Anda di halaman 1dari 44

DEPARTEMEN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA”

OLEH :

RESKY AMALIAH, S.Kep


( N2011477 )

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

GRAHA EDUKASI MAKASSAR

MAKASSAR

2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Hipertensi Pada Lansia


Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah
sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996)

B. Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia


Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak, yaitu
sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga,obesitas,diit tinggi
natrium,lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor
genetik sepertinya sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme
pastinya masih belum diketahui.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi
lainya. Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler,
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu
sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.

2
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National Committee 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II ≥ 160 ≥ 100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat
dibedakan:
 Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%
penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring
bertambahnya umur.
 Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring
bertambahnya umur.
 Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th,
lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.

C. Etiologi Hipertensi Pada Lansia


Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan
garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol,
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

3
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita
setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.

b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara
khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering
terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta,
dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.

c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang

4
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:


1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan
kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.

2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.

3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

4. Mengkonsumsi garam berlebih

5
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.

6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

D. Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada Lansia

6
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

E. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi Pada Lansia


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid.
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP

7
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

F. Komplikasi Hipertensi Pada Lansia


Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab tersering
kematian adalah penyakit jantung, sedangkan stroke dan gagal ginjal sering ditemukan,
dan sebagian kecil pada pasien dengan retinopati.

a. Komplikasi pada Sistem Kardiovaskuler


Kompensasi akibat penambahan kerja jantung dengan peningkatan tekanan
sistemik adalah hipertrofi ventrikel kiri, yang ditandai dengan penebalan dinding
ventrikel. Hal ini menyebabkan fungsi ventrikel memburuk, kapasitasnya
membesar dan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung. Angina pektoris
dapat timbul sebagai akibat dari kombinasi penyakit arteri koronaria dan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard karena penambahan massanya. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran jantung dengan denyut ventrikel kiri
yang menonjol. Suara penutupan aorta menonjol dan mungkin ditemukan murmur
dari regurgitasi aorta. Bunyi jantung presistolik (atrial, keempat) sering terdengar
pada penyakit jantung hipertensif, dan bunyi jantung protodiastolik (ventrikuler,
ketiga) atau irama gallop mungkin saja ditemukan. Pada elektrokardiogram,
ditemukan tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri. Bila penyakit berlanjut, dapat
terjadi iskemi dan infark. Sebagian besar kematian dengan hipertensi disebabkan
oleh infark miokard atau gagal jantung kongestif. Data-data terbaru menduga
bahwa kerusakan miokardial mungkin lebih diperantarai oleh aldosteron pada
asupan garam yang normal atau tinggi dibandingkan hanya oleh peningkatan
tekanan darah atau kadar angiotensin II.

8
b. Efek Neurologik
Efek neurologik pada hipertensi lanjut dibagi dalam perubahan pada retina
dan sistem saraf pusat. Karena retina adalah satu-satunya jaringan dengan arteri
dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan
optalmoskopik berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak
hipertensi pada pembuluh darah retina.
Efek pada sistem saraf pusat juga sering terjadi pada pasien hipertensi. Sakit
kepala di daerah oksipital, paling sering terjadi pada pagi hari, yang merupakan
salah satu dari gejala-gejala awal hipertensi. Dapat juga ditemukan ’keleyengan’,
kepala terasa ringan, vertigo, tinitus dan penglihatan menurun atau sinkope, tapi
manifestasi yang lebih serius adalah oklusi vaskuler, perdarahan atau ensefalopati.
Patogenesa dari kedua hal pertama sedikit berbeda. Infark serebri terjadi secara
sekunder akibat peningkatan aterosklerosis pada pasien hipertensi, dimana
perdarahan serebri adalah akibat dari peningkatan tekanan darah dan
perkembangan mikroaneurisma vaskuler serebri (aneurisma Charcot-Bouchard).
Hanya umur dan tekanan arterial diketahui berpengaruh terhadap perkembangan
mikroaneurisma.
Ensefalopati hipertensi terdiri dari gejala-gejala : hipertensi berat, gangguan
kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, retinopati dengan papiledem dan
kejang. Patogenesisnya tidak jelas tapi kemungkinan tidak berkaitan dengan
spasme arterioler atau udem serebri. Tanda-tanda fokal neurologik jarang
ditemukan dan jikalau ada, lebih dipikirkan suatu infark / perdarahan serebri atau
transient ischemic attack.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa
retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak beraturan, eksudat pada
retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa
penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam,
fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah.

c. Efek pada Ginjal


Lesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler glomerulus
adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat pada
penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler. Proteinuria dan
hematuria mikroskopik terjadi karena lesi pada glomerulus dan ± 10 % kematian

9
disebabkan oleh hipertensi akibat gagal ginjal. Kehilangan darah pada hipertensi
terjadi tidak hanya dari lesi pada ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga
sering terjadi pada pasien-pasien ini.

G. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia


Lebih dari 10 tahun yang lalu masih terjadi perdebatan tentang perlu tidaknya
pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Golongan yang kontra menyatakan bahwa
penurunan tekanan darah pada hipertensi lansia justru akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya trombosis koroner, hipotensi postural dan penurunan kualitas hidup. Dengan
penelitian-penelitian yang diadakan dalam 10 tahun terakhir ini jelas dibuktikan bahwa
menurunkan tekanan darah pada hipertensi lansia jelas akan menurunkan komplikasi
akibat hipertensi secara bermakna.
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang berkaitan dengan sistem kardiovaskuler dan ginjal. Karena kebanyakan penderita
hipertensi, khususnya yang berusia > 50 tahun akan mencapai target tekanan diastol
saat target tekanan sistol sudah dicapai, sehingga fokus utamanya adalah mencapai
target tekanan sistol. Penurunan tekanan sistol dan diastol < 140 / 90 mmHg
berhubungan dengan penurunan terjadinya komplikasi stroke, dan pada pasien
hipertensi dengan diabetes melitus, target tekanan darah ialah < 130 / 80 mmHg.
Penalaksanaan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip, yaitu :
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan
kausal.
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat antihipertensi.
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
mungkin seumur hidup.
5. Pengobatan dengan menggunakan standart triple therapy (stt)
menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan kemungkinan adanya :


a. Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

10
b. Interaksi obat
c. Efek samping obat.
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.

Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi menyeluruh terhadap kondisi
penderita adalah :
a. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler.
b. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.
c. Organ yang rusak karena hipertensi.

Secara garis besar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat
antihipertensi, yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi
2. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan atau minimal
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh penderita.
6. Memungkinkan penggunaan obat dalam jangka panjang

Tidak jarang penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obat antihipertensi


mengalami kegagalan, yang dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini :
1. Ketidakpatuhan penderita
2. Peningkatan volume oleh karena peningkatan asupan natrium, kerusakan ginjal,
dan kurangnya pemberian diuretik
3. Obesitas
4. Dosis yang tidak adekuat
5. Interaksi obat
6. Kontrasepsi oral
7. Penggunaan obat-obat steroid
8. Hipertensi sekunder

Klasifikasi dan Managemen Tekanan Darah untuk Dewasa *


BP Classification Initial Drug Therapy
11
SBP DBP Lifestyle Without With Compelling
(mmHg) (mmHg Modificati Compelling Indication
* )* on Indication
Normal < 120 and < 80 Encourage
Prehypertension 120-139 or 80-89 Yes No Drug(s) for
antihypertensive compelling
indicated indications. ‡
Stage I 140-159 or 90-99 Yes Thiazide-type Drug(s) for the
Hypertension diuretics for most. compelling
May consider indications. ‡
ACEI , ARB, Other
BB , CCB or antihypertensive
combination. drugs (diuretics,
Stage II ≥ 160 ≥ 100 Yes Two-drug
ACEI, ARB, BB,
Hypertension combination for
CCB) as needed.

most (usually
thiazide-type
diuretic and ACEI
or ARB or BB or
CCB)
SBP : Systolic Blood Pressure
DBP : Diastolic Blood Pressure.
Drug abbreviations : BP :
ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
CCB : Calsium Channel Bloker.
BB : Beta-Bloker
* Treatment determined by highest BP category.

Initial combined therapy should be used cautiously in those at risk for orthostatic
hypotension.

Treat patients with chronic kidney disease or diabetes or BP goal < 130/80 mmHg
i. Konsep Penatalaksanaan Hipertensi Terkini
Joint National Committee VII merekomendasikan konsep terapi yang terbaru
yaitu :

12
a. Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah
diastolic 80-89 mmHg hanya memerlukan penatalaksanaan nonfarmakologis
dengan cara modifikasi gaya hidup.
b. Pasien yang tidak memiliki komplikasi hipertensi, diperlukan penatalaksanaan
secara farmakologis dengan diberikan obat golongan diuretik atau bisa juga
diberikan obat dari golongan lain.
c. Lebih memperhatikan tekanan darah sistolik dan penanganannya harus
dimulai jika tekanan darah sistolik meningkat walaupun tekanan darah
diastoliknya tidak.
d. Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan obat kombinasi antihipertensi,
salah satunya adalah obat dari golongan diuretik tiazid.
e. Kebanyakan pasien hipertensi memerlukan 2 atau lebih pengobatan untuk
mencapai tekanan darah ± 20/10 mmHg di atas tekanan darah yang
diinginkan.
f. Golongan ACE Inhibitor sendiri atau kombinasi dengan golongan diuretic
masih merupakan terapi pilihan yang terbaik untuk pasien dengan hipertensi
yang sudah mengalami komplikasi penyakit jantung.

Bila hipertensi yang terjadi tanpa disertai dengan komplikasi atau penyakit
penyerta lain, maka pengobatan adalah mudah. Penatalaksanaan untuk hipertensi
dibagi menjadi :
1. Non Farmakologis atau modifikasi gaya hidup.
2. Farmakologis
A. Non farmakologis atau modifikasi gaya hidup meliputi :
Kriteria Indeks Massa Tubuh
Kriteria IMT (kg/m2)

Kurang <18,5
Normal 18,5-24,9
Berat badan lebih 25,0-29,9
Obesitas 30,0-34,9
Obesitas berat ≥ 35,0

 Jaga berat badan ideal. Turunkan berat badan bila IMT ≥ 27


13
 Membatasi alkohol.
 Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.
 Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g Na ,
atau 6 g NaCl/hari)
 Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), kalsium dan
magnesium yang adekuat.
 Berhenti merokok.
 Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

Modifikasi Gaya Hidup Penatalaksanaan Hipertensi *†


Modification Recommendation Approximate SBP
Reduction (Range)
Weight reduction Maintain normal body weight (BMI 18,5 5-20 mmHg / 10 kg
– 24,9 kg/m2) weight loss
Adopt DASH Consume a diet rich in fruits, vegetables 8-14 mmHg
eating plan and low fat dairy products with a reduced
content of saturated and total fat
Dietary sodium Reduced dietary sodium intake to no more 2-8 mmHg
reduction than 100 mmol per day (2,4 g sodium or 6
g sodium chloride)
Physical activity Engage in regular aerobic physical 4-9 mmHg
activity such as brisk walking (at least 30
min per day, most days of the week)
Moderation of Limit consumption to no more than 2 2-4 mmHg
alcohol drinks (1 oz or 30 ml ethanol; e.g. 24 oz
consumption beer, 10 oz wine, or 3 oz 80-proof
whiskey) per day in most men and to no
more thsn 1 drink per day in women and
lighter weight persons
DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension
* For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking.
† The effects of implementing these modifications are dose and time dependent, and could
be greater for some individuals.

B. Farmakologis :

14
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
 Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
 Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi resistensi
perifer.
 Terdapat beberapa golongan, yaitu :
a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) , contoh :
- Hidroklorotiazid (HCT) – tab 25 dan 50 mg
- Klortalidonn – tab 50 mg
- Bendroflumentiazid – tab 5 mg
- Indapamid – tab 2,5 mg
- Xipamid – tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
a. Furosemid – tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid – tab 5 mg
b. Spironolakton – tab 25 dan 100 mg
 Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.

2. Penghambat Adrenergik
 Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta
menurunkan sekresi renin
 Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif
 Terdiri dari golongan :
- penghambat adrenoreseptor α / α –bloker : terazosin, doxazosin,
prazosin
- penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol, asebutolol,
atenolol, bisoprolol
- penghambat adrenoreseptor α dan β : labetalol
- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin
3. Vasodilator
 Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah

15
 Yang termasuk golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin,
doksazosin, prazosin, minoksidil, diaksozid.
 Yang paling sering digunakan adalah natrium nitroprusid dengan efek
samping hipotensi ortostatik.

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin


 Bekerja menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas saraf simpatis
 Preparat yang paling banyak digunakan adalah Kaptopril, diberikan 1 jam
sebelum makan. Pada gagal ginjal dosis dikurangi (bila CCT > 1.5 mg%).
 Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan pengecap, proteinuria, gagal
ginjal dan agranulositosis.

5. Antagonis Kalsium
 Mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara menyebabkan
vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang nyata
dan retensi cairan yang kurang daripada vasodilator lainnya.
 Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin, felodipin,
amilodipin, verapamil dan diltiazem.
6. Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB)
 Merupakan golongan obat antihipertensi terbaru, tidak mempengaruhi
produksi Angiotensin II tetapi memblok di tempat kerja pada organ target.
 Kelebihannya adalah tidak menimbulkan batuk karena tidak mempengaruhi
metabolisme bradikinin.
 Proses apoptosis dan regenerasi jaringan juga tetap berlangsung karena
reseptor tidak dipengaruhi.

Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia :


 Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO
SLOW)
 Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk
penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
 Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
 Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi

16
 Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan
 Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan kembali
untuk maintenance (Gambar 2)

Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan
metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada
hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 – 25 mg atau
setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai
pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.
Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik
merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan
efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama
urine.
Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat β yang kardioselektif
dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat β tidak begitu disukai oleh
karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik.
Penghambat α merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi
prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini
dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.
Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai
efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada
pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat
ACE.
Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun
efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi,
mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada
susunan saraf pusat, α dan ß bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan
kesadaran/fungsi kognitif.
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat :
 Penurunan refleks baroreseptor sehingga meningkatkan risiko
hipotensi ortostatik.
 Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi
dengan hanya sedikit penurunan tekanan darah sistemik.

17
 Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat.
 Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif terhadap deplesi
cairan.
 Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi aritmia dan
kelemahan otot.
 Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid
yang ada pada lansia itu. Jangan sampai obat antihipertensif yang kita beri
mempunyai efek samping yang dapat memperberat gejala penyakit komorbid.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan


hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan labetolol sebaiknya
dihindarkan atau diberikan dengan hati-hati, tekanan darah diturunkan perlahan-lahan
dengan cara memberi dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih
kecil dengan interval yang lebih panjang dari biasanya pada penderita yang lebih muda,
dan pilihan antihipertensi harus secara individual, berdasarkan pada kondisi penyerta.
Tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar terapi hipertensi dapat berhasil adalah :
1. Diagnosis yang tepat dan sedini mungkin (pengukuran
beberapa kali dan kalau perlu lebih dari 1 kali kunjungan)
2. Pendidikan masyarakat untuk meningkatkan
kewaspadaan akan bahaya hipertensi dan makna serta manfaat bila tekanan darah
dapat dinormalkan.
3. Menyampaikan data yang akurat dari studi klinik pada
tenaga kesehatan maupun masyarakat, khususnya mengenai manfaat
penurunan/terapi hipertensi.
4. Meningkatkan kepatuhan berobat atau control pasien.
5. Memotivasi para tenaga kesehatan untuk
berusahamenurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
6. Menggunakan obat antihipertensi yang dapat ditoleransi
dengan baik dan yang dapat dimakan sekali sehari.

Terapi Kombinasi
Biasanya bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai sasaran,
maka perlu ditambahkan obat ke-2 dengan dosis rendah dahulu dan tidak meningkatkan
dosis obat pertama. Hal ini adalah upaya untuk memaksimalkan efek penurunan

18
tekanan darah dengan efek samping seminimal mungkin. Pada penelitian HOT, terapi
kombinasi diperlukan pada sekitar 70% penderita. Dalam JNC-VII, para ahli bahkan
menganjurkan terapi antihipertensi kombinasi langsung pada penderita yang ada pada
stadium 1. Walaupun dosis campuran tetap banyak disediakan oleh pabrik farmasi,
upaya titrasi dosis secara individual dianggap lebih baik. Berikut diberikan pedoman
yang dianut oleh para ahli hipertensi di Inggris yang disebut sebagai The Birmingham
Hypertension Square.

The Birmingham Hypertension Square

ACE Inhibitor atau Diuretik


Bloker Reseptor
Angiotensin II

Nasihat nonfarmakologik :
garam, berat badan, alkohol,
olahraga, rokok

Bloker Kanal Kalsium


golongan
dihidropiridine β-Bloker

Mulai terapi pada kotak manapun dan gunakan terapi tambahan dengan obat yang
ditunjuk oleh panah. Obat-obatan pada kotak yang berdekatan memiliki efek
antihipertensi tambahan, aksi yang saling melengkapi dan biasanya ditoleransi dengan
baik.

ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/ tanggal               : Sabtu, 19 Desember 2019

19
Tempat                        : Desa Tamasajju, Kecamatan Galesong Utara,  

I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS

Identitas Klien

Nama  : Tn”A”

Umur   : 56 Tahun

Jenis kelamin  : Laki-Laki

Alamat  : Desa Tamasajju, Kecamatan Galesong Utara,  

Status  : Kawin

Agama    : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan    : SMA

Pekerjaan : pensiunan

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny”I”

Umur : 49 tahun

Alamat : Desa Tamasajju, Kecamatan Galesong Utara,  

Hubungan dengan klien : Istri

2. RIWAYAT KESEHATAN

2.1  Keluhan Utama : Pusing

2.2  Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke posyandu dengan keluhn sakit kepala sejak
3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk,
sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah
berobat ke dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan
penglihatannya kabur, klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang
di rasakan oleh klien adalah hipertensi.

2.3  Riwayat Penyakit Dahulu

Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini,

20
3.    STATUS FISIOLOGIS

3.1  Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.

3.2  Tanda-tanda vital klien

TD  : 160/90 mmHg

N     : 87 x/menit

S     : 36,7 oC

RR  : 20 x/menit

BB  : 45 kg

3.3  Pengkajian Head to Toe

a.       Kepala

Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.

b.      Mata

Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri
dan tidak ada benjolan.

c.       Hidung

Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada hidung,
tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.

d.      Mulut dan Tenggorokan

Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi tampak
kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga, mengalami kesulitan
saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.

e.       Telinga

Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak nyeri
tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran masih
bagus

f.       Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena jugularis,
klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).

21
g.      Dada

Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.

h.      Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.

i.        Genetalia

Tidak terkaji

j.        Ekstremitas

Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4

k.      Integument

Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.

4.      PENGKAJIAN PERKEMBANGAN UNTUK LANSIA

4.1  Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk baik kursi
maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri
klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan,
pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat
mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu, klien merasakan
nyeri pinggang saat membungkukkan badan.

4.2  Komponen gaya berjalan dan gerakan

Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat, melangkah
secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak sempoyongan.

5.      PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul dengan anak-
anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga mengatakan terkadang
berinterakasi dengan tetangga sekitar rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih
bagus dan baik, emosi terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak
bicara dan memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.

22
6.      PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN

Katz index

No Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan


. Sebagian Penuh

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar Kecil

4. Berpindah Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum

Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.

7.      STATUS KOGNITIF / AFEKTIF

a.       Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )

                        Pertanyaan      :

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 11

√ 2 Hari apa sekarang ? Rabu

√ 3 Apa nama tempat ini ? Bangsal

√ 4 Dimana alamat anda ? Bansal

√ 5 Berapa umur anda ? 65 tahun

√ 6 Kapan anda lahir ? Lupa

√ 7 Siapa presiden Indonesia ? SBY

√ 8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau


sebelumnya ?

√ 9 Siapa nama kecil anda ? Ati

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,


pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun

23
JUMLAH          Benar : 6

                            Salah : 4

Interpretasi :

Salah 0 – 3      : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5      : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8      : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10    : Fungsi intelektual kerusakan berat

Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 7 benar
dan 3 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Tn”A” kerusakan ringan.

b.      MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria

Kognitif Maksima Klien


l

1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar :

Tahun       : 2012 (Benar)

Musim      :kemarau

Tanggal    :11

Hari          :Rabu (Benar)

Bulan        :maret

2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita berada ?

Negara : Indonesia (Benar)

Propinsi : jawa (Benar)

Kabupaten/kota : malang (Benar)

Panti :-

Wisma:-

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


meja, kertas), kemudia ditanyakan

24
kepada klien, menjawab :

1.        kursi

2.        meja

3.        kertas

4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari


dan 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.

Jawaban :

93

86

79

72

65

5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1) 

6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang


benda (sambil menunjukan benda
tersebut).

Minta klien untuk mengulangi kata


berkut :

“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )

Klien menjawab :tidak ada, jika dan


tetapi.

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.

1. Ambil kertas ditangan anda

2. lipat dua

3. dan taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai perintah

25
nilai satu poin.

“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk


menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :

24 – 30            : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23            : gangguan kognitif sedang

0 -  17  : gangguan kognitif berat

Dari hasilMMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini menunjukkan


bahwah Tn”A” mengalami gangguan kognitif sedang.

8.      PENGKAJIAN sTATUS mENTAL

Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien tidak pernah
berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang tinggal bersama cucu dan
istrinya, klien tidak pernah merasa gagal dalam membimbing anak-anaknya karena berhasil
dalam menjadi kepala keluarga, klien juga merasa puas dengan keadaannya yang sekarang,
klien mengatakan cepat lelh apabila melakukn aktivitas yang berlebihan.

9.      PENGKAJIAN MASALAH EMOSIONAL

a.       Masalah Emosional

Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur. Tetapi terkadang Klien terbangun pada
malam hari untuk kencing, Klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan
orang lain dan klien tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta klien
mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani oleh istri dan cucunya.

10.  PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Pola kebiasaan : klien mengatakan sering merokok menghabiskan lebih dari 3 batang perhari
dan minum kopi setiap hari.

Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a.       Nutrisi

Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari terkadang tidak teratur dengan menhabiskan 2
porsi makanan dengan lauk pauk seadanya, klien tidak senang makan tampa garam, klien

26
juga mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya tampa adanya perbedaan
makanan,  klien minum 7-8 gelas per hari.

b.      Pola istirahat tidur

Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien sering terbangun saat malam hari karenan
ingin kencing, klien jarang tidur siang, klien sering merenung nasib cucu-cucunya,  saat
waktu luang klien biasanya bermain dengan cucu nya.

c.       Eliminasi

Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK.Klien BAB 1 kali per hari dengan
konsistensi lembek dan BAK 4-5 kali per hari lancar tanpa ada gangguan.

d.      Pola aktivitas

Klien masih bisa melakukan kegiatan dapur seperti memasak, mencucui piring, klien
berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan anak-anaknya.

e.       Personal hygiene

Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore harimenggunakan sabun,
sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan pasta gigi, biasanya mengganti pakaian 2 hari
sekali.

27
11.  PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a.       Pemukiman

Luas bangunan rumah klien 6:5, klien tinggal bersama dengan  istri dan 3 orang cucu-
cucunya, bentuk rumah petak dengan jenis bangunan atap rumah menggunakan atap genteng
berdindingkan tembok, lantai semen. Kebersihan lantai kurang, ventilasi <15% luas lantai
dan teras pengap, pencahayaan kurang karena tidak ada ventilasi dan ukuran rumah yang
sempit, cara pengaturan dalam hal menata perabotan kurang dimana sepeda gayung di
letakkan di ruang tamu dan tertumpuk dengan barang-barang yang lain, alat rumah tangga
tidak lengkap karena karpet atau kursi tempat duduk tamu tidak ada.Kulkas tidak ada dan
tempat gallon untuk air bersih tidak ada dan banyak yang lainnya.

b.      Sanitasi

sumber penyediaan air bersih yaitu sumur dan Tn”H” mengatakan air yang diminum air biasa
tanpa direbus, pengelolaan jamban bersama dengan jenis jamban leher angsa dan dengan
jarak < 10 meter dari sumber air, sarana pembuangan air limbah tidak lancer, bekas sampah
biasanya dibuang sembarang ke kali

c.       Fasilitas

klien tidak memelihara ternak dan tidak bekerja sebagai nelayan, anak-anaknya kebanyakan
bekerja sebagai buruh batu, tidak terdapat sarana olah raga, taman dan ruang
pertemuaan.Sarana hiburan yang ada hanyalah televisi.

d.      Keamanan Dan Transportasi

Klien mengatakan dilingkungannya tidak ada alat penanggulangan kebakaran dan bencana
Sarana komunikasi yang dimiliki yaitu handphone.

28
B.  DIAGNOSA

1.      Analisa Data

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

1.        DS: Gangguan rasa aman


Arteri besar kehilangan
nyeri
-          klien mengeluh sakit kelenterun dan menjadi kaku
kepala

-          sakit kepalanya
berdenyut-denyut Pembuluh darah tidak dapat
mengembang
-          Klien mengatakan
tearasa kaku di kuduknya

-          Klien mengatakan sakit Vasokonstriksi pembuluh darah


kepaalanya dating sewaktu-  
waktu

-          Klien mengeluh
penglihatannya kabur

DO: TD

-          Klien tampak sering  


memegangi kepalanya

-          Lien tampak lemah

-          Skala nyeri 5 (0-10)


sedang.
Peningkatan tekanan vaskuler
-          TTV
serebral
TD: 160/90 mmHg

N: 87 x/menit

S    : 36,7 oC

RR: 20 x/menit

BB: 45 kg

2.        DS: Hipertensi Kurang pengetahuan

29
-          Klien  mengatakan   
kurang tahu tentang penyakit
hipertensi.
Kurang informasi
-          Klien tidak tahu mengenai
penyebab hipertensi penyakit dan terapi

-          Klien mengatakan
makan makanan yang sama
dengan keluarganya, tampa
adanya perbedaan

DO:

-          Klien bertanya tentang


penyakitnya.

-          TTV

TD: 160/90 mmHg

N: 87 x/menit

S    : 36,7 oC

RR: 20 x/menit

BB: 45 kg

3.        DS: Gaya hidup Resiko Kelebihan


Volume Cairan
-          Klien mengatakan   
tidak senang makan tampa
garam
Hipertensi
-          Klien mengatakan
makan makanan yang dengan
yang di konsumsi keluarga
Vasokontriksi

Pembuluh darah ginjal

 
DO:

-          Klien mengatakan
makan makanan yang sama

30
dengan keluarganya Penurunan aliran darah

-          TTV:   

TD: 160/90 mmHg


Peningkatan
N: 87 x/menit aldosteron
S    : 36,7 oC   
RR: 20 x/menit

BB: 45 kg Retensi Na

edema

4.      Rumusan Diagnosa

a.       Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral
di tandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher bagian belakang terasa berat dan
sakit/nyeri, pusing dirasakan terutama saat berjalan, skla nyeri 5, Klien tampak sering
memegangi kepalanya, penglihatan kabur, TTV : TD           :60/90 mmHg, N:87 x/menit, S:
36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.

b.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai penyakit dan


terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensinya, klien
tampak sering bertanya tentang penyakitnya TTV : TD:60/90 mmHg, N:87 x/menit, S:
36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.

c.       Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

No No.Dx Tujuan dan Kriteris Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1 Setelah dilakukan kunjungan 1.      Kaji keadan umum klien. 1.   Keadan umum


rumah selama 2x60 menit menunjukkan keadaan
diharapkan pasien dapat klien secarautuh  dan
mengontrol nyeri atau sakit dengan mengetahui
kepala hilang atau berkurang tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil : terutama tekanan darah.
Untuk menentukan
-          Klien tidak tindakan selanjutnya.
mengungkapkan adanya

31
nyeri atau sakit kepala.

-          Klien tampak 2.   Untuk mengetahui


nyaman. tingkat nyeri klien
dengan menggunakan
-          Tanda-tanda vital pengkajian PQRST.
dalam batas normal terutama
tekanan darah (TD : normal
110-130 mmHg, diastole 70-
80 mmHg) 3.   Untuk mengetahui
nyeri yang dirasakan
klien sehingga bisa
ditentukan intervensi
yang tepat selanjutnya.
2.      Kaji tingkat nyeri klien.

4.   Untuk menghindari
inssiden kecelakaan atau
terjatuhnya karena klien
pusing.

5.   Mengurangi atau
menghilangkan sakit
kepala.
3.      Kaji lokasi intensitas dan
skala nyeri.
6.   Aktifitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala.

7.   Analgecik dapat
mengurangi rasa nyeri

4.      Bantu pasien dalam


ambulasi sesuai kebutuhan.

32
5.      Berikan tindakan non
farmakologis

6.      Berikan penjelasan cara


untuk meminimalkan aktifitas
vasokontriksi.

7.      Kolaborasi dalam
pemberian obat analgesic
sesuai indikasi.

2 Setelah dilakukan kunjungan 1.      Jelaskan tentang batas 1.   Memberikan dasar


rumah selama 2x60 menit tekanan darah normal, tekanan untuk pemahaman
diharapkan pasien darah tinggi dan efeknya. tentang peningkatan
mengetahui informasi tekanan darah
tentang hipertensi dengan mengklarifikasikan
kriteria hasil : istilah medis yang
sering digunakan.
-          klien mengungkapkan Pemahaman bahwa
pengetahuan akan hipertensi. tekanan darah tinggi
-          Melaporkan dapat terjadi tanpa
pemakaian obat-obatan gejala shingga
sesuai program. memungkinkan pasien
untuk melanjutkan
-            pengobatan meskipun
sudah merasa sehat.

2.   Supaya klien tahu


dan memungkinkan
pasien untuk
melanjutkan

33
pengobatan.

3.   Supaya klien bisa


mengontrol stress.

4.   Mengurangi resiko
keracunan dan over
dosis obat dan supaya
pengobatan lancar
2.      Jelaskan sifat penyakit karena pasien sudah
dan tujuan dari p0engobatan paham dan tahu
dan prosedur. mengenai obat-obatan
yang diberikan.

5.   Menambah
pengetahuan klien
3.      Jelaskan pentingnya sehingga klien bisa
lingkungan yang tenang, tidak mencegah dan
penuh dengan stress. mengatasi hipertensi.

4.      Diskusikan tentang obat- 6.   Untuk menghindari


obatan : nama obat, dosis obat, peningkatan tekanan
waktu pemberian obat, dan darah.
tujuan pemberian obat dan
efek samping obat.

7.   Mengetahui sejauh
mana klien mengetahui
dan memahami tentang
penyakitnya

5.      Berikan pendidikan
kesehatan tentang cara
mencegah dan mengatasi
hipertensi.

34
6.      Anjurkan klien untuk
tidak mengonsumsi makanan
dan minuman yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

7.      Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.

3 Setelah di lakukan tindakan 1.      Kaji pola makan klien 1.      Penurunan aliran


keperawatan selama 3x60 atau diet terhadap inadekuat ginjal mengakibatkan
menit di harapkan tidak masukan protein peningkatan antidiuritik
terjadi kelebihan volume menyebabkan retensi air
cairan denan criteria hasil : 2.      Dorong klien dan Na. 
untukmenurunkan masukan
-       Tidak ada edema garam 2.      Peningkatan kadar
Na dalam darah dapat
-       BB normal 3.      Lakukan tindakan untuk menyebabkan edema
melindungi tubuh dari ceder
-       TTV dalam vbatas dan edema 3.      Kulit edema, dapat
normal mudah cedera, dan
-       Bunyi napas dan kulit  kering lebih rentan
jantung normal untuk rusak dan cedera.

D.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Jam NoDx Implementasi Respon hasil Paraf

1.        1 1.      Mengkaji keadaan 1.   Hasil keadaan umum


umum klien dan tanda-tanda klien sedang. TTV :
Selasa vital  (Td, S, N, Rr).
TD : 160/100 mmHg, S : 36,7
11-03 14 C,
16.00 N : 87x/menit,

RR:20x/menit.

2.      Mengkaji tingkat nyeri


klien dengan menggunakan
skala PQRST. 2.   P: Nyeri dirasakan pada
kepala

35
Q: nyeri dirasakan berdenyut-
denyut

R:Nyeri kepala

S : Skala nyeri sedang 5 (0-


10)

T: nyeri dirasakan sewaktu


waktu

3.      Mengkaji lokasi, 3.   Klien mengatakan nyeri


intensitas, dan skala nyeri. dirasakan pada kepala dan
leher dibagian belakang
(kaku kuduk), nyeri dirasakan
terus-menerus semakin berat
saat berjalan, nyeri dirasakan
pada angka 5 (skala 0-10).

4.   Klien tampak
memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan
perawat

4.      Memberikan
penjelasan cara untuk
meminimalkan aktivitas
vasokontriksi seperti
mengejan saat BAB, batuk
5.   Obat sudah diberikan ke
panjang dan membungkuk
pasien dan menjelaskan cara
. penggunaan obat dan efek
samping obat, klien tampak
5.      Memberikan terapi mengerti dengan penjelasan
obat sesuai indikasi : perawat.
captopril 12,5 mg 1x1.

selasa 2 1.      Menjelaskan 1.   Klien tapak mendengar


pengertian hipertensi kepada pnjelasan perwat
11-03-14 pasien
2.   Klien tampak
 16.30 2.      Menjelaskan kepada mendengarkan dan

36
klien tentang pentingnya memperhatikan saat
menjaga lingkungan yang diberikan penjelasan oleh
tenang. perawat, dank lien mengerti.

3.   Klien mengerti dengan


penjelasan yang diberikan
3.      Berdiskusi atau oleh perawat dank lien
memberitahu klien tentang mengatakan akan meminum
obat-obatan nama obat yang obatnya secara teratur.
diberikan captopril 12,5 mg
diminum 1x1 setelah makan,

4.   Klien tampak
memperhatikan dan tampak
4.      Menjelaskan factor mengangguk dan akan
yang memperberat melakukan saran yang
hipertensi, seperti diberikan perawat.
Menganjurkan klien untuk
tidak mengkonsumsi
makanan yang tinggi garam
dan jangan meminum kopi,
the, merokok karena dapat
meningkatkan tekanan drah.

Selasa 1.      Mengukur tanda-tanda 1.      TD : 160/90 mmHg


vital TD, N, S, RR
11-03-14 N : 87 x/mnt
2.      Menimbang berat
08.00 badan klien S : 36,7oC

3.      Menanyakan keluhan RR : 20x/mnt


klien 2.      BB: 45 Kg
4.      Mengkaji penybab 3.      Klien mengeluh sakit
sakit kepala kepala
5.      Menganjurkan klien 4.      Tekanan darah 160/90
untuk mempertahankan tirah mmHg
baring
5.      Klien tampak tirah
6.      Menganjurkan klien baring, tampak mengiuti
untuk diet rendah garam anjuran perawat

6.      Klien tampak mau

37
mendengar anjuran perwat

2.        1.        1.      Mengobservasi Tanda- 1.      TD : 140/90 mmHg


tanda Vital klien.
Jumat N : 84x/mnt
2.      Memantau keadaan
14-03-14 umum klien S:36,7oCt

08.30 3.      Memberikan klien RR: 20x/mnt


penyuluhan tentang 2.      Keadaan umum klien
hipertensi baik, sudh tidak ada keluhan
4.      Menganjurkan klien 3.      Klien tampak
untuk menghindari makan mendengar dan mengerti
makanan tinggi garam
4.      Klien tampak mengikuti
saran dari perawat.

2.        1.      Memberikan 1.      Klien tampak


pendidikan kesehatan mendengarkan perawat
kepada klien
2.      Klien tampak mengerti
2.      Memberikan dan mengikuti serta
penyuluhan tentang berpartisipasi dalam
makanan yang harus di penyembuhannya
konsumsi pada psien
hipertensi 3.      Klien mengatakan
semenjak sakit tidak pernah
3.      Menjelaskan kepada merokok dan jarang ngopi
klien untuk menghindari
merokok dan ngopi 4.      Klien tampak rileks dan
segar tidur 6-7 jam perhari
4.      Menganjurkan klien
untuk istirahat yang cukup
untuk menghindari stress

Jum’at 3.        1.      Keadaan umum klien


sedang, TTV (TD : 140/90
14 -03-14 1.      Mengkaji keadaan mmHg, N : 80x/menit,
umum klien dan mengkaji
09.00 TTV (TD, N, S, RR). S : 36,8 C,

RR : 18x/menit

38
2.   Klien makan 3xsehari
dengan lauk pauk seadanya
2.      Mengkaji pola makan dengan sajian yang sama
3.      Menimbang berat dengan keluarganya.
badan klien. 3.   BB 45 kg
4.      Menjelaskan pada 4.   Klien dan keluarga
pasien dan keluarga tentang mengerti
pembatasan masukan garam
5.   TD 10/90 mmHg
5.      Mengukur Tanda-
tanda vital

6.      Menganjurkan kepada
keluarga untuk tetap
mempertahankan
lingkungan yang aman dan
nyaman.

39
E.     EVALUASI

No
Hari/Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Dx

Sabtu 1 S:

15-03-2014 -          Klien mengatakan sudah tidak


pusing lagi
11.00
O:

-          Keadaan umum klien baik

-          Klien tampak rileks

-          Tanda-tanda vital klien dalam


batas normal

-          TTV : TD : 140/80 mmHg,

N : 84x/menit,

S : 36,5oC,

RR : 20x/menit.

A:

-          Masalah keperawatan gangguan


nyaman nyeri dapat teratasi

P : intervensi dihentikan

I:

-          Anjurkan klien untuk tetap


mempertahankan kesehatannya

-          Anjurkn klien untuk diet rendah

40
garam

-          Anjukan klien untuk istirahat


cukup

2 S:

-          klien mengatakan sudah tau apa


itu hipertensi, dan penyebab terjadinya
hipertensi

O:

-          keadaan umum klien baik

-          klien tampak mengerti,


menyebutkan penyebab yang
memperberat hipertensi

-          klien tampak mau mengikuti saran


perawat

-          TTV dalam batas normal

TD : 140/80 mmHg

N : 84 x/mnt

S : 36,7 oC

RR : 20x/mnt

A:

-          masalah keperawatan kurang


pengetahuan teratasi

P:

Intervensi dihentikan

I:

-          Kaji tingkat pengetahuan klien

-          Berikan penyuluhan mengenai

41
penyakitnya

-          Evaluasi tingkat pengetahuan


setiap selesai member penyuluhan.

S:

-          Klien mengatakan makan


makanan yang sama dengan keluarganya

-          Klien mengatakan tidak bia makan


tampa garam

O:

-          Keadaan umum klien baik

-          Tidak ada tanda-tanda edema

A:

-          maslah keperawatan resiko


3
kelebihan volume cairan dapat teratasi

P:

-          intervensi di hentikan

I:

-          anjurkan klien untuk batasi asupan


cairn jika terjadi oedema

-          anjurkan klien untuk membatasi


konsumsi rendah garam

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and
Exposotion of American Society of Hypertension. New York, USA.
2. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
3. Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut)
edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
5. Stanley, Mickey. 2007.  Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta :
EGC.
6. Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta :
EGC.
7. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.
8. Nugroho, Wahjudi. 2000 . Keperawatan Gerontik  . Jakarta : EGC.
9. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAA&url=http
%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F19074%2F5%2FChapter
%2520I.pdf&ei=FxSCUPTKEuciAeXsIDwAQ&usg=AFQjCNEirKwyg_Z55lpL
GGwhFxTq-efDKA

43
44

Anda mungkin juga menyukai