Anda di halaman 1dari 18

Nama : Dhea Permatasari Iskandar

NIM : 2018.C.10a.0964
Tingkat : 3B
Mata Kuliah : KMB III
Dosen : Karmitasari Y.K, Ners., M.Kep.

1. Resume Mengenai Trend dan Issue Jurnal (Hubungan Antara Nyeri


Fraktur dengan Kualitas Tidur Pasien yang di Rawat Inap)
Jurnal ini disusun oleh 3 orang yaitu : Juli Andri, Panzilion, Tri Sutrisno.
Jurnal di published diwebsite Jurnal Kesmas Asclepius (JKA) pada 19 Juni
2019, dan dapat diakses melalui :
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKA/article/view/633
Dalam jurnal tersebut dilakukan penelitian di ruang Seruni RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu dan di ruang Seruni Rumah Sakit Bhayangkara TK III Bengkulu
dengan jumlah sampel 30 pasien yang mengalami fraktur.
Hasil analisa univariat dengan persentase menunjukkan (73,3% ) responden
memiliki kualitas tidur yang buruk dan (60%) memiliki intensitas nyeri fraktur
berat. Hasil analisa bivariat dengan uji korelasi didapat nilai p-value = 0,002 (p
kurang 0,05) berarti terdapat hubungan antara nyeri fraktur dengan kualitas tidur
pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit di Provinsi Bengkulu.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk menganalisis variabel
kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil ukur dikatakan buruk bila nilai 7-17, sedangkan dikatakan baik apabila nilai
18-28 (Wahyuni, 2008). Untuk hasil ukur pada variabel Nyeri dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu dikatakan nyeri berat jika berada pada skala 7-10, nyeri sedang jika
skala 4-6 dan nyeri ringan jika skala 1-3 (Potter & Perry, 2010).
Dari hasil penelitian ini di peroleh nilai p-value = 0,002 (p < 0,05). Hasil uji
ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara nyeri fraktur dengan
kualitas tidur pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit di Provinsi Bengkulu
Tahun 2015, dan nilai derajat keeratannya sebesar -0,553 yang berarti
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara nyeri fraktur dengan
kualitas tidur. sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif,
berarti semakin tinggi tingkat nyeri fraktur maka semakin menurun/buruk kualitas
tidur.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari 30 responden, terdapat 18
pasien yang mengalami nyeri fraktur berat semuanya mengalami kualitas tidur
yang buruk dan tidak terdapat kualitas tidur pasien yang baik, dari 9 pasien yang
mengalami nyeri fraktur sedang terdapat 3 pasien mengalami kualitas tidur yang
buruk dan 6 pasien yangmengalami kualitas tidur yang baik, dan dari 3 pasien
yang mengalami nyeri fraktur ringan ditemukan 1 pasien mengalami kualitas tidur
yang buruk dan 2 pasien mengalami kualitas tidur yang baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat diartikan bahwa nyeri fraktur dapat mempengaruhi kualitas tidur
pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit di Provinsi Begkulu Tahun 2015.

2. Peran Perawat Sebagai Advokasi Dalam Masalah Fraktur


Perawat merupakan salah satu hal yang terpenting di rumah sakit. Perawat
menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien
dalam waktu 24 jam. Peran perawat sebagai advokat dalam menjadi penengah
antara tim dokter seperti dalam pemberian obat – obat untuk menghindari hal –
hal yang merugikan pasien. Perawat juga mengalami beberapa faktor yang
mempengaruhi terlaksananya peran sebagai advokat bagi pasien seperti perawat
diposisikan sebagai asisten atau berada dibawah kepemimpinan dokter, sehingga
untuk melakukan peran sebagai advokasi pasien seringkali terabaikan.
Peran advokasi perawat terhadap pasien juga terlaksana dalam pemberian
penjelasan tindakan prosedur dalam informed consent berperan sebagai pemberi
informasi, pelindung, mediator, pelaku dan pendukung Perawat memberikan
perlindungan terhadap pasien untuk mencvegah terjadinya
penyimpangan/malpraktik yang pada dasarnya setiap profesi kesehatan sudah
harus memahami tanggung jawab dan integritasnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
A. Peran perawat Sebagai advokat klien, perawat berperan sebagai
Pemberi informasi dan upaya kesehatan yang diberikan dengan
pendekatan tradisional maupun professional sekaligus dalam
pengambilan keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak
ataspelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya
dan hak atas privasi.
Penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhankebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu
pasien
B. Hak-Hak Pasien
Hak atas informasi :(Penyakit yang dideritanya, tindakan medik apa
yang hendak dilakukan, alternatifterapi lain beserta resikonya, prognosis
penyakitnya, perkiraan biayapengobatan/rincian biaya atas penyakit
yang dideritanya).
Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur tanpa diskriminasi.
Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukanoleh perawat/tindakan medik sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya (informed consent);
Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiripengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperolehinformasi yang jelas tentang penyakitnya.
C. Proses Advokasi
Percaya terhadap diri sendiri
Identifikasi kebutuhan atau hak pasien yg tidakk terpenuhi
Pahami aturan yang ada dan dampaknya thd pasien
Ketahui sumber-sumber yang tersedia, kaji faktor penghambat dan bgm
meminimalkan.
Terbuka dan berkomunikasi dengan baik, libatkan anggota keluarga
Lakukan feedback
Respect terhadap klien : budaya yg berbeda, keyakinan-keyakinan dan
ide-ide.
Dampingi pasien saat menerima pelayanan
Yakinkan bahwa apa yang dilakukan : pengobatan, tindakan prosedur
Cek apakah pasien sudah mengetahui dan terhadap prosedur yang
dilakukan
Manfasilitasi keputusan pasien.
3. Fungsi Perawat Sebagai Advokasi Dalam Masalah Fraktur
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti :
a. Pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain),pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan,
b. pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
c. pemenuhan kebutuhan harga diri dan,
d. aktualisasi diri.
2) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3) Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi onat yang telah diberikan. Peranan perawat sangat
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan.
A. Tanggung Jawab Perawat Advokat
Pemberi informasi dan pendukung
Dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara : memastikan informasi
yang diberikan padapasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam
pengambilan keputusan, memberikan berbagaialternatif pilihan disertai
penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, danmenerima
semua keputusan pasien.
Mediator (penghubung)
Antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien, dengan cara : mengatur
pelayanankeperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan
lain, mengklarifikasi komunikasiantara pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yangsama, dan
menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
Pelindung dan pelaksana Tindakan
Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yangsesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, danmemenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.

B. Contoh Kasus
1) Fraktur
Tn. A datang ke RS dengan keluhan betis kanannya sakit dan tidak bisa
digerakan setelah jatuh daripohon pete 5 hari yang lalu. Tn. A
mengatakan kakinya patah, dan sudah di tangani oleh ahli atau
tukangurut dan patah tulang di daerahnya. Saat ini keadaan kaki nya
bengkak, memerah, kuku-kuku jari kakikanan berwarna kebiru-biruan,
daerah betis sudah di balut dengan kain ketat dan bagian luka di beri
getahpelepah pisang sehingga kotor, basah dan bernanah. Tn. Memilih
datang ke RS karena kakinya semakinbengkak, nyeri, dan demam. Tn.
A hanya ingin membeli obat saja dan tidak bersedia
dilakukanpemeriksaan atau perawatan karena dilarang dan takut tidak
izinkan berobat lagi oleh tukang urut didaerahnya.
Peran Advokasi Perawat :
 Pemberi informasi & pendukung : edukasi penyakit, komplikasi
penangan yang salah, prosedur yangbenar, membantu mengambil
keputusan, hargai keputusan pasien.
 Mediator/penghubung : fasilitator keputusan tindakan, kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberiandiet, konsultasi terapi/prognosis
dengan dokter.
 Pelindung dan pelaksana tindakan : memastikan tidak ada alergi
obat, vaksin TT, pembalutan dengangips/ elastis.

2) Dislokasi
Tn. B datang ke RS baru dengan keluhan pergelangan tangan kirinya
sakit dan tidak bisa digerakansetelah jatuh terpeleset di kamar mandi.
Tn. B telah didiagnosa mengalami dislokasi setelah
pemeriksaanrontgen. Sudah diberi terapi obat dan dianjurkan rawat
jalan. Saat ini Tn. A anjurkan untuk melakukanpemeriksaan lagi
sebelum pulang, yaitu CT Scan (karena RS baru membeli alat CT)
Peran Advokasi Perawat :
 Pemberi informasi & pendukung : edukasi penyakit, prosedur yang
benar, jenis pemeriksaan yangdibutuhkan, membantu mengambil
keputusan, hargai keputusan pasien.
 Mediator/penghubung : fasilitator keputusan tindakan, kolaborasi
dengan ahli gizi dalam perencanaan diet, konsultasi terapi/prognosis
dengan dokter, komunikasi dengan tim radiologi.
Pelindung dan pelaksana tindakan : memastikan tidak ada alergi
obat, bidai.

Anda mungkin juga menyukai