LAPORAN PENDAHULUAN
“ ABDOMINAL PAIN “
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGERTIAN
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis.
Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit.
Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten,
yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi
penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit
perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. PATOFISIOLOGI
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis
yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang
dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat.
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini
akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut
besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.
C. ETIOLOGI
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses
berpilur)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis
3. Faktor presipitasi
a. Ligkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual dan muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. KOMPLIKASI
G. PENATALAKSANAAN
H. PENGKAJIAN FOKUS
a) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi
dan menghindari tekanan nyeri.
b) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu
meningkat.
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi.
3. Nyeri berhungangan dengan peningkatan asam lambung.
J. FOKUS INTERVENSI
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
Intervensi :
1. Kaji output dan input pasien
Rasional : Menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan
2. Motivasi pasien untuk makan
Rasional : Memenuhi kebutuhan makan dan minum pasien
3. Monitor pola cairan
Rasional : Menentukan banyaknya cairan yang hilang/dikeluarkan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Mengetahui obat dan mempercepat proses penyembuhan
1. Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari
10 skala yang diberikan.
2. Merasa nyaman dan dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN
“ ABDOMINAL PAIN “
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pinggang
E. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Ny. Hasiah No. Lab : 2103290108 No. RM :
Tgl. Lahir/Umur : 12-07-1995 / 55 Thn Tanggal : 29 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan Dokter :
Ruangan : IGD Tgl.Sampling : 29-03-2021 17:57
Alamat : Tgl.Selesai : 29-03-2021 20:00
A. ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/tgl Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Ttd
.
Dx
1 Selasa, 30
Maret 2021 a. Pain Level a. Lakukan pengkajian nyeri
b. Pain Control secara komprehensif
c. Comfort Level termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri ( tahu penyebab presipitasi.
nyeri, mampu b. Ajarkan tentang teknik non
menggunakan tehnik farmakologi
nonfarmakologi untuk c. Tingkatkan istirahat
mengurangi nyeri, d. Kolaborasikan dengan dokter
mencari bantuan ). jika ada keluhan dan
b. Melaporkan bahwa tindakan nyeri tidak berhasil.
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
( skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
2 Selasa, 30
Maret 2021 a. Anxiety reduction a. Monitor TTV
b. Comfort level b. Ciptakan lingkungan yang
c. Pain level nyaman
d. Rest : Extent and c. Kolaborasi pemberian oabat
Pattern tidur
e. Sleep : Extent ang d. Instruksikan untuk
Pattern memonitor tidur Klien
Kriteria hasil :
D. CATATAN KEPERAWATAN
DS : Klien mengatakan
mampu melakukan
Jam 13.00 teknik relaksasi apabila
WITA nyeri timbul
c. Meningkatkan istirahat DO : Klien mampu
melakukan tehnik yang
diajarkan
Jam 13.30 DS : Klien mengatakan
WITA tidur siang ± 1 jam dan
d. Mengkolaborasikan dengan tidur malam sebentar
dokter untuk pemberian saja, kadang kadang dari
Ceftriaxon 1 x 2.000 mg jam 12 sampai subuh.
Omeprazole 2 x 20 mg DO : Klien nampak
Ketorolac 2 x 30 mg lemas
DS : Klien mengatakan
mau minum obat /
diinjeksi sesuai resep
dokter
DO : Jenis obat yang
diberikan:
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tg Diagnosa Evaluasi
l
Kamis,
01 Nyeri S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri bagian
Maret berhubungan abdomen kuadran bawah.
2021 dengan proses P : Saat bergerak
penyakit Q : Terus - Menerus
R : Di abdomen (kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul secara tiba-tiba
O : Klien tampak memegang perutnya dan wajah meringis.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
LAPORAN PENDAHULUAN
MELENA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. Penyebab
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan
tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
3. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
4. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol.
C. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah
episode perdarahan tunggal
Pathway :
Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C
Perdarahan dilambung
DEFISIT VOLUME CAIRAN
GANGGUAN ANSIETAS
Plasma darah PEMENUHAN
menurun KEBUTUHAN
NUTRISI KURANG DEFISIENSI /
DARI KEBUTUHAN KURANG
RISIKO SYOK
(HIPOVOLEMIK)
TUBUH PENGETAHUAN
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
1. Gelisah
2. Demam Ringan (38-39 C)
3. Nafsu makan berkurang
4. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5. Nyeri perut
6. Rasa kembung
7. Tonus otot dan turgor kulit berkurang
8. Selaput lendir dan bibir kering
9. Hiperperistaltik
10. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam
11. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah
oleh bakteri usus.
E. Pemeriksaan
1. Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
2. Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt,
peningkatan leukosit)
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum
dan laktat.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
b. Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada atau tidaknya varises.
c. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat
asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik
dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis
berhenti.
d. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
e. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang
diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas meliputi :
1. Tirah baring.
2. Diit makanan lunak
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
5. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
7. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan
8. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
9. Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal
10. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom
(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
11. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini
dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
ASUHAN KEPERAWATAN
MELENA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut dan BAB hitam
F. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Tn.Sahabuddin No. Lab : 2104050027 No. RM :
Tgl. Lahir/Umur : 31-12-1964 / 56 Thn Tanggal : 5 April 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Dokter :
Ruangan : IGD Tgl.Sampling : 05-04-2021 09:46
Alamat : Tgl.Selesai : 05-04-2021 11:31
G. TERAPI
Inj. Pantaz 1 fik / 6 jam / iv
Sucraifat Syrup 3x1 sdm
Inj. Furosemide IA /iv TD >100
Inj. Dexa IA /iv (Kalau sesak)
DD Icc/im (kalau gatal)
A. ANALISA DATA
Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
P: inflamasi saluran
pencernaan
Q: cekot-cekot
R: kiri bawah
S: 8(010)
T: saat bergerak
Do: pasien tampak
memegangai bagian yang
sakit, pasien tampak
kesakitan, pasien berhati-
hati dalam bergerak,
terdapat asites di perut,
ttv (TD: 110/80mmHg, N:
67x/menit, S: 36,4 Cͦ , RR:
20)
Do:
Ketidakseimbangan nutrisi
A: tb=155cm, bb smrs: 51. Ketidakmampuan untuk
kurang dari kebutuhan
Mrs: - mengabsorpsi nutrisi
tubuh
B: hb: 5,6g/dL, GDA: 100
B. PRIORITAS MASALAH
Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan (Nama
Ditemukan Teratasi
Perawat
07-04-2021
Nyeri
1 Nyeri b.d Inflamasi Tuj: setelah 1. Observasi skala 1. Mengkaji skala nyeri
akibat infeksi dilakukan asuhan nyeri (1-5) dan secara
gastrointertinal keperawatan PQRTS berkelanjutan
2. Observasi ekspresi membantu atau
selama 3x24jam
pasien mengevaluasi
diharapkan nyeri 3. Bantu pasien untuk perkembangan
berkurang (1-2) mendapatkan posisi penanganan yan
yang nyaman dan diberikan
k.h: pasien gunkan bantal 2. Untuk mengevaluasi
mampu untuk perkembangan
mengontrol nyeri menyongkong bagia nyeri pasien
dan pasien yang sakit jika 3. Untuk menurunkan
melaporkan nyeri diperlukan spasme otot, untuk
berkurang 4. Anjurkan pasien mendistribusikan
untuk sering kembali tekanan
istirahat tanpa di pada bagian yang
ganggu sakit
5. Ajarkan pasien cara 4. Intuk meningkatkan
menejemen nyeri kesehatan,
non farma kesejahteraan dan
6. Kolaborasi dengan meningkatkan
tim kesehtan lain energi
(dokter) dalam 5. Untuk mengurangi
pemberian obat nyeri dengan
analgesik menurunkan
ketergantungan
obat
6. Untuk pengurangan
nyeri yang adekuat
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Sumber
lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang
terjadi disalah satu bagian tubuhyang seharusnya tidak ada.
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari
bagian muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan
isi hernia. Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan
yang potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan (Townsend, 2010). Menurut kemenkes 2012,
kasus hernia inguinalis dapat dijumpai pada segala usia serta lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibanding pada perempuan.
Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
B. EPIDEMIOLOGI
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia
yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara
pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan
karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia
banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang
penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan
stamin yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit
hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari seluruh hernia abdominal terjadi di
inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah
perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih
sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu
ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
C. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Mengejan
e. Kelemahan dinding abdomen
f. Batuk kronis karena PPOK
g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
h. Trauma atau regangan yang berat
i. Degenerasi sendi intervertebralis
D. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1. Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk, digaris tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang berisi
usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relative lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut,
ketika pertama kali ditemukan.
2. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang dewasa lebih
umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali. Tipe hernia ini
terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat,
distensi ekstrem atau kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup
secara spontan. Pembedahan dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5
tahun.
3. Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan. Hernia
ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang, sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada benjolan di
bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi
menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ
visera abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti funikulus
spermatikus (pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan pada dasar
kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4. Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia
femuralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya
denyut arteri fulmonalis.
5. Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen
yang ekstrem atau obesitas.
6. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap cakram tulang
belakang ada discus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan
usia, terjadi herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciatica). Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal
bawah.
b. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi)akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
herniainguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia Didapat (Akuisita)
Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau pada usia
lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel/reducible
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer =
penjara) yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi .Secara
klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“herniastrangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosisd ari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat
karenanya perlumen dapat pertolongan segera.
F. GEJALA KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak menonjol.
Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan, massa
yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang tidak
terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga
gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang
terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang
diskus,menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi
sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,
penyakit degeneratif,kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan
miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi
spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan
F). Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit
paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari
miogram terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis.
Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum,
yang akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan adanya
hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena memerlukan anestesi
dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk menilai sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi keberadaan hernia inguinalis berulang
pada pasien dengan riwayat perbaikan operasi
H. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : Secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas peningkatan
intraabdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya
penonjolan pada lipat paha.
Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium, dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis
Perkusi : Akan terdengar suara hipertimpani
Auskultasi : Penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan gejala
obstruksi intestinal.
I. TERAPY
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa
kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
1. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
e. Chemonudeolysis
1. Untuk herniasi lumbal.
2. Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan
proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan
subsekuen pada akar saraf.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring,
posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan
sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia
terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau
terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak
menyembuhkan hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis
yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak
pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian
pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan
gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga
gejala memberat dinyatakan aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut
beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan
hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan
post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan
pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih
rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun
kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan
anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.Setiap penderita hernia inguinalis
lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat
mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut :
1. Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2. Hernioplasti.
3. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan utama :
Klien mengatakan perut terasa nyeri dan selangkangan terasa pegal pada
bagian benjolannya. Klien mengatakan agak pusing, tidak merasa mual, dan
tidak muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien datang ke poliklinik bedah pada hari Sabtu 10 April 2021 dan
direncanakan operasi pada hari Senin 12 April 2021. Untuk mempersiapkan
operasi klien dirawat di Rumah Sakit ruang penyakit bedah Melati RSUD
Batara Siang tanggal 11 Januari 2010. Saat di ruang persiapan operasi, klien
menyatakan sedikit takut dan klien nampak tegang. Klien juga mengajukan
beberapa pertanyaan tentang bagaimana proses operasi yang akan dijalaninya.
Saat selesai dilakukan operasi, klien keluar dalam keadaan sadar dan tidak
nampak takut. Namun ada sedikit rasa tidak nyaman pada bagian bekas luka
operasi.
3. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, klien tidak menderita hipertensi
dan asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dll.
i. POLA KEBIASAAN
a. Aspek Fisik-Biologis
1. Pola nutrisi
a) Sebelum sakit : Klien makan tiga kali sehari,dengan nasi, sayur dan lauk.
Klien minum air putih 5 – 6 gelas setiap hari.
b) Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk.
Klien minum 4 – 5 kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah sejak
tanggal 12 Januari 2010 klien belum makan atau minum, klien puasa
untuk menghadapi operasi yang akan dilakukan.
2. Pola eliminasi
a) Sebelum sakit : Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien
BAK 6 – 10 kali sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan
tidak ada keluhan.
b) Selama sakit : Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien
BAK 6- 10 kali sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak
ada keluhan. Selama di rawat di rumah sakit klien belum BAB.
3. Pola aktivitas, istirahat dan tidur
a) Sebelum sakit : Klien setiap hari bekerja sebagai wiraswasta untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Klien mengatakan biasa tidur selama 7 – 8
jam. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang dan biasa memulai
tidurnya mulai pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB. Klien mengatakan biasa
beristirahat di sela – sela pekerjaannya.
b) Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta
semenjak sakit karena harus dirawat di Rumah Sakit dan akan dilakukan
operasi. Pola aktivitas klien terganggu dan klien harus beristirahat di
tempat tidur selama dirawat dan BAK di tempat tidur karena telah
terpasang kateter. Klien mengatakan biasa tidur selama 4 – 5 jam saat
dirawat karena tidak familier dengan keadaan sekitarnya.
ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan
sakit pada bekas operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada
bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
Terdapat luka insisi bedah
Ds :
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan
sakit pada bekas operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada
bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
Terdapat luka insisi bedah
Ds :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan
RENCANA KEPERAWATAN
CATATAN KEPERAWATAN
14 April 2021
Pukul 10.05 14. April 2021
Mengajarkan teknik Pukul 10.05
distraksi; nafas dalam
S : klien mengatakan
untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang
O : wajah klien tenang
A : tujuan tercapai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Ajrkan teknik nafas
dalam
Resiko infeksi 14 April 2021 14 April 2021
berhubungan dengan
Pukul 10.10 Pukul 10.10
prosedur invasive
ditandai dengan Menjelaskan pada klien S:-
Do : tentang tanda-tanda O : klien terpasang infus,
a. Klien terpasang infuse infeksi. terdapat luka bekas
RL jahitan di inguinal
b. Terdapat luka insisi lateralis sinistra
bedah A : masalah belum
Ds : - teratasi
P : lanjutkan intervensi
Anjurkan klien untuk
menjaga kebersihan
daerah luka
Keperawatan Gawat Darurat
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGERTIAN
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.Strukturnya
seperti bagian usus lainnya.Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
B. KLASIFIKASI
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah: radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi
dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2. Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis ini
memperberat iskemia dan edema pada apendiks.Mikroorganisme yang ada di usus
besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga
serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,
nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan
pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan
tanda-tanda peritonitis umum.
3. Apendisitis Kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat
: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah
apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis
kronik antara 1-5 persen.
4. Apendisitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
patologi menunjukan peradangan akut.Kelainan ini terjadi bila serangn
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut.Resiko untuk
terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen.Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering
penderita datang dalam serangan akut.
5. Molekul apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan
fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun
jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa
menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut
kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat
bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah
apendiktomi.
6. Tumor apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi
regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup
yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
7. Karsinoid apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas
spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom
karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas
karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus
tumor karsinoid perut.Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan
gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan
residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal.Bila spesimen
patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor,
dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.
C. ETIOLOGI
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada
lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping
hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit),
tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll)
juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces
dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi
media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces
manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli,
inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus
buntu. (Anonim,2008)
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kuadran bawah
b. Demam ringan
c. Mual-muntah
d. Hilangnya nafsu makan
e. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan
bawah
h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
i. Kondisi pasien memburuk
Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di
daerah lumbar,bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya
pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada
dekat rectum, nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat
dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus
kanan dapat terjadi.
E. KOMPLIKASI
• Perforasi apendiks
• Infeksi luka
• Abses intraabdomen ( pelvis,fosa iliaka kanan,subfrenikus )
• Perlekatan
• Piemia porta
F. FATOPISIOLOGI
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang
terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah
akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum
dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau
menghilang.
Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).
ASUHAN KEPERAWATAN
APENDISITIS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
1.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Nn. B
No. RM : 0193114
Tanggal lahir : 4 Desember 1998
Umur : 13 tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. MATAHARI
2. PEMERIKSAAN FISIK
Sebelum dilakukan operasi
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
GCS E 4, M 5, V 6 = 15
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,4 ºC
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan di RR
1. Kepala
a) Inspeksi
Rambut bewarna hitam panjang, rambut kelihatan bersih, tidak ada ketombe dan tidak
ada kutu, rambut tidak berminyak.
b) Palpasi
Tidak ada lesi dan edema, tekstur lembut.
2. Mata
a) Inspeksi
Posisi mata simetris, konjungtiva pucat, tidak ada secret, warna sclera putih, , tidak
menggunakan alat bantu kaca mata ataupun soft lensa
b) Palpasi
Edema tidak ada.
3. Hidung
a) Inspeksi
Bentuk simetris.
b) Palpasi
Tidak ada nodul atau masa .
4. Mulut dan Tenggorokan
a) Inspeksi
Warna bibir merah, bibir tidak kering, bibir tidak pecah.
5. Telinga
a) Inspeksi
Bentuk telinga simetris, tidak adanya serumen, tidak ada edema, tidak adanya lesi,
kondisi bersih.
6. Wajah dan Leher
a) Inspeksi
Wajah berbentuk simetris, tidak ada lesi maupun edema, tidak ada benjolan pada
leher,
b) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada leher dan vena jugularis.
7. Dada
a) Inspeksi
Pernafasan teratur,ekspansi dadasimetris, tidak ada lesi, payudara simetrisdan
kelihatan simetris.
b) Palpasi
Tidak ada pembekakan pada payudara.
8. Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk simetris, adanya bekas luka operasi pada bagian pusat, abdomen bawah
sebelah kiri dan sebelah kanan
10. Ekstremitas
a) Inspeksi
Jumlah jari-jari tangan dan kaki sama, tidak ada fraktur, lesi tidak ada, tidak ada
odema dan tidak ada pembekakan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal
Hemoglobin 9,8 g/dl 11-15
LED 30 mm /1 jam <20mm/1 jam
Lekosit 8,390/ul 5000 - 11.000
Hitung jenis
Basofil 0,2% 0-1
Eosinofil 0,4 % 1-3
Batang -
Segmen 63,7 % 50-70
Limfosit 25,7 % 20-40
Monosit 10,0 % 2-10
Hematokrit pcv 30,5 vol % 37-43
Trombosit 399,000 /ul 150.000-500.000
Eritrosit 4,33 juta/ul 4-5
Nilai eritrosit (MCV,
MCH, MCHC)
Ver (MCV) 70,4 fl 82-92
Her (MCH) 22,6 pg 27-31
Kher (MCHC) 32,0 g/dl 32-36
Hemostasis
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : - Pemajanan tubuh Resiko
Do : dan jaringan perubahan
Terpasang internal terhadap suhu
pendingin ruangan lingkungan tubuh
AC ↓ :hipotermi
Pemajan tubuh dan Paparan suhu
jaringan interval yang dingin
terhadap ↓
lingkungan di Resiko perubahan
dalam ruang suhu tubuh
operasi
Pengaruh obat-
obatan anastesi
2 Ds : - Proses Resiko
Do : pembedahan infeksi
Dilakukanya
prosedur
pembedahan Luka
laparaskopi pada pada
area daerah abdomen
abdomen/prosedur
invasive
Terpajan
lingkungan diruang
Masuknya
operasi
organism
kedalam jaringan
tubuh
Mikroorganisme
berkembang
dalam jaringan
tubuh
Resiko
infeksi
3 Ds : - Prosedur Resiko
Do : pembedahan perubahan
- Penggunaan ↓ pola nafas
obat – obatan Penggunaan obat tidak efektif
anastesi – obatan anastesi
Sedacum ( 10.30 ↓
WIB ) Resiko perubahan
Fentanyl ( 10.30 pola nafas
WIB )
Recofol ( 10.30
WIB )
reculax( 10.30 WIB
)
keterrogen ( 10.30
WIB)
farmadol( 11.00
WIB)
Jam
11.15 WIB
R : 23 x / menit
Jam 11.30 WIB
R : 22 x / menit
Jam 11.45 WIB
R : 20 x / menit
3. Kehilangan
panas dapat
3. Sediaka terjadi waktu
n kulit(misalnya
selimut tungkai, lengan
penghan kepala)
gat dipajankan pada
lingkungan yang
dingin
4.Penghangatan/pe
ndinginan yang
terus menerus
4. Pantau yang
TTV melembabkan
melalui inhalasi anastesi
fase digunakan untuk
intra mempertahankan
operatif kelembapan dan
keseimbangan
suhu tubuh
3. Pertaha Intervensi
nkan kolaborasi
jalan 1. Dilakukan untuk
napas meningkatkan
dengan dan
memirin memaksimalkan
gkan pengambilan
kepala, oksigen.
hipereks
tensi
rahang.
Interven
si
kolabor
asi
1. Berikan
tambaha
n
oksigen
bila
diperluk
an
4. Resiko Setelah dilakukan Interven Intervensi mandiri
cedera tindakankeperawatan res si 1. Benda-benda yang
b.d ikocedera tidak terjadi mandiri terbuat dari
pemaja Dengan kriteria hasil : 1. Lepaska logam akan
nan Tmengidentifikasi faktor- n berkonduksi
peralat faktor resiko cedera perhiasa dengan alat-alat
an dan individu n pada elektrik dan
instrum praoper membahayakan
ent, asi tubuh terhadap
penggu pemakaian
naan elektrokauter
obat
anastes 2. Memastikan
i pasien dan
prosedur yang
tepat
2. Periksa
identitas
klien,
pastikan3. Meja di ruang
secara operasi dan
verbal papan lengan
nama, sangat sempit
dan dan pasien
nama ataupun lengan
dokter. dan kaki dapat
terjatuh yang
3. Amank akan
an menyebabkan
pasien perlukaan
dimaja
operasi
dengan
sabuk
pengam
an pada
paha
sesuai
indikasi
CATATAN KEPERAWATAN
TANGGA JAM NO. IMPLEMENTASI & RESPON/HSIL
L DX
Intervensi kolaborasi
Memberikan tambahan oksigen bila
diperlukan
Hasil : telah diberikan oksigen melalui simple
mask
CATATAN PERKEMBANGAN
Jam 11.45 WIB
R : 20 x / menit
LAPORAN PENDAHULUAN
KELOID
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
Keloid, sebaliknya, mungkin mulai beberapa saat setelah cedera dan melampaui situs
luka. Kecenderungan ini untuk bermigrasi ke daerah sekitarnya yang tidak terluka untuk
memulai dengan membedakan keloid dari bekas luka hipertrofik. Keloid biasanya muncul
setelah operasi atau cedera, tetapi mereka juga dapat muncul secara spontan atau sebagai
hasil dari beberapa peradangan ringan, seperti jerawat, jerawat di dada (bahkan salah satu
yang tidak tergores atau jejas). Luka ringan lain yang dapat memicu keloid yaitu luka
bakar dan tindikan.
Keloid tegas, kenyal lesi atau mengkilat, berserat nodul , dan dapat bervariasi dari pink ke
daging berwarna atau merah kecoklatan. Seorang bekas luka keloid yang jinak , tidak
menular, dan kadang-kadang disertai dengan gatal parah dan rasa sakit dan perubahan
tekstur. Pada kasus yang parah, dapat mempengaruhi gerakan kulit.
D. Penyebab
Dokter tidak mengerti persis mengapa bentuk keloid pada orang tertentu atau situasi dan
tidak sama pada masing - masing orang. Perubahan sinyal seluler yang mengontrol
pertumbuhan dan proliferasi mungkin berhubungan dengan proses pembentukan keloid,
namun perubahan ini belum ditandai secara ilmiah.
Keloid dapat berkembang setelah luka ringan yang terjadi dengan menusuk tubuh. Karena
dokter tidak memahami alasan yang tepat mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap
keloid berkembang, adalah mustahil untuk memprediksi apakah menusuk akan mengarah
pada pembentukan keloid. Meskipun ada beberapa keluarga yang tampaknya rentan
terhadap keloid membentuk, untuk sebagian besar, tidak mungkin untuk mengatakan
siapa yang akan mengembangkan sebuah keloid. Satu orang mungkin, misalnya,
mengembangkan keloid di salah satu daun telinga setelah menusuk dan bukan yang lain.
Masuk akal, namun, bagi seseorang yang telah membentuk satu keloid untuk menghindari
operasi elektif atau menusuk, terutama di daerah rawan tubuh jaringan parut.
E. Pencegahan
Cara terbaik pencegahan keloid tidak hanya dengan satu cara. Seseorang yang memiliki
keloid tidak harus menjalani operasi kulit elektif maupun prosedur seperti menusuk.
Ketika mengalami keloid, pencegahan sangat penting, karena perawatan saat ini sering
tidak sepenuhnya berhasil dan tidak dapat bekerja sama sekali.
Keloid terjadi paling sering di dada, punggung, bahu, dan telinga. Mereka jarang
berkembang di wajah (dengan pengecualian rahang).
G. Penatalaksanaan
Suntikan Kortison (steroid intralesi): Ini aman dan tidak terlalu menyakitkan.
Suntikan biasanya diberikan sekali per bulan sampai keuntungan maksimal diperoleh
Pembedahan : Ini adalah berisiko, karena memotong keloid bisa memicu
pembentukan keloid yang sama atau bahkan lebih besar Beberapa ahli bedah
mencapai keberhasilan dengan menyuntikkan steroid atau menerapkan dressing
tekanan ke situs luka setelah memotong keloid.
Laser berdenyut bisa efektif pada perataan keloid dan membuat mereka terlihat
kurang merah. Perawatan ini aman dan tidak sangat menyakitkan, tapi beberapa sesi
pengobatan mungkin diperlukan
Lembaran silikon: ini melibatkan memakai selembar silikon gel pada daerah yang
terkena selama beberapa jam sehari selama beberapa minggu atau bulan, yang sulit
untuk mempertahankan. Beberapa dokter mengklaim sukses serupa dengan perban
kompresi yang terbuat dari bahan selain silikon.
Cryotherapy : Pembekuan keloid dengan nitrogen cair dapat meratakan mereka tetapi
sering menggelapkan tempat pengobatan.
Interferon : interferon adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh
yang membantu melawan virus, bakteri, dan tantangan lainnya.
Fluorouracil : Suntikan ini kemoterapi agen, sendiri atau bersama-sama dengan
steroid, telah digunakan juga untuk pengobatan keloid.
Radiasi : Beberapa dokter telah melaporkan dan efektif penggunaan yang aman
radiasi untuk mengobati keloid.
ASUHAN KEPERAWATAN
KELOID
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Tempat tinggal : Bonto Perak
No. Reg / Med. Rec : 0001041009 / 11 02 0219
Tanggal MRS : 04 Mei 2021
Tanggal pengkajian : 06 Mei 2021
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama saat MRS
Keloid didada dan lengan kiri yang terasa gatal
b. Minum
- Jenis Air putih, kadang the Air putih, susu,
kadang the
- Jumla 1 gelas belimbing 1 gelas belimbing
h 6 – 8 kali sehari 6 – 8 kali sehari
- Frekw
ensi
2 Eliminasi
a. BAK
- Jumlah 200 – 300 cc 200 – 300 cc
- Frekwensi 5 - 6 kali sehari 5 - 6 kali sehari
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
b. BAB
- Frekwensi 1 kali sehari 1 kali sehari
- Warna Kuning Kuning
- Konsistensi Lembek Lembek
3 Personal hygiene
a. Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
b. Keramas 3 hari sekali 3 hari sekali
c. Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
d. Gunting kuku 1 kali seminggu 1 kali selama dirawat
4 Istirahat dan tidur
a. Tidur siang Tidak pernah 1 – 2 jam
b. Tidur malam 6 – 7 jam 6 – 7 jam
5 Aktivitas Klien seorang pedagang Klien hanya
kupat tahu keliling, dari melakukan aktivitas
pagi sampai sore hari. untuk memenuhi
kebutuhan sehari –
hari (mandi, buang air,
makan)
e. Pemeriksaan Fisik
1) System Integumen dan Immunitas
Kulit tampak bersih, tidak ada pigmentasi, terdapat keloid di dada melintang
diantara areola kanan dan kiri dengan ukuran Panjang 35 cm, Lebar 8 cm,
bentuknya tidak beraturan, di lengan kiri diatas siku dengan ukuran Panjang 7
cm, Lebar 7 cm. Suhu tubuh 36 °C, turgor kulit baik.
2) System Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, mukosa
hidung kering, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, ekspansi paru
maksimal, saat perkusi terdengar bunyi resonan, saat auskultasi tidak
terdengar bunyi ronchi dan wheezing, tidak ada nyeri tekan di dada, respirasi
24 kali/menit.
3) System Kardiovaskuler
Kongjungtiva merah muda, kuku tampak agak merah, akral perifer teraba
hangat, tidak ditemukan peningkatan vena jugularis, clubbing finger tidak ada,
CRT < 3 detik, pulsasi nadi kuat, irama nadi teratur, denyut nadi 88 kali/menit,
TD : 130/80, saat perkusi terdengar suara dullnes, bunyi jantung tamabahan
tidak ada, bunyi jantung gallop tidak ada, murmur tidak ada.
4) System Pencernaan
Bentuk mulut simetris, bibir agak merah muda, mukosa mulut lembab, lidah
tampak merah muda, letak tonsil simetris, susunan gigi lengkap abdomen
datar, bising usus 5 kali permenit, BB 96 kg, nyeri tekan hepar dan gaster
tidak ada.
5) System Persarafan
Keadaan umun Baik, kesadaran compos mentis, GCS : E4, M6, V5, reflek pupil
terhadap cahaya positif, isokor, tidak ada strabismus, klien mampu
menggerakkan lidah, rahang, leher, tangan, dan kaki sesuai perintah, klien
mampu merasakan sensasi halus dan kasar, tumpul dan tajam.
6) System Endokrin
Palpebrae tidak edema, tidak ada exoptalmus, pada telinga chovstek sign
negative, leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, ekstremitas atas
tidak tremor ketika diletakkan kertas diatas tangan kanan dan kiri, akral teraba
hangat, kuku tidak tebal.
7) System Genitourinasi
Tidak ada kelainan, tidak ada riwayat penyakit ginjal atau saluran kemih, tidak
terpasang kateter,
8) Sietem Muskuloskeletal
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, lingkar lengan atas kanan dan
kiri adalah 30 cm, kekuatan mampu melawan kekuatan penuh, rentang gerak
maksimal karena tidak ada kelemahan, tidak terpasang infus, drain, selang
oksigen ataupun NGT.
2) Kecemasan
Klien mengatakan cemas memikirkan operasi yang akan dilaluinya
3) Pola koping
Klien mengatakan akan menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakitnya
walaupun klien tahu kemungkinan penyakitnya akan timbul lagi.
4) Gaya komunikasi
Bicara klien lancar, suara jelas, terbuka dengan perawat, dialek khas sunda,
klien bisa berbahasa Indonesia.
5) Konsep diri
Klien mengatakan penyakitnya mengganggu penampilannya. Selama dirawat
klien tidak bisa mencari nafkah (jualan kupat tahu keliling) Klien mengatakan
tidak merasa rendah diri walaupun ada bekas luka operasi didada dan
lengannya. Klien mau dioperasi untuk menghilangkan penyakitnya demi anak
– anaknya yang merasa malu karena orang lain menganggap ayahnya seorang
preman atau penjahat, karena keloid yang didada dan lengan kiri atasnya
dikira bekas tato. Peran diri klien sebagai kepala rumah tangga terganggu
karena tidak bisa mencari nafkah karena sedang dirawat.
g. Data Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan anggota keluarga, teman sekamar dan tenaga
kesehatan lainnya. Interaksi klien dengan masyarakat baik terbukti dengan
tetangga – tetangga yang bezuk.
h. Data Spiritual
1) Keyakinan hidup
Klien beragama islam, sering berdoa untuk kesembuhan penyakitnya
2) Optimisme terhadap kesembuhan penyakit
Klien bisa menerima penyakitnya dan optimis penyakitnya bisa disembuhkan,
walaupun tidak bisa sembuh seperti sediakala
Data objektif
- Ada keloid didada klien dengan
ukuran panjang 35 cm, lebar 8 cm,
bentuknya tidak beraturan, dan
dilengan kiri diatas siku dengan
ukuran Panjang 7 cm, Lebar 7 cm.
- Klien sering memakai baju lengan
panjang
1. Diagnosa Keperawatan
N TANGGAL DITEMUKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA PERAWAT PARAF
O
1 Cemas berhubungan dengan tindakan 06 Mei 2021
operasi yang akan dilakukan
B. PERENCANAAN
N DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Cemas berhubungan Tujuan jangka panjang: 1. Kaji rasa cemas 1. Mengetahui sejauh
dengan tindakan operasi Cemas teratasi klien mana rasa cemas
yang akan dilakukan, yang dimiliki klien
ditandai dengan : Tujuan jangka pendek: agar membantu
Data subjektif Setelah dilakukan dalam pembuatan
- Klien mengatakan tindakan keperawatan intervensi
selalu memikirkan dalam 2 hari selanjutnya
tentang operasinya. diharapkan tidak terjadi
cemas dengan kriteria 2. Berikan 2. Dapat memotivasi
Data objektif evaluasi : kesempaatan klien klien untuk
- Ekspresi wajah - Klien mengatakan untuk mempertahankan
klien tampak cemas tidak selalu mengungkapkan rasa kondisi fisiknya.
- Klien sering memikirkan cemasnya
bertanya kepada tentang operasinya
perawat kapan akan - Ekspersi wajah 3. Observasi tingkah 3. Untuk mengetahui
dioperasi tampak tenang laku yang hal – hal apa saja
- Klien terlihat sering - Klien tidak menjukkan tingkat yang dapat
melamun melamun lagi kecemasan meningkatkan
- Tekanan darah : - Tekanan darah : terjadinya
130/80 kali 120/80 kali kecemasan
permenit permenit
Nadi : 88 kali Nadi : 80 kali 4. Monitor tanda – 4. Mengetahui dan
permenit permenit tanda vital (tekanan memebrikan patokan
Suhu : 36 0C Suhu : 36 0C darah, nadi, suhu dan dasar perbandingan /
Respirasi : 24 kali Respirasi : 20 kali respirasi pengenalan terhadap
permenit permenit temuan abnormal
2 Gangguan konsep diri Tujuan jangka panjang: 1. Kaji respon verbal 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan Gangguan konsep diri dan nonverbal masalah apa yang
adanya multiple keloid, dapat diatasi klien tentang tubuh dihadapi klien
ditandai dengan : klien terkait kondisi
Data subjektif Tujuan jangka pendek: fisiknya agar dapat
- Klien mengatakan Setelah dilakukan membantu
penyakitnya tindakan keperawatan mengatasinya.
mengganggu dalam 2 hari
penampilannya. diharapkan tidak terjadi 2. Tentukan harapan 2. Agar dapat
- Klien mengatakan gangguan konsep diri pasien tentang meningkatkan
anaknya merasa dengan kriteria gambaran diri proses
malu karena orang evaluasi: klien. penyembuhan
lain menganggap - Klien bisa klien
ayahnya seorang menerima
preman atau penyakitnya dan 3. Tanyakan dan 3. Mengetahui
penjahat, karena mengatakan tentukan apakah apakah
keloid yang didada penyakitnya tidak perubahan fisik keadaannya ini
dan lengan kiri mengganggu saat ini telah berpengaruh dalam
atasnya dikira bekas penampilannya dikaitkan ke dalam memenuhi
tato. - Setelah dilakukan citra tubuh klien. kebutuhan
operasi keloid aktivitasnya
Data objektif tidak ada lagi
- Ada keloid didada 4. Berikan perawatan 4. Menjaga privasi
klien dengan ukuran dengan cara dan martabat klien
panjang 35 cm, menjaga privasi dapat membantu
lebar 8 cm, dan martabat klien psikologis klien
bentuknya tidak sehingga
beraturan, dan mempermudah
dilengan kiri diatas penyembuhan
siku dengan ukuran penyakit klien.
Panjang 7 cm, Lebar
7 cm.
- Klien sering
memakai baju
lengan panjang
C. PELAKSANAAN
TANGGAL /
TINDAKAN DP PARAF
JAM
07 mei 2021 Mengkaji rasa cemas klien 1
11.00 Hasil : klien cemas ringan
11.05 Mengkaji respon verbal dan nonverbal klien 2
tentang tubuh klien
Hasil :
Klien mengatakan penyakitnya mengganggu
penampilannya. Klien berobat demi anak –
anaknya yang merasa malu karena orang lain
menganggap ayahnya seorang preman atau
penjahat, karena keloid yang didada dan
lengan kiri atasnya dikira bekas tato. Peran
diri klien sebagai kepala rumah tangga
terganggu karena tidak bisa mencari nafkah
karena sedang dirawat.
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERGLEKEMIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. DEFINISI
Hiperglikemi merupakan keaadaan dimana kadar glukosa darah yang tinggi dari
rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml darah (Elizabeth J.Corwin, 2009).
Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stres, infeksi, dan konsumsi obat-
obatan tertentu. (Saraswati, silvia.2009) Hiperglikemia didefinisikan sebagai
kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100
ml darah (Sujono & Sukarmin, 2008)
B. ETIOLOGI
1) Defisiensi Insulin, seperti yang dijumpai pada DM tipe 1
2) Penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti yang dijumpai pada DM
tipe II karena adanya penyebab obesitas, kurangnya aktifitas fisik
3) Stres kronis Respon terhadap stres mencakup aktivasi sistem saraf simpatis
dan pelepasan hormon pertumbuhan (tyroid), katekolamin epinefrin dan
norepinefrin dari kelenjar adrenal yang selanjutnya akan merangsang peningkatan
pemecahan simpanan glukosa di hepar dan otot rangka.
4) Hipertiroid Hormon-hormon tersebut menstimulasi pelepasan insulin yang
berlebihan oleh sel-sel pankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel
terhadap insulin
5) Autoimun Autoimun menyebabkan kerusakan sel-sel beta pankreas yang
berakibat defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan retensi terhadap
kerja insulin.
6) Alkoholisme Dianggap menambah resiko terjadinya kerusakan sel-sel beta
pada pankreas.
B. MANIFESTASI KLINIS
1. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula darah
puasa melebihi 126 mg/dl.
2. Poliuria (banyak dan sering kencing)
3. Polipagia (banyak makan)
4. Polidipsi (banyak minum)
5. Kelemahan tubuh, lesu cepat lelah tidak bertenaga
6. Berat badan menurun
7. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
8. Infeksi saluran kencing 9. glukosuria 10. Infeksi yang sukar sembuh (ADA,
2009)
C. PATOFISIOLOGI
Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah
tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar. Dalam keadaan
normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan terganggu, glukosa tidak dapat
masuk ke sel sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein
dan lemak. Lipolisis bertambah dan lipogenesis terhambat, akibatnya dalam
jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang penting pada siklus asam
sitrat dan prekusor utama dari lipid dan steroid, terbentuk dengan cara
menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama oksidasi karbohidrat, asam
lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini akan banyak diubah menjadi
zat keton karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s
Cycle). Zat keton sebenarnya merupakan sumber energi yang berguna
terutama pada saat puasa. Metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat,
karena jumlahnya yang terbentuk lebih banyak daripada yang dimetabolisme.
Keadaan ini disebut ketoasidosis yang ditandai dengan nafas yang cepat dan
dalam disertai adanya bau aseton (Tjay, 2007).
D. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100 mg%.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
2. Komplikasi kronik
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskuler perifer dan vaskuler serebral
b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati), dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun
makrovaskuler
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik (Mansjoer dkk, 2007)
E. PENATALAKSANAAN
Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
Dengan rumus 3 – 2 – 1
Hipoglikemi:
Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah. Koma
hipoglikemi:
Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat
diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 – 50 mg atau
injeksi glukagon 1 mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10%
dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.
Keperawatan Gawat Darurat
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERGLEKEMIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S Tgl MRS : 20 April 2021
Umur : 52 th Jam masuk : 13.00
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Balocci
No.Reg :
Dx Medis : DM tipe I + Hiperglikemia
IV. Terapi
- IVFD NS 20 tpm
- Injeksi iv : omeprazole 1 x 40 mg
- Injeksi iv : ondansentron 1 x 8 mg
- Injeksi iv : novaldo 3 x 1 gr
- Injeksi sc : levemir 0-0-28 iucc
- Injeksi sc : novorapid 24-24-24 iucc
ANALISA DATA
DO :
DO :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen diabetic
INTERVENSI
No NOC NIC
5 Hemoglobin 5
glukosa dalam
batas normal
Tgl/ Tgl/
Implementasi Evaluasi
Jam Jam
P:
Keperawatan Jiwa
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ANSIETAS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGERTIAN
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang sfesifik. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan sundeen, 1990, hal 75).
Tingkatan ansietas (peplau, 1963) terdiri atas:
1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi dan menghasilkan kreativitas.
2. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan sfesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari
orang yang mengalami panik, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan
dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian.
B. PENYEBAB
Menurut riyardi tahun 2013, terdapat berbagai teori yang dikembangkan untuk
menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1. Psikoanalitik yang dikemukakan Sigmund freud , ansietas merupaka
konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Pandangan interpersonal yang dikemukakan Sullivan ansietas timbul dari
perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan intrerpersonal.
Hal ini berhubungan dengan trauma perkembangan seperti perpisahan, dan
kehilangan yang menimbulkan indiviud tak berdaya. Harga diri rendah
mudah mengalami ansietas berat
3. Pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Misal pada infivisu yang masa kecil dihadapkan ketakutan
yang berlebihan akan menyebabkan anseitas berat pada dewasa. Hal ini
merupakan hubungan antara konflik dan ansietas dimana konflik
menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya
pada akhirnya meningkatkan konflik yang dirasakan.
4. Kajian keluarga menunjukan bahwa ansietas merupakan hal yang biasanya
terjadi dalam satu keluarga
5. Kajian biologis, Gangguan fisik yang akan menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasistresor. Hal ini dibuktikan dengan
keseimbangan reseptor otak yaitu benzodiazepines dan aminobutirat gama
neuroregulator (GABA)
6. Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.( Riyardi, sujono
2013 )
D. TINGKATAN
Empat level tingkat kecemasan antara lain : kecemasan ringan, kecemasan sedang,
kecemasan berat, dan panic ( stuart & laraia, 2005)
1. Mild anxiety (kecemasan ringan)
Merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama
hidup. Pada level ini, seseorang akan merasa waspada dan pandangan perseptual
orang tersebut meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat, mendengar dan
merasakan. Level kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan
membuat seseorang menjadi dewasa dan kreatif.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, dapat
belajar dengan baik, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Moderate anxiety (kecemasan sedang)
Pada level ini seseorang hanya focus pada urusan yang akan dilakukan
dengan segera termasuk mempersempit pandangan perseptual sehingga apa yang
dilihat, didengar dan diraskaan menjadi lebih sempit. Pada level ini seseorang
akan focus pada sumber kecemasan yang dihadapi mulai membuat perencanaan
tetapi dia masih dapt melakukan hal lain jika menginginkan untuk melakukan hal
lain tersebut.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara
cepat dengan volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
3. Severe anxiety (kecemasan berat)
Ditandai dengan pengurangan signifikan pada pandangan konseptual.
Seseorang yang dia rasakan dan tidak berpikir lagi tentang hal lain. Semua
perilaku yang muncul kemudian bertujuan untuk mengurangi kecemasan.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit
kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak
dapat belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, munculnya keinginan
tinggi untuk menghilangkan kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan
disorientasi.
4. Panik
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan terror luar biasa karena
mengalami kehilangan kendali terhadap dirinya. Orang yang mengalami panic
tidak mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala
yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon, terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, megalami halusinasi dan delusi.
Keperawatan Jiwa
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ANSIETAS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Nama : Tn.N
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Status marital : Belum menikah
No.CM : 013356
Diagnosa Medis : Ansietas
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian : 30 April 2021
Alamat : Jl. Palampang
b. Alasan masuk
Menurut penuturan klien dan keluarga, + 3 bulan sebelum masuk klien merasa
tidak dapat berkonsentrasi dan selalu merasa gelisah,sukar tidur,dan tidak ada
nafsu makan.Karena keluarganya merasa khawatir,klien di bawa ke rumah sakit
dan setelah di periksa,,klien harus di rawat, dan akhirnya klien di rawat.
c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Riwayat Penyakit Jiwa Terdahulu
Menurut penuturan keluarga kllien,klien tidak pernah menderita Penyakit
jiwa apapun
2. Pengobatan sebelumnya
Klien tidak pernah berobat kemanapun karena klien baru mengalami
Penyakit tersebut.
3. Kekerasan dalam keluarga
4. Menurut penuturann klien,kien belum pernah mengalami penganiayaan
fisik dalam keluarga.
5. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Menurut penuturan keluarga klien,tidak ada yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Menurut penuturan klien,pada waktu kuliah klien merasa berat dengan
beban mata kuliahnya yang menurutnya sangat sulit.Dia terus berusaha
tetapi hasilnya negatif sehingga klien merasa cemas bila tidak menjadi
yang nomor satu dikelasnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Pols : 100 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 36 x/mnt
b. Keluhan Fisik
Klien mengatakan baahwa ia sekarang tiidak merasa sakit pad fisiknya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Menurut penuturan klien,dia menyukai bentuk tubuhnya tapi tidak ada yang
terlalu dibanggakan.
b. Identitas Diri
Klien dapat menjelaskan identitasnya dengan lengkap sepperti nama,alamat dll.
c. Peran
Klien berpperan sebagai anak sulung dari 2 bersaudara,klien masih belajar di salah
satu universitas terkenal dan klien belum menikah.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin bekerja menjadi seorang dokter.
e. Harga Diri
Klien merasa malu dengan orang tua dan teman-temannya karena kien merasa
tidak mampu mencapai prestasi terbaaik di kampusnya.
Masalah Keperawatan : harga Diri Rendah
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Menurut penuturan klien, orang yang paling berarti dalam hidupnya
Adalah keluarganya.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien suka bergaul dengan teman sebayanya, tapi setelah sakit klien suka
menyendiri, tidak mmau bergaul dan merasa malu dengan orang lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Klien merasa malu dengan keadaanya sehingga klien merasa segan untuk
berinteraksi dengan orang lain, terutama keluarganya.
Masalah Keperawatan : Ggn berhubungan dengan orang lain
3. Spiritual
a.Nilai dan Keyakinan
Klien meganut agama islam dan percaya akan adanya Tuhan .
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan bahwa klien dirumah suka melaksanakan shalat dan saat
dirumah sakit jiwa klien kelihatan suka melaksanakan shalat lima waktu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e.Status Mental
1) Penampilan Diri
Penampilan klien tampak rapi,kulit bersih,dalam melakukan aktivitas sehari-hari
klien tidak harus dimotivasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2) Pembicaraan
Dalam pembicaraan klien dapat berbicara banyak dan lancar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3) Aktifitas Motorik
Klien banyak bergerak tersentak-sentak (meremas-remas tangan)
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4) Alam Perasaan
Pada saat di kaji klien merasa biasa-biasa saja, tapi klien merasa sedih karena
ingin pulang.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5) Afek
Pada saat di kaji afek klien sangat gelisah,tegang,takut dan selalu gugup.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
6)Interaksi Selama Wawancara
Klien berfokus pada satu objek apabila di ajak berkomunikasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7) Perepsi
Menurut penuturan klien,pada waktu sebelum masuk rumah sakit jiwa klien di
rumah selalu gelisah ,susah tidur,tidak dapat berkonsentrasi dantidak ada nafsu
makan,tapi saat di kaji klien sudah tidak merasakannya lagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
8) Isi Fikir
Selama wawancara tidak ditmukan adanya tannda-tanda waham atau keinginan
yang tidak masuk akal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
9) Arus Fikir
Selama wawancara arus pembicaraan klien baik,tidak berbelit-belit baik dalam
perkataannya maupun isi pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10)Tingkat Kesadaran
Klien bisa mengingat kejadian sebelum masuk RSJ, dan klien mampu
menyebutkan hari, jam, tanggal serta tahun saat di wawancara.
11) Memori
Klien dapat mengingat sipa saja yang mengantar klien ke rumah sakit dan kapan
klien datang kerumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12)Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien tidak dapat berkonsentrasi pada saat pertanyaan dan dapat menghitung
penjumlahan yang sederhana.
Masalah keperawatan : Gangguan Konsentrasi
13)Kemampuan Penilaian
Klien dapat membuat penilaian dan mengambil keputusan saat disuruh mencuci
tangan setelah makan dan klien selalu melaksanakan setiap selesai makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
14)Daya Tilik Diri
Klien tidak menyadari kalau dirinya sakit sehingga memerlukan perawatan di RS
Masalah Keperawatan : Ketidakefektipan pelaksanaan resimen terapeutik
ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1. Ds : Menurut penuturan klien, klien merasa Berduka disfungsional
klien cemas
terbaik
orang lain
Terapeutik
Do : Klien gugup dan takut
dibawa ke RS
Do :- Sklera merah
- Konjungtiva pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keperawatan Maternitas
LAPORAN PENDAHULUAN
BBL
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. DEFINISI
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan
2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir
biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu
dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
B. ETIOLOGI
1. His(Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
C. TANDA DAN GEJALA
E. KOMPLIKASI
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
6. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
7. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
Keperawatan Maternitas
ASUHAN KEPERAWATAN
BBL
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )
CI LAHAN CI INSTITUSI
Riwayat Intranatal
Status GPA :
Usia kehamilan : 45 Minggu
Indikasi SC : KPD dan Kala I fase aktif memanjang
Penolong persalinan : Dokter
Tempat persalinan : RSUD Batara Siang
Jenis Persalinan : SC
Ketuban : Jernih
Lama Persalinan : 1 jam 30 menit
Letak Anak : Presentasi kepala
Panjang tali pusat : ± 50 cm
Kelainan : tidak ada
Apgar Score
Pemeriksaan Menit Pertama Menit Kelima Menit Kesepuluh
Denyut Jantung 2 2 2
Pernafasan 2 2 2
Tonus Otot 2 2 2
Refleks 2 2 2
Warna 1 2 2
Jumlah 9 10 10
Iktisar persalinan:
Pukul 14.20 WIB, klien lahir melalui proses insisi abdomen, dengan segera menangis.
BB lahir 3200 gr, PB lahir 47 cm. Suction melalui mulut dan hidung sampai bersih.
Injeksi Neo K diberikan 1 cc dan obat tetes mata masing-masing 1 tetes, tali pusat
ditutup kasa betadine. Bayi kemudian dimasukkan ke dalam inkubator untuk diobservasi.
5. Analisa Data
Data Etiologi Diagnosa
DS: - Bayi baru lahir Resiko hipotermi
DO: ↓ berhubungan dengan
Bayi menggigil, Bayi menangis, Paparan lingkungan ekstra terpapar lingungan
bayi baru lahir, suhu lingkungan uteri ekstra uteri
dingin, Vital sign: HR: 140x/mnt, ↓
0
RR: 38 x/mnt ; S: 36,5 C Resiko hipotermi
DS: - Bayi baru lahir Resiko infeksi
DO: ↓ berhubungan dengan
Bekas luka insisi tali pusat, Pemotongan tali pusat adanya bekas luka
imunitas lemah, Vital sign: HR: ↓ infeksi dan imunitas
140x/mnt, RR: 38 x/mnt ; S: Bekas luka insisi dan yang rendah
36,50C imunitas yang rendah
↓
Resiko infeksi
DS: - Bayi baru lahir Resiko gangguan
DO: ↓ pemenuhan
Bayi baru lahir, ketergantungan Bayi baru lahir, kebutuhan nutrisi
penuh dengan perawatan orang ketergantungan penuh kurang dari
lain, terapi ibu dan bayi yang dengan perawatan orang kebutuhan berhu-
terpisah pasca persalinan, ASI lain, terapi ibu dan bayi bungan dengan intake
belum ada. Vital sign: HR: yang terpisah pasca nutrisi kurang
140x/mnt, RR: 38 x/mnt ; S: persalinan, ASI belum ada adekuat
36,50C ↓
intake nutrisi kurang
adekuat
↓
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
6. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko hipotermi berhubungan dengan terpapar lingungan ekstra uteri
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bekas luka infeksi dan imunitas yang
rendah
c. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi kurang adekuat
7. Intervensi keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Tujuan : 1. Selimuti bayi 1. Memberikan
Setelah dilakukan kehangatan
tindakan keperawatan 2. Berikan pencahayaan 2. Memberikan
1x24 jam tidak terjadi kehangatan
hipotermi pada klien 3. Beri ASI/PASI dalam 3. Mencegah hipotermi
Kriteria Hasil : kondisi hangat
Suhu dalam batas 4. Pantau suhu tubuh 4. Mengetahui
normal (36,5-37,5 0 klien setiap 6 jam perkembangan suhu
C) klien
Bayi tidak menggigil 5. Pantau dan atur suhu 5. Mencegah hipotermi
Bayi tidak menangis ruangan
kedinginan
2 Tujuan : 1. Cuci tangan sebelum 1. Mencegah penularan
Setelah dilakukan dan sesudah melaku- mikroorganisme
tindakan keperawatan kan tindakan
1x24 jam tidak terjadi 2. Monitor TTV setiap 6
infeksi pada klien jam sekali 2. Kenaikan TTV
Kriteria Hasil : pertanda adanya
TTV dalam batas 3. Lakukan perawatan infeksi
normal tali pusat 3. Mencegah infeksi
(N : 100-120x/mnt
S : 36,5-37,5 O C 4. Jaga lingkungan agar
RR : 40-60 x/menit) tetap bersih 4. Mencegah infeksi
Tidak terjadi tanda- 5. Batasi pengunjung
tanda infeksi (rubor, 5. Mencegah penularan
dolor, kalor, tumor, mikroorganisme
fungsi laesa)
3 Tujuan : 1. Fasilitasi kontak ibu 1. Mengurangi kecemasan
Setelah dilakukan dengan bayi seawal bayi dan ibu serta
tindakan keperawatan mungkin (maks 2 jam melatih refleks rooting
1x24 jam asupan nutrisi setelah lahir ) dan menghisap
2. Mengetahui
klien tercukupi.
keadekuatan menghisap
Kriteria Hasil :
pada bayi
Klien dapat menyusui 2. Monitor kemampuan
dengan efektif bayi untuk meng-hisap
3. Melatih refleks
Bayi menandakan setiap bayi menyusu
menghisap
kepuasan menyusu 3. Anjurkan ibu untuk
Susu yang di berikan tidak membatasi bayi
menyusu 4. Bayi sebaiknya
dapat dihabiskan
4. Jelaskan penggunaan diusahakan untuk
menggunakan ASI jika
susu formula hanya
dimungkinkan
jika diperlukan
5. Nutrisi yang adekuat
dari ibu dapat diperoleh
5. Instruksikan ibu untuk bayi melalui ASI
makan makanan
bergizi selama
menyusui