan yang berhubungan dengan luar.

15
BAB IV
Pembahasan

A. Biodata
Dari kedua responden dapat disimpulkan keduanya memiliki jenis kelamin
yang sama, memiliki latar pendidikan, umur, dan pekerjaan yang berbeda. Nn. Hr
diketahui memiliki profesi sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di
Kuningan, sedangkan Nn. L diketahui berprofesi sebagai Bidan klinik di Kuningan.

B. Kronologis
Keduanya memiliki kesamaan saat ditanya perihal kronologis, keduanya tidak
tahu dari mana dan dari siapa mereka bisa terpapar. Keduanya mengatakan telah
mengikuti protocol kesehatan dengan menjaga jarak dan memakai masker. Namun
keduanya tetap menerima hasil positif saat melakukan tes swab.
Nn. HR memperkirakaan ia terpapar saat melakukan kunjungan organisasi ke
bebarapa daerah, walau ia menjaga jarak juga mematuhi protocol kesehatan ia yakin
terpapar ketika kegiatan tersebut.
Sedangkan Nn.L yang latar belakangnya seorang bidan klinik mengatakan
mungkin ia terpapar saat melakukan tindakan atau bertemu pasien tanpa gejala di
klinik tempatnya bekerja.
Dari kesaksian keduanya dapat disimpulkan virus ini menyebar bahkan
ditempat dan diwaktu yang tidak kita sadari.

C. Tanda dan Gejala


Nn.HR mengatakan awalnya tidak merasakan gejala apapun hingga temannya
menghubunginya bahwa temannya itu tidak dapat mencium bau atau anosmia, hingga
esoknya Nn.HR mengalami anosmia juga. Sedangkan Nn.L mengatakan ia merasakan
demam, tenggorokan sakit dan batuk-batuk pada awal gejalanya.
Dari keduanya, kita bisa menyimpulkan bahwa gejala dan tanda seseorang
terinfeksi antar individu bisa berbeda. Pada kasus Nn.HR ia dan temannya berpergian
bersama, tapi temannya merasakan gejalanya lebih dulu dibanding Nn.HR, padahal
kemungkinan besar mereka terpapar virus ini ditempat yang sama saat melakukan

16
kunjungan organisasi. Dari hal itu kita bisa tau, bahwa gejalanya bisa muncul secara
tidak bersamaan walau mungkin kita terpapar disaat yang sama.

D. Respon Awal Terkonfirmasi


Nn.HR mengatakan ia merasa kaget, sedangkan Nn.L mengatakan takut dan
khawatir. Keduanya sama-sama mengatakan tidak menyalahkan orang lain akibat
terpapar, mereka menambahkan bahwa mereka terpapar mungkin adanya kesalahan
atau kelalaian dalam menerapkan protocol kesehatan selama melakukan kegiatan.
Nn.HR mengatakan bahwa respon keluarganya langsung panik, ia mengatakan
dirumahnya memiliki orang tua yang usianya lanjut usia, sehingga keluarganya
merasa panik saat hasil tes swab Nn.HR positif. Sedangkan Nn.L mengatakan
keluarganya kaget, karena baru kali ini anggota keluarganya terpapar virus tersebut.
Keduanya mengatakan teman-teman yang berada dekat dengan keduanya
dalam waktu dekat langsung melakukan tes swab demi kebaikan masing-masing.
Respon tetangga keduanya jelas langsung menjaga jarak dari mereka.

E. Respon Psikososial Selama Menjalani Isolasi Mandiri


Nn.L mengatakan ia khawatir, cemas dan tidak tenang selama melakukan
isolasi mandiri, walau keadaannya ia telah negative dan diperbolehkan pulang dari
Rumah sakit, ia mengatakan tetap cemas. Sedangkan Nn.HR mengatakan ia merasa
gelisah dan takut saat mendengar gunjingan tetangga.
Nn.L mengatakan tetangga bahkan tidak ada yang berani mendekati pagar
rumahnya walau keluarga sudah memberi tahu bahwa Nn.L telah mendapatkan hasil
negative dari rumah sakit dan hanya melakukan isolasi mandiri karena syarat dari
rumah sakit. Sedangkan Nn.HR mengatakan tetangganya mulai menggunjing dan
membicarakan yang tidak-tidak.
Kedua pihak mengatakan teman-temannya ikut melaksanakan tes swab demi
kesehatan masing-masing dan memberikan dukungan kepada keduanya.
Selama isolasi mandiri mereka memanfaatkan waktu untuk focus pada
kesehatan, mereka bahkan mengatakan mereka melakukan kegiatan yang bahkan pada
waktu normal tidak mereka lakukan seperti olahraga ringan.
Nn.L mengatakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan pada saat isolasi mandiri
adalah dukungan dan penerimaan dari orang lain karena disaat orang tau ia terpapar
virus, ia merasa sangat cemas sedangkan lingkungannya tidak bisa merespon dengan

17
baik. Sedangkan Nn.HR mengatakan saat ia isolasi mandiri yang sangat ia butuhkan
adalah rasa aman, karena ia tidak bisa mendapatkan perawatan yang mungkin
harusnya diterima oleh orang yang terinfeksi karena alasan semua ruang isolasi di
rumah sakit penuh, ia merasa tidak aman, ia bahkan merasa tidak aman hanya sekedar
untuk berjemur saat pagi, ia takut bisa menularkan virus pada sekitarnya, walau ia
paham bahwa virus ini hanya menyebar lewat droplet tapi ia merasa tidak aman
ditambah lingkungan tempat tinggalnya yang tidak menerima keberaaannya
membuatnya semakin merasa tertekan dan tidak merasa aman.

F. Respon Psikososial Setelah Selesai Menjalani Isolasi Mandiri


Keduanya merasa lega saat hasil rapid menunjukan hasil negative. Keduanya
juga mengatakan tidak malu untuk berinteraksi dengan orang lain lagi, namun setelah
menyelesaikan isolasi mandiri mereka jadi agak merasa was was jika harus
berinteraksi dengan orang lain.
Keduanya juga mengatakan akan menjalani hari dengan penuh syukur dan
mematuhi protocol kesehatan dengan baik setelah mereka sembuh.

18
Bab V
Penutup

1. Kesimpulan
Kondisi pandemi dapat membuat individu merasa tertekan dan khawatir.
Respon umum dari orang-orang yang terdampak pandemi baik secara langsung atau
tidak langsung, antara lain takut jatuh sakit, meninggal, tertular, kehilangan pekerjaan,
merasa tidak berdaya, bosan, kesepian, dan depresi selagi isolasi (IASC, 2020).
Gejala virus covid-19 antar individu tidak sama juga gejalanya tidak akan
muncul bersamaan walau kemungkinan tempat dan waktu terpaparnya bersamaan.
Pandemic yang kian mengkhawatirkan membuat masyarakan enggan membuka diri
dan menerima jika dilingkungannya terdapat pasien yang terbukti terpapar virus
corona. Masyarakat masih cenderung merundung orang yang terbukti terpapar virus
secara tidak langsung seolah-olah terpapar virus ini merupakan dosa besar.

2. Saran
Diharapkan seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalam mematuhi protokol
kesehatan seperti yang sudah dihimbau pemerintah demi menekan angka terpaparnya
virus yang semakin menjadi di Indonesia.

19
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19

file:///C:/Users/UseRc/Downloads/4401-9322-1-PB.pdf

https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/catatan-tentang-aspek-
kesehatan-jiwa-dan-psikososial-wabah-covid-19-feb-2020-
indonesian.pdf?sfvrsn=ebae5645_2

Winuriti, Sulis. (2020). Permasalahan kesehatan mental akibat covid-19. Jurnal kesehatan.
No 15

20
Lampiran

Demi kebaikan dan keselamatan bersama, pengkajian dilaksanakan memanfaatkan


teknologi informasi dengan menggunakan media WhatsApp Video Call.

A. Pengkajian bersama Nn. L yang telah dinyatakan sembuh dari virus Covid-19.

B. Pengkajian bersama Nn.L yang tengah melakukan IsoMan

21

Anda mungkin juga menyukai