Dosen :
Di Susun Oleh :
Emi Tesalonika R 01.2.18.00647
Eunike Cristi Angelina Putri 01.2.18.00649
I Kadek Dwiki Saputra 01.2.18.00654
Isna Nurfiana 01.2.18.00656
Kukuh Satriyo Nusantoro 01.2.18.00658
Louis Anggita Christy 01.2.18.00659
Lyntrik Shilvana Putri Alfayu 01.2.18.00660
Mariabeth Paradi 01.2.18.00662
Meske Rahawarin 01.2.18.00665
Muhammad Bulan Sadana 01.2.18.00666
Putri Widya Agustin 01.2.18.00671
1
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan rahmat-nya tugas makalah yang kami susun dapat terselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan perlu adanya perbaikan sehingga mohon kritik dan sarannya dari
para pembaca.
Makalah yang saya buat ini dapat terselesaikan tidak lepas dari arahan Ibu
dosen pengajar. Mohon maaf bila ada salah kata atau ejaan. Untuk pengertiannya
kami sampaikan terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dapat dipertahankan dengan bantuan makanan yang disalurkan melalui pembuluh
darah. Apabila keadaan koma ini berlangsung lebih dari tiga bulan, maka
semakain tipis harapan untuk pulih dari sakit yang dialami. Bahkan menurut
Persatuan Dokter Sedunia, ketidaksadaran yang mencapai lebih dari enam bulan
akan mengkibatkan kerusakan yang lebih parah di otak penderita.
Dua situasi ini memiliki konsekuensi yang sama, yakni kecilnya
kemungkinan untuk sembuh dari sakit yang diderita. Harapan bagi pulihnya
kesehatan si pasien sangat tipis. Hal ini membuka kemungkinan untuk diambilnya
keputusan: atau meneruskan upaya pengobatan atau memberhentikan tindakan
pengobatan yang sedang dilakukan.
1.3 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kalangan usia, sosial ekonomi
dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat
parmanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskeletal dan
organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis
yang dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir seluruh
negara, diantaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang mengarah
pada menurunnya angka kematian dan penyakit infeksi dan kondisi serius lainya.
Penyakit terminal atau penyakit stadium akhir adalah penyakit yang tidak
dapat disembuhkan atau diobati secara memadai dan diperkirakan akan
mengakibatkan kematian pasien. Istilah ini lebih umum digunakan untuk penyakit
6
progresif seperti kanker atau penyakit jantung lanjut daripada trauma . Dalam
penggunaan populer, ini menunjukkan penyakit yang akan berkembang hingga
kematian dengan hampir pasti, apa pun pengobatannya. Seorang pasien yang
memiliki penyakit seperti itu dapat disebut sebagai pasien terminal , sakit parah
atau hanya terminal . Tidak ada standar harapan hidup bagi pasien yang dianggap
terminal, meskipun biasanya berbulan-bulan atau kurang. Harapan hidup untuk
pasien terminal adalah perkiraan kasar yang diberikan oleh dokter berdasarkan
data sebelumnya dan tidak selalu mencerminkan umur panjang yang sebenarnya.
Penyakit yang berlangsung seumur hidup tetapi tidak fatal adalah kondisi kronis .
2.3.1.2 Etiologi
7
pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab lain dapat berupa spasme
pembulouh darah atau kelainan kongenital.
2.3.1.3 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat
bergerak yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat
pembuluh darah arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui
arteri koroner ; sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-
rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari
aorta dekat hulunya diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai
dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang
kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah ( arteri desendens
anterior sinistra ) dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung.
Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri koronaria dextra. Tidak
seperti arteri lain arteri koronaria diperfusi selama diastolik. (Smeltzer, 2011
: 721)
8
2.3.1.4 Patofisiologi
Arteriosklerosis
Penurunan suplai O2
Iskemia miokard
Penurunan
curah jantung
Oliguria
Sianosis Kekurangan Kelemahan
O2
Tidur sering
terbangun
Gangguan pola
tidur
9
2.3.2 Diabetes Melitus
2.3.2.1 Pengertian
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2010).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat
(Elies, 2010).
2.3.2.2 Etiologi
Diabetes Mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel –
sel beta pulau langerhans. Jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas
disebabkan oleh degenarasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada
orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena
diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang
kegemukan dibandingkan orang normal.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor yang banyak berperan antara lain:
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi
karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut di informasikan pada gen
berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini akan berisiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
10
3. Gaya hidup stres
Stres kronis cnderung membuat mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengewet,
lemak dan gula Makanan in berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stress
juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada pemerunan insulin
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat sama sama meningkatkan risiko terkena diabetes.
Malnutrisi dapat merusak pakreas, sedangkat obesitas meningkatkan
gangguan kerja atau resisten insulin. Pola makan yang tidak teratur dan
cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.Hipertropi pancreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas
11
2.3.2.3 Patofisiologi
12
2.3.3 HIPERTENSI
2.3.3.1 PENGERTIAN
2.3.3.2 Etiologi
13
2.3.3.3 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatakan tekanan darah. Darah mengantur angiotensinogen yang
diproduksi dihatiSelanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat
di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui duaaksi utama . Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretic (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
14
2.3.3.4 Pathway Hipertensi
Angiotensinogen
Volume darah
Tekanan darah
Tekanan darah
15
2.4 Macam-macam penyakit Terminal dan Patofisiologinya
2.4.1 Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan
oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.
Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang
rusak tidak dapat berfungsi
2.4.1.2 Patofisiologi
1. Stroke Iskemik
16
sawar darah otak juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah
oleh proses di atas, yang menyebabkan masuknya air ke dalam rongga
ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga
sampai 5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa
jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.[4] Akumulasi asam laktat
pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi
sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.[4,5] Stroke
iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorrhagik. Perdarahan yang
terjadi tidak selalu menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis
terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan oleh
rusaknya sawar darah otak, sehingga sel darah merah terekstravasasi dari
dinding kapiler yang lemah. [5,6]
2. Stroke Hemorrhagik
Perdarahan Intraserebral
17
menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema,
dan muntah proyektil.[4] Perdarahan Subaraknoid Lokasi perdarahan
umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum dan
thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga
mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam
ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam
rongga subaraknoid. Adanya perluasan intraventrikuler sering
berakibat fatal.[4-5]
Hipoksia cerebri
18
2.4.2 KANKER PARU- PARU
2.4.2.1 Pengertian
Kanker paru merupakan segala bentuk keganasan yang terdapat
pada paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
(primer). Dalam praktik klinik yang dimaksud dengan kanker paru
primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(bronchogenic carcinoma). Kanker ini merupakan salah satu
penyumbang mortalitas terbesar diantara jenis kanker yang lain
pada pria maupun wanita di dunia. Kebanyakan kanker paru
didiagnosis pada stadium lanjut dan memiliki prognosis yang
buruk.
2.4.2.2 Etiologi
2.4.2.3 Patofisiologi
Kanker paru primer terbagi menjadi dua jenis, yaitu kanker paru
bukan sel kecil dan kanker paru sel kecil. Kanker paru bukan sel
kecil terdiri dari adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel besar. Masing-masing dari kanker ini memiliki
patofisiologi yang berbeda.
19
2.4.2.4 Pathway Ca Paru
20
2.4.3 CKD ( Chronic Kidney Disease )
2.4.3.1 Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
2.4.3.2 Etiologi
2.4.3.2 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
21
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
22
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari
45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
2.4.4.2 Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan
pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada
periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat
karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau
dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan
penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Harapan bagi pulihnya kesehatan si pasien sangat tipis. Hal ini membuka
kemungkinan untuk diambilnya keputusan: atau meneruskan upaya
pengobatan atau memberhentikan tindakan pengobatan yang sedang
dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth=2&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=e
n&sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Terminal_illness&usg=AL
kJrhjztRmzwuYqBMNeWHUQvpdyiwGLTA
https://id.scribd.com/presentation/407420377/Patofisiologi-penyakit-kronik-dan-
terminal-pptx
https://www.halodoc.com/kesehatan/stroke
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/stroke/patofisiologi#:~:text=Patof
isiologi%20stroke%20iskemik%20dibagi%20menjadi,dan%20akhirnya
%20kematian%20jaringan%20otak.
25