Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN GADAR

“PATOFISIOLOGI,FARMAKOLOGI DAN TERAPI DIAT PADA GANGGUAN


BERBAGAI SISTEM(SYOK,TRAUMA DADA, INFARK MIOKARD,TRAUMA
KEPALA DAN TRAUMA ABDOMEN)”

OLEH
KELOMPOK 3

MARDIA HABEL
RESKY AMELIA
INTAN PRATIWI
AGUSTINGISIH
BADARIA KILWAKIT
BESSE MUNAWARAH
JUPRIADA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“patofisiologi,farmakologi dan terapi diat pada gangguan berbagai sistem(syok,trauma dada,
Infark Miokard,trauma kepala dan trauma abdomen).”

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan Paliatif. Alasan
penulis membuat makalah dengan judul tersebut karena, ingin mengetahui dan membahas
lebih jelas tentang Terapi Komplementer. Makalah ini mendapat bimbingan, petunjuk, saran,
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan ketulusan
penulis menyampaikan terima kasih.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan
dengan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga amal baik yang telah diberikan
mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, Mei 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang saki
meliputi asal penyakit,permulaan perjalanan dan akibat. 
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada
system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan
hidup. (joyce l. Kee, evelyn r. Hayes, 1996)  menurut kamus kesehatan, farmakologi adalah
studi obat-obatan dalam semua aspek mereka.farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana suatu bahan kimia/obat berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya
mempelajari aksi obat di dalam tubuh. (ekawati, zullies. 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu patofisiologi,farmakologi pada syok?
2. Apa itu ,farmakologi pada trauma dada?
3. Apa itu patofisiologi,farmakologi dan terapi diet pada infark miokard?
4. Apa itu patofisiologi trauma abdomen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi,farmakologi pada syok?
2. Untuk mengetahui apa itu ,farmakologi pada trauma dada?
3. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi,farmakologi dan terapi diet pada infark miokard?
4. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi trauma abdomen?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patofisiologi,Farmakologi Pada Syok
1. Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ -organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis
tubuh yang serius seperti perdarahanyang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat
bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
2. Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan
curah jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa
kejadian pada beberapa organ
3. Farmakologi/pengobatan
 Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau
0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang
tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
 Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgbb intravena dosis awal yang
diteruskan 0.4–0.9 mg/kgbb/menit dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason
5–10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.

B. Patofisiologi,Farmakologi Pada Trauma Dada


1. Secara umum trauma toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang mengenai
dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada
organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab
trauma tajam. Peningkatan dalam pemahaman mekanisme fisiologis yang terlibat,
kemajuan dalam modalitas imaging yang lebih baru, pendekatan invasif yang minimal,
dan terapi farmakologis memberikan kontribusi dalam menurunkan morbiditas dan
mortalitas pada pasien dengan cedera ini (mattox, et al., 2013; marc eckstein, 2014;
lugo,, et al., 2015).
2. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasi pernapasan yang
normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot - otot pernapasan diikuti
dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negatif dari intratoraks. Proses ini
menyebabkan masuknya udara pasif ke paru - paru selama inspirasi. Trauma toraks
mempengaruhi strukur - struktur yang berbeda dari dinding toraks dan rongga toraks.
Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada, rongga pleura, parenkim paru,
dan mediastinum. Dalam dinding dada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot yang
terkait. Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupun udara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru -
paru dan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio,
laserasi, hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk jantung, aorta / pembuluh
darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks
bertanggungjawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmoner dalam menghantarkan
oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara
dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera
toraks (eckstein & handerson, 2014; lugo,, et al., 2015).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain yang terkait,
dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien - pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsirespirasinya dan secara
sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung. Pengobatan dari trauma toraks
bertujuan untuk mengembalikan fungsi kardiorespirasi menjadi normal, menghentikan
perdarahan dan mencegah sepsis (saaiq, et al., 2010; eckstein & handerson, 2014; lugo,,
et al., 2015) .
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma toraks dapat ringan sampai berat
tergantung pada besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi
yang ringan pada dinding toraks berupa fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan
anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi
pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio pulmonum. Trauma yang lebih berat
menyebakan robekan pembuluh darah besar dan trauma langsung pada jantung (saaiq et
al., 2010; lugo, et al., 2015 ).
Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat
mengganggu fungsi fisiologis dari sistem respirasi dan kardiovaskuler. Gangguan sistem
respirasi dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan
anatominya. Gangguan faal respirasi dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas,
perfusi, dan gangguan mekanik alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada
trauma toraks adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah (saaiq, et al., 2010;
mattox, et al., 2013; lugo,, et al., 2015).
3. Farmakologi /terapi :
 Antibiotika
 Analgetika
 Expectorant
C. Patofisiologi,Farmakologi Dan Terapi Diet Pada Infark Miokard
1. Infark miokard adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada
arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding
arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. (m. Black,
joyce, 2014 : 343)
2. Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada ima adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi ima daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup
(stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan
tekanan atrium kiri di atas 25 mmhg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi
juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan
curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga
mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus
berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila
infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau
infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.
Sebagai akibat ima sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal
jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia. Perubahan-perubahan
hemodinamik ima ini tidak statis. Bila ima makin tenang fungsi jantung akan membaik
walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik
mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat ima akan menjadi akinetik,
karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami
hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia
berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum
ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit ima tersering dan terjadi terutama pada menit-menit
atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refrakter, dayahantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf
otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien ima inferior umumnya
mengalami peningkatan tonusparasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada ima inferior akan mempertinggi
kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
3. Farmakologi
a. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri. Dosis 2-4 mg dan dapatdiulang dengan
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping : konstriksi vena dan
arteriolar melalui penurunan simpatis,sehingga terjadi pooling vena yang akan
mengurangi curah jantungdan tekanan arteri.
b. Penyekat beta
Tujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan 
suplai dan kebutuhan oksigen miokard, menguranginyeri, mengurangi luasnya infark 
dan menurunkan risiko kejadianaritmia vebtrikel yang serius.
c. Antitrombotik
Tujuan primer pengobatan adalah untuk mendapatkan danmempertahankan 
patensi arteri koroner yang terkait infark. Tujuansekunder adalah menurunkan
tendensi pasien menjadi trombosis.
d. Inhibitor ace
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot
jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambatkelemahan pada otot
jantung.
4. Terapi diet
Pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulutdalam 4-12
jam pertama. Diet mencakup lemak <30% kalori total dankandungan kolesterol <300
mg/hari. Menu harus diperkaya denganmakanan yang kaya serat, kalium, magnesium dan
rendah natrium.

