Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Komunikasi Terapeutik Terhadap Klien dengan
Tingkat Pengetahuan Rendah atau gangguan kognitif”. Pada makalah ini kami
tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari
hasil diskusi yang kami lakukan.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Komunikasi Verbal
2. Komunikasi Non-Verbal
1. Faktor Eksternal
a. Pendidikan yang rendah
c. Rendahnya informasi
2. Faktor Internal
a. Kesadaran pribadi kurang
Kesadaran dalam mempengaruhi pengetahuan sangat penting mengingat
seseorang bila tidak menyadari untuk memiliki keingginan tumbuh dan maju
orang tersebut akan mengalami keterlambatan dalam hal pengetahuan baik secara
wawasan, pemikiran dan kemajuan dalam bidang lainya. Orang semacam ini
tergolong orang introvet alias orang yang tidak memiliki kertampilan bergaul
dalam masyarakat.
b. Intelgensi (IQ) kurang
Kekurangan dalam hal intelegensi akan menyebabkan pengetahuan kurang.
hal ini disebabkan daya pikir dan daya tangkap yang dimiliki seseorang kurang,
sehingga menghambat dalam proses berpikir dan bertindak. Poses berpikir dan
bertindak ini berawal dari pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
ROLEPLAY
Peran :
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Ny. Wulan seorang ibu muda yang baru memiliki bayi dan tidak tahu cara
merawat bayi ketika bayi diare. Ny. Wulan putus sekolah ketika dia kelas
2 SMP, lalu menikah.
2. Diagnose keperawatan
Kurangnya pengetahuan Ny. Wulan tentang pemberian pertolongan
pertama pada bayi yang diare
3. Tujuan Khusus
Klien mendapat educasi serta dapat memahami tentang diare pada bayi
dan pertolongan pertama pada bayi ketika diare
4. Tindakan Keperawatan
a. Perawat membina hubungan saling percaya
b. Perawat menjelaskan tentang diare dan cara menangani diare pada bayi
Kasus :
Ny. Wulan adalah seorang ibu muda, dia putus sekolah saat kelas 2 SMP dan
lalu menikah. Dan sekarang Ny. Wulan sedang berada di rumah sakit
karena menunggu anak bayinya yang sedang dirawat di rumah sakit karena
diare. Ny. wulan membawa bayinya kerumah sakit ketika bayinya sudah 4
hari diare di rumah. Dia tidak tahu bahwa diare bisa menyebabkan bayinya
dalam keadaan bahaya, Ny. wulan berpikir bahwa diare adalah hal yang
biasa dan akan sembuh dengan sendirinya. Akhirnya Ny. wulan
memutuskan untuk membawa bayinya kerumah sakit karena saran dari
tetangganya. Ketika dibawa kerumah sakit bayinya dalam kondisi yang
sangat lemas karena kekurangan cairan.
Dokter : saat ini keadaan anak bapak dan ibu masih sangat lemah karena
kekurangan cairan, kita akan terus pantau perkembangan anak
bapak dan ibu.
Perawat 1 : iya ibu sekarang tenangkan dulu pikirannya ya bu, kita akan
lakukan yang terbaik untuk anak ibu, dan jangan lupa terus
berdo’a supaya anaknya cepat sembuh ya bu..
Perawat 1 : kalau begitu kami permisi dulu ya bu, nanti akan ada perawat
yang datang untuk menyampaikan sesuatu ya pak, bu.
Beberapa saat setelah dokter dan perawat satu pergi, perawat 2 datang ke
ruangan tempat anak Ny. Wulan di rawat untuk memberikan edukasi
kepada Ny. Wulan dan Suaminya
1. Fase Orientasi
Perawat 2 : selamat pagi pak, buk. Saya perawat Tian yang berdinas pada
pagi hari ini, terimakasih ibu dan bapak telah mempercayakan
kami untuk membantu mengatasi masalah ibu dan bapak.
Ny. Wulan : perasaan saya sus ? saya merasa takut dan cemas sus dengan
keadaan anak saya. Saya khawatir
Suami : ya, saya juga cemas sus, saya tidak pernah menyangka kalau anak
saya akan dirawat dirumah sakit.
Perawat 2 : baik pak bu, saya mengerti, sebagai orang tua pasti sangat
khawatir dan sedih ketika melihat anaknya sakit.
2. Fase Kerja
Ny. Wulan : jadi anak saya mulai diare 4 hari yang lalu. Dan saya tidak tahu
bahwa diare itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahay, saya
berpikir bahwa diare itu akan sembuh dengan sendirinya.
Perawat 2 : ohh begitu ya bu, jadi ibu tidak tahu bahwa diare itu sebenarnya
bisa mengancam kehidupan ya bu..
Perawat 2 : lalu tindakan pengobatan apa yang ibu lakukan selama anak ibu
diare ?
Ny.Wulan : tidak ada sus, saya pikir itu akan sembuh dengan sendirinya
Suami : tidak ada sus, saya menyerahkan segala urusan anak kepada istri
saya sus.
Suami : karena menurut saya memang itu lah tugas seorang istri
Perawat 2 : hmmm… kalau menurut saya pak, menjaga kesehatan anak itu
merupakan tanggung jawab kedua orang tua, bukan hanya tugas
ayah, atau pun hanya tugas ibuny.
Ny. Wulan : saya merasa lebih tenang sus, karena saya sudah tahu tentang apa
yang harus saya lakukan jika anak saya terserang diare lagi.
Perawat 2 : itu bagus sekali, berarti bapak dan ibu dari tidak tahu menjadi
tahu ya, jadi ibu harus mencoba saran yang saya kasih tadi ya bu
ketika anak ibu nanti terserang diare lagi. Dan untuk sekarang
yang harus ibu lakukan juga pantau cairan si anak ya pak bu, dan
tanggung jawab tentang kesehatan anak itu adalah tanggung
jawab bersama ya pak bu.
Ny. Wulan : diare akan jadi bahaya apabila tidak di tangani dengan cepat
karena kekurangan cairan. Kalau anak diare beri oralit sesuai
resep dokter atau buat sendiri seperti larutan garam dan gula,
pokoknya jaga cairan tubuh si anak. Dan tanggung jawab anak itu
adalah tanggung jawab kami berdua sebagai orang tua.
Perawat 2 : iya, bagus sekali ibu, kalau begitu saya permisis dulu ya pak bu,
saya akan kembali lagi nanti 2 jam setelah ini untuk memeriksa
keadaan anak ibu.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yusmin Asih,
dkk. Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. 2006. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan#Referensi
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7350/BAB%20II.pdf?seq
uence=6&isAllowed=y