Anda di halaman 1dari 128

Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ABDOMINAL PAIN “

Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Sri Suryanti Said, S.Kep,Ns ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes )

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis.
Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit.
Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten,
yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi
penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit
perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. PATOFISIOLOGI
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis
yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang
dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat.
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini
akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut
besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.
C. ETIOLOGI

1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses
berpilur)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan

b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun

2. Faktor predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis

3. Faktor presipitasi
a. Ligkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri abdomen
2. Mual dan muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap


2. CT scan
3. MRI
4. EKG

F. KOMPLIKASI

1. Gangguan pola istirahat tidur


2. Syok neurogenic

G. PENATALAKSANAAN

1. Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital


2. Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3. Beri rasa aman
4. Sentuhan therapeutic, Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat
mempunyai keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang
sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada
pasien, diharapkan ada transfer energy.
5. Akupressure, Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6. Guided imagery, Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta
konsentrasi dari pasien.
7. Distraksi, Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan),
distraksi intelektual (merangkai puzzle).
8. Anticipatory guidance, Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri.
9. Hipnotis, Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
10. Biofeedback, Terapi pErilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter
terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren
dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

H. PENGKAJIAN FOKUS

1. Pengkajian Berdasarkan PQRST


P (Provoking) : Faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : Kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk. R
(Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : Parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.

a) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi
dan menghindari tekanan nyeri.
b) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu
meningkat.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi.
3. Nyeri berhungangan dengan peningkatan asam lambung.

J. FOKUS INTERVENSI

1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
Intervensi :
1. Kaji output dan input pasien
Rasional : Menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan
2. Motivasi pasien untuk makan
Rasional : Memenuhi kebutuhan makan dan minum pasien
3. Monitor pola cairan
Rasional : Menentukan banyaknya cairan yang hilang/dikeluarkan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Mengetahui obat dan mempercepat proses penyembuhan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


intake asupan gizi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2 X 24 jam klien dapat
terpenuhi kebutuhan nutrisinya
Kriteria Hasil:
a. Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah setiap kali makan.
b. Asupan oral dan absorbsi nutrisi kembali normal seperti semula.
c. Tidak ditemui stomatitis.
d. Klien mengatakan perut sudah tidak sakit apabila dimasuki makanan.
e. Klien merasa lebih nyaman.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien meliputi ABCD dan tanda-tanda vital
Rasional :membantu mengkaji keadaan pasien
b. Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir
Rasional :memantau perubahan berat badan
c. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional :meningkatkan nafsu makan
d. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk diet yang tepat bagi pasien dan dengan
dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional :diet sesuai dengan kebutuhan pasien dan analmietik dapat
mengurangi mual

3. Nyeri berhungangan dengan peningkatan asam lambung


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Nyeri Akut
berhubungan dengan kerusakan jaringan dengan
Kriteria Hasil:
a. Ekpresi wajah pasien rileks
b. Skala nyeri berkurang dari 6 ke 4
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri
Rasional : untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan.
b. Monitor skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien apabila nyeri timbul
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
K. EVALUASI

1. Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari
10 skala yang diberikan.
2. Merasa nyaman dan dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC. Herlman, T. Heather.2012. NANDA
International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

“ ABDOMINAL PAIN “

Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Sri Suryanti Said, S.Kep,Ns) (Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABDOMINAL
PAIN DIRUANGAN PERAWATAN SERUNI RSUD. BATARA SIANG PANGKEP

A. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 29 Maret 2021


Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2021
Ruang : Perawatan Seruni
No RM : 00 15 72 27
Diagnosa Medis : Abdominal Pain
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny.” H “
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 51 Thn
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMP
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bonto Peo Desa. Tamangapa
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 6 Thn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bonto Peo Desa. Tamangapa
Hub. Dengan Klien : Anak Pasien/Klien

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pinggang

2. Riwayat Kesehatan sekarang


Klien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan sejak kemarin. Nyeri
dirasakan secara tiba-tiba, pasien juga mengeluhkan nyeri kepala selama 3 hari. BAK
warna normal tapi kadang terputus-putus. Deman (-), Batuk (-), Sesak
P : Saat bergerak
Q : Terus-Menerus
R : Di abdomen
S : Berat
T : Hilang timbul secara tiba-tiba
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sekarang dirasakan.
Klien juga tidak pernah menjalani operasi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. H dan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular atau
keturunan seperti Hipertensi, DM, atau TBC.

C. PENGKAJIAN DAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan managemen kesehatan.
Keluarga mengatakan / mengkonsepsikan bahwa sehat itu adalah nikmat yang luar
biasa yang harus di syukuri, pada saat sakit seperti ini hendaknya kita harus
bersyukur. Keluarga juga tahu kalau Ny.S mengalami nyeri perut yang hebat sehingga
keluarga membanyanya berobat ke RSUD. BATARA SIANG
2. Pola nutrisi dan metabolik.
Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur –
sayuran, 1 porsi habis dan klien minum ± 1500 cc/hari.
Selama sakit : Klien makan bubur dan hanya makan sedikit saja, kadang hanya
habis ½ porsi.
3. Pola eliminasi.
Sebelum sakit : Klien BAB kadang – kadang 2x sehari, BAB klien tidak ada lendir
maupun darah warna kuning kecoklatan. Klien sebelumnya BAK 3 –
4 kali sehari dengan warna kuning jernih, bau khas.
Selama sakit : Klien selama sakit BAK selama sehari yaitu 2x sekitar ± 200 cc
dengan kondisi warna kuning dan BAB selama sehari yaitu 2x.
4. Pola aktivitas dan kebersihan diri.
Sebelum sakit : Klien dapat menjalankan aktivitas sehari – hari seperti berjalan,
memasak dan melakukan aktivitas tersebut secara mandiri. Pada
waktu senggang klien pergunakan untuk menonton TV dan
bersosialisasi diri dengan tetangga.
Selama sakit : Klien selama di rumah sakit hanya berbaring dan duduk saja di
tempat tidur.
5. Pola istrahat dan tidur.
Sebelum sakit : Klien tidur sehari kurang lebih 8 jam dengan kriteria pada malam
hari.
Selama sakit : Klien siang hari hanya tidur sebentar sekitar 1 jam saja, sedangkan
pada malam hari bila nyeri kumat hanya bisa tidur sedikit saja kadang
dari jam 00:00 sampai pagi sampai subuh.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori.
Sebelum sakit : Klien sebelum sakit berbicara jelas, orientasi sadar, dan dapat
menjawab sempurna dengan verbal dari orang sekitar.
Selama sakit : Klien dapat berbicara dengaan jelas (dapat dimengerti), orientasi
sadar, klien ketika ditanya dapat menjawab sempurna dengan verbal
dari orang disekitarnya.
7. Pola konsep diri.
a) Gambaraan Diri : klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
b) Ideal Diri : klien dan keluarga mengatakan dan berharap agar cepat
sembuh agar bisa cepat berkumpul dengan anggota keluarga yang lain.
c) Harga Diri : hubungan klien dengan perawat dan orang lain di sekitarnya
baik.
d) Peran Diri : Klien dirumah sebagai anak, dan di lingkungan masyarakat
hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
e) Identitas : klien dirumah sebagai anakyang hanya melakuakan kegiatan
seperti kewajibanya dan klien merasa puas dengan kegiatannya.
8. Pola Peran – Hubungan.
Hubungan klien dengan keluarga baik, dengan perawat juga baik.
9. Pola mekanisme koping.
Jika klien mempunyai masalah biasanya menyelesaikan masalah di bantu oleh
keluarganya dengan cara berunding.
10. Pola nilai kepercayaan.
Sebelum sakit : Klien beragama islam, di rumah klien beribadah sholat.
Selama sakit : Klien selama sakit tidak menjalankan sholat karena kesulitan dalam
bergerak dengan nyeri perutnya. Klien juga percaya bahwa sakitnya
bisa segera sembuh.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Penampilan : Keadaan umum tampak lemah
b. Kesadaran : Composmetis
2. Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Respiratori Rate : 18 x/menit
c. Nadi : 90 x/menit
d. Temperature : 36 ºC
3. Tinggi badan : 150 cm Berat badan : 36 kg
IMT : BB/TB² (m) : 36/1,5 : 16 ( Gizi kurang / sangat kurus ) normal 18,5 – 25
( Departemen Kesehatan RI ).
4. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesochepal
b. Finger print : < 3 detik
c. Rambut : Ketebalan sedang, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
tidak ada ketombe.
d. Mulut : Keadaan mulut lembab, gusi tidak berdarah/ bengkak, keadaan
gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karies.
e. Mata : Reaksi cahaya -/-, konjungtiva tidak anemis
f. Hidung : Bentuk hidung simetris, patensi hidung baik, tidak ada
sumbatan, septum hidung utuh.
g. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukkan
serumen, respon pendengaran baik.
h. Leher : tidak ada pembesaran getah bening.
5. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercosta
Palpasi : tidak ada gangguan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada Ics ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar reguler ( S1 dan S2). Tidak ada bunyi
tambahan. galop (-), mur - mur (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada benjolan pada umbilikus, tidak ada asites.
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/ menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan di kuadran bawah, dinding perut lentur, tidak ada massa.
6. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC, volume urine ± 200 cc.
7. Anus
Tidak ada benjolan pada anus.
8. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan bawaan, cacat maupun lumpuh, tidak terdapat edema
maupun varises, Klien dapat bergerak sendiri.
Inferior : klien dapat menggerakkan kakinya, tidak terdapat deformitas / kelainan
bawaan maupun cacat/lumpuh pada bagian pinggul kebawah sampai kaki, akral
hangat.
9. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban kulit sedang, CRT < 3 menit.

E. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Ny. Hasiah No. Lab : 2103290108 No. RM :
Tgl. Lahir/Umur : 12-07-1995 / 55 Thn Tanggal : 29 Maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan Dokter :
Ruangan : IGD Tgl.Sampling : 29-03-2021 17:57
Alamat : Tgl.Selesai : 29-03-2021 20:00

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Ket.


Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin (HGB) 9,0* g/dl 11,0 – 16,0
Leukosit (WBC) 25,9* 10^ 3/µL 4,0 – 10,0
Eritrosit (RBC) 3,73* ×10^6/ µL 4,50 – 5,50
Trombosit (Platelet) 156 10^ 3/µL 150 – 400
Hematokrit (HCT) 26,8* % 37,0 – 51,0
HITUNG JENIS
Limfosit 2,8* % 14,0 – 53,5
Mid 3,3 % 3,0 – 16,,0
Granular 93,9* % 50,0 – 70,0
MCV 71,9* fL 80,0 – 100,0
MCH 24,1* Pg 27,0 – 38,7
MCHC 33,6 g/dL 32,0 – 37,0
RDW 23,9* % 11,0 – 17,0
FUNGSI
HATI
SGPT 26 U/L < 40
FUNGSI
GINJAL
Kreatinin 2,1* mg/dl < 1,1
GLUKOS
A DARAH
Glukosa 87 mg/dl 70 – 150
Sewaktu

A. ANALISA DATA

No Hari/Tgl Data fokus Etiologi Problem Ttd


.
1 Selasa, 30 DS : Klien mengatakan Proses Nyeri
Maret nyeri dibagian perut. Penyakit
2021 P : Saat bergerak
Q : Terus-menerus
R : Di abdomen
S : Berat
T : Hilang timbul
secara tiba-tiba
DO : Klien tampak
memegangi perutnya,
terdapat respon terhadap
nyeri
2 Selasa, 30 DS : Klien mengatakan Nyeri Gangguan
Maret tidak bisa tidur Istirahat Tidur
2021 DO : Klien tampak lemas
Tanda – tanda Vital :
Tekanan Darah:100/70
mmHg
Respiratori Rate :18
x/menit
Nadi: 90 x/menit
Temperature : 36 ºC

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Hari/tgl Diagnosa keperawatan Tgl Ttd


teratasi
1 Selasa, 30 Nyeri berhubungan dengan Proses
Maret 2021 Penyakit
2 Selasa, 30 Gangguan pola tidur berhubungan dengan
Maret 2021 nyeri

C. RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/tgl Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Ttd
.
Dx
1 Selasa, 30
Maret 2021 a. Pain Level a. Lakukan pengkajian nyeri
b. Pain Control secara komprehensif
c. Comfort Level termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri ( tahu penyebab presipitasi.
nyeri, mampu b. Ajarkan tentang teknik non
menggunakan tehnik farmakologi
nonfarmakologi untuk c. Tingkatkan istirahat
mengurangi nyeri, d. Kolaborasikan dengan dokter
mencari bantuan ). jika ada keluhan dan
b. Melaporkan bahwa tindakan nyeri tidak berhasil.
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
( skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.

2 Selasa, 30
Maret 2021 a. Anxiety reduction a. Monitor TTV
b. Comfort level b. Ciptakan lingkungan yang
c. Pain level nyaman
d. Rest : Extent and c. Kolaborasi pemberian oabat
Pattern tidur
e. Sleep : Extent ang d. Instruksikan untuk
Pattern memonitor tidur Klien

Kriteria hasil :

a. Jumlah jam tidur dalam


batas normal 6-8 jam /
hari
b. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
c. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat
d. Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan
tidur

D. CATATAN KEPERAWATAN

No Hari/tgl/jam Tindakan Respon hasil Ttd


.
Dx
1 Kamis, 01 DS : Klien mengatakan
Maret 2021, a. Melakukan pengkajian nyeri bersedia untuk dilakukan
jam 10:00 secara komprehensif pengkajian
WITA termasuk lokasi, P : Saat
karakteristik, durasi, bergerak
frekuensi, kualitas dan faktor Q : Terus -
presipitasi. menerus
R : Di abdomen
S : Berat
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
DO : Klien nampak
Jam 10:20 memegangi perutnya dan
WITA raut wajah meringis
b. Mengajarkan teknik non DS : Klien mengatakan
farmakologi bersedia diajarkan teknik
Jam 10:30 relaksasi
WITA DO : Klien mampu

c. Meningkatkan istirahat melakukan tehnik yang


diajarkan
Jam 12:30 DS : Klien mengatakan
WITA mau berusaha untuk tidur
d. Mengkolaborasikan dengan DO : Klien nampak
dokter untuk pemberian obat terlihat lemah
Ceftriaxon 1 x 2.000 mg DS : Klien mengatakan
Omeprazole 2 x 20 mg mau minum obat /
Ketorolac 2 x 30 mg diinjeksi sesuai resep
dokter
DO : tidak ada tanda-
tanda alergi

2 Jam 13.00 DS : Klien mengatakan


WITA a. Memonitor TTV bersedia untuk dilakukan
TTV dan menanyakan
hasil.
DO : TD : 120/80
mmHg
Nadi : 90 x/menit
Jam 14.00 RR : 18x/menit
WITA b. Menciptakan lingkungan S : 36 ºC
yang nyaman DS : Klien mengatakan
tidak bisa tidur jika
lingkungan ramai.
Jam 14.30 DO : Keadaan umum
WITA tampak lemas
c. Menginstruksikan untuk DS : Klien/keluarga
memonitor tidur Klien mengatakan bersedia
untuk memonitor waktu
tidur Klien.
DO : Keluarga tampak
memotivasi Klien untuk
memenuhi waktu tidur
dengan maksimal.
1 Jum’at, 02 DS : Klien mengatakan
Maret 2021 a. Melakukan pengkajian nyeri bersedia untuk dilakukan
jam 10.30 secara komprehensif pengkajian
WITA termasuk lokasi, P : Saat
karakteristik, durasi, bergerak
frekuensi, kualitas dan faktor Q : Terus -
presipitasi. Menerus
R : Di abdomen
(kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
DO : Klien nampak
Jam 11.45 memegangi perutnya dan
WITA raut wajah
b. Mengajarkan teknik non Meringis
farmakologi

DS : Klien mengatakan
mampu melakukan
Jam 13.00 teknik relaksasi apabila
WITA nyeri timbul
c. Meningkatkan istirahat DO : Klien mampu
melakukan tehnik yang
diajarkan
Jam 13.30 DS : Klien mengatakan
WITA tidur siang ± 1 jam dan
d. Mengkolaborasikan dengan tidur malam sebentar
dokter untuk pemberian saja, kadang kadang dari
Ceftriaxon 1 x 2.000 mg jam 12 sampai subuh.
Omeprazole 2 x 20 mg DO : Klien nampak
Ketorolac 2 x 30 mg lemas

DS : Klien mengatakan
mau minum obat /
diinjeksi sesuai resep
dokter
DO : Jenis obat yang
diberikan:

2 Sabtu, 03 DS : Klien mengatakan


Maret jam a. Memonitor TTV bersedia untuk dilakukan
14.00 TTV dan menanyakan
WITA hasil.
DO : TD : 110/80
mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR : 20x/menit
Jam 14.30 S : 36, 3 ºC
WITA b. Menciptakan lingkungan DS : Klien mengatakan
yang nyaman tidak bisa tidur jika
lingkungan ramai.
Jam 16.00 DO : Keadaan umum
WITA c. Berkolaborasi dengam tim tampak lemas
medis untuk pemberian obat DS : Klien mengatakan
mau untuk minum obat /
Ceftriaxon 1 x 2.000 mg
diinjeksi sesuai resep
Omeprazole 2 x 20 mg
dokter.
Ketorolac 2 x 30 mg
DO : tidak ada tanda-
tanda alergi

1 16.30 WITA DS : Klien mengatakan


a. Melakukan pengkajian nyeri bersedia untuk dilakukan
secara komprehensif pengkajian
termasuk lokasi, P : Saat
karakteristik, durasi, bergerak
frekuensi, kualitas dan faktor Q : Terus -
presipitasi. Menerus
R : Di abdomen
(kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
Jam 17.00 DO : Klien nampak
WITA memegangi perutnya
Memotivasi keluarga
untuk dengan wajah meringis
menjaga lingkungan saat DS : Keluarga bersedia
pasien istirahat DO : Keluarga kooperatif

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tg Diagnosa Evaluasi
l
Kamis,
01 Nyeri S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri bagian
Maret berhubungan abdomen kuadran bawah.
2021 dengan proses P : Saat bergerak
penyakit Q : Terus - Menerus
R : Di abdomen (kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul secara tiba-tiba
O : Klien tampak memegang perutnya dan wajah meringis.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Gangguan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur


pola tidur O : Keadaan umum tampak lemah
berhubungan A : Masalah belum taratasi
dengan nyeri P : Lanjutkan intervensi
Jum’at,
02 Nyeri S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri bagian
Maret berhubungan abdomen kuadran bawah
2021 dengan proses P : Saat bergerak
penyakit Q : Terus - Menerus
R : Di abdomen (kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul secara tiba-tiba
O : Klien tampak memegang perutnya dan wajah meringis.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Gangguan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur


pola tidur O : Keadaan umum tampak lemah
berhubungan A : Masalah belum taratasi
dengan nyeri P : Lanjutkan intervensi
Sabtu,
03 Nyeri S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri bagian
Maret berhubungan abdomen kuadran bawah.
2021 dengan proses P : Saat bergerak
penyakit Q : Terus - Menerus
R : Di abdomen (kuadran bawah)
S : Berat
T : hilang timbul secara tiba-tiba
O : Klien tampak memegang perutnya dan wajah meringis.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Gangguan
pola tidur S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
berhubungan O : Keadaan umum tampak lemah
dengan nyeri A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Hadijah, S.Kep,Ns ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
A. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter
yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah
keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan
perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.
Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri
setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. (
Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6.
Jakarta : EGC ). BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau
telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah  berasal dari luka di usus
besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan.
Umumnya, semakin dekat sumber  perdarahan dengan anus, semakin terang darah
yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid
cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon
transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau
merah tua.

B. Penyebab
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan
tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
3. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
4. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol.

C. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah
episode perdarahan tunggal

Pathway :
Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C

Peradangan hati&nekrosis sel-sel hati

Sel hati kolaps secara ekstensi Meluasnya jaringan fibrosis


Distorsi pembuluh darah hati Hipertensi portal

Ostrobsi vena portal Terbentuknya varises


eksofagus,lambung,
pembesaran limfe dan
Sirosis hepatitis
asites
Gangguan rasa nyaman
Pembuluh luptur
NYERI AKUT

Perdarahan dilambung
DEFISIT VOLUME CAIRAN

Muntah darah dan berak darah

Hb menurun Mual, muntah dan nafsu makan Kurangnya informasi


anemis menurun yang didapat

GANGGUAN ANSIETAS
Plasma darah PEMENUHAN
menurun KEBUTUHAN
NUTRISI KURANG DEFISIENSI /
DARI KEBUTUHAN KURANG
RISIKO SYOK
(HIPOVOLEMIK)
TUBUH PENGETAHUAN

D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
1. Gelisah
2. Demam Ringan (38-39 C)
3. Nafsu makan berkurang
4. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5. Nyeri perut
6. Rasa kembung
7. Tonus otot dan turgor  kulit berkurang
8. Selaput lendir dan bibir kering
9. Hiperperistaltik
10. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam
11. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah
oleh bakteri usus.

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan seperti :


1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat,
volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama
24-28 jam.
2. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.
3. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran
4. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

E. Pemeriksaan
1. Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
2. Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt,
peningkatan leukosit)
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum
dan laktat.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
b. Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada atau tidaknya varises.
c. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat
asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik
dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis
berhenti.
d. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
e. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

F. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang
diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas meliputi :
1. Tirah baring.
2. Diit makanan lunak
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
5. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
7. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan
8. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
9. Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal
10. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom
(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
11. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini
dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.

Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

MELENA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Hadijah, S.Kep,Ns ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. S DENGAN DIAGNOSA MELENA PAIN
DIRUANGAN PERAWATAN PALM I RSUD. BATARA SIANG PANGKEP

A. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 05 April2021


Tanggal Pengkajian : 07 April 2021
Ruang : Perawatan Palm I
No RM : 28 05 25
Diagnosa Medis : Melena
2. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 56 Thn
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMA
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Kesejahteraan

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut dan BAB hitam

2. Riwayat penyakit sekarang :


Datang dengan BAB hitam sejak kemarin. NUH (+), Mual (+), muntah (+)
frekuensi >5x. Nyeri perut, demam (+) ±2 minggu
3. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sekarang
dirasakan. Klien juga tidak pernah menjalani operasi.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien,
HT, DM

C. PENGKAJIAN DAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan managemen kesehatan.
Keluarga mengatakan / mengkonsepsikan bahwa sehat itu adalah nikmat yang luar
biasa yang harus di syukuri, pada saat sakit seperti ini hendaknya kita harus
bersyukur. Keluarga juga tahu kalau Tn.S mengalami nyeri perut yang hebat
sehingga keluarga membanyanya berobat ke RSUD. BATARA SIANG
2. Pola nutrisi dan metabolik.
Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur –
sayuran, 1 porsi habis dan klien minum ± 1500 cc/hari.
Selama sakit : Klien makan bubur dan hanya makan sedikit saja, kadang
hanya habis ½ porsi.
3. Pola eliminasi.
Sebelum sakit : Klien BAB kadang – kadang 2x sehari, BAB klien tidak ada
lendir maupun darah warna kuning kecoklatan. Klien sebelumnya BAK 3 – 4
kali sehari dengan warna kuning jernih, bau khas.
Selama sakit : Klien selama sakit BAK selama sehari yaitu 2x sekitar ± 200
cc dengan kondisi warna kuning dan BAB selama sehari yaitu 2x.
4. Pola aktivitas dan kebersihan diri.
Sebelum sakit : Klien dapat menjalankan aktivitas sehari – hari seperti
berjalan, memasak dan melakukan aktivitas tersebut secara mandiri. Pada waktu
senggang klien pergunakan untuk menonton TV dan bersosialisasi diri dengan
tetangga.
Selama sakit : Klien selama di rumah sakit hanya berbaring dan duduk saja
di tempat tidur.
5. Pola istrahat dan tidur.
Sebelum sakit : Klien tidur sehari kurang lebih 8 jam dengan kriteria pada
malam hari.
Selama sakit : Klien siang hari hanya tidur sebentar sekitar 1 jam saja,
sedangkan pada malam hari bila nyeri kumat hanya bisa tidur sedikit saja
kadang dari jam 00:00 sampai pagi sampai subuh.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori.
Sebelum sakit : Klien sebelum sakit berbicara jelas, orientasi sadar, dan dapat
menjawab sempurna dengan verbal dari orang sekitar.
Selama sakit : Klien dapat berbicara dengaan jelas (dapat dimengerti),
orientasi sadar, klien ketika ditanya dapat menjawab sempurna dengan verbal
dari orang disekitarnya.
7. Pola konsep diri.
Gambaraan Diri : klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
Ideal Diri : klien dan keluarga mengatakan dan berharap agar cepat
sembuh agar bisa cepat berkumpul dengan anggota keluarga yang lain.
Harga Diri : hubungan klien dengan perawat dan orang lain di sekitarnya
baik.
Peran Diri : Klien dirumah sebagai anak, dan di lingkungan masyarakat
hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Identitas : klien dirumah sebagai anakyang hanya melakuakan kegiatan
seperti kewajibanya dan klien merasa puas dengan kegiatannya.
8. Pola Peran – Hubungan.
Hubungan klien dengan keluarga baik, dengan perawat juga baik.
9. Pola mekanisme koping.
Jika klien mempunyai masalah biasanya menyelesaikan masalah di bantu oleh
keluarganya dengan cara berunding.
10. Pola nilai kepercayaan.
Sebelum sakit : Klien beragama islam, di rumah klien beribadah sholat.
Selama sakit : Klien selama sakit tidak menjalankan sholat karena kesulitan
dalam bergerak dengan nyeri perutnya. Klien juga percaya bahwa sakitnya bisa
segera sembuh.
D. PEMERIKSAA FISIK
1. Keadaan umum
a. Penampilan : Keadaan umum tampak lemah
b. Kesadaran : Composmetis
2. Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Respiratori Rate : 18 x/menit
c. Nadi : 90 x/menit
d. Temperature : 36 ºC
3. Tinggi badan : 150 cm Berat badan : 61 kg
4. Kepala
Bentuk kepala : Mesochepal
Finger print : < 3 detik
Rambut : Ketebalan sedang, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
tidak ada ketombe.
Mulut : Keadaan mulut lembab, gusi tidak berdarah/ bengkak, keadaan
gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karies.
Mata : Reaksi cahaya -/-, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Bentuk hidung simetris, patensi hidung baik, tidak ada
sumbatan, septum hidung utuh.
Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukkan
serumen, respon pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran getah bening.
5. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercostal
Palpasi : tidak ada gangguan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada Ics ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar reguler ( S1 dan S2). Tidak ada bunyi
tambahan. galop (-), mur - mur (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada benjolan pada umbilikus, tidak ada
asites.
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/ menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan di kuadran bawah, dinding perut lentur, tidak ada
massa.
6. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC, volume urine ± 200 cc.
7. Anus
Tidak ada benjolan pada anus.
8. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan bawaan, cacat maupun lumpuh, tidak terdapat
edema maupun varises, Klien dapat bergerak sendiri.
Inferior : klien dapat menggerakkan kakinya, tidak terdapat deformitas /
kelainan bawaan maupun cacat/lumpuh pada bagian pinggul kebawah sampai
kaki, akral hangat.
9. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban kulit sedang, CRT < 3 menit.

F. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Tn.Sahabuddin No. Lab : 2104050027 No. RM :
Tgl. Lahir/Umur : 31-12-1964 / 56 Thn Tanggal : 5 April 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Dokter :
Ruangan : IGD Tgl.Sampling : 05-04-2021 09:46
Alamat : Tgl.Selesai : 05-04-2021 11:31

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Ket.


Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin (HGB) 6,5* g/dl 11,0 – 16,0
Leukosit (WBC) 8,5* 10^ 3/µL 4,0 – 10,0
Eritrosit (RBC) 2,03* ×10^6/ µL 4,50 – 5,50
Trombosit (Platelet) 140* 10^ 3/µL 150 – 400
Hematokrit (HCT) 19,2* % 37,0 – 51,0
HITUNG JENIS
Limfosit 40,8 % 14,0 – 53,5
Mid 7,6 % 3,0 – 16,0
Granular 51,6* % 50,0 – 70,0
MCV 94,6* fL 80,0 – 100,0
MCH 32,0* Pg 27,0 – 38,7
MCHC 33,8 g/dL 32,0 – 37,0
RDW 13,6* % 11,0 – 17,0
FUNGSI
HATI
SGPT 29 U/L < 40
FUNGSI
GINJAL
Kreatinin 0,6* mg/dl < 1,1
GLUKOS
A DARAH
Glukosa 133 mg/dl 70 – 150
Sewaktu

G. TERAPI
Inj. Pantaz 1 fik / 6 jam / iv
Sucraifat Syrup 3x1 sdm
Inj. Furosemide IA /iv TD >100
Inj. Dexa IA /iv (Kalau sesak)
DD Icc/im (kalau gatal)
A. ANALISA DATA
Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)

Ds: pasien mengatakan Inflamasi akibat infeksi Nyeri


nyeri di perut bawah gastrointertinal

P: inflamasi saluran
pencernaan

Q: cekot-cekot

R: kiri bawah

S: 8(010)

T: saat bergerak
Do: pasien tampak
memegangai bagian yang
sakit, pasien tampak
kesakitan, pasien berhati-
hati dalam bergerak,
terdapat asites di perut,
ttv (TD: 110/80mmHg, N:
67x/menit, S: 36,4 Cͦ , RR:
20)

Ds: pasien mengatakan


mual-muntah ketika
makan banyak

Do:
Ketidakseimbangan nutrisi
A: tb=155cm, bb smrs: 51. Ketidakmampuan untuk
kurang dari kebutuhan
Mrs: - mengabsorpsi nutrisi
tubuh
B: hb: 5,6g/dL, GDA: 100

C: mukosa bibir kering,


anemis

D: pasien hanya bisa


makan 3 sendok

B. PRIORITAS MASALAH
Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan (Nama
Ditemukan Teratasi
Perawat

07-04-2021

Nyeri

Ketidak seimbangan nutrisi 07-04-2021

kurang dari kebutuhan


tubuh
C. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1 Nyeri b.d Inflamasi Tuj: setelah 1. Observasi skala 1. Mengkaji skala nyeri
akibat infeksi dilakukan asuhan nyeri (1-5) dan secara
gastrointertinal keperawatan PQRTS berkelanjutan
2. Observasi ekspresi membantu atau
selama 3x24jam
pasien mengevaluasi
diharapkan nyeri 3. Bantu pasien untuk perkembangan
berkurang (1-2) mendapatkan posisi penanganan yan
yang nyaman dan diberikan
k.h: pasien gunkan bantal 2. Untuk mengevaluasi
mampu untuk perkembangan
mengontrol nyeri menyongkong bagia nyeri pasien
dan pasien yang sakit jika 3. Untuk menurunkan
melaporkan nyeri diperlukan spasme otot, untuk
berkurang 4. Anjurkan pasien mendistribusikan
untuk sering kembali tekanan
istirahat tanpa di pada bagian yang
ganggu sakit
5. Ajarkan pasien cara 4. Intuk meningkatkan
menejemen nyeri kesehatan,
non farma kesejahteraan dan
6. Kolaborasi dengan meningkatkan
tim kesehtan lain energi
(dokter) dalam 5. Untuk mengurangi
pemberian obat nyeri dengan
analgesik menurunkan
ketergantungan
obat
6. Untuk pengurangan
nyeri yang adekuat

Keidakseimbangan tuj: setelah


nutrisi kurang dari dilakuakn asuhan
2 1. Observasi dan
kebutuhan tubuh keperawatan 1. Untuk mengkaji
selama 2x24 jam catat asupan penyebab gangguan
b.d sel kekurangan
pasien dalam pemenuhan
nutrisi diharapakn pasien
2. Anjurkan pasien nutrisi secara awal
mendapatkan
untuk makan 2. Untuk mengurangi
nutrisi yang sedikit tapi sering erasaan tegang
adekuat (1porsi 3. Anjurkan pasien pada lambung
makanan) dan keluarga untuk 3. Untuk
makan bersama meningkatkan nafsu
k.h: pasien 4. Ajarkan pada makan passien
mengalami pasien dan 4. Untuk menjaga
penigkatan bb, keluarga cara kebersihan mulut
pasien mampu perawatan gigi dan pasien sehingga
mulut nafsu makan pasien
menghabiskan 1
5. Kolaborasi dengan meningkat
orsi makanan yang tim kesehatan (ahli 5. Untuk
dianjurkanoleh gizi)dalam meningkatkan
shli gizi, mukosa pemenuhan gizi nutrisi yang adekuat
bibir lembab pasien 6. Untuk mengurangi
6. Kolaborasi dengan sensai mual-muntah
tim kesehatan
lain(dokter) dalam
mengatasi sensasi
mual-muntah

Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Ns. Sri Indrayani, S.Kep,.M.Kep ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Sumber
lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang
terjadi disalah satu bagian tubuhyang seharusnya tidak ada.
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari
bagian muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan
isi hernia. Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan
yang potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan (Townsend, 2010). Menurut kemenkes 2012,
kasus hernia inguinalis dapat dijumpai pada segala usia serta lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibanding pada perempuan.
Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

B. EPIDEMIOLOGI
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia
yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara
pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan
karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia
banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang
penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan
stamin yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit
hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari seluruh hernia abdominal terjadi di
inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah
perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih
sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu
ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

C. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Mengejan
e. Kelemahan dinding abdomen
f. Batuk kronis karena PPOK
g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
h. Trauma atau regangan yang berat
i. Degenerasi sendi intervertebralis

D. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan.

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1. Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk, digaris tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang berisi
usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relative lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut,
ketika pertama kali ditemukan.
2. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang dewasa lebih
umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali. Tipe hernia ini
terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat,
distensi ekstrem atau kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup
secara spontan. Pembedahan dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5
tahun.
3. Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan. Hernia
ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang, sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada benjolan di
bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi
menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ
visera abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti funikulus
spermatikus (pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan pada dasar
kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4. Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia
femuralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya
denyut arteri fulmonalis.
5. Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen
yang ekstrem atau obesitas.
6. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap cakram tulang
belakang ada discus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan
usia, terjadi herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciatica). Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal
bawah.
b. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi)akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
herniainguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia Didapat (Akuisita)
Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau pada usia
lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel/reducible
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer =
penjara) yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi .Secara
klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“herniastrangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosisd ari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat
karenanya perlumen dapat pertolongan segera.

F. GEJALA KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak menonjol.
Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan, massa
yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang tidak
terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga
gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang
terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang
diskus,menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi
sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,
penyakit degeneratif,kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan
miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi
spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan
F). Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit
paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari
miogram terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis.
Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum,
yang akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan adanya
hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena memerlukan anestesi
dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk menilai sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi keberadaan hernia inguinalis berulang
pada pasien dengan riwayat perbaikan operasi

H. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : Secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas peningkatan
intraabdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya
penonjolan pada lipat paha.
Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium, dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis
Perkusi : Akan terdengar suara hipertimpani
Auskultasi : Penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan gejala
obstruksi intestinal.
I. TERAPY
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa
kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
1. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
e. Chemonudeolysis
1. Untuk herniasi lumbal.
2. Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan
proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan
subsekuen pada akar saraf.

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring,
posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan
sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia
terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau
terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak
menyembuhkan hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis
yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak
pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian
pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan
gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga
gejala memberat dinyatakan aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut
beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan
hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan
post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan
pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih
rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun
kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan
anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.Setiap penderita hernia inguinalis
lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat
mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut :
1. Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2. Hernioplasti.
3. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.

Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal berikut :


3. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan resiko hernia inkarserata
atau hernia strangulata.
4. Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya penonjolan memenuhi kanal

Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA

Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA
DIRUANGAN PERAWATAN MELATI RSUD. BATARA SIANG PANGKEP

A. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 11 April 2021


Tanggal Pengkajian : 13 April 2021
Ruang : Perawatan Melati
No RM : 15 72 27
Diagnosa Medis : Hernia
3. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 36 Thn
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMP
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. kesejahteraan
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 3 2 Thn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. kesejahteraam
Hub. Dengan Klien : Istri Klien

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan utama :
Klien mengatakan perut terasa nyeri dan selangkangan terasa pegal pada
bagian benjolannya. Klien mengatakan agak pusing, tidak merasa mual, dan
tidak muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien datang ke poliklinik bedah pada hari Sabtu 10 April 2021 dan
direncanakan operasi pada hari Senin 12 April 2021. Untuk mempersiapkan
operasi klien dirawat di Rumah Sakit ruang penyakit bedah Melati RSUD
Batara Siang tanggal 11 Januari 2010. Saat di ruang persiapan operasi, klien
menyatakan sedikit takut dan klien nampak tegang. Klien juga mengajukan
beberapa pertanyaan tentang bagaimana proses operasi yang akan dijalaninya.
Saat selesai dilakukan operasi, klien keluar dalam keadaan sadar dan tidak
nampak takut. Namun ada sedikit rasa tidak nyaman pada bagian bekas luka
operasi.
3. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, klien tidak menderita hipertensi
dan asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dll.

i. POLA KEBIASAAN
a. Aspek Fisik-Biologis
1. Pola nutrisi
a) Sebelum sakit : Klien makan tiga kali sehari,dengan nasi, sayur dan lauk.
Klien minum air putih 5 – 6 gelas setiap hari.
b) Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk.
Klien minum 4 – 5 kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah sejak
tanggal 12 Januari 2010 klien belum makan atau minum, klien puasa
untuk menghadapi operasi yang akan dilakukan.
2. Pola eliminasi
a) Sebelum sakit : Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien
BAK 6 – 10 kali sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan
tidak ada keluhan.
b) Selama sakit : Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien
BAK 6- 10 kali sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak
ada keluhan. Selama di rawat di rumah sakit klien belum BAB.
3. Pola aktivitas, istirahat dan tidur
a) Sebelum sakit : Klien setiap hari bekerja sebagai wiraswasta untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Klien mengatakan biasa tidur selama 7 – 8
jam. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang dan biasa memulai
tidurnya mulai pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB. Klien mengatakan biasa
beristirahat di sela – sela pekerjaannya.
b) Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta
semenjak sakit karena harus dirawat di Rumah Sakit dan akan dilakukan
operasi. Pola aktivitas klien terganggu dan klien harus beristirahat di
tempat tidur selama dirawat dan BAK di tempat tidur karena telah
terpasang kateter. Klien mengatakan biasa tidur selama 4 – 5 jam saat
dirawat karena tidak familier dengan keadaan sekitarnya.

4. Pola kebersihan diri


a) Sebelum dirawat : Klien mandi dan mengosok gigi 2x setiap hari,pasien
keramas 2 hari sekali.
b) Selama dirawat : Klien mandi dan menggosok gigi 2x setiap hari,
selama dirawat (sehari) pasien belum pernah keramas.
b. Aspek Mental-Intelektual, Sosial dan Spiritual
1. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien memandang dirinya sebagai orang yang sakit dan
selalu didampingi keluarganya
b. Identitas diri : Klien menyadari dirinya sebagai laki – laki dan bertingkah
laku layaknya laki – laki.
c. Harga diri : Klien tidak malu dengan keadaannya saat ini karena klien
menerima keadaannya saat ini karena sudah merupakan kehendak Tuhan.
d. Peran diri : Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan
perannya sebagai pekerja wiraswasta dan kepala keluarga bagi anak dan
istri.
e. Ideal diri : Klien ingin cepat pulang dan klien ingin segera sembuh
sehingga bisa bekerja kembali seperti biasa.
f. Intelektual : Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang
penyebab penyakit yang diderita dan bagaimana proses penyembuhannya
dan cara perawatan di rumah.
2. Hubungan interpersonal : Hubungan klien dengan keluarga baik, harmonis,
dimana istri dan saudara- saudaranya secara bergantian menunggui klien dan
membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan
perawat, klien kontak mata terus dan sangat memperhatikan apa yang
dijelaskan.
3. Support System : Klien mendapat dukungan dari keluarganya
4. Spiritual : Klien beragama islam. Klien taat dalam menjalankan agamanya
dan klien selalu berdoa kepada Tuhan agar segera diberi kesembuhan.

ii. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Penampilan : Keadaan umum tampak lemah
Kesadaran : Composmetis
2. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respiratori Rate : 18 x/menit
Nadi : 90 x/menit
Temperature : 36 ºC
Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 52 kg
3. Kepala
Bentuk kepala : Mesochepal
Finger print : < 3 detik
Rambut : Ketebalan sedang, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
tidak ada ketombe.
Mulut : Keadaan mulut lembab, gusi tidak berdarah/ bengkak,
keadaan gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karies.
Mata : Reaksi cahaya -/-, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Bentuk hidung simetris, patensi hidung baik, tidak ada
sumbatan, septum hidung utuh.
Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukkan
serumen, respon pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran getah bening.
4. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercostal
Palpasi : tidak ada gangguan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada Ics ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar reguler ( S1 dan S2). Tidak ada bunyi
tambahan. galop (-), mur - mur (-).
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada benjolan pada umbilikus, tidak ada asites.
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/ menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan di kuadran bawah, dinding perut lentur, tidak ada massa.
5. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC, volume urine ± 200 cc.
6. Anus
Tidak ada benjolan pada anus.
7. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan bawaan, cacat maupun lumpuh, tidak terdapat
edema maupun varises, Klien dapat bergerak sendiri.
8. Inferior : klien dapat menggerakkan kakinya, tidak terdapat deformitas / kelainan
bawaan maupun cacat/lumpuh pada bagian pinggul kebawah sampai kaki, akral
hangat.
9. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban kulit sedang, CRT < 3 menit.
H. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pasien : Tn. A No. Lab : 2103290108 No. RM :
Tgl. Lahir/Umur : 12-07-1995 / 55 Thn Tanggal : 29 Maret 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Dokter :
Ruangan : IGD Tgl.Sampling : 11-04-2021 17:57
Alamat : Tgl.Selesai : 11-04-2021 20:00

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Ket.


Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin (HGB) 9,0* g/dl 11,0 – 16,0
Leukosit (WBC) 25,9* 10^ 3/µL 4,0 – 10,0
Eritrosit (RBC) 3,73* ×10^6/ µL 4,50 – 5,50
Trombosit (Platelet) 156 10^ 3/µL 150 – 400
Hematokrit (HCT) 26,8* % 37,0 – 51,0
HITUNG JENIS
Limfosit 2,8* % 14,0 – 53,5
Mid 3,3 % 3,0 – 16,,0
Granular 93,9* % 50,0 – 70,0
MCV 71,9* fL 80,0 – 100,0
MCH 24,1* Pg 27,0 – 38,7
MCHC 33,6 g/dL 32,0 – 37,0
RDW 23,9* % 11,0 – 17,0
FUNGSI
HATI
SGPT 26 U/L < 40
FUNGSI
GINJAL
Kreatinin 2,1* mg/dl < 1,1
GLUKOS
A DARAH
Glukosa 87 mg/dl 70 – 150
Sewaktu

ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan
sakit pada bekas operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada
bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
Terdapat luka insisi bedah
Ds :
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan
sakit pada bekas operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada
bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
Terdapat luka insisi bedah
Ds :

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah a. Kaji tingkat a. membantu
berhubungan dilakukan nyeri, durasi, menentukan
dengan agen tindakan lokasi dan pilihan intervensi
injuri fisik keperawatan intensitas dan memberikan
ditandai dengan selama 10 dasar untuk
Do : menit nyeri perbandingan
Klien tampak klien dan evaluasi
menyeringai berkurang terhadap terapi
menahan sakit dengan
Ds : kriteria b. perilaku non
Klien a. klien b. Observasi verbal
mengatakan nampak ketidaknyamanan menunjukkan
sedikit nyeri tenang non verbal ketidaknyamanan
pada bekas b. klien klien terhadap
operasi mengatak nyeri
an nyeri
c. komunikasi
berkurang
c. Gunakan strategi terapetik dapat
komunikasi menenangkan
terapetik klien
d. memfokuskan
d. Gunakan teknik perhatian klien
distraksi membantu
menurunkan
tegangan otot
e. lingkungan
e. ciptakan suasana tenang dapat
lingkungan yang mengurangi
tenang factor-faktor
stress selama
nyeri
f. kolaborasi
dengan dokter f. analgetik dapat
untuk pemberian mengurangi rasa
analgetik nyeri yang
dirasakan klien

2 Resiko infeksi Setelah a. Bersihkan a. lingkungan yang


berhubungan dilakukan lingkungan bersih akan
dengan prosedur tindakan sekitar klien terhindar dari
invasive keperawatan kuman-kuman
ditandai dengan selama 5 penyebab infeksi
Do : menit infeksi b. Cuci tangan b. mencuci tangan
a. Klien dapat sebelum dan sebelum dan
terpasang dikontrol sesudah sesudah tindakan
infuse RL dengan melakukan dapat
b. Terdapat luka kriteria perawatan pasien meminimalkan
insisi bedah a.Tidak ada lain kotoran-kotoran
Ds : - tanda-tanda penyebab infeksi
ineksi c. Jelaskan pada c. penjelasan
b. Vital klien tentang tentang tanda-
sign dalam tanda-tanda tanda infeksi
batas infeksi. akan menambah
normal pengetahuan
klien

CATATAN KEPERAWATAN

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut berhubungan 14 April 2021 14 April 2021
dengan agen injuri fisik
Pukul 10.00 Pukul 10.00
ditandai dengan
Do : mengkaji intensitas, S : klien mengatakan
Klien tampak
gambaran, dan lokasi tangan kirinya terasa
menyeringai menahan
sakit atau penyebaran nyeri, nyeri
Ds : tau adanya perubahan O : klien beberapa kali
Klien mengatakan sedikit
melihat tangannya
nyeri pada bekas operasi
yang dioperasi
A : intervensi tercapai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
perawatan luka setiap
hari

14 April 2021
Pukul 10.05 14. April 2021
Mengajarkan teknik Pukul 10.05
distraksi; nafas dalam
S : klien mengatakan
untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang
O : wajah klien tenang
A : tujuan tercapai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Ajrkan teknik nafas
dalam
Resiko infeksi 14 April 2021 14 April 2021
berhubungan dengan
Pukul 10.10 Pukul 10.10
prosedur invasive
ditandai dengan Menjelaskan pada klien S:-
Do : tentang tanda-tanda O : klien terpasang infus,
a. Klien terpasang infuse infeksi. terdapat luka bekas
RL jahitan di inguinal
b. Terdapat luka insisi lateralis sinistra
bedah A : masalah belum
Ds : - teratasi
P : lanjutkan intervensi
Anjurkan klien untuk
menjaga kebersihan
daerah luka
Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.Strukturnya
seperti bagian usus lainnya.Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
B. KLASIFIKASI
1. Apendisitis akut
           Apendisitis akut adalah: radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi
dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2. Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis ini
memperberat iskemia dan edema pada apendiks.Mikroorganisme yang ada di usus
besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga
serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,
nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan
pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan
tanda-tanda peritonitis umum.
3. Apendisitis Kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat
: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah
apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis
kronik antara 1-5 persen.
4. Apendisitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
patologi menunjukan peradangan akut.Kelainan ini terjadi bila serangn
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut.Resiko untuk
terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen.Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering
penderita datang dalam serangan akut.
5. Molekul apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan
fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun
jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa
menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut
kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat
bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah
apendiktomi.

6. Tumor apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi
regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup
yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
7. Karsinoid apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas
spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom
karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas
karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus
tumor karsinoid perut.Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan
gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan
residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal.Bila spesimen
patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor,
dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.
C. ETIOLOGI
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada
lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping
hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit),
tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll)
juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces
dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi
media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces
manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli,
inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus
buntu. (Anonim,2008)

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kuadran bawah
b. Demam ringan
c. Mual-muntah
d. Hilangnya nafsu makan
e. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan
bawah
h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
i. Kondisi pasien memburuk
Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di
daerah lumbar,bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya
pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada
dekat rectum, nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat
dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus
kanan dapat terjadi.
E. KOMPLIKASI
• Perforasi apendiks
• Infeksi luka
• Abses intraabdomen ( pelvis,fosa iliaka kanan,subfrenikus )
• Perlekatan
• Piemia porta
F. FATOPISIOLOGI
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang
terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah
akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum
dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau
menghilang.
Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).

Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN
APENDISITIS

Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
1. PENGKAJIAN

1.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Nn. B
No. RM : 0193114
Tanggal lahir : 4 Desember 1998
Umur : 13 tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. MATAHARI

1.2 RIWAYAT KEPERAWATAN


a) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dengan skala 4 di bagian abdomen kanan bagian bawah.

b) Riwayat kesehatan sekarang


klien datang ke RSUD. Batara Siang tanggal 11 Mei 2021 jam 21.40. Klien
mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah sebelah kanan.
Pada tanggal 12 Mei 2012 jam 04.00 WIB, klien mulai puasa. pada jam 10.20 klien
datang ke ruang operasi. Pada jam 10.30 Wib dilakukan anastesi, operasi dilakukan
pada jam 11.15 dan operasi selasai pada jam 12.00. Pada jam 12.20 klien di antar ke
ruangan.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Sebelum dilakukan operasi
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
GCS E 4, M 5, V 6 = 15
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,4 ºC
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan di RR
1. Kepala
a) Inspeksi
Rambut bewarna hitam panjang, rambut kelihatan bersih, tidak ada ketombe dan tidak
ada kutu, rambut tidak berminyak.
b) Palpasi
Tidak ada lesi dan edema, tekstur lembut.
2. Mata
a) Inspeksi
Posisi mata simetris, konjungtiva pucat, tidak ada secret, warna sclera putih, , tidak
menggunakan alat bantu kaca mata ataupun soft lensa
b) Palpasi
Edema tidak ada.
3. Hidung
a) Inspeksi
Bentuk simetris.
b) Palpasi
Tidak ada nodul atau masa .
4. Mulut dan Tenggorokan
a) Inspeksi
Warna bibir merah, bibir tidak kering, bibir tidak pecah.

5. Telinga
a) Inspeksi
Bentuk telinga simetris, tidak adanya serumen, tidak ada edema, tidak adanya lesi,
kondisi bersih.
6. Wajah dan Leher
a) Inspeksi
Wajah berbentuk simetris, tidak ada lesi maupun edema, tidak ada benjolan pada
leher,
b) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada leher dan vena jugularis.
7. Dada
a) Inspeksi
Pernafasan teratur,ekspansi dadasimetris, tidak ada lesi, payudara simetrisdan
kelihatan simetris.
b) Palpasi
Tidak ada pembekakan pada payudara.
8. Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk simetris, adanya bekas luka operasi pada bagian pusat, abdomen bawah
sebelah kiri dan sebelah kanan
10. Ekstremitas
a) Inspeksi
Jumlah jari-jari tangan dan kaki sama, tidak ada fraktur, lesi tidak ada, tidak ada
odema dan tidak ada pembekakan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal
Hemoglobin 9,8 g/dl 11-15
LED 30 mm /1 jam <20mm/1 jam
Lekosit 8,390/ul 5000 - 11.000
Hitung jenis
Basofil 0,2% 0-1
Eosinofil 0,4 % 1-3
Batang  -
Segmen 63,7 % 50-70
Limfosit 25,7 % 20-40
Monosit 10,0 % 2-10
Hematokrit pcv 30,5 vol % 37-43
Trombosit 399,000 /ul 150.000-500.000
Eritrosit 4,33 juta/ul 4-5
Nilai eritrosit (MCV,
MCH, MCHC)
Ver (MCV) 70,4 fl 82-92
Her (MCH) 22,6 pg 27-31
Kher  (MCHC) 32,0 g/dl 32-36
Hemostasis

Masa perdarahan (D) 2’ /dt 1-3 menit


Masa pembekuan 7’/dt 5-11 menit
Imunologi
HBS AG Non reaktif <= 1: non reaktif
(0,147) >1 : reaktif

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : - Pemajanan tubuh Resiko
Do : dan jaringan perubahan
        Terpasang internal terhadap suhu
pendingin ruangan lingkungan tubuh
AC ↓ :hipotermi
        Pemajan tubuh dan Paparan suhu
jaringan interval yang dingin
terhadap ↓
lingkungan di Resiko perubahan
dalam ruang suhu tubuh
operasi
        Pengaruh obat-
obatan anastesi
2 Ds : - Proses Resiko
Do : pembedahan infeksi
        Dilakukanya
prosedur
pembedahan Luka
laparaskopi pada pada
area daerah abdomen
abdomen/prosedur
invasive
        Terpajan
lingkungan diruang
Masuknya
operasi
organism
kedalam jaringan
tubuh

Mikroorganisme
berkembang
dalam jaringan
tubuh

Resiko
infeksi

3 Ds : - Prosedur Resiko
Do : pembedahan perubahan
-          Penggunaan ↓ pola nafas
obat – obatan Penggunaan obat tidak efektif
anastesi – obatan anastesi
Sedacum ( 10.30 ↓
WIB ) Resiko perubahan
Fentanyl ( 10.30 pola nafas
WIB )
Recofol ( 10.30
WIB )
reculax( 10.30 WIB
)
keterrogen ( 10.30
WIB)
farmadol( 11.00
WIB)
Jam
11.15 WIB
R : 23 x / menit
                            
Jam 11.30 WIB
R : 22 x / menit

Jam 11.45  WIB
R : 20 x / menit

Jam 12.00 WIB


R : 21 x / menit

4. DS  : - Proses Resiko


DO : pembedahan cedera
-          Terdapat ↓
instrument bedah Penggunaan
dekat dangan klien instrument bedah
-          Posisi klien ↓
yang terlentang Pengaruh obat
dengan kepala di anastesi
hiperekstensi saat ↓
di operasi Resiko cedera
-          Penggunaan
obat anastesi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N DIAG TUJUAN DAN INTER RASIONAL
O NOSA KRITERIA HASIL VENSI
1.        Resiko Setelah dilakukan  Interve Intervensi
peruba tindakan keperawatan nsi mandiri
han diharapkan tidak mandiri 1.  Digunakan
suhu terjadi perubahan suhu 1.      Catat sebagai dasar
tubuh : tubuh,. Dengan kriteria TTV pre untuk memantau
hipoter hasil : operatif suhu intra
mi bd     Suhu tubuh dalam batas operasi. Elevasi
penggu normal suhu pra operasi
naan ` adalah indikasi
obat dari proses
anastes penyakit,
i dan misalnya
pemaja appendicitis
nan
lingkun 2.      Pantau 2. Dapat membantu
gan suhu dalam
operasi lingkun mempertahankan
. gan /menstabilkan
diruang suhu tubuh
operasi pasien

3. Kehilangan
panas dapat
3.      Sediaka terjadi waktu
n kulit(misalnya
selimut tungkai, lengan
penghan kepala)
gat dipajankan pada
lingkungan yang
dingin

4.Penghangatan/pe
ndinginan yang
terus menerus
4.      Pantau  yang
TTV melembabkan
melalui inhalasi anastesi
fase digunakan untuk
intra mempertahankan
operatif kelembapan dan
keseimbangan
suhu tubuh

2.        Resiko Setelah dilakukan Interven Intervensi


infeksi tindakankeperawatan res si mandiri
b.d iko infeksi tidak mandiri1.      Mencegah
pemaja terjadi.. 1.      Lakuka kontaminasi
nan Dengan kriteria hasil : n cuci silang
lingkun-    Tidak ada tanda-tanda tangan
gan infeksi sebelum
dan dan
prosed sesudah
ur melakuk
invasif an 2.      Kontaminasi
tindakan dengan
lingkungan dan
2.      Lakuka kontak personal
n teknik akan
aseptic menyebabkan
pada daerah yang
saaat steril menjadi
membu tidak steril
ka sehingga dapat
peralata meningkatkan
n resiko infeksi
operasi
yang 3.      Penampungan
sudah cairan tubuh,
steril jaringan, dan sisa
dalam kontak
dengan
luka/pasien yang
terinfeksi akan
mencegah
3.      Buang penyebaran
sisa/bek infeksi pada
as kassa lingkungan/pasie
yang n
terkonta
minasi
pada
tempat-
tempat
tertentu
didalam
ruang
operasi
3.        Resiko Setelah dilakukan Interven Intervensi mandiri
peruba tindakankeperawatan res si 1.  Untuk
han ikoperubahan pola nafas mandiri meningkatkan
pola tidak efektiftidak 1.      Observa pengawasan
nafas terjadi.. si TTV, terhadap
tidak Dengan kriteria hasil : terutana keefektifan pola
efektif      Bebas dari sianosis pernapa nafas
b.d     Bebas dari tanda-tanda san
pnggun hipoksia 2.      Dilakukan untuk
aan     Pola nafas normal memastikan
obat 2.      Observa keefektifan
anastes si pernafasan
i frekuens sehingga upaya
i dan memperbaikinya
kedalam dapat segea
an dilakukan
pernafas
an, 3.      Mencegah
pemakai obstruksi jalan
an otot napas
bantu
napas

3.      Pertaha Intervensi
nkan kolaborasi
jalan 1.      Dilakukan untuk
napas meningkatkan
dengan dan
memirin memaksimalkan
gkan pengambilan
kepala, oksigen.
hipereks
tensi
rahang.

Interven
si
kolabor
asi
1.      Berikan
tambaha
n
oksigen
bila
diperluk
an
4.        Resiko Setelah dilakukan Interven Intervensi mandiri
cedera tindakankeperawatan res si 1.  Benda-benda yang
b.d ikocedera  tidak terjadi mandiri terbuat dari
pemaja Dengan kriteria hasil : 1.      Lepaska logam akan
nan    Tmengidentifikasi faktor- n berkonduksi
peralat faktor resiko cedera perhiasa dengan alat-alat
an dan individu n pada elektrik dan
instrum praoper membahayakan
ent, asi tubuh terhadap
penggu pemakaian
naan elektrokauter
obat
anastes 2.     Memastikan
i pasien dan
prosedur yang
tepat
2.      Periksa
identitas
klien,
pastikan3.     Meja di ruang
secara operasi dan
verbal papan lengan
nama, sangat sempit
dan dan pasien
nama ataupun lengan
dokter. dan kaki dapat
terjatuh yang
3.      Amank akan
an menyebabkan
pasien perlukaan
dimaja
operasi
dengan
sabuk
pengam
an pada
paha
sesuai
indikasi

CATATAN KEPERAWATAN
TANGGA JAM NO. IMPLEMENTASI & RESPON/HSIL
L DX

14 Mei 11.15 1 1.      Mencatat TTV pre operatif


2021 Hasil : Hasil : suhu 36,4 oc, TD 110/70
mmHg, RR 20x/menit, nadi 88x/menit

2.      Memantau suhu lingkungan diruang operasi


Hasil : suhu ruangan di ruang operasi 16oc
( 16-20oc)

3.      menyediakan selimut penghangat pada saat-


saat darurat untuk anastesi
Hasil : selimut penghangat sudah tersediakan
di RR

4.      Memantau TTV melalui fase intra operatif


Hasil :
TTV
TD                     : 90/70 mmHg
R                        : 23 x / menit
N                        : 89 x / menit
Saturasi             : 95 %

11.20 2 1.      Melakukan cuci tangansebelum dan sesudah


tindakan.
2.      Melakukan teknik aseptic pada saaat
membuka peralatan operasi yang sudah steril.
Hasil : membuka kassa steril dengan 
menggunakan teknik steril.
3.      Membuang sisa/bekas kasa  yang
terkontaminasi pada tempat-tempat tertentu
didalam ruang operasi
Hasil : sisa-sisa kasa yang tekontaminasi
dibuang pada tempat sampah yang sudah
disediakan

11.25 3 1.      Mengobservasi TTV, terutana pernapasan


Hasil :  pernafasan 23 x / menit
2.      Mengobservasi frekuensi dan kedalaman
pernafasan, pemakaian otot bantu napas
Hasil : tidak mnggunakan otot bantu napas,
frekuensinya teratur.
3.      Mempertahankan jalan napas dengan
memiringkan kepala, hiperekstensi rahang.
Hasil : kepala dimiringkan ke samping kanan
dan dilakukan hiperekstensi rahang  di RR.

Intervensi kolaborasi
    Memberikan tambahan oksigen bila
diperlukan
Hasil : telah diberikan oksigen melalui simple
mask

11.25 4 Intervensi mandiri


1.      Melepaskan perhiasan pada praoperasi
Hasil : melepaskan perhiasan yang dipakai
klien
2.      Memeriksa identitas klien, pastikan secara
verbal nama, dan nama dokter.
Hasil : nama Nn.B, doter yang melakukan 
pembedahan Dr. M, dokter anastesi Dr. B
3.      Mengamankan pasien dimaja operasi dengan
sabuk pengaman pada paha sesuai indikasi
Hasil : telah di pasangan sabuk pengaman
pada bagian paha dan kedua lengan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Jam No.D Perkembangan klien (SOAP) Nama Perawat


x
14  mei 12.00 1 S:-
2021 O:-
 TTV 
  TD : 100/88 mmHg
   N            : 89 x / menit
   R            : 21 x / menit
  Saturasi    : 98 %
        Tubuh tidak menggigil
        Klien menggunakan selimut penghangat.
A:
resiko perubahan suhu : hipotermi tidak
terjadi
P:
Intervensi di lanjutkan di ruangan ursinia.

07 mei 12.00 2 S:-


2021 O:
     TTV
  TD            : 100/88 mmHg
   N  : 89 x / menit
   R  : 21 x / menit
  Saturasi      : 98 %
-       Tidak terdapat pus pada lukabekas
laparaskopi
-       Balutan luka di bagian abdomenterlihat
kering
A:
 Resiko infeksi tidak terjadi
P :  
Intervensi di lanjutkan di ruangan ursinia
07 mei `12.10 3 S:-
2021 O:-
 Pola nafas
Jam 11.15 WIB
R : 23 x / menit
                      
Jam 11.30 WIB
R : 22 x / menit

Jam 11.45  WIB
R : 20 x / menit

Jam 12.00 WIB


R : 21 x / menit
        tidak mnggunakan otot bantu napas,
frekuensinya teratur
A   :
Resiko perubahan pola nafas tidak
efektif  tidak terjadi
P   :
Intervensi di lanjutkan di ruanganursinia.
14 mei 12.20 4 S:-
2021 O:-
 Pengaman bed sudah terpasang
A   :
Resiko cedera tidak terjadi
P   :
Intervensi di lanjutkan di ruanganursinia.
Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

KELOID
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Ns. Sri Indrayani, S.Kep,.M.Kep ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Keloid adalah jaringan kulit tambahan yang tumbuh di bekas luka. Keloid
merupakan bekas luka hipertrofik. Yang memiliki keloid biasanya orang berkulit gelap
dan jarang ditemukan pada orang berkulit terang. Keloid dapat dianggap sebagai " bekas
luka yang tidak tahu kapan untuk berhenti. Sebuah keloid, kadang-kadang disebut sebagai
bekas luka keloid, adalah bekas luka menumpuk, yang naik tiba-tiba di atas sisa kulit.
Biasanya memiliki atas halus dan berwarna merah muda atau ungu. Keloid berbentuk
tidak teratur dan cenderung untuk memperbesar progresif. Tidak seperti bekas luka,
keloid tidak surut dari waktu ke waktu.
Sebuah keloid (juga dikenal sebagai "bekas luka keloidal ). Ini adalah hasil dari
suatu pertumbuhan berlebih dari jaringan granulasi (kolagen tipe 3) di lokasi cedera
sembuh kulit yang kemudian perlahan-lahan digantikan oleh kolagen tipe 1.

B. Perbedaan antara keloid dan bekas luka hipertropi


Setelah kulit terluka, proses penyembuhan biasanya meninggalkan bekas luka datar.
Terkadang bekas luka itu adalah hipertrofi, atau menebal, tetapi terbatas pada margin
luka. Parut hipertrofik cenderung lebih merah dan bisa mereda sendiri (suatu proses yang
dapat mengambil satu tahun atau lebih). Pengobatan seperti suntikan cortisone (steroid)
dapat mempercepat proses ini.

Keloid, sebaliknya, mungkin mulai beberapa saat setelah cedera dan melampaui situs
luka. Kecenderungan ini untuk bermigrasi ke daerah sekitarnya yang tidak terluka untuk
memulai dengan membedakan keloid dari bekas luka hipertrofik. Keloid biasanya muncul
setelah operasi atau cedera, tetapi mereka juga dapat muncul secara spontan atau sebagai
hasil dari beberapa peradangan ringan, seperti jerawat, jerawat di dada (bahkan salah satu
yang tidak tergores atau jejas). Luka ringan lain yang dapat memicu keloid yaitu luka
bakar dan tindikan.

C. Tanda dan Gejala


Keloid diangkat dan tampak mengkilap dan berbentuk kubah, mulai warna dari pink
menjadi merah. Beberapa keloid menjadi sangat besar dan tak sedap dipandang. Selain
menyebabkan masalah kosmetik potensial, bekas luka ini sering cenderung gatal , tender,
atau bahkan menyakitkan untuk disentuh.

Keloid tegas, kenyal lesi atau mengkilat, berserat nodul , dan dapat bervariasi dari pink ke
daging berwarna atau merah kecoklatan. Seorang bekas luka keloid yang jinak , tidak
menular, dan kadang-kadang disertai dengan gatal parah dan rasa sakit dan perubahan
tekstur. Pada kasus yang parah, dapat mempengaruhi gerakan kulit.

D. Penyebab
Dokter tidak mengerti persis mengapa bentuk keloid pada orang tertentu atau situasi dan
tidak sama pada masing - masing orang. Perubahan sinyal seluler yang mengontrol
pertumbuhan dan proliferasi mungkin berhubungan dengan proses pembentukan keloid,
namun perubahan ini belum ditandai secara ilmiah.

Keloid dapat berkembang setelah luka ringan yang terjadi dengan menusuk tubuh. Karena
dokter tidak memahami alasan yang tepat mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap
keloid berkembang, adalah mustahil untuk memprediksi apakah menusuk akan mengarah
pada pembentukan keloid. Meskipun ada beberapa keluarga yang tampaknya rentan
terhadap keloid membentuk, untuk sebagian besar, tidak mungkin untuk mengatakan
siapa yang akan mengembangkan sebuah keloid. Satu orang mungkin, misalnya,
mengembangkan keloid di salah satu daun telinga setelah menusuk dan bukan yang lain.
Masuk akal, namun, bagi seseorang yang telah membentuk satu keloid untuk menghindari
operasi elektif atau menusuk, terutama di daerah rawan tubuh jaringan parut.

E. Pencegahan
Cara terbaik pencegahan keloid tidak hanya dengan satu cara. Seseorang yang memiliki
keloid tidak harus menjalani operasi kulit elektif maupun prosedur seperti menusuk.
Ketika mengalami keloid, pencegahan sangat penting, karena perawatan saat ini sering
tidak sepenuhnya berhasil dan tidak dapat bekerja sama sekali.

F. Orang yang paling rentan terhadap keloid


Keloid sama - sama sering terjadi pada wanita dan laki-laki, meskipun setidaknya pada
masa lalu perempuan lebih maju mereka karena tingkat yang lebih besar dari daun telinga
dan body piercing di kalangan wanita. Keloid jarang ada pada anak-anak dan orang tua.
Meski orang dengan kulit gelap lebih mungkin untuk mengembangkan mereka, keloid
dapat terjadi pada orang dari semua jenis kulit. Dalam beberapa kasus, kecenderungan
untuk membentuk keloid tampaknya berjalan dalam keluarga.

Keloid terjadi paling sering di dada, punggung, bahu, dan telinga. Mereka jarang
berkembang di wajah (dengan pengecualian rahang).

G. Penatalaksanaan
 Suntikan Kortison (steroid intralesi): Ini aman dan tidak terlalu menyakitkan.
Suntikan biasanya diberikan sekali per bulan sampai keuntungan maksimal diperoleh
 Pembedahan : Ini adalah berisiko, karena memotong keloid bisa memicu
pembentukan keloid yang sama atau bahkan lebih besar Beberapa ahli bedah
mencapai keberhasilan dengan menyuntikkan steroid atau menerapkan dressing
tekanan ke situs luka setelah memotong keloid.
 Laser berdenyut bisa efektif pada perataan keloid dan membuat mereka terlihat
kurang merah. Perawatan ini aman dan tidak sangat menyakitkan, tapi beberapa sesi
pengobatan mungkin diperlukan
 Lembaran silikon: ini melibatkan memakai selembar silikon gel pada daerah yang
terkena selama beberapa jam sehari selama beberapa minggu atau bulan, yang sulit
untuk mempertahankan. Beberapa dokter mengklaim sukses serupa dengan perban
kompresi yang terbuat dari bahan selain silikon.
 Cryotherapy : Pembekuan keloid dengan nitrogen cair dapat meratakan mereka tetapi
sering menggelapkan tempat pengobatan.
 Interferon : interferon adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh
yang membantu melawan virus, bakteri, dan tantangan lainnya.
 Fluorouracil : Suntikan ini kemoterapi agen, sendiri atau bersama-sama dengan
steroid, telah digunakan juga untuk pengobatan keloid.
 Radiasi : Beberapa dokter telah melaporkan dan efektif penggunaan yang aman
radiasi untuk mengobati keloid.

Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

KELOID
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Ns. Sri Indrayani, S.Kep,.M.Kep ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Tempat tinggal : Bonto Perak
No. Reg / Med. Rec : 0001041009 / 11 02 0219
Tanggal MRS : 04 Mei 2021
Tanggal pengkajian : 06 Mei 2021

b. Identitas Pennggung Jawab


Nama : KK
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Anak pertama

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama saat MRS
Keloid didada dan lengan kiri yang terasa gatal

b) Keluhan utama saat dikaji


Terdapat keloid didada, melintang diantara puting susu kanan dan kiri
bentuknya tidak beraturan, dan lengan kiri diatas siku. Terasa gatal yang
hilang timbul.

2) Riwayat kesehatan dahulu


Klien menderita keloid sejak 15 tahun yang lalu. Klien pernah berobat ke
rumah sakit pangkep tahun 2005 dan diberi salep. Kemudian klien rajin
control setiap bulan dari tahun 2008 sampai dengan 2010,

3) Riwayat kesehatan keluarga


Dikeluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti klien, baik orang
tua, saudara maupun anak – anaknya.
d. Pola Aktifitas sehari – hari ( ADL )
N ADL SEBELUM MRS PADA SAAT MRS
O
1 Nutrisi
a. Makan
- Jenis Nasi + sayur + lauk Diit Nasi Biasa
(lebih sering tahu)
- Jumlah 1 piring, kadang – kadang 1 porsi
nambah
- Frekwensi 3 kali sehari 3 kali sehari

b. Minum
- Jenis Air putih, kadang the Air putih, susu,
kadang the
- Jumla 1 gelas belimbing 1 gelas belimbing
h 6 – 8 kali sehari 6 – 8 kali sehari
- Frekw
ensi

2 Eliminasi
a. BAK
- Jumlah 200 – 300 cc 200 – 300 cc
- Frekwensi 5 - 6 kali sehari 5 - 6 kali sehari
- Warna Kuning jernih Kuning jernih

b. BAB
- Frekwensi 1 kali sehari 1 kali sehari
- Warna Kuning Kuning
- Konsistensi Lembek Lembek
3 Personal hygiene
a. Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
b. Keramas 3 hari sekali 3 hari sekali
c. Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
d. Gunting kuku 1 kali seminggu 1 kali selama dirawat
4 Istirahat dan tidur
a. Tidur siang Tidak pernah 1 – 2 jam
b. Tidur malam 6 – 7 jam 6 – 7 jam
5 Aktivitas Klien seorang pedagang Klien hanya
kupat tahu keliling, dari melakukan aktivitas
pagi sampai sore hari. untuk memenuhi
kebutuhan sehari –
hari (mandi, buang air,
makan)

e. Pemeriksaan Fisik
1) System Integumen dan Immunitas
Kulit tampak bersih, tidak ada pigmentasi, terdapat keloid di dada melintang
diantara areola kanan dan kiri dengan ukuran Panjang 35 cm, Lebar 8 cm,
bentuknya tidak beraturan, di lengan kiri diatas siku dengan ukuran Panjang 7
cm, Lebar 7 cm. Suhu tubuh 36 °C, turgor kulit baik.

2) System Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, mukosa
hidung kering, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, ekspansi paru
maksimal, saat perkusi terdengar bunyi resonan, saat auskultasi tidak
terdengar bunyi ronchi dan wheezing, tidak ada nyeri tekan di dada, respirasi
24 kali/menit.

3) System Kardiovaskuler
Kongjungtiva merah muda, kuku tampak agak merah, akral perifer teraba
hangat, tidak ditemukan peningkatan vena jugularis, clubbing finger tidak ada,
CRT < 3 detik, pulsasi nadi kuat, irama nadi teratur, denyut nadi 88 kali/menit,
TD : 130/80, saat perkusi terdengar suara dullnes, bunyi jantung tamabahan
tidak ada, bunyi jantung gallop tidak ada, murmur tidak ada.

4) System Pencernaan
Bentuk mulut simetris, bibir agak merah muda, mukosa mulut lembab, lidah
tampak merah muda, letak tonsil simetris, susunan gigi lengkap abdomen
datar, bising usus 5 kali permenit, BB 96 kg, nyeri tekan hepar dan gaster
tidak ada.

5) System Persarafan
Keadaan umun Baik, kesadaran compos mentis, GCS : E4, M6, V5, reflek pupil
terhadap cahaya positif, isokor, tidak ada strabismus, klien mampu
menggerakkan lidah, rahang, leher, tangan, dan kaki sesuai perintah, klien
mampu merasakan sensasi halus dan kasar, tumpul dan tajam.

6) System Endokrin
Palpebrae tidak edema, tidak ada exoptalmus, pada telinga chovstek sign
negative, leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, ekstremitas atas
tidak tremor ketika diletakkan kertas diatas tangan kanan dan kiri, akral teraba
hangat, kuku tidak tebal.

7) System Genitourinasi
Tidak ada kelainan, tidak ada riwayat penyakit ginjal atau saluran kemih, tidak
terpasang kateter,

8) Sietem Muskuloskeletal
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, lingkar lengan atas kanan dan
kiri adalah 30 cm, kekuatan mampu melawan kekuatan penuh, rentang gerak
maksimal karena tidak ada kelemahan, tidak terpasang infus, drain, selang
oksigen ataupun NGT.

9) Wicara dan THT

Bicara lancar, pendengaran baik, terbukti dengan mampu menjawab semua


pertanyaan dengan baik, tidak menggunakan alat bantu dengar, penciuman
baik, dapat membedakan bau kopi dengan teh.

10) System Penglihatan


Penglihatan baik, mampu membaca nametag mahasiswa dengan jarak 30 cm,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
f. Data Psikologis
1) Status emosi
Klien mengatakan emosinya stabil, dapat dikontrol.

2) Kecemasan
Klien mengatakan cemas memikirkan operasi yang akan dilaluinya

3) Pola koping
Klien mengatakan akan menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakitnya
walaupun klien tahu kemungkinan penyakitnya akan timbul lagi.

4) Gaya komunikasi
Bicara klien lancar, suara jelas, terbuka dengan perawat, dialek khas sunda,
klien bisa berbahasa Indonesia.
5) Konsep diri
Klien mengatakan penyakitnya mengganggu penampilannya. Selama dirawat
klien tidak bisa mencari nafkah (jualan kupat tahu keliling) Klien mengatakan
tidak merasa rendah diri walaupun ada bekas luka operasi didada dan
lengannya. Klien mau dioperasi untuk menghilangkan penyakitnya demi anak
– anaknya yang merasa malu karena orang lain menganggap ayahnya seorang
preman atau penjahat, karena keloid yang didada dan lengan kiri atasnya
dikira bekas tato. Peran diri klien sebagai kepala rumah tangga terganggu
karena tidak bisa mencari nafkah karena sedang dirawat.

g. Data Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan anggota keluarga, teman sekamar dan tenaga
kesehatan lainnya. Interaksi klien dengan masyarakat baik terbukti dengan
tetangga – tetangga yang bezuk.

h. Data Spiritual
1) Keyakinan hidup
Klien beragama islam, sering berdoa untuk kesembuhan penyakitnya
2) Optimisme terhadap kesembuhan penyakit
Klien bisa menerima penyakitnya dan optimis penyakitnya bisa disembuhkan,
walaupun tidak bisa sembuh seperti sediakala

3) Gangguan dalam melaksanakan ibadah


Selama dirawat di rumah sakit klien tetap melaksanakan ibadah seperti
biasanya.
2. Analisa Data

DATA INTERPRETASI MASALAH


Data subjektif Hospitalisasi yang lama Cemas
- Klien mengatakan selalu
memikirkan tentang operasinya.
Tindakan operasi yang akan
Data objektif dilakukan
- Ekspresi wajah klien tampak cemas
- Klien sering bertanya kepada
perawat kapan akan dioperasi Gelisah
- Klien terlihat sering melamun
- Tekanan darah : 120/80 kali/menit
Nadi : 80 kali permenit Cemas
Suhu : 36 0C
Respirasi : 20 kali permenit

Data subjektif Gangguan konsep diri


- Klien mengatakan penyakitnya
mengganggu penampilannya.
- Klien mengatakan anaknya merasa
malu karena orang lain
menganggap ayahnya seorang
preman atau penjahat, karena keloid
yang didada dan lengan kiri atasnya
dikira bekas tato.

Data objektif
- Ada keloid didada klien dengan
ukuran panjang 35 cm, lebar 8 cm,
bentuknya tidak beraturan, dan
dilengan kiri diatas siku dengan
ukuran Panjang 7 cm, Lebar 7 cm.
- Klien sering memakai baju lengan
panjang

1. Diagnosa Keperawatan

N TANGGAL DITEMUKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA PERAWAT PARAF
O
1 Cemas berhubungan dengan tindakan 06 Mei 2021
operasi yang akan dilakukan

2 Gangguan konsep diri berhubungan dengan 06 Mei 2021


adanya multiple keloid

B. PERENCANAAN

N DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Cemas berhubungan Tujuan jangka panjang: 1. Kaji rasa cemas 1. Mengetahui sejauh
dengan tindakan operasi Cemas teratasi klien mana rasa cemas
yang akan dilakukan, yang dimiliki klien
ditandai dengan : Tujuan jangka pendek: agar membantu
Data subjektif Setelah dilakukan dalam pembuatan
- Klien mengatakan tindakan keperawatan intervensi
selalu memikirkan dalam 2 hari selanjutnya
tentang operasinya. diharapkan tidak terjadi
cemas dengan kriteria 2. Berikan 2. Dapat memotivasi
Data objektif evaluasi : kesempaatan klien klien untuk
- Ekspresi wajah - Klien mengatakan untuk mempertahankan
klien tampak cemas tidak selalu mengungkapkan rasa kondisi fisiknya.
- Klien sering memikirkan cemasnya
bertanya kepada tentang operasinya
perawat kapan akan - Ekspersi wajah 3. Observasi tingkah 3. Untuk mengetahui
dioperasi tampak tenang laku yang hal – hal apa saja
- Klien terlihat sering - Klien tidak menjukkan tingkat yang dapat
melamun melamun lagi kecemasan meningkatkan
- Tekanan darah : - Tekanan darah : terjadinya
130/80 kali 120/80 kali kecemasan
permenit permenit
Nadi : 88 kali Nadi : 80 kali 4. Monitor tanda – 4. Mengetahui dan
permenit permenit tanda vital (tekanan memebrikan patokan
Suhu : 36 0C Suhu : 36 0C darah, nadi, suhu dan dasar perbandingan /
Respirasi : 24 kali Respirasi : 20 kali respirasi pengenalan terhadap
permenit permenit temuan abnormal

5. Berikan pendidikan 5. Memberikan


kesehatan tentang pengetahuan apa
prosedur dan yang diharapkan
penatalaksanaan klien untuk
operasi : menurunkan
- Manajemen nyeri kecemasan,
- Batuk efektif memperjelas
- Mobilisasi kesalahan konsep
bertahap dan meningkatkan
- Diet bertahap kerjasama

2 Gangguan konsep diri Tujuan jangka panjang: 1. Kaji respon verbal 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan Gangguan konsep diri dan nonverbal masalah apa yang
adanya multiple keloid, dapat diatasi klien tentang tubuh dihadapi klien
ditandai dengan : klien terkait kondisi
Data subjektif Tujuan jangka pendek: fisiknya agar dapat
- Klien mengatakan Setelah dilakukan membantu
penyakitnya tindakan keperawatan mengatasinya.
mengganggu dalam 2 hari
penampilannya. diharapkan tidak terjadi 2. Tentukan harapan 2. Agar dapat
- Klien mengatakan gangguan konsep diri pasien tentang meningkatkan
anaknya merasa dengan kriteria gambaran diri proses
malu karena orang evaluasi: klien. penyembuhan
lain menganggap - Klien bisa klien
ayahnya seorang menerima
preman atau penyakitnya dan 3. Tanyakan dan 3. Mengetahui
penjahat, karena mengatakan tentukan apakah apakah
keloid yang didada penyakitnya tidak perubahan fisik keadaannya ini
dan lengan kiri mengganggu saat ini telah berpengaruh dalam
atasnya dikira bekas penampilannya dikaitkan ke dalam memenuhi
tato. - Setelah dilakukan citra tubuh klien. kebutuhan
operasi keloid aktivitasnya
Data objektif tidak ada lagi
- Ada keloid didada 4. Berikan perawatan 4. Menjaga privasi
klien dengan ukuran dengan cara dan martabat klien
panjang 35 cm, menjaga privasi dapat membantu
lebar 8 cm, dan martabat klien psikologis klien
bentuknya tidak sehingga
beraturan, dan mempermudah
dilengan kiri diatas penyembuhan
siku dengan ukuran penyakit klien.
Panjang 7 cm, Lebar
7 cm.
- Klien sering
memakai baju
lengan panjang

C. PELAKSANAAN

TANGGAL /
TINDAKAN DP PARAF
JAM
07 mei 2021 Mengkaji rasa cemas klien 1
11.00 Hasil : klien cemas ringan
11.05 Mengkaji respon verbal dan nonverbal klien 2
tentang tubuh klien
Hasil :
Klien mengatakan penyakitnya mengganggu
penampilannya. Klien berobat demi anak –
anaknya yang merasa malu karena orang lain
menganggap ayahnya seorang preman atau
penjahat, karena keloid yang didada dan
lengan kiri atasnya dikira bekas tato. Peran
diri klien sebagai kepala rumah tangga
terganggu karena tidak bisa mencari nafkah
karena sedang dirawat.

11.10 Menjaga privasi dan martabat klien dengan 2


memasang skerem / sampiran sewaktu
pemeriksaan fisik
Hasil :
Klien terlihat tenang karena privasinya terjaga
11.15 Memberikan kesempatan klien 1
mengungkapkan rasa cemasnya
Hasil :
klien mengunkapkan kecemasannya tentang
operasi yang akan dihadapinya, apakah
berjalan dengan lancar dan selamat
11.30 Mengamati tingkah laku klien yang 1
menunjukkan tingkat kecemasan
Hasil :
Klien terlihat melamun
11.40 Mengukur tanda – tanda vital : 1
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,2 0C
Nadi : 84 kali permenit
Respirasi : 24 kali permenit
12.00 Memberikan pendidikan kesehatan tentang 1
prosedur dan penatalaksanaan operasi :
- Manajemen nyeri
- Batuk efektif
- Mobilisasi bertahap
- Diet bertahap

Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERGLEKEMIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Hiperglikemi merupakan keaadaan dimana kadar glukosa darah yang tinggi dari
rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml darah (Elizabeth J.Corwin, 2009).
Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stres, infeksi, dan konsumsi obat-
obatan tertentu. (Saraswati, silvia.2009) Hiperglikemia didefinisikan sebagai
kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100
ml darah (Sujono & Sukarmin, 2008)
B. ETIOLOGI
1) Defisiensi Insulin, seperti yang dijumpai pada DM tipe 1
2) Penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti yang dijumpai pada DM
tipe II karena adanya penyebab obesitas, kurangnya aktifitas fisik
3) Stres kronis Respon terhadap stres mencakup aktivasi sistem saraf simpatis
dan pelepasan hormon pertumbuhan (tyroid), katekolamin epinefrin dan
norepinefrin dari kelenjar adrenal yang selanjutnya akan merangsang peningkatan
pemecahan simpanan glukosa di hepar dan otot rangka.
4) Hipertiroid Hormon-hormon tersebut menstimulasi pelepasan insulin yang
berlebihan oleh sel-sel pankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel
terhadap insulin
5) Autoimun Autoimun menyebabkan kerusakan sel-sel beta pankreas yang
berakibat defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan retensi terhadap
kerja insulin.
6) Alkoholisme Dianggap menambah resiko terjadinya kerusakan sel-sel beta
pada pankreas.

B. MANIFESTASI KLINIS
1. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula darah
puasa melebihi 126 mg/dl.
2. Poliuria (banyak dan sering kencing)
3. Polipagia (banyak makan)
4. Polidipsi (banyak minum)
5. Kelemahan tubuh, lesu cepat lelah tidak bertenaga
6. Berat badan menurun
7. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
8. Infeksi saluran kencing 9. glukosuria 10. Infeksi yang sukar sembuh (ADA,
2009)

C. PATOFISIOLOGI
Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah
tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar. Dalam keadaan
normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan terganggu, glukosa tidak dapat
masuk ke sel sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein
dan lemak. Lipolisis bertambah dan lipogenesis terhambat, akibatnya dalam
jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang penting pada siklus asam
sitrat dan prekusor utama dari lipid dan steroid, terbentuk dengan cara
menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama oksidasi karbohidrat, asam
lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini akan banyak diubah menjadi
zat keton karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s
Cycle). Zat keton sebenarnya merupakan sumber energi yang berguna
terutama pada saat puasa. Metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat,
karena jumlahnya yang terbentuk lebih banyak daripada yang dimetabolisme.
Keadaan ini disebut ketoasidosis yang ditandai dengan nafas yang cepat dan
dalam disertai adanya bau aseton (Tjay, 2007).

D. KOMPLIKASI

1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100 mg%.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
2. Komplikasi kronik
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskuler perifer dan vaskuler serebral
b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati), dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun
makrovaskuler
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik (Mansjoer dkk, 2007)

E. PENATALAKSANAAN
 Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
 Dengan rumus 3 – 2 – 1
Hipoglikemi:
 Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
 Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah. Koma
hipoglikemi:
 Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat
diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
 Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 – 50 mg atau
injeksi glukagon 1 mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10%
dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.
Keperawatan Gawat Darurat

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERGLEKEMIA
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S Tgl MRS : 20 April 2021
Umur : 52 th Jam masuk : 13.00
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Balocci
No.Reg :
Dx Medis : DM tipe I + Hiperglikemia

II. Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan mengeluh badan terasa panas dan cekot cekot semenjak
3 hari yang lalu, muntah (+) dan nyeri perut hilang timbul
2. Mekanisme kejadian
Sudah sejak 3 hari yang lalu pasien merasa badan terasa panas, mulai saat itu pasien
hanya berbaring di tempat tidur. Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai
riwayat DM dan + 7 hari yang lalu pasien makan semua makanan yang ia pengen.
3. SAMPLE
a. Sign and Symptom
GDA stik : 369 mg/dl
b. Allergies
Tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Medication
Sudah 3 hari klien tidak menyuntikkan insulin
d. Post medical history
Klien punya riwayat penyakit Diabetes Mellitus sejak + 3 tahun yang lalu
e. Last meal
Keluarga klien mengatakan klien habis makan nasi jam 21.30
f. Even before accident
Keluarga klien mengatakan awalnya pasien tidur kemudian tiba-tiba badan pasien
terasa panas.
III. Data Objektif
a. Airway
Peten, tidak ada sumbatan, ada sekret, tidak ada suara nafas tambahan
b. Breathing
Bernafas secara spontan, pergerakan dinding dada simetris, RR 24 x/menit
pernafasan reguler.
c. Circulation
TD : 140/ 90 mmHg, nadi 82 x/menit, anemis, CRT < 2 detik, akral hangat.
d. Disability
GCS 4-5-6
e. Exposure / Environment
Nyeri (+) pada perut
f. Full vital Sign
TD = 140/90 mmHg
S = 36oC
N = 82x/menit
RR = 24x/menit
GDA = 369 mg/dl
Five intervention
Pemasangan infus (+)
Pemasangan kateter (-)
Pemeriksaan EKG (-)
Pemasangan NGT (-)
Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap, GD sewaktu, SGOT, SGPT,
Ureum dan Creatinin
g. Give comfort
Memberikan insulin lanjutan
h. Head to toe examination
- Kepala
bentuk simetris
- Telinga
Bettle sign (-), jejas (-), lesi (-)
- Mata
Konjungtiva anemis (-), abrasi di pelipis mata kanan (-), raccon eyes (-)
- Leher
JVD (-), posisi trakhea di tengah
- Thorax
Pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercostae (-), suara paru di
seluruh lapang paru vesikuler.
- Abdomen
Nyeri tekan (-)
- Genetalia
Hematuria (-)
Hematuria (-)

IV. Terapi
- IVFD NS 20 tpm
- Injeksi iv : omeprazole 1 x 40 mg
- Injeksi iv : ondansentron 1 x 8 mg
- Injeksi iv : novaldo 3 x 1 gr
- Injeksi sc : levemir 0-0-28 iucc
- Injeksi sc : novorapid 24-24-24 iucc

ANALISA DATA

No. Data Fokus Etiologi Problem

3. DS : Kurang Resiko ketidakstabilan


pengetahuan kadar glukosa darah
- Klien mengeluh badan tentang
terasa panas dan cekot manajemen
cekot semenjak 3 hari diabetes
yang lalu, muntah (+) dan
nyeri perut hilang timbul
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
mempunyai riwayat DM
dan + 7 hari yang lalu
pasien makan semua
makanan yang klien
pengen.

DO :

- GDA = 369 mg/dl


 TD = 140/90 mmHg
 N = 82 x/menit
 RR = 24x/menit

No. Data Fokus Etiologi Problem

3. DS : Kurang Resiko ketidakstabilan


- Klien mengeluh badan pengetahuan kadar glukosa darah
terasa panas dan cekot tentang
cekot semenjak 3 hari manajemen
yang lalu, muntah (+) dan diabetes
nyeri perut hilang timbul
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
mempunyai riwayat DM
dan + 7 hari yang lalu
pasien makan semua
makanan yang klien
pengen.

DO :

- GDA = 369 mg/dl


 TD = 140/90 mmHg
 N = 82 x/menit
 RR = 24x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen diabetic

INTERVENSI

No NOC NIC

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen Hiperglikemi :


selama 1x60 menit kadar glukosa darah
meningkat dengan kriteria hasil sebagai 1. Monitor kadar gula darah setiap
berikut : hari
2. Monitor tanda dan gejala poliuri,
No. NOC Score polifagi, polidipsi
1. Kadar glukosa 5 3. Monitor TTV
darah dalam batas 4. Identifikasi penyebab
normal hiperglikemi/hipoglikemi
5. Batasi aktivitas klien bila kadar
2 Episodic 5
gula naik atau terlalu rendah
hiperglikemi
6. Kolaborasikan asupan nutrisi
3 Episodic 5 yang sesuai dengan kebutuhan
hipoglikemi klien
7. Kolaborasi pemberian obat yang
4 Fructosemine 5 sesuai dengan kebutuhan
dalam batas normal

5 Hemoglobin 5
glukosa dalam
batas normal

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl/ Tgl/
Implementasi Evaluasi
Jam Jam

21/05/ Menejemen Hipoglikemi : 21/05/ S :


21 21
1. Memonitor kadar gula - Klien mengatakan tubuhnya
06.00 darah, 15.50 terasa lemas
GDA = 369 MG/D

2. Memonitor tanda dan gejala O:


poliuri (-), polifagi(-),
polidipsi (+) GCS : 4-5-6
3. Monitor TTV No. NOC Score
TD : 140/90 mmHg
1. Kadar glukosa 3
S : 360C darah dalam
batas normal
N : 82x/menit
2 Episodic 3
RR : 24x/menit
hiperglikemi
4. Mengidentifikasi penyebab 3 Episodic 3
hiperglikemi hipoglikemi
5. Membatasi aktivitas klien
bila kadar gula naik atau 4 Fructosemine 4
terlalu rendah dalam batas
6. Kolaborasikan asupan normal
nutrisi yang sesuai dengan
5 Hemoglobin 4
kebutuhan klien
glukosa dalam
7. Kolaborasi pemberian obat
batas normal
yang sesuai dengan
kebutuhan
(novorapid sc 24 iucc)
A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan semua intervensi

Keperawatan Jiwa

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ANSIETAS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang sfesifik. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan sundeen, 1990, hal 75).
Tingkatan ansietas (peplau, 1963) terdiri atas:
1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi dan menghasilkan kreativitas.
2. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan sfesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari
orang yang mengalami panik, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan
dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian.

B. PENYEBAB

Menurut riyardi tahun 2013, terdapat berbagai teori yang dikembangkan untuk
menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1. Psikoanalitik yang dikemukakan Sigmund freud , ansietas merupaka
konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Pandangan interpersonal yang dikemukakan Sullivan ansietas timbul dari
perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan intrerpersonal.
Hal ini berhubungan dengan trauma perkembangan seperti perpisahan, dan
kehilangan yang menimbulkan indiviud tak berdaya. Harga diri rendah
mudah mengalami ansietas berat
3. Pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Misal pada infivisu yang masa kecil dihadapkan ketakutan
yang berlebihan akan menyebabkan anseitas berat pada dewasa. Hal ini
merupakan hubungan antara konflik dan ansietas dimana konflik
menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya
pada akhirnya meningkatkan konflik yang dirasakan.
4. Kajian keluarga menunjukan bahwa ansietas merupakan hal yang biasanya
terjadi dalam satu keluarga
5. Kajian biologis, Gangguan fisik yang akan menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasistresor. Hal ini dibuktikan dengan
keseimbangan reseptor otak yaitu benzodiazepines dan aminobutirat gama
neuroregulator (GABA)
6. Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.( Riyardi, sujono
2013 )

C. TANDA DAN GEJALA


Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik. Tanda fisik cemas yang sering timbul berupa gemetar, nyeri punggung
dan kepala, mudah lelah, sering kaget, wajah merah dan pucat, takikardia, tangan
terasa dingin, sulit menelan. Sedangkan gejala psikologik yang sering ditimbulkan
yaitu rasa takut, sulit berkonsentrasi, insomnia dan rasa mual diperut (Harold,
1998).
Menurut Ibrahim (2007) pengalaman kecemasan memiliki dua komponen, yaitu:
a. Keadaan akan adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan
berkeringat)
b. Kesadaran berada dalam keadaan gugup atau ketakutan
Gejala ansietas terdiri dari (Ibrahim, 2007) :
a. Gangguan somatik
Tremor, panas-dingin, berkeringat, palpitasi, nausea, diare, mulut kering,
sesak nafas dan kesukaran untuk menelan
b. Gangguan kognitif
Kesukaran untuk berkonsentrasi dan daya ingat, kebingungan, kekuatan
akan lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang berlebihan
serta pikiran akan malapetaka yang besar.
c. Gangguan perilaku
Ekspresi katakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan penarikan diri dari
masyarakat.
d. Gangguan persepsi
Depersonalisasi dan derealisasi

D. TINGKATAN

Empat level tingkat kecemasan antara lain : kecemasan ringan, kecemasan sedang,
kecemasan berat, dan panic ( stuart & laraia, 2005)
1. Mild anxiety (kecemasan ringan)
Merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama
hidup. Pada level ini, seseorang akan merasa waspada dan pandangan perseptual
orang tersebut meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat, mendengar dan
merasakan. Level kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan
membuat seseorang menjadi dewasa dan kreatif.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, dapat
belajar dengan baik, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Moderate anxiety (kecemasan sedang)
Pada level ini seseorang hanya focus pada urusan yang akan dilakukan
dengan segera termasuk mempersempit pandangan perseptual sehingga apa yang
dilihat, didengar dan diraskaan menjadi lebih sempit. Pada level ini seseorang
akan focus pada sumber kecemasan yang dihadapi mulai membuat perencanaan
tetapi dia masih dapt melakukan hal lain jika menginginkan untuk melakukan hal
lain tersebut.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara
cepat dengan volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
3. Severe anxiety (kecemasan berat)
Ditandai dengan pengurangan signifikan pada pandangan konseptual.
Seseorang yang dia rasakan dan tidak berpikir lagi tentang hal lain. Semua
perilaku yang muncul kemudian bertujuan untuk mengurangi kecemasan.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit
kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak
dapat belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, munculnya keinginan
tinggi untuk menghilangkan kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan
disorientasi.
4. Panik
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan terror luar biasa karena
mengalami kehilangan kendali terhadap dirinya. Orang yang mengalami panic
tidak mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala
yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon, terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, megalami halusinasi dan delusi.
Keperawatan Jiwa

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN ANSIETAS
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Identitas klien
Nama : Tn.N
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Status marital : Belum menikah
No.CM : 013356
Diagnosa Medis : Ansietas
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian : 30 April 2021
Alamat : Jl. Palampang

2) Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.R
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU
Alamat : Jl. Palampang
Hub dengan klien : Ayah Kandung

b. Alasan masuk
Menurut penuturan klien dan keluarga, + 3 bulan sebelum masuk klien merasa
tidak dapat berkonsentrasi dan selalu merasa gelisah,sukar tidur,dan tidak ada
nafsu makan.Karena keluarganya merasa khawatir,klien di bawa ke rumah sakit
dan setelah di periksa,,klien harus di rawat, dan akhirnya klien di rawat.
c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Riwayat Penyakit Jiwa Terdahulu
Menurut penuturan keluarga kllien,klien tidak pernah menderita Penyakit
jiwa apapun
2. Pengobatan sebelumnya
Klien tidak pernah berobat kemanapun karena klien baru mengalami
Penyakit tersebut.
3. Kekerasan dalam keluarga
4. Menurut penuturann klien,kien belum pernah mengalami penganiayaan
fisik dalam keluarga.
5. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Menurut penuturan keluarga klien,tidak ada yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Menurut penuturan klien,pada waktu kuliah klien merasa berat dengan
beban mata kuliahnya yang menurutnya sangat sulit.Dia terus berusaha
tetapi hasilnya negatif sehingga klien merasa cemas bila tidak menjadi
yang nomor satu dikelasnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Pols : 100 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 36 x/mnt
b. Keluhan Fisik
Klien mengatakan baahwa ia sekarang tiidak merasa sakit pad fisiknya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Menurut penuturan klien,dia menyukai bentuk tubuhnya tapi tidak ada yang
terlalu dibanggakan.
b. Identitas Diri
Klien dapat menjelaskan identitasnya dengan lengkap sepperti nama,alamat dll.
c. Peran
Klien berpperan sebagai anak sulung dari 2 bersaudara,klien masih belajar di salah
satu universitas terkenal dan klien belum menikah.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin bekerja menjadi seorang dokter.
e. Harga Diri
Klien merasa malu dengan orang tua dan teman-temannya karena kien merasa
tidak mampu mencapai prestasi terbaaik di kampusnya.
Masalah Keperawatan : harga Diri Rendah

2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Menurut penuturan klien, orang yang paling berarti dalam hidupnya
Adalah keluarganya.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien suka bergaul dengan teman sebayanya, tapi setelah sakit klien suka
menyendiri, tidak mmau bergaul dan merasa malu dengan orang lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Klien merasa malu dengan keadaanya sehingga klien merasa segan untuk
berinteraksi dengan orang lain, terutama keluarganya.
Masalah Keperawatan : Ggn berhubungan dengan orang lain

3. Spiritual
a.Nilai dan Keyakinan
Klien meganut agama islam dan percaya akan adanya Tuhan .
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan bahwa klien dirumah suka melaksanakan shalat dan saat
dirumah sakit jiwa klien kelihatan suka melaksanakan shalat lima waktu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e.Status Mental
1) Penampilan Diri
Penampilan klien tampak rapi,kulit bersih,dalam melakukan aktivitas sehari-hari
klien tidak harus dimotivasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2) Pembicaraan
Dalam pembicaraan klien dapat berbicara banyak dan lancar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3) Aktifitas Motorik
Klien banyak bergerak tersentak-sentak (meremas-remas tangan)
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4) Alam Perasaan
Pada saat di kaji klien merasa biasa-biasa saja, tapi klien merasa sedih karena
ingin pulang.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5) Afek
Pada saat di kaji afek klien sangat gelisah,tegang,takut dan selalu gugup.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
6)Interaksi Selama Wawancara
Klien berfokus pada satu objek apabila di ajak berkomunikasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7) Perepsi
Menurut penuturan klien,pada waktu sebelum masuk rumah sakit jiwa klien di
rumah selalu gelisah ,susah tidur,tidak dapat berkonsentrasi dantidak ada nafsu
makan,tapi saat di kaji klien sudah tidak merasakannya lagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
8) Isi Fikir
Selama wawancara tidak ditmukan adanya tannda-tanda waham atau keinginan
yang tidak masuk akal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
9) Arus Fikir
Selama wawancara arus pembicaraan klien baik,tidak berbelit-belit baik dalam
perkataannya maupun isi pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10)Tingkat Kesadaran
Klien bisa mengingat kejadian sebelum masuk RSJ, dan klien mampu
menyebutkan hari, jam, tanggal serta tahun saat di wawancara.
11) Memori
Klien dapat mengingat sipa saja yang mengantar klien ke rumah sakit dan kapan
klien datang kerumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12)Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien tidak dapat berkonsentrasi pada saat pertanyaan dan dapat menghitung
penjumlahan yang sederhana.
Masalah keperawatan : Gangguan Konsentrasi
13)Kemampuan Penilaian
Klien dapat membuat penilaian dan mengambil keputusan saat disuruh mencuci
tangan setelah makan dan klien selalu melaksanakan setiap selesai makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
14)Daya Tilik Diri
Klien tidak menyadari kalau dirinya sakit sehingga memerlukan perawatan di RS
Masalah Keperawatan : Ketidakefektipan pelaksanaan resimen terapeutik

ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. Ds : Menurut penuturan klien, klien merasa Berduka disfungsional

berat dengan beban mata kuliahnya dan

klien cemas

Do : - Klien tampak gelisah

- Klien tampak murung

Ds : Klien merasa cemas dengan tuntutan


2. Ansietas
orang tuanya untuk menjadi yang

terbaik

Do : - Klien tampak gelisah

- Klien tidak dapat berkonsentrasi

Ds : Klien merasa malu dengan orang tua

3. dan teman-temannya karena tidak dapat Harga Diri Rendah

menjadi yang terbaik

Do : - Klien tampak selalu menyendiri

- Klien tidak mau berhubungan dengan

orang lain

Ds : Klien merasa tidak perlu


4. berkomunikasi dengan orang lain,dan Ketidak efektipan

hanya berfokus pada pelajaran Pelaksanaan resimen

Terapeutik
Do : Klien gugup dan takut

Ds : Klien tidak menyadari bahwa dirinys

sakit sehingga memerlukan perawatan Gangguan Tidur


5.
di RS

Do : Klien tampak bertanya-tanya kenapa ia

dibawa ke RS

Ds : Klieen mengeluh susah tidur

Do :- Sklera merah

- Konjungtiva pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah berhubung Ansietas


2. Ansietas berhubung dengan Gangguan Rasa Aman

Keperawatan Maternitas

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN

BBL
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan
2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir
biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu
dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
B. ETIOLOGI
1. His(Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
C. TANDA DAN GEJALA

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu


2. Berat badan 2500 – 4000 gram
3. Panjang lahir 48 – 52 cm
4. Lingkar dada 30 – 38 cm
5. Lingkar kepala 33 – 35 cm
6. Lingkar lengan 11-12
7. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
8. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
9. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
10. Kuku agak panjang dan lemas
11. Nilai APGAR >7
12. Gerakan aktif
13. Bayi lahir langsung menangis kuat
14. Genetalia :
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
15. Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah
mulut)sudah terbentuk dengan baik.
16. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks grasping sudah baik
18. Refleks morro
19. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
D. PATOFISIOLOGI
Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta.Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
dipotong).Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan
mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan
peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis.Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik
nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam.Fungsi
surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abdominal.Sedangkan respirasi setelah beberapa
saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta
masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena
kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin
oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke
plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir
ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan
tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat.
3. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat
menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Absorpsi air ketuban terjadi
melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan
dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan
tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
4. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan
glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang).Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan
bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada
neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin
sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari
kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi Panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu
terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran
“Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak
biasa.Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari
permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin.Radiasi yaitu kehilangan panas
dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara
langsung.Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air
keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan panas dari
permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin dengan kontak secara
langsung.
7. Kelenjar Endoktrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru
lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai haid perempuan.Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna
sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler
luas.Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang
dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan.Gerakan menelan pada janin
baru terjadi pada kehamilan empat bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi
pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih
sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan
dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada traktus
respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G
dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E
diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa
kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan
ASI.
11. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit
ada pada saat lahir tetapi tidak matur.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat
dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai
tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar
80% Hb janin.Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5%
pada minggu ke 20.
13. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan.Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.Lengan
sedikit lebih panjang daripada tungkai.Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak
yang jika dibandingkan lebih besar dan berat.Ukuran dan bentuk kranium dapat
mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki.Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari
tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.

E. KOMPLIKASI

1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
6. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
7. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
Keperawatan Maternitas

Program Studi Profesi Ners

Stikes Graha Edukasi Makassar

ASUHAN KEPERAWATAN

BBL
Disusun Oleh:
RESKY AMALIAH, S.Kep
( N2011477 )

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Graha Edukasi
Makassar
2021
Bayi Baru Lahir
Dengan Sectio Cesarea
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama klien : By. Ny. S
Umur/TTL : 1 hari / 26 Mei 2021
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
No RM : 130314
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2021 Pukul: 08.30
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2021 Pukul: 10.00
Diagnosa medis : Bayi Baru Lahir dengan SC

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama ayah : Tn. Y (38 tahun)
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama ibu : Ny. S (32 tahun)
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat :-
2. Keluhan Utama
Keluhan utama saat pengkajian : Hipotermi

3. Anamnesa/ Riwayat Kesehatan


Riwayat Antenatal
Ibu klien mengatakan dirinya mengalami morning sickness sampai usia kehamilan 3
bulan. Selama hamil, klien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan, namun
klien tidak pernah melakukan senam hamil Klien tidak memiliki penyakit yang
berbahaya bagi janin serta tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali zat besi dan vitamin
yang diperolehnya dari bidan selama proses antenatal care.

Riwayat Intranatal
Status GPA :
Usia kehamilan : 45 Minggu
Indikasi SC : KPD dan Kala I fase aktif memanjang
Penolong persalinan : Dokter
Tempat persalinan : RSUD Batara Siang
Jenis Persalinan : SC
Ketuban : Jernih
Lama Persalinan : 1 jam 30 menit
Letak Anak : Presentasi kepala
Panjang tali pusat : ± 50 cm
Kelainan : tidak ada
Apgar Score
Pemeriksaan Menit Pertama Menit Kelima Menit Kesepuluh
Denyut Jantung 2 2 2
Pernafasan 2 2 2
Tonus Otot 2 2 2
Refleks 2 2 2
Warna 1 2 2
Jumlah 9 10 10

Iktisar persalinan:
Pukul 14.20 WIB, klien lahir melalui proses insisi abdomen, dengan segera menangis.
BB lahir 3200 gr, PB lahir 47 cm. Suction melalui mulut dan hidung sampai bersih.
Injeksi Neo K diberikan 1 cc dan obat tetes mata masing-masing 1 tetes, tali pusat
ditutup kasa betadine. Bayi kemudian dimasukkan ke dalam inkubator untuk diobservasi.

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi atau
penyakit menular yang berbahaya seperti hepatitis
4. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
Keadaan : Kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M: 6), posisi tubuh
umum terlentang, gerakan bayi aktiv, menangis kuat, warna kulit putih
kemerahan, lanugo (+), vernix caseosa (+), wajah simetris.
Vital sign : HR: 140 x/mnt; RR: 38 x/mnt ; S: 36,5 0C BB lahir 3200 gram, PB
lahir 47 cm, LK 38cm, LD 38 cm, LILA 19 cm,
Kepala : I: bentuk kepala mesocepal; warna rambut hitam, tebal, bersih,
distribusi merata; telinga, mata, hidung dan mulut lengkap
P: rambut tidak rontok, tidak ada luka/laserasi, tidak hematom, ubun-
ubun besar dan kecil terbuka
P: kraniotabes (+), tanda kerning (+)
Mata : I: letak simetris, konjuctiva tidak anemis, sklera putih, kornea (+),
refleks pupil terhadap cahaya (+), kelopak mata terbuka dan menutup
dengan normal
P: reflek grabella (+)
Telinga : I: lengkap, simetris, serumen (-), bersih
P: fleksibilitas pina (+)
P: reflek moro (+)
Hidung : I: utuh, tidak ada penggunaan otot acsesoris pernafasan (pernafasan
cuping hidung), bersih, tidak ada secret, tidak ada epistaksis)
P: pasase udara (+)
Mulut : I: bibir utuh, simetris, mucosa bibir lembab, tidak ada sianosis,
trismus (+), lidah bersih, palatum dan gusi utuh, tidak ada pembesaran
tonsil, refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks menelan (+)
Menyusui pertama pukul 17.15 WIB,
Leher : I: bull neck (+), tonik neck refleks (+)
P: pvj, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
tiroid, tidak ada deviasi trakea, tonik neck refleks (-)
Dada : I: bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pergerakan dada
simetris, payudara simetris, punctum proximus (+), pernafasan
spontan.
P: taktil fremitus simetris, tidak terlihat ictus cordis
P: bunyi paru pekak, bunyi jantung pekak
A: suara paru redup, tidak ada bunyi tambahan, HR: 140 x/mnt
Abdomen : I: bentuk rata, supel, warna putih kemerahan, tidak ada kelainan
A: bising usus (+) diseluruh regio
P: tidak ada pembesaran hepar, CRT < 3 dtk, turgor kulit < 2 dtk
P: timpani
Anus, : I: Jenis kelamin laki-laki, genitalia luar lengkap, testis sudah turun,
rektum dan tidak ada abses/ massa, anus normal, BAB pertama pukul 17.10 WIB
genitalia mekonium, konsistensi lembek, BAK pertama pukul 17.10 WIB ± 10
cc klien menggunakan popok
Ekstremitas : I: jari-jari ekstremitas atas dan bawah lengkap, bentuk normal, tidak
ada kelainan
P: akral teraba hangat, pergerakan sendi (+), refleks babinski (+), step
refleks (-), palmar graps refleks (-), crawling refleks (-)
Punggung : I: utuh, simetris, Spina bifida (-), tidak ada kelainan
P: galant refleks (-)

5. Analisa Data
Data Etiologi Diagnosa
DS: - Bayi baru lahir Resiko hipotermi
DO: ↓ berhubungan dengan
Bayi menggigil, Bayi menangis, Paparan lingkungan ekstra terpapar lingungan
bayi baru lahir, suhu lingkungan uteri ekstra uteri
dingin, Vital sign: HR: 140x/mnt, ↓
0
RR: 38 x/mnt ; S: 36,5 C Resiko hipotermi
DS: - Bayi baru lahir Resiko infeksi
DO: ↓ berhubungan dengan
Bekas luka insisi tali pusat, Pemotongan tali pusat adanya bekas luka
imunitas lemah, Vital sign: HR: ↓ infeksi dan imunitas
140x/mnt, RR: 38 x/mnt ; S: Bekas luka insisi dan yang rendah
36,50C imunitas yang rendah

Resiko infeksi
DS: - Bayi baru lahir Resiko gangguan
DO: ↓ pemenuhan
Bayi baru lahir, ketergantungan Bayi baru lahir, kebutuhan nutrisi
penuh dengan perawatan orang ketergantungan penuh kurang dari
lain, terapi ibu dan bayi yang dengan perawatan orang kebutuhan berhu-
terpisah pasca persalinan, ASI lain, terapi ibu dan bayi bungan dengan intake
belum ada. Vital sign: HR: yang terpisah pasca nutrisi kurang
140x/mnt, RR: 38 x/mnt ; S: persalinan, ASI belum ada adekuat
36,50C ↓
intake nutrisi kurang
adekuat

Pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

6. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko hipotermi berhubungan dengan terpapar lingungan ekstra uteri
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bekas luka infeksi dan imunitas yang
rendah
c. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi kurang adekuat

7. Intervensi keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Tujuan : 1. Selimuti bayi 1. Memberikan
Setelah dilakukan kehangatan
tindakan keperawatan 2. Berikan pencahayaan 2. Memberikan
1x24 jam tidak terjadi kehangatan
hipotermi pada klien 3. Beri ASI/PASI dalam 3. Mencegah hipotermi
Kriteria Hasil : kondisi hangat
 Suhu dalam batas 4. Pantau suhu tubuh 4. Mengetahui
normal (36,5-37,5 0 klien setiap 6 jam perkembangan suhu
C) klien
 Bayi tidak menggigil 5. Pantau dan atur suhu 5. Mencegah hipotermi
 Bayi tidak menangis ruangan
kedinginan
2 Tujuan : 1. Cuci tangan sebelum 1. Mencegah penularan
Setelah dilakukan dan sesudah melaku- mikroorganisme
tindakan keperawatan kan tindakan
1x24 jam tidak terjadi 2. Monitor TTV setiap 6
infeksi pada klien jam sekali 2. Kenaikan TTV
Kriteria Hasil : pertanda adanya
 TTV dalam batas 3. Lakukan perawatan infeksi
normal tali pusat 3. Mencegah infeksi
(N : 100-120x/mnt
S : 36,5-37,5 O C 4. Jaga lingkungan agar
RR : 40-60 x/menit) tetap bersih 4. Mencegah infeksi
 Tidak terjadi tanda- 5. Batasi pengunjung
tanda infeksi (rubor, 5. Mencegah penularan
dolor, kalor, tumor, mikroorganisme
fungsi laesa)
3 Tujuan : 1. Fasilitasi kontak ibu 1. Mengurangi kecemasan
Setelah dilakukan dengan bayi seawal bayi dan ibu serta
tindakan keperawatan mungkin (maks 2 jam melatih refleks rooting
1x24 jam asupan nutrisi setelah lahir ) dan menghisap
2. Mengetahui
klien tercukupi.
keadekuatan menghisap
Kriteria Hasil :
pada bayi
 Klien dapat menyusui 2. Monitor kemampuan
dengan efektif bayi untuk meng-hisap
3. Melatih refleks
 Bayi menandakan setiap bayi menyusu
menghisap
kepuasan menyusu 3. Anjurkan ibu untuk
 Susu yang di berikan tidak membatasi bayi
menyusu 4. Bayi sebaiknya
dapat dihabiskan
4. Jelaskan penggunaan diusahakan untuk
menggunakan ASI jika
susu formula hanya
dimungkinkan
jika diperlukan
5. Nutrisi yang adekuat
dari ibu dapat diperoleh
5. Instruksikan ibu untuk bayi melalui ASI
makan makanan
bergizi selama
menyusui

Anda mungkin juga menyukai