D. Patofisiologi,Farmakologi Dan Terapi Diet Pada Trauma Kepala


1. Penngertian cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
(irwana,2009) cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak
2. Patofisiologi pada cedera kepala,
Kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera
sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari
suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan suatu benda
keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( gennarelli, 1996 dalam
israr dkk, 2009 ). Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa
kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio.
Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara
mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak
(substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih
cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak
membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan
(countrecoup) (hickey, 2003 dalam israr dkk,2009). Kerusakan sekunder terhadap otak
disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya
efek kaskade, yang efeknya merusak otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit
hingga beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera,
jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan
berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel.
Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan,
kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada dinding sel
yang berperan dalam terjadinya kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak.
Neuron atau selsel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada suplai
nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap
cedera metabolik bila suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan
iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak ( lombardo, 2003).
3. Farmakologi/terapi obat-obatan.
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edemaserebral, dosis sesuai
dengan berat ringanya trauma. 
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangivasodilatasi.
c. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol20 % atau glukosa 40
% atau gliserol 10 %.
d. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol.
e. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderitamengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natriumdan elektrolit maka hari-hari pertama
(2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8
jam kedua dandextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran
rendahmakanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 tktp).
4. Terapi diet
makanan atau cairan.pada trauma bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa,hanya cairan infus dextrosa 5%,2-3 hari kemudian diberikan makanan
lunak,pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah maka makanan diberikan melalui ngt
2500-3000 tktp.

E. Patofisiologi,Farmakologi Dan Terapi Diet Pada Trauma Abdomen


1. Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (smeltzer, 2001). Trauma perut
merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding
perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (fkui, 1995).
2. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka
beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan
tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan
kemampuan obyekstatis (yang ditubruk) untuk menahantubuh. Pada tempat benturan
karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh
juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya.viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan.toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan
benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
 Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir ata usabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
 Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
 Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikelvaskuler.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang saki
meliputi asal penyakit,permulaan perjalanan dan akibat.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan
hidup. (joyce l. Kee, evelyn r. Hayes, 1996)  menurut kamus kesehatan, farmakologi adalah
studi obat-obatan dalam semua aspek mereka.farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana suatu bahan kimia/obat berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya
mempelajari aksi obat di dalam tubuh. (ekawati, zullies. 2014).
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ -organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh
yang serius seperti perdarahanyang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri
yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik)
atau akibat respons imun (syok anafilaktik).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,untuk itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membamgun sehingga kami dapat menjadi bahan referansi bagi kami dalam membuat
makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai