LAPORAN PENDAHULUAN
DI RUANGAN MELATI
OLEH
ISMA KRISDAYANTI
N2011197
CI Lahan CI Institusi
2021
2
2.1.1 Pengertian
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga
abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
pembedahan ini dapat juga dilakukan untuk tumor, misalnya karsinoid atau
pada umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering
terjadi.
3
1 Apendisitis akut.
bagian distal yang berisi nanah. Dari luar tidak terlihat adanya kelianan,
kadang hanya hiperemi ringan pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas
pada mukosa.
berlebihan.
atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan
apendiks. Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
Gajala apendisitis akut adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai
mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan
2 Apendisitis kronik.
Gejala umumnya samar dan lebih jarang. Apendiksitis akut jika tidak
fibrosis jaringan sub mukosa, gejala klinis pada umumnya tidak tampak
adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara
1-5%.
5
Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium.
perforasi.
apendiks
6
panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
Usus besar atau kolon yang panjangnya kira-kira satu setengah meter,
adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka,
yaitu tempat sisa makanan lewat, dimana normalnya katup ini tertutup dan akan
pembuangan. Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus
halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang
dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat
7
kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder
1. Sekum
2. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar, mulia dari sekum sampai rektum. Kolon
3. Kolon asenden
Merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hatti sebelah kanan dan
4. Kolon transversum
tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada flkesura splenik.
5. Kolon desenden
Merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid
6. Rektum
panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke
eksterior di anus.
8
b. Anatomi Apendiks
(4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup
ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan
posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3
tengah garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan
pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun
demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri
Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus.
c. Fisiologi Apendiks
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab
lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks
2.2.6 Patofisiologi
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus
Hal tersebut akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren.
Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh
yangberdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek
dan apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, nyeri kuadran
bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat
dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara
umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot
dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi
dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri
tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat
12
nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus
kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi
kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa
dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar.
Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi.
mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada
lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan
2.2.8 Penatalaksanaan
Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas
spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode
13
terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak
2.2.9 Komplikasi
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai
32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C
atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang
a. Pengertian Balutan
terjadinya infeksi.
14
b. Tujuan Balutan
kebersihan luka
3. Rasa aman dan nyaman bagi klien dan orang lain di sekitarnya
c. Balutan Luka
2. Tidak melekat
5. Penyekat suhu
9. Biaya ringan
10. Awet
15
d. Memfiksasi Balutan
skunder dan pengikat kain untuk memfiksasi balutan pada luka. Pilihannya
mengalami inflamasi dan ekskoriasi yang sangat berat dan bahkan dapat
f. Persiapan Pasien
teurapetik
g. Prosedur Kerja
2. Cuci tangan
bila perlu bersihkan H2O2 (bila ada jaringan mati dan sulit di
bersih.
h. Evaluasi
prosedur
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
1. Biodata
2. Lingkungan
Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderita
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. nyeri tekan perut kanan bawah
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda
Rovsing (Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka
juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg
(Blumberg sign).
19
meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat
gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
2008 ).
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi.
20
c. Eliminasi
d. Makanan / cairan
e. Nyeri / kenyamanan
f. Pernapasan
g. Keamanan
6. Pemeriksaan Diagnostik
reaktif (CRP).
7. Pathways
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Appendicitis
Perforasi
Pembedahan operasi
Resiko infeksi
Slow pain
rentang dari lemah ke kaku) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
- Tingkah laku ekspresif nyeri hebat
(contoh : gelisah, merintih, Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
menangis, waspada, iritabel, (efek samping)
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
kelemahan. disukai
b. Respon abnormal dari Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
tekanan darah atau nadi diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
terhadap aktifitas
kekurangan dalam beraktivitas
c. Perubahan EKG yang Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
menunjukkan aritmia atau beraktivitas
iskemia Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
d. Adanya dyspneu atau diri dan penguatan
ketidaknyamanan saat Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
beraktivitas.
Energy Management
Faktor factor yang berhubungan : Observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Tirah Baring atau imobilisasi Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
Kelemahan menyeluruh terhadap keterbatasan
Ketidakseimbangan antara Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
suplei oksigen dengan Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
kebutuhan Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
30
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Komering
No RM : 505900
mual dan muntah. Pasien muntah setiap kali makan, BAB cair ± 4 kali
sehari.
31
bertambah saat klien bergerak. Nyeri berkurang saat klien tidur, nyeri
2 menit.
1. Data Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis (Eye : 4, Verbal: 5 , Motorik : 6)
TD : 110/80 mmHg
RR : 24x/ Menit
N : 90x/ Menit
T : 36 0 C
Skala nyeri : 4 (0-10)
32
MK : Nyeri Akut
2. Sistem Respirasi
Frekuensi pernafasan 24 x/ menit dengan irama teratur dan bentuk dada
simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada
nyeri dan suara paru sonor.
MK: Tidak ada masalah keperawatan
3. Sistem Kardiovaskuler
Frekuensi denyut nadi 90x /menit, irama teratur tidak terdapat mur-mur,
denyut nadi kuat dan CRT < 2 detik.
MK : tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem Perkemihan
Volume urine 950 ml/ 24 jam tidak terdapat distensi bladder
MK : Tidak ada masalah Keperawatan.
5. Sistem Pencernaan
Terdapat luka bekas operasi di balut perban, terpasang NGT untuk bilas
lambung, hasil auskultasi bising usus 8x/ menit, palpasi abdomen teraba
tegang dan mengalami nyeri tekan dengan skala 5 (0-10), dan bunyi abdomen
timpani.
MK : Nyeri Akut
6. Sistem Muskuloskeletal
R L
a. Pemeriksaan Fisik 3 3
2 2
33
ket:
7. Sistem Integumen
Terdapat luka bekas operasi di bagian abdomen dibalut perban, dan
adanya nyeri operasi pada garis tengah operasi.
MK : Resiko infeksi b.d Luka Insisi
8. Sistem Endokrin
9. Sistem Neurobehaviour
b. Penglihatan
mata bersih , bentuk normal, lensa mata jernih
c. Pendengaran
Bentuk simetris kanan dan kiri. Tidak ada seruman. Lubang telinga
tampak bersih., Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Penghidu
Tidak terlihat akumulasi secret, bentuk hidung simetris
34
c. Status emosional
Tenang ( ) Cemas ( + ) Marah ( )
Menarik Diri ( ) Tidak Sabar ( ) dan lainnya ( )
Limfosit 20 20-40%
Monosit 5 2-8%
4.1.5 Terapi
- RR: 20x/m,
- Nadi: 87x/m.
1 sampai 10
Data Obyektif :
Jalan masuk Patogen
- Saat pengkajian dari hasil
Resiko Infeksi
observasi
kanan.
abdomen.
38
- T: 37,40C.
- RR: 20x/m,
- Nadi: 87x/m.
- Nyeri Skala 5
- Tanda Infeksi:
- T: 37,40C.
- RR: 20x/m,
- Nadi: 87x/m.
(Total care)
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Intoleransi aktivitas
BAB IV
47
Diagnosa
08.00 1. Mengobservasi klien 1. Klien mengeluh susah tidur karena 1
nyeri hilang timbul di daerah operasi
09.00 2. Memonitor vital sign 2. TD 130/90 mmhg RR: 22 2
T:36 N: 74 2
3. Melakukan pengkajian Nyeri 3. Skala nyeri : 4 (rentang 0-10)
09.15 4. Mengajarkan pasien tehnik relaksasi nafas dalam 4. Klien mengerti dan mampu 2
melakukan relaksasi nafas dalam
09.30 5. Mengganti balutan 5. Klien mampu mengontrol nyeri dan
tenang selama prosedur dan setelah 2
prosedur
09.40 6. Mengkaji tanda-tanda infeksi 6. Terdapat salah satu tanda infeksi 2
Rubor (-), color(-), dolor (+),
tumor (-)
7. Mengajarkan pasien untuk belajar miring kiri miring kanan 7. Klien belum mampu melakukan 3
miring kanan/kiri 1
11.35 8. Mendorong keluarga untuk membantu pasien makan 8. Keluarga membantu klien makan
23.10 9. Memberikan order obat (metronidazole IVFD gtt 30x/ 9. Klien mengerti dan memahami
menit) tujuan pemberian cairan.
49
11.30 1
51
19.00 6. Mendorong keluarga untuk membantu pasien makan 6. Keluarga klien mengerti dan 3
membantu klien.
4.2 Evaluasi
Evaluasi Tgl 22 september 2015 jam 08.00 s/d 08-00 tgl 23 september 2015
No. Evaluasi
Diagnosa
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- KU Lemah
- Muntah +
- IVFD RL terpasang Baik
- TD 150/100 mmhg
53
- RR: 24
- T:36
- N: 79
- Skala 5 rentang dari 1 sampai 10
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2 Evaluasi
S: klien Mengatakan lesu dan lemas
O:
- Tidak terdapat tanda infeksi (kemerahan, pus)
- TD 150/100 mmhg
- RR: 24
- T:36
- N: 79
-
A: Masalah Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 Evaluasi
54
Evaluasi Tgl 23 september 2015 jam 08.00 s/d 08-00 tgl 24 september 2015
No DX Evaluasi
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- KU Lemah
- Muntah +
- IVFD RL terpasang Baik
55
- TD 130/90 mmhg
- RR: 22
- T:36
- N: 74
- Skala 5 rentang dari 1 sampai 10
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2 Evaluasi
S: klien Mengatakan lesu dan lemas
O:
- Tidak terdapat tanda infeksi (kemerahan, pus)
- TD 130/90 mmhg
- RR: 22
- T:36
- N: 74
A: Masalah Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
56
3 Evaluasi
S: klien mengatakan susah bergerak
O: KU Lemah
- Muntah +
- IVFD RL terpasang Baik
- TD 130/90 mmhg
- RR: 22
- T:36
- N: 74
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Evaluasi Tgl 24 september 2015 jam 08.00 s/d 03-00 tgl 25 september 2015
No DX Evaluasi
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- KU Lemah
- Muntah +
57
P: Intervensi dilanjutkan
- Ganti balutan
- Batasi jumlah pengunjung
- Anjurkan pengunjung mencuci tangan sebelum dan setelah kunjungan
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3 Evaluasi
S: klien mengatakan susah bergerak
O: KU Lemah
- Muntah +
- IVFD RL terpasang Baik
- TD 150/100 mmhg
- RR: 24
- T:36
- N: 79
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan klien untuk miring kanan/kiri
- Libatkan keluarga dalam ADL klien
- Kaji tingkat ketergantungan klien
59
DAFTAR PUSTAKA.
60
Baradero, M., Drayit, M. W., dan Siswandi, Y. S. (2009). Prinsip & Praktek
Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGC.