Anda di halaman 1dari 32

SISTEM SENSORI PERSEPSI : RETINOBALSTOMA

Diajukan untuk memenuhi Tugas salah satu Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Dosen Pembimbing: Novitasari, S. Kep., Ners, M. Kep

Disusun Oleh:

Rifania Alfionita 191FK03010

Kelas:

2A Kecil-Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
Sistem Sensori Persepsi : Retinoblastoma.

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
tepat pada Mata Kuliah Keperawatan Anak 2. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuyun Sarinengsih, S.
Kep., Ners., M. Kep, selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak 1 yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI...............................................................................................3

2.1 Pengertian Retinoblastoma.........................................................................3

2.2 Anatomi Fisiologi Mata................................................................................3

2.3 Etiologi Retinoblastoma...............................................................................3

2.4 Patifisiologi Retinoblastoma........................................................................4

2.5 Manifestasi Klinisi Retinoblastoma............................................................5

2.6 Klasifkasi Retinoblastoma...........................................................................6

2.7 Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma..................................................7

2.8 Penatalaksanaan Retinoblastoma...............................................................7

2.9 Komplikasi Retinoblastoma......................................................................10

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teori..........................................10

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus..............................16

BAB III..................................................................................................................24

PENUTUP.............................................................................................................24

3.1 Kesimpulan.................................................................................................24

ii
3.2 Saran............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak yang
paling lazim. Retinoblastoma terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000 bayi. 250-
300 kasus baru terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Terdapat pola
transmisi herediter dan non-herediter, tidak ada prediksi jenis kelamin atau
ras. Tumor terjadi bilateral pada 25-35 % kasus. Umur rata-rata saat diagnosis
untuk tumor bilateral adalah 12 bulan, kasus unilateral didiagnosis pada rata-
rata umur 21 bulan. Kadang-kadang, tumor ditemukan saat lahir, saat remaja,
atau bahkan pada masa dewasa.
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor ini
terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma
sedikit. Bentuk roset ada. mungkin menggambarkan usaha yang gagal untuk
membentuk sel konus dan batang. Jika timbul dalam lapisan inti interna,
tumor itu tumbuh ke dalam ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini mudah
dilihat dengan oftalmoskop.
Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata
rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan
pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien
dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Retinoblastoma?
2. Bagaimana Anatomi Fisiologi Mata?

1
3. Apa saja Etiologi Retinoblastoma?
4. Bagaimana Patifisiologi Retinoblastoma?
5. Apa saja Manifestasi Klinisi Retinoblastoma?
6. Apa saja Klasifkasi Retinoblastoma?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Retinoblastoma?
9. Apa saja Komplikasi Retinoblastoma?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teori?
11. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa Pengertian Retinoblastoma
2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Mata
3. Untuk mengetahui Etiologi Retinoblastoma
4. Untuk mengetahui Patifisiologi Retinoblastoma
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinisi Retinoblastoma
6. Untuk mengetahui Klasifkasi Retinoblastoma
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Retinoblastoma
9. Untuk mengetahui Komplikasi Retinoblastoma
10. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teori
11. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Retinoblastoma


Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang
mengenai syaraf embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma
muncul dari sel-sel retina imatur yang dapat meluas ke struktur lain dalam
bola mata hingga ekstraokular. Retina tidak memiliki sistem limfatik,
sehingga penyebaran tumor retina baik secara langsung ke organ sekitar
(vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan, orbita, parenkim
otak) maupun metastasis jauh melalui rute hematogen.
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang
paling sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang
secara biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma.
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor
ini terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan
sitoplasma sedikit. Bentuk roset ada. mungkin menggambarkan usaha
yang gagal untuk membentuk sel konus dan batang. Jika timbul dalam
lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ruang vitreus.
Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat dengan oftalmoskop
Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal
dominan dan merupakan tumor embrional. Sebagian besar penderita
dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia kurang dari 5 tahun,
sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau
10 bulan.
2.2 Anatomi Fisiologi
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan
kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina
yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat macula lutea

3
(bintik kuning) kira-kira 1-2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Di tengah macula lutea terdapat bercak mengkilap yang
merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola
mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf
optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri
retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil
saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur
ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel
kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis
neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-


sel ganglia yang disebut muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini
membentuk membrane pembatas dalam di permukaan dalam retina dan
membrane pembatas luar di lapisan reseptor. Retina berbatasan dengan
koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan :

1. Lapisan fotoreseptor
Merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna
Merupakan membran ilusi.
3. Lapisan nukleus
Merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan sel batang.
4. Lapisan pleksiform luar
Merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

4
5. Lapisan nukleus dalam
Merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapisan ini
mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapisan pleksiform dalam


Merupakan lapisan aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapisan sel ganglion
Merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapisan serabut saraf


Merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna
Merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga, kadang-kadang pucat pada anemia dan


iskemia dan merah pada hyperemia. Untuk melihat fungsi retina maka
dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan
warna, dan lapang pendangan. Pemeriksaan objektif adalah:

a.Elektroretino-gram (ERG)
b.Elektro-okulogram (EOG)
c.Visual Evoked Respons (VER)

Fungsi retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang
dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih
banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
a. Sel kerucut (cones), yang berjumlah 7 dan paling banyak di region
fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling
tajam) dan penglihatan warna.

5
b. Sel batang (rods), untuk sensasi yang samar-samar pada waktu malam
atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang
disebut rhodopsin.

2.3 Etiologi Retinoblastoma


Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter
dan non herediter. Retinoblastoma herediter meliputi pasien dengan
riwayat keluarga positif dan yang mengalami mutasi gen yang baru pada
waktu pembuahan. Bentuk herediter dapat bermanifestasi sebagai penyakit
unilateral atau bilateral. Pada bentuk herediter, tumor cenderung terjadi
pada usia muda. Tumor unilateral pada bayi lebih sering dalam bentuk
herediter, sedangkan anak yang lebih tua lebih sering mengalami bentuk
non-herediter
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen kromosom 13 pada locus
14 (13q14). Gen ini berperan dalam mengontrol bentuk hereditable dan
nonhereditable (sifat menurun atau tidak menurun) suatu tumor. Jadi pada
setiap individu sebenarnya sudah ada gen retinoblastoma normal. Pada
kasus yang herediter, tumor muncul bila satu alel 13q14 mengalami mutasi
spontan sedangkan pada kasus yang non-herediter baru muncul bila kedua
alel 13q14 mengalami mutasi spontan.
2.4 Patifisiologi Retinoblastoma
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1
tersusun dari 183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110
kd protein p110, dengan 928 asam amino. Pengaturan transkripsi dan
proliferasi sel berhubungan dengan fosforilasi protein RB. Yang terlibat
dalam proses tersebut adalah E2F1, faktor transkripsi yang mengatur
siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan downstream cell-cycle-
speific kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel lepas kendali dan
mitosis (Lanzkowsky 2016). Pada kebanyakan sel, hilangnya pRB dapat
dikompensasi dengan mengekspresikan faktor protein lainnya. Akan

6
tetapi, khusus pada prekursor sel kerucut retina, mekanisme kompensasi
cukup minim, sehingga mitosis sel menyebabkan kanker.
Patogenesis retinoblastoma diidentifikasi dengan mempelajari
retinoblastoma herediter. Diketahui bahwa 40% dari pasien
retinoblastoma merupakan retinoblastoma herediter, dengan predisposisi
menghasilkan tumor yang disebar sebagai dominan autosom. Carrier dari
retinoblastoma mempunyai risiko membentuk retinoblastoma multilateral
dibandingkan dengan populasi umum, dan meningkatkan risiko terkena
penyakit osteosarkoma dan soft-tissue sarcomas. Sedangkan 60% dari
pasien retinoblastoma muncul secara sporadis atau non herediter (selalu
mengenai salah satu mata pasien) dan retinoblastoma non herediter tidak
ada risiko terkena kanker yang lain.
Retinoblastoma dapat terjadi secara herediter dan non herediter,
Knudson mengajukan hipotesis “two-hit” onkogenesis. Dari segi
molekuler, hipotesis Knudson berbunyi:
a. Dua mutasi melibatkan alel dari RB pada kromosom 13q14
dibutuhkan untuk membentuk retinoblastoma.
b. Kasus herediter, anak-anak menerima salah satu kopian gen RB
yang defek (first hit) dan kopian lainnya normal. Retinoblastoma
berkembang ketika alel RB normal bermutasi di retinoblast sebagai
akibat dari mutasi somatik spontan (second hit). Dikarenakan
second hit tidak dapat dihindari di bagian kecil pada retinoblast,
mayoritas individu mewariskan salah satu alel RB yang defek
membentuk retinoblastoma unilateral atau bilateral, dan
retinoblastoma herediter diwariskan dalam dominan autosom.
c. Kasus non herediter, baik alel RB normal harus bermutasi somatik
pada retinoblast yang sama (two hits). Probabilitas kejadian tersebut
rendah (menjelaskan mengapa retinoblastoma merupakan tumor
yang jarang pada populasi secara umum), tapi pada akhirnya tetap
sama: sel retina yang kehilangan fungsi RB dan menjadi kanker

7
2.5 Manifestasi Klinisi Retinoblastoma
Manifestasi klinis dari retinoblastoma sering ditemukan yaitu gerakan
putih atau yang dikenal sebagai gerakan mata kucing (cats-eyes refleks)
atau leukokoria, strabismus, mata merah, nyeri mata, glaukoma dan visus
yang menurun. Gejala yang jarang yaitu rubeosis iridis (kemerahan pada
iris), selulitis orbita, heterochromia iridis (perubahan warna pada iris),
midriasis unilateral, hyphaema, pada sebagian kecil anak bisa terjadi gagal
tumbuh dan wajah yang tidak normal.
Tanda Retinoblastoma:
a. Pasien umur < 5 tahun
 Leukokoria (54 – 62 %)
 Strabismus (18%-22%)
 Hypopion
 Hyphema
 Heterochromia
 Spontaneous globe perforation Proptosis
 Katarak
 Glaukoma
 Nystagmus
 Tearing
 Anisocoria
b. Pasien umur > 5 tahun:
 Leukokoria (35%)
 Penurunan visus (35%)
 Strabismus (15%)
 Inflamasi (2%-10%)
 Floater (4%)
 Nyeri (4%)
2.6 Klasifkasi Retinoblastoma
Klasifikasi menurut Reese-Ellsworth, yaitu:

8
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd, dan terdapat pada atau
dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang
ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10
diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :

1. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic
cats eye”.
2. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular
meninggi.
3. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan
eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari
rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Retinoblastoma
1. USG orbita

9
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor.
USG orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan
berguna untuk menyingkirkan diagnose Coat’s disease.
2. CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk
mengevaluasi seluruh komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan
dapat mendeteksi klasifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih
berguna dalam evaluasi nervus. optikus, deteksi Rb trilateral dan Rb
ekstraokular.
3. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang Aspirasi dan biopsi serta lumbal
fungsi sangat disarankan untuk pemeriksaan sitologi apabila ada
penyebaran ekstraokuler.
4. Pemeriksaan dengan keadaan anastesi (Examination under anesthesia /
EUA)
diperluan pada semua pasien untuk mendapatkan pemeriksaan yang
lengkap dan menyeluruh. Lokasi tumor multipel harus dicatat secara
jelas. Tekanan intra okular dan diameter cornea harus diukur saat
operasi.
2.8 Penatalaksanaan Retinoblastoma
1. Enukleasi Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk
retinoblastoma, pada kebanyakan kasus operasi reseksi yang
menyeluruh dari penyakit, khususnya enukleasi dipertimbangkan
sebagai intervensi yang tepat jika − Tumor melibatkan lebih dari 50%
bola mata − Dugaan terlibatnya orbita dan nervus optikus −
Melibatkan segmen anterior dengan atau tanpa glaukoma neovaskular.
2. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor, berikutnya
dapat menggunakan gabungan fokal terapi dengan laser, cryotherapy
atau radiotherapy, perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat kamajuan
dalam terapi kedua tumor otak dan metastasis retinoblastoma.
Sekarang ini regimen kombinasi bermacam-macam seperti carboplatin,

10
vincristine, etoposide dan cyclosporine. Anak-anak yang mendapat
obat kemoterapi secara intravena setiap 3-4 minggu untuk 4-9 siklus
kemoterapi. Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh
terapi lokal (gabungan) sekarang secara lebih sering digunakan
visionsparing tecnique. Kebanyakan studi chemoreduction untuk
retinoblastoma menggunakan vincristine, carboplatin, dan
epipodophyllotoxin, lainya etoposide atau teniposide, tambahan lainya
cyclosporine. Agen pilihan sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan
siklus menurut lembaga masing-masing. Kemoterapi jarang berhasil
bila digunakan sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi lokal
(cryotherapy, laser photocoagulation, thermotherapy atau plaque
radiotherapy) dapat digunakan tanpa khemoterapi. Efek samping terapi
chemoreduction antara lain hitung darah yang rendah, rambut rontok,
tuli, toksisitas renal, gangguan neurologik dan jantung. Pemberian
kemoterapi lokal sedang diteliti, berpotensi meminimalkan komplikasi
sistemik.
3. Periocular Chemotherapy
Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam COG
trial berdasarkan pada data terbaru penggunaan carboplatin
subconjunctiva sebagai terapi retinoblastoma pada percobaan klinis
phase 1 dan 2, keduanya baik vitreous seeding dan tumor retina
didapati adanya respon terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor
berupa orbit myositis pernah dilaporkan setelah pemberian carboplatin
subconjuctiva dan respon terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang
lebih berat termasuk optik atropi pernah dilaporkan.
4. Photocoagulation dan Hyperthermia
Xenon dan orgon laser (532 nm) secara tradisional digunakan untuk
terapi retinoblastoma yang tinggi apek kurang dari 3mm dengan
dimensi basal kurang dari 10 mm, 2-3 siklus putaran photocoagulation
merusak suplai darah tumor, selanjutnya mengalami regresi. Laser
yang lebih berat digunakan untuk terapi langsung pada permukaan

11
tumor. Laser diode (8-10mm) digunakan sebagai hyperthermia.
Penggunaan langsung pada permukaan tumor menjadikan temperatur
tumor sampai 45-60o C dan mempunyai pengaruh sitotoksik langsung
yang dapat bertambah dengan kemoterapi dan radioterapi.
5. Cryotherapy
Efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10mm
dan ketebalan apical 3mm. Cryotherapy digunakan dengan visualisasi
langsung dengan triple freeze-thaw technique. Khususnya laser
photoablation dipilih untuk tumor pada lokasi posterior dan
cryoablation untuk tumor yang terletak lebih anterior. Terapi tumor
yang berulang sering memerlukan kedua tekhnik tersebut. Selanjut di
follow up pertumbuhan tumor atau komplikasi terapi.
6. External-beam Radiation
Therapy Tumor retinoblastoma respon terhadap radiasi, digunakan
teknik terbaru yang dipusatkan pada terapi radiasi megavoltage, sering
memakai lens-sparing technique, untuk melepaskan 4000-4500 cGy
dengan interval terapi lebih dari 4-6 minggu. Khusus untuk terapi pada
anak retinoblastoma bilateral yang tidak respon terhadap laser atau
cryoterapi. Keselamatan bola mata baik, dapat dipertahankan sampai
85%. Fungsi visual sering baik dan hanya dibatasi oleh lokasi tumor
atau komplikasi sekunder. Dua hal penting yang membatasi pada
penggunaan external beam radiohterapy dengan teknik sekunder
adalah:
1) Gabungan mutasi germline gen RB1 dengan peningkatan umur
hidup pada resiko kedua, tidak tergantung pada keganasan primer
(seperti osteosarcoma) yang dieksaserbasisi oleh paparan external
beam radiotherapy.
2) Sequele yang dihubungkan dengan kekuatan radiotheraphy
meliputi midface hypoplasia, radiation induced-cataract, dan
radiation optic neuropathy dan vasculopathy. Bukti menunjukkan
kemampuan terapi yang dikombinasi menggunakan external beam

12
radiotherapy dosis rendah dan chemotherapy diperbolehkan untuk
meningkatkan keselamatan bola mata dengan menurunkan
morbiditas radiasi. Sebagai tambahan penggunaan kemoterapi
sistemik dapat memperlambat kebutuhan external beam
radiotherapy, memberikan perkembangan orbita yang baik dan
secara bermakna menurunkan resiko malignansi sekunder sewaktu
anak berumur satu tahun.
7. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan
mata dimana terapi penyelamatan bola mata gagal untuk
menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai terapi utama terhadap
beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil sampai sedang.
Teknik ini secara umum dapat digunakan pada tumor yang dengan
diameter basal kurang dari 16mm dan ketebalan apical 8mm. Isotop
yang lebih sering digunakan adalah lodine 125 dan ruthenium 106.
2.9 Komplikasi Retinoblastoma

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teori


A. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien yang meliputi nama, no RM, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, status tanggal MRS, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan pasien adanya
penurunan fungsi penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu Kaji apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami retinoblastoma dan menjalani operasi pengangkatan.
d. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama sebelumnya. Retinoblastoma bersifat herediter
yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.

13
e. Riwayat psikososial Reaksi pasien dan keluarganya terhadap
gangguan penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah,
sering menangis, sering bertanya.
f. Pemeriksaan fisik umum Diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya keadaan umum yang kemungkinan
merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
g. Pemeriksaan Khusus Mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor
dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat
merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam
penglihatan sangat menurun.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam
rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak
saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka
akan menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan
dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan:
4) Pemeriksaan pupil Leukokoria (refleks pupil yang berwarna
putih) merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
5) Pemeriksaan funduskopi Menggunakan oftalmoskopi untuk
pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak
ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
6) Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam
bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
C. Intervensi Keperawatan

14
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawat
an
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Tentukan ketajaman
persepsi tindakan penglihatan,catat
sensorik keperawatan 3x 24 apakah kedua mata
jam gangguan atau salah satu mata
persepsi sensorik yang bermasalah
minimal, dengan 2. Orientasikan pasien
Kriteria Hasil: terhadap lingkungan,
staf, orang lain di
 Mempertahank areanya.
an lapang 3. Letakkan barang yang
ketajaman dibutuhkan/posisi bel
penglihatan pemanggil dalam
tanpa jangkauan.
kehilangan 4. Dorong klien untuk
lebih lanjut. mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan/kemungki
nan kehilangan
penglihatan.
5. Lakukan tindakan
untuk membantu
pasien untuk
menangani
keterbatasan
penglihatan, contoh,
atur perabot/mainan,
perbaiki sinar suram
dan masalah

15
penglihatan malam
6. Kalaborasi: lakukan
tindakan
pembedahan :
enuklasi atau sesuai
dengan indikasi

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan 4. Kaji skala


asuhan nyeri, lokasi,
keperawatan karakteristik
diharapkan nyeri dan laporkan
dapat berkurang perubahan
dengan kriteria nyeri dengan
hasil: a. Anak tepat.
tampak nyaman 5. Monitor tanda-
dan tenang b. tanda vital
Anak melaporkan 6. Pertahankan
nyeri berkurang c. istirahat
TTV dalam batas dengan posisi
normal d. Anak semi fowler.
dapat beristirahat 7. Dorong
dengan tenang ambulasi dini.
8. Berikan
aktivitas
hiburan.
9. Kontrol
lingkungan
yang dapat
memengaruhi
nyeri
10. Bantu dan

16
ajarkan anak
untuk
melakukan
manajemen
nyeri non
farmakologis
sesuai usia
anak misalnya
teknik
distraksi
11. Kolaborasi
dengan dokter
terkait
pemberian
analgesic
3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. Tanyakan pada pasien
mba ngan Tindakan tentang alergi
nitrisi Keperawatan, terhadap makanan
kurang dari diharapkan 2. Tanyakan makanan
kebutuhan Masalah Teratasi kesukaan pasien
tubuh dengan Kriteria 3. Anjurkan masukan
berhubunga Hasil: kalori yang tepat yang
n dengan - Klien sesuai dengan
anoreksia menunjukkan kebutuhan energy
Pencapaian 4. Sajikan diit dalam
berat badan keadaan hangat
normal yang 5. Monitor adanya
diharapkan penurunan BB
- Berat badan 6. Ciptakan lingkungan
sesuai dengan nyaman selama klien
umur dan makan.

17
tinggi badan 7. Jadwalkan pengobatan
- Bebas dari dan tindakan, tidak
tanda selama jam makan.
malnutrisi 8. Monitor kulit (kering)
dan perubahan
pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, kadar hematokrit
12. Monitor kadar
limfosit dan elektrolit
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan.
14. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang
dibutuhkan (TKTP)
Setelah dilakukan 1. Orientasikan anak
tindakan terhadap lingkungan
keperawatan 2. Anjurkan orang tua
diharapkan selalu mengawasi
masalah teratasi anak
dengan Kriteria 3. Anjurkan keluarga
hasil: memberikan mainan
- Tidak ada yang aman (tidak
tanda-tanda pecah)
cedera pada 4. Selalu pasang handrail

18
anak tempat tidur anak

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari kriteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan
dilakukan setelah rencana tindakan di susun dan di tunjukkan kepada
nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assesment, planing). Adapun komponen SOAP
yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemukan keluhan pasien yang
masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
merupakan data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan, A (Assesment) merupakan interprestasi dari
data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang
pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria
hasil.
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus

Seorang anak perempuan (an. S) usia 3 tahun 5 bulan, dibawa


orangtuanya dengan keluhan utama mata sebelah kanan menonjol keluar.
Ibu klien mengatakan awalnya mata sebelah kanan merah sejak 5 bulan

19
yang lalu disertai mata berair dan kotoran mata berlebih, riwayat adanya
leukokoria sejak 1 bulan yang lalu. Ibu sudah membawa klien berobat ke
dokter mata dan diberi obat tetes mata (yang tidak diketahui jenisnya),
tapi tidak ada perubahan.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: KU: sakit sedang, compos


mentis, TB: 82 cm, BB: 10 kg, S: 36,8 0C, RR: 24 x/mnt, N: 90 x/mnt,
TD: 90/60 mmHg, Inspeksi pada mata terdapat hiperlakrimasi, secret (+),
konjungtiva hiperemis, bola mata kanan menonjol serta terdapat
strabismus.

An. S selalu menangis jika didekati oleh perawat atau dokter. Menurut
ibu klien, klien sejak mata kanannya menonjol tidak pernah bermain
diluar bersama dengan temannya. Klien adalah anak ke 2 dari 2
bersaudara.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S (3 Tahun 5 Bulan)


DENGAN GANGGUAN SISTEM SENSORIK: RETINOBLASTOMA

A. Pengkajian
I. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 3 Tahun 5 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl.Pengkajian : 17 Desember 2020
b. Penanggung Jawab
Nama :-
Hub.Dengan Klien : Ibu Klien

II. Alasan datang ke Rumah Sakit

20
Klien dibawa oleh orang tua nya, dengan keluhan utama mata sebelah
kanan menonjol keluar. Ibu klien mengatakan awalnya mata sebelah
kanan merah sejak 5 bulan yang lalu disertai mata berair dan kotoran
mata berlebih, riwayat adanya leukokoria sejak 1 bulan yang lalu. Ibu
sudah membawa klien berobat ke dokter mata dan diberi obat tetes mata
(yang tidak diketahui jenisnya), tapi tidak ada perubahan.

III. Keluhan Utama


Mata sebelah kanan menonjol keluar

IV. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit, operasi, pemeriksaan atau tindakan medis
atau cedera sebelumnya
Ibu sudah membawa klien berobat ke dokter mata dan diberi obat tetes
mata (yang tidak diketahui jenisnya), tapi tidak ada perubahan.

V. Riwayat Psikososial Anak


An. S selalu menangis jika didekati oleh perawat atau dokter. Menurut
ibu klien, klien sejak mata kanannya menonjol tidak pernah bermain
diluar bersama dengan temannya. Klien adalah anak ke 2 dari 2
bersaudara.
VI. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Tingkat Kesadaran: Composmentis
b. Ukuran pertumbuhan (saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
BB: 10 Kg
TB: 82 Cm
c. Tanda – tanda Vital (Saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)

21
Suhu (S) =36 °C
Denyut Nadi (N) = 90 x/ menit
Pernafasan = 24 x / menit
Tekanan Darah = 90/60 mmHg
d. Pemeriksaan Head to toe
a) Mata
Saat diinspeksi Terdapat Hiperkarimasi, secret (+), konjungtiva
hiperemis, bola mata kanan menonjol serta terdapat strabismus.

VII. ANALISA DATA


No Data Senjang Etiologi Masalah
Keperawatan
Ds: Retinoblastoma Gangguan
- Ibu klien mengatakan Persepsi
awalnya mata Anak nya Tumor mencapai area sensori
merah sebelah kanan sejak 5 macular penglihatan
Bulan yang lalu disertai Mata
Berair dan kotoran Mata Strabismus
berlebih
Ketidakmampuan untuk
Do: fiksasi
- Terdapat Hiperlakrimasi
- Sekret + Mata mengalami Deviasi

- Konjungtiva Hiperemesis
- Bola Mata Menonjol Penurunan Lapang
Pandang
- Terdapat Strabismus

Gangguan Persepsi
sensori penglihatan

2. Ds: Tanda Gejala dari Gangguan

22
- Mata Sebelah Kanan penyakit Citra Diri
menonjol keluar
- Ibu klien mengatakan klien Mata sebelah Kanan
sejak mata kanannya Menjol keluar
menonjol tidak pernah
bermain diluar bersama Perubahan penampilan
dengan temannya
Malu
Do:
- Bola mata menonjol
- Terdapat Strabismus Gangguan Citra Diri

- An. S selalu menangis jika


didekati oleh perawat atau
dokter

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
Retinoblastoma yang ditandai dengan bola mata menojol dan terdapat
Strabismus
2. Gangguan Citra Diri berhubungan dengan mata kanan menonjol
keluar yang ditandai dengan Ibu klien mengatakan sejak mata kanan
anaknya menonjol tidak pernah bermain keluar

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Intervensi
Tujuan Tindakan Rasioanal
Keperawata
n
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. Kebutuhan
persepsi asuhan ketajaman individu dan
sensori keperawatan, penglihatan, catat pilihan intervensi

23
penglihatan diharapkan dapat apakan satu atau sangat bervariasi
berhubungan mempertahankan kedua mata yang sebab kehilangan
dengan lapang ketajaman terlibat. penglihatan terjadi
Retinoblasto penglihatan tanpa lambat dan
ma yang kehilangan lebih progresif. Bila
ditandai lanjut dengan bilateral, tiap mata
dengan bola kriteria hasil: dapat berlanjut
mata menojol - Berpartisipasi pada laju yang
dan terdapat dalam berbeda.
Strabismus program 2. Orientasikan 2. Memberikan
pengobatan pasien terhadap peningkatan
- Mengenal lingkungan, staf, kenyamanan dan
gangguan orang lain di kekeluargaan, dan
sensori areanya. menurunkan
terhadap cemas.
pengobatan 3. Letakkan barang 3. Memungkinkan
- memperbaiki yang dibutuhkan pasien melihat
potensial atau posisi bel objek lebih mudah
bahaya dalam pemanggil dalam dan memudahkan
lingkungan jangkauan. panggilan untuk
pertolongan bila
4. Dorong diperlukan.
mengekspresikan 4. Sementara
perasaan tentang intervensi dini
kehilangan/kemun mencegah
gkinan kehilangan kebutaan, pasien
penglihatan. menghadapi
kemungkinan atau
mengalami
pengalaman
kehilangan

24
penglihatan
sebagian atau
total. Meskipun
kehilangan
penglihatan telah
terjadi tak dapat
diperbaiki,
kehilangan lebih
lanjut dapat
5. Lakukan tindakan dicegah
untuk membantu 5. Menurunkan
pasien menangani bahaya keamanan,
keterbatasan sehubungan
penglihatan, dengan perubahan
contoh, atur lapang pandang
perabot/ atau kehilangan
permainan, penglihatan dan
perbaiki sinar akomodasi pupil
suram dan terhadap sinar
masalah lingkungan.
penglihatan
malam. 6. Pengangkatan bola
6. Siapkan intervensi mata, dilakukan
bedah sesuai apabila tumor
indikasi: enukleasi sudah mencapai
seluruh vitreous
dan visus nol,
dilakukan untuk
mencegah tumor
bermetastasis lebih
jauh

25
7. Dilakukan apabila
7. Siapkan tumor masih
pelaksanaan intraokuler, untuk
krioterapi, mencegah
fotokoagulasi pertumbuhan
laser, atau tumor akan
kombinasi mempertahankan
sitostatik. visus.

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Gali perasaan dan 1. Meningkatkan


Citra Diri asuhan perhatian anak keterbukaan klien.
berhubungan keperawatan terhadap
dengan mata diharapakan tidak penampilannya.
kanan terjadi gangguan 2. Dukung sosialisasi 2. Meningkatkan
menonjol citra diri, dengan dengan orang- harga diri klien.
keluar yang kriteria hasil: orang di sekitar
ditandai - Menyatakan klien.
dengan Ibu penerimaan 3. Anjurkan klien
klien situasi diri. untuk memakai 3. menutupi
mengatakan - Memasukkan kacamata kekurangan dan
sejak mata perubahan meningkatkan
kanan konsep diri 4. Berikan umpan citra diri klien.
anaknya tanpa harga balik positif 4. Umpan balik dapat
menonjol diri negative. terhadap perasaan membuat klien
tidak pernah anak. berusaha lebih
bermain keras lagi
keluar mengatasi
masalahnya.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler
yang terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan
sebagian besar didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun yang
mengakibatkan sulit melihat dengan jelas sehingga dia merasakan
kegelisahan, takut, berdampak pada penurunan aktivitas sehingga dapat
mengalami dapat mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling
sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang secara
biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma.
Manifestasi klinis dari retinoblastoma sering ditemukan yaitu gerakan
putih atau yang dikenal sebagai gerakan mata kucing (cats-eyes refleks) atau
leukokoria, strabismus, mata merah, nyeri mata, glaukoma dan visus yang
menurun.

3.2 Saran
Dari makalah yang saya buat mungkin terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk lebih memperdalam pengetahuan maka saya minta kritik dan saran dari
pembaca

27
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B., & Kepustakaan, T. (2011). et al . 2011).
WIDIA SARI, 2020. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan
Retinoblastoma :Universitas Esa Unggul
NANDA.2015. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai