Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan II

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Alexander Eko Saputra 42010123B041


2. Arifiyani Widyanti 42010123B042
3. Asep Rizal Muttaqien 42010123B043
4. Iin Pawit Yuniarti 42010123B044
5. Ike Nurjanah 42010123B045
6. Lusi Nur Safitri 42010123B046
7. Muh. Fajar Santika 42010123B047
8. Sinta Safitri 42010123B048
9. Ubay Ali Yahya 42010123B049
10. Salma Rizqia 42010123B050

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan
dengan judul “Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dengan Penyakit Kronik”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Purwakarta, Desember 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ………………….. i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Kronis.............................................................................................3

B. Penyebab Penyakit Kronis..............................................................................................5

C. Reaksi Pasien dan Keluarga Terhadap Penyakit Kronis.................................................6

D. Fase Kehilangan pada Penyakit Kronis dan Teknik Komunikasi...................................7

E. Menyampaikan Berita Buruk........................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 13
B. Saran ………………………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… …………………………….. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal paling berharga bagi setiap manusia di dunia ini.
Dengan tubuh yang sehat seseorang dapat melakukan banyak aktifitas fisik, bekerja
dengan giat, dan dapat berkonsentrasi dengan baik dalam melakukan segala sesuatu.
Namun pada kenyataanya tidak semua orang bias tumbuh dalam keadaan fisik yang
sehat. Ada berbagai macam penyakit yang diderita seseorang dan penyakit ini termasuk
kategori penyakit yang kronis.
Menurut WHO, penyakit kronis (chonic diseases) adalah penyakit yang berdurasi
lama dengan progress kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan
penyakit tidak menular (noncommunicable diseases). Penyakit kronis merupakan jenis
penyakit degenerative yang berkembang atau bertahan dalan jangka waktu yang sangat
lama, yakni lebih dari 6 bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung
memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan
hopelessness dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat
membatunya sembuh dari penyakit kronis (sarafino, 2006). Seseorang dengan penyakit
kronis akan mengalami rasa kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu
memahami hal tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncankan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah
pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
msayarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayana bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar
manusia.
Komunikasi dengan klien penyakit kronis merupakan komunikasi yang tidak
mudah. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang mereka alami serta
pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perawat

1
menggunakan konsep komunikasi terapeutik. Saat berkomunikasi dengan klien dengan
kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi
tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapetik. Membangun hubungan saling
percaya dan caring dengan klien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik
membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari
Potter dan Perry 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Penyakit Kronis?
2. Apa Penyebab Dari Penyakit Kronis?
3. Bagaimana Reaksi Pasien Dan Keluarga Terhadap Penyakit Kronis?
4. Bagaimana Fase Kehilangan Pada Penyakit Kronis Dan Teknik Komunikasi?
5. Bagaimana Cara Menyampaikan Berita Buruk Pada Pasien Kronis?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Penyakit Kronis.
2. Mengetahui Penyebab Penyakit Kronis.
3. Menegtahui Reaksi Pasien Dan Keluarga Terhadap Penyakit Kronis.
4. Mengetahui Fase Kehilangan Pada Penyakit Kronis Dan Teknik Komunikasi.
5. Mengetahui Cara Menyampaikan Berita Buruk Pada Pasien Kronis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Kronis


Menurut WHO, penyakit kronis (chonic diseases) adalah penyakit yang berdurasi
lama dengan progress kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan
penyakit tidak menular (noncommunicable diseases).
Penyakit kronis merupakan penyakit dengan ciri bersifat menetap, menyebabkan
ketidakmampuan pada penderitanya, dan untuk menyembuhkannya penderita perlu
melakukan perawatan dalam periode waktu yang lama (Mayo, 1956 dalam Lubkin &
Larsen, 2006).
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degenerative yang berkembang atau
bertahan dalan jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari 6 bulan. Orang yang
menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan
cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai
macam pengobatan tidak dapat membatunya sembuh dari penyakit kronis (sarafino,
2006).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis
merupakan penyakit yang berlangsung lama, yakni lebih dari 6 bulan, menyebabkan
ketidakmampuan pada penderitanya, cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
karena berbagai macam pengobatan tidak dapat membatunya sembuh dari penyakit
kronis.
1. Sifat Penyakit Kronis
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya:
a. Progresif
Penyakit kronis yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung
b. Menetap

3
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus
c. Kambuh
Penyakit kronis yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.
2. Dampak Penyakit Kronis Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronis terhadap klien diantarnya
(Purwaningsih dan Kartina, 2009) adalah:
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu:
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic seseuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh DM
adanya Trias P
3. Dampak Terhadap Gangguan Seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
4. Dampak Gangguan Aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

4
B. Penyebab Penyakit Kronis
Setiap jenis penyakit kronis memang memiliki berbagai macam faktor penyebab yang
berbeda. Meski begitu sebagian besar penyebab dari penyakit kronis adalah karena
beberapa faktor pemicu. Nah untuk faktor pemicu penyakit kronis adalah sebagai berikut
ini.
1. Asap Rokok dan Polusi
Asap rokok dan polusi memiliki kandungan bahan kimia yang beracun dengan
kadar begitu banyak serta bersifat karsinogenik yang akan mengakibatkan seseorang
yang terpapar memiliki risiko penyakit kanker yang lebih tinggi. Terpapar asap rokok
dan polusi juga bisa mengakibatkan terjadinya permasalahan dalam pernapasan.
Selain itu asap rokok dan polusi juga mampu memicu terjadinya radang pembuluh
dasar hingga memunculkan adanya gangguan jantung. Kebiasaan merokok juga
mampu mengakibatkan gangguan kesehatan. Sebuah studi menjelaskan jika merokok
bisa mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan.
2. Gizi Buruk
Penyakit kronis juga bisa terjadi karena adanya faktor gizi buruk. Gizi buruk yang
diakibatkan oleh pola makan yang tidak baik akan mampu menyebabkan penyakit
kronis. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berminyak dengan kandungan kadar
garam dan lemak yang tinggi mampu mengakibatkan munculnya penyakit kronis.
Penyakit kronis yang muncul karena gizi buruk serta pola makan yang keliru
antara lain seperti penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, hipertensi hingga
dyslipidemia.
3. Malas Bergerak dan Jarang Berolahraga
Malas bergerak secara aktif serta jarang berolahraga memungkinkan seseorang
mengalami kondisi penyakit kronis. Dimana kebiasaan buruk tersebut mampu
mengakibatkan terjadinya berat badan naik, menghambat sistem metabolisme,
insomnia, mudah lelah hingga terserang penyakit kronis.
Jarang berolahraga juga bisa menyebabkan adanya gangguan pada area pembuluh
darah hingga naiknya kadar gula dalam darah. Hal tersebut bisa terjadi karena otot
serta jaringan tidak bisa bekerja secara lebih maksimal lagi.

5
4. Konsumsi Alkohol yang Berlebihan
Salah satu penyebab penyakit kronis adalah adanya kebiasaan dalam
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Sebuah penelitian yang dilakukan secara
konsisten menjelaskan jika mengkonsumsi alkohol secara berlebihan akan mampu
merusak tubuh hingga menyebabkan terjadinya kematian.
Tentunya kita juga tahu jika alkohol memiliki kandungan zat aditif cukup banyak.
Ketika dikonsumsi secara berlebihan tentunya akan bisa menyebabkan terjadinya
kerusakan pada jaringan tubuh. Kerusakan jaringan tubuh ini akan menyebabkan
kondisi suatu organ tidak akan bekerja dengan maksimal lagi. Ketika salah satu organ
tubuh tak bekerja secara maksimal, maka akan mampu menyebabkan terjadinya
penyakit kronis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronis yaitu :
1. Persepsi klien terhadap situasi
2. Beratnya penyakit
3. Tersedianya support social
4. Temperamen dan kepribadian
5. Sikap dan Tindakan lingkungan
6. Tersedianya fisilitas Kesehatan
7. Respon klien terhadap penyakit kronis

C. Reaksi Pasien dan Keluarga Terhadap Penyakit Kronis


Penyakit kronis dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BioPsiko-Sosial-
Spiritual ini akan meliputi respon kehilangan :
1. Kehilangan Kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan Kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.

6
3. Kehilangan Situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya.
4. Kehilangan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll.
5. Kehilangan Fungsi Fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa.
6. Kehilangan Fungsi Mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional.
7. Kehilangan Konsep Diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (body image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah.
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga.

D. Fase Kehilangan pada Penyakit Kronis dan Teknik Komunikasi


Tiap fase yang dialami oleh pasien kritis memiliki karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomunikasi
perawat juga harus memperhatikan pasein tersebut berada difase mana, sehingga mudah
bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang dialami pasien.
1. Fase Penyangkalan (Fase Denial)
Dalam fase ini klien bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan menolak menerima
kenyataan yang ada dari kehilangannya. klien seolah-olah tidak mengetahui hal yang
telah terjadi.

7
Reaksi pertama individu Ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan mengatakan
“Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari nformasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tahu
harus berbuat apa. Raeksi tersebut diatas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit
sampai berberapa tahun.
Teknik komunikasi yang digunakan :
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
mengahadapi kehilangan dan kematian
b. Sesalu berada didekat klien
c. Pertahankan kontak mata
2. Fase Marah (Anger)
Dalam fase ini klien menunjukkan rasa marah dan menyalahkan kondisinya.
Klien menyalahkan diri sendiri, lingkungan, orang lain bahkan marah kepada Tuhan.
Klien mungkin menangis, berteriak, marah hebat, membentak.
Fase ini dimulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang-orang tertentu atau
ditunjukan pada dirinya sendiri. Tidak jarang klien/keluarga menunjukan perilaku
agresif, bicara kasar, menolak pengobatan dan menyalahkan dokter atau perawat yang
merawatnya. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur.
Teknik komunikasi yang digunakan :
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekpresikan perasaraanya
b. Mendengarkan aktif
c. Menggunakan Teknik respek.
3. Fase Tawar Menawar (Bargaining)
Fase dimana klien menunda kesadarannya atas hal yang terjadi padanya. Klien
pada tahap ini berusaha untuk membuat janji pada orang yang di sayangi, pada diri

8
sendiri bahkan terhadap Tuhannya bahwa jika dirinya bisa terhindar dari hal yang
menakutkan tersebut.
Apabila individu sudah mampu memgungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju pada fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan hati
Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya selalu berdoa”. Apabila proses berduka ini di alami keluarga,
maka pernyataan seperti ini sering dijumpai “kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
Teknik komunikasi yang digunakan :
a. Memberi kesempatan untuk menawar
b. Menanyakan apa yang klien/keluarga diinginkan.
4. Fase Depresi (Depression)
Fase ini klien mulai menyadari atas hal yang terjadi padanya namun belum
menerima keadaannya. Beberapa individu merasa sedih, putus asa, dan rasa
kesendirian yang berlebihan. Karena mengalami hal yang buruk, klien menarik diri
dari lingkungan.
Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.
Teknik komunikasi yang digunakan :
a. Biarkan klien/ keluarga mengekspresikan kesedihannya
b. Memberikan support pada klien/ keluarga
5. Fase Penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini, klien mulai menerima sesuatu yang terjadi pada dirinya dan mulai
menata kembali kehindupannya.
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima
biasanya dinyatakan dengan kata-kata “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh?”. Apabila individu dapat memulai fase-fase sebelumnya sampai pada fase
damai atau penerimaan, maka akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi
perasaan kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetap berada pada salah
satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan akan sulit baginya untuk sampai
menerima suatu kehilangan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk
pada fase penerimaan. Teknik komunikasi yang digunakan perawat adalah

9
Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kejadian kehilangan.

E. Menyampaikan Berita Buruk


1. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi dan catatan perawat serta catatan medis tentang pasien. Yang paling
baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan dengan tidak jelas dan menakutkan hendaknya
di hindari seperti: “Ibu, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya
katakan kepada anda”.
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi
perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa
anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara
sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang
banyak orang. Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda
menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak
grogi, atau bergetar.

2. Membuat Hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda
ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa tugas
penting dalam bagian ini adalah :
a. Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang-orang bersama anda, jika di sana terdapat orang
yang belum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
b. Kaji status resipien (orang yang anda tuju untuk dikabarkan dengan kabar buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji
tentang pemahaman resipien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat
dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu

10
perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat
mengutarakan pertanyaan seperti “mengapa tes itu di lakukan?”

3. Berbagi Cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan
mengenai semua yang ada lingkungannya.
a. Bicara pelan, gunakan kalimat yang jelas dan menggunakan kalimat ambigu, atau
mempunyai arti ganda.
b. Berikan peringatan awal, anda bisa mengatakan “saya takut saya mempunyai
kabar yang kurang baik untuk anda....”.
c. Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja. “hasil biopsy
sepertinya tidak seperti yang kita harapkan, hal tersebut kanker”.

4. Akibat Dari Berita


a. Tunggu reaksi dan tenang, misal : menangis, pingsan dll.
b. Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati. Perawat bisa menyampaikan
“Saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini”.
c. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya. Anda dapat membantu resipien agar
dapat menguasai kontrol dengan menanyakan “Apakah anda membutuhkan
informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian?”.

5. Transisi Untuk Follow Up


a. Jadwalkan pertemuan untuk memfollow up. Buatlah rencana yang konkret untuk
follow up secepat mungkin. Pertemuan tindak lanjut ini adalah waktu yang bagus
untuk menambahkan seberapa informasi yang lebih detail dan menanyakan
beberapa pertanyaan.
b. Jelaskan posisi anda dalam proses. Jika seandainya anda adalah perawat yang
akan merawat pasien maka jelaskan bahwa anda akan berada disana dan merawat
pasien, sedang jika anda harus merefer pasien ke bagian lain, maka jelaskan
siapakah yang akan mendampingi pasien selanjutnya.
c. Seperti halnya perawat memulai, maka andapun juga akan mengakhiri. Akhiri
perjumpaan dengan hubungan yang empati dan tunjukan bahwa anda perhatian.

11
6. Berikan Perhatian Dan Hormati Perasaan Dan Kebutuhan Diri Perawat
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stress ketika menyampaikan
berita buruk. Oleh karena itu berbagi pengalaman dan perasaan kepada teman sejawat
sangat diperlukan dan bisa sebagai support system bagi perawat sendiri. Berikan
waktu untuk menenangkan diri sendiri dengan bermeditasi atau berdoa.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama, yakni lebih dari 6
bulan, menyebabkan ketidakmampuan pada penderitanya, cenderung memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi karena berbagai macam pengobatan tidak dapat
membatunya sembuh dari penyakit kronis.
Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami rasa kehilangan. Sebagai
seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien
penyakit kronis merupakan komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki
pengetahuan tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses
kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan konsep komunikasi
terapeutik. Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan
rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon
verbal dan nonverbal klien dan keluarga.

B. Saran
Seorang perawat haruslas mampu mengekresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Disamping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan
menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk
bersama klien yang menangis, minta maa fata hal yang tidak disukai klien, dan
menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu. Memberi
alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Perawat perlu menganalisa Teknik komunikasi yang tpat setiap kali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi
yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya
secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai
keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh
(verbal dan nonverbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sarfika Rika dkk. (2018) Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan. Padang: Andalas University Press.
http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf (diakses pada tanggal 21 November 2023 pukul
18.20 WIB)
https://id.scribd.com/doc/297592546/Komunikasi-Pada-Pasien-Penyakit-Kronis (diakses pada tanggal
24 November 2023 pukul 11.15 WIB)
https://id.scribd.com/document/453165865/Komkep-Menyampaikan-berita-buruk (diakses pada
tanggal 24 November 2023 pukul 13.10 WIB)
https://repo.itskesicme.ac.id/4438/3/Keperawatan%20Menjelang%20Ajal%20dan%20Paliatif.pdf
(diakses pada tanggal 26 November 2023 pukul 16.05 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai