Anda di halaman 1dari 7

SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
pentingnya pengobatan TB Paru
Pokok Bahasan : Penyakit Menular
Sub Pokok Bahasan : Pentingnya Pengobatan TB Paru
Sasaran : Klien ( Tn. Y ) dan Keluarga klien
Tempat : Ruang paru
Metode : Ceramah
Hari/Tanggal : JUM’AT / 01 februari 2019
Waktu : Pukul 08.00 WIB

I. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosa yang sangat kecil yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Biasanya TB menyerang paru-paru tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar
getah bening,selaput otak, kulit, tulang dan lain - lainnya Keberhasilan dalam pengobatan TB paru dipengaruhi oleh banyak factor antara lain
seperti lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tubuh, serta faktor sosial ekonomi penderita
yang tidak kalah pentingnya (Situmeang, 2004).
Menurut RIKESDAS TAHUN 2013 lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%),
Gorontalo (0.5%), Banten (0,4%), dan Papua (0.4%). Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44 %
diobati dengan obat program.
Diharapkan untuk dapat mengatasi masalah keperawatan yang mungkin timbul, agar tidak memperpanjang perjalanan penyakit TB paru,
maka pengobatan TB paru harus dilakukan secara disiplin. Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penyuluhan tentang “ Pentingnya Pengobatan TB Paru di Ruang paru Lt 4 RSPAD GATOT SUEBROTO ”

II. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 10 menit sasaran diharapkan mampu memahami tentang pentingnya pengobatan TB Paru

III. Tujuan Instruksional


a. Umum
Setelah dilakukan penyuluhan duharapkan klien dan keluarga mampu lebih mengenal penyakit TBC dan juga pentingnya minum obat
secara teratur dan akibat dari terputusnya minum OAT ( Obat Anti Tuberkulosis )
b. Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian penyakit TB Paru
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala penyakit TB Paru
3. Menjelaskan kembali tindakan yang harus dilakukan bila mempunyai tanda dan gejala penyakit TB Paru
4. Menjelaskan kembali cara mencegah penularan penyakit TB Paru
5. Menjelaskan kembali tentang cara minum obat
6. Menjelaskan kembali akibat dari minum obat yang tidak teratur
7. Mengenali pengobatan TBC
8. Menjelaskan Prinsip Pengobatan
9. menjelaskan pengobatan yang bisa dilakukan dirumah
IV. Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit
2. Tanda dan gejala penyakit TB Paru
3. Tindakan yang harus dilakukan bila mempunyai tanda dan gejala penyakit TB Paru
4. Cara mencegah penularan penyakit TB Paru
5. Cara minum obat TB Paru
6. Akibat dari minum obat TB Paru yang tidak teratur
7. Mengenali pengobatan TBC
8. Menjelaskan Prinsip Pengobatan
9. menjelaskan pengobatan yang bisa dilakukan dirumah

IV. Kegiatan Belajar Mengajar


Metode : Diskusi dan tanya jawab
Langkah – langkah kegiatan :
1. Kegiatan Pra Pembelajaran
a. Persiapan pemateri : bahan dan psikologis
b. Persiapan ruangan
2. Kegiatan Membuka Pembelajaran

No Komunikator Komunikan Waktu


Pre interaksi
 Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjawab salam
 Mengadakan kontak waktu dengan pasien
 Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema penyuluhan Mendengarkan 5 menit
 Menggali pengetahuan klien tentang penyakit TB paru Menjawab pertanyaan

Isi :
 Menjelaskan materi penyuluhan tentang Mendengarkan 10 menit
penyakit TB paru.

 Memberikan kesempatan kepada komunikan


untuk bertanya tentang materi yang Mengajukan pertanyaan 10 mnt
disampaikan
Penutup
 Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi Menjawab 5 mnt
 Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penyuluhan Mendengarkan
 Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam Menjawab salam
V. Media Dan Sumber
Media : Leaflet
Sumber :
 Direktorat jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
 Lingkungan dan Pemukiman. 2011. Pedoman Penanggulangan
 Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI.
 Mansoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
 Aeskulapius.
 RIKESDAS 2013
 Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
 Jakarta: Salemba Medikan
VI. Evaluasi
 Prosedur : Post test
 Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
 Butir soal : 5 soal
VIII. LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
PENTINGNYA PENGOBATAN TB PARU

1. Pengertian
Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosa yang sangat kecil yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Biasanya TB menyerang paru-paru tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar
getah bening,selaput otak, kulit, tulang dan lain-lainnya

2. Tanda dan Gejala Penyakit TB Paru


a. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
b. Batuk bercampur darah dan rasa sakit di dada
c. Berkurangnya nafsu makan dan berat badan turun
d. Berlanjutnya demam lebih dari 1 bulan
e. Berkeringat di malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan

3. Tindakan yang harus dilakukan bila mempunyai tanda dan gejala penyakit TB Paru
Sebaiknya langsung memeriksakan diri ke puskesmas, rumah sakit atau pelayanan kesehatan tewrdekat dan mengikuti anjuran yang
diberikan petugas kesehatan

4. Cara Mencegah Penularan Penyakit TB Paru


a. Bagi yang sehat, tetap mempertahankan pola hidup sehat seperti :
 Makan dengan gizi seimbang
 Istirahat yang cukup, jangan tidur terlalu larut
 Jangan merokok
 Menjemur kasur, bantal dan tempat tidur terutama pagi hari
 Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya kedalam kamar tidur
b. Bagi penderita TB Paru
 Berobat secara teratur sampai tuntas
 Menutup mulut pada waktu batuk atau bersin
 Tidak meludah disembarang tempat, sebaiknya meludah ditempat ludah
c. Pencegahan TBC bisa juga berupa :
 Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang.
 Olahraga teratur.
 Istirahat yang cukup.
 Mengkonsumsi multivitamin yang membantu menjaga daya tahan tubuh.
 Biasakan mencuci tangan.
 Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius atau penenang.
 Mengatur sistem sirkulasi udara di rumah.
 Membiarkan jendela terbuka agar sinar matahari dapat masuk.
 Menggunakan masker saat kontak atau berada di dalam suatu ruangan dengan penderita TBC.
 Pemberian vaksin BCG ( Bacille Calmette-Guerin )
5. Cara minum obat
a. Obat TBC diminum secara teratur sampai klien dinyatakan sembuh
b. Lama pengobatan berlangsung 6-8 bulan
c. Selam 2 bulan pertama, obat sekaligus diminum setiap hari
d. Pada 4 bulan berikutnya, obat diminum seminggu 3 kali
e. Obat boleh diminum satu persatu, dan harus habis 2 jam
f. Sebaiknya obat diminum sebelum makan pagi atau sebelum tidur.

6. Akibat dari minum obat yang tidak teratur


a. Penyakit ini akan lebih sukar untuk diobati karena ada kemungkinan akan kebal terhadap obat TBC.
b. Kuman TBC dalam tubuh akan tumbuh dan berkembang biak lebih banyak
c. Menghabiskan biaya lebih besar, karena diperkirakan obat yang lebih ampuh dan lebih banyak jenisnya.
d. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.

7. Mengenali pengobatan TBC


Lama pengobatan TBC 6-8 bulan, pada Puskesmas telah tersedia obat anti tbc (OAT) secara paket selam 6-8 bulan (gratis) penentuan
dosis dilakukan berdasarkan BB awal si penderita. Tujuan pengobatan ini adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian akibat TBC,
mencegah kekambuhan, menurunkan tingkat penularan.
Tujuan konsumsi obat TBC pada pasien yang terkena penyakit tersebut, antara lain:
 Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup.
 Mencegah terjadinya kematian akibat perburukan kondisi TBC.
 Menekan tingkat kekambuhan TBC di kemudian hari.
 Menurunkan angka penularan TBC.
 Mencegah resitensi obat.
Pengobatan TBC dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan sebagai berikut:
 Tahap awal
Pada tahap awal, pengobatan diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien. Pengobatan
tahap awal diberikan selama 2 bulan. Ketika pengobatan dijalani secara rutin setidaknya selama 2 minggu, penularan penyakit ini sudah sangat
menurun.
 Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh pasien, sehingga tingkat kekambuhan
penyakit menjadi semakin kecil atau bahkan hilang sama sekali.
Beberapa obat TBC yang wajib dikonsumsi oleh penderita penyakit ini, di antaranya:
1. Isoniazid (H)
Isoniazid dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg /kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dosis 10 mg/kg BB.Isoniazid
bersifat bakterisidal atau membunuh kuman. Obat ini memiliki efek samping berupa neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan fungsi hati
hingga kejang.
2. Rifampisin (R)
Sama seperti isoniazid, rifampisin bersifat bakterisidal. Efek sampingnya berupa sindrom flu, gangguan gastrointestinal (saluran cerna),
urine berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik. Dosis harian yang
dianjurkan 25 mg/kgbb sedangkan untuk pengobatan intemiten 3 kali seminggu siberikan 35 mg/kgbb
3. Pirazinamid (Z)
Memiliki sifat bakterisidal, dengan efek samping berupa gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, dan gout artritis.
4. Streptomisin (S)
Streptomisin memiliki sifat bakterisidal. Efek samping yang ditimbulkan obat ini berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan
keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, serta trombositopeni. dosis yang dianjurkan 15 mg/kgbb. Umur
sampai 60 tahun 0,75 gr/hari, lebih dari 60 tahun diberikan 0,50 gr/hari.
5. Etambutol (E)
Etambutol bersifat bakteriostatik, artinya menghentikan pertumbuhan bakteri, bukan membunuh bakteri. Efek samping etambutol adalah
gangguan penglihatan, Dosis yang dianjurkan 15 mg/kgbb sedangkan untu pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kgbb.
Kombinasi obat TBC di atas harus menggunakan standar nasional berdasarkan rumus yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia \
(WHO) berikut ini:
 Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
 Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
 Kategori anak: 2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR
Untuk memudahkan konsumsi obat TBC yang cukup banyak, kini sudah tersedia kombinasi obat yang terdiri dari 2-4 jenis OAT. Kombinasi ini
dikenal sebagai FDC atau fixed drug combination. Keuntungan FDC, di antaranya:
 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan, sehingga efektivitasnya lebih tinggi dan kemungkinan terjadinya efek samping
bisa ditekan.
 Mencegah penggunaan obat tunggal, yang menurunkan risiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep.
 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit, sehingga pengobatan mejadi lebih sederhana
 Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran yang diberikan dokter.
TBC atau tuberkulosis adalah penyakit berbahaya, yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan konsumsi obat-obatan secara
rutin dan teratur. Karena itu, jika Anda adalah salah satu orang yang mengalami penyakit ini, pastikan Anda mematuhi segala
aturan yang diberikan oleh dokter terkait konsumsi obat TBC. 

8. Prinsip Pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat selama 6 bulan, supaya
semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan di telan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong.
Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang pengawas menelan
obat (PMO). Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
pengobatan sampai selesai. 1 paket untuk 1 orang dalam 1 masa pengobatan.
Pengobatan TBC di lakukan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap intensif
Pada tahap ini penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT,
Bila pengobatan tahap ini diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian
besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negative(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Lamanya pengobatan tahap awal ini adalah 2
bulan dengan hitungan 1 bulan 4 mingu/28 hari.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Diberikan 3 kali dalam
seminggu selam 4 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Obat kategori 1 diberikan selama 6 bulan, 2 bulan tahap intensif dan 4 bulan tahap lanjutan, untuk
• Penderita baru TBC paru BTA positif
• Penderita TBC ekstra paru berat.
Obat kategori 2 di tambah dengan streptomisin yang harus disuntikan setiap hari selama 2 bulan, 1 bulan tahap awal tanpa suntikan setiap
hari dan 5 bulan tahap lanjutan dengan dosis 3 kali seminggu, obat ini diberikan pada:
• Penderita kambuh (relaps)
• Penderita gagal di obati dengan kategori 1
• Penderita dengan pengobatan setelah lalai
Jadi lama pengobatan untuk kategori 2, 8 bulan.
Obat kategori 3, tahap intensif 2 bulan dengan dosis harian dan 4 bulan tahap lanjutan diberikan 3 kali seminggu, diberikan pada
penderita:
• Penderita baru BTA negative roentgen posisif
• Penderita ekstra paru ringan.

Obat sisipan diberikan bila pada akhir intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan setiap hari selama 1 bulan.

9. pengobatan yang bisa dilakukan dirumah


Gaya hidup dan pengobatan berikut dapat membantu Anda mengatasi penyakit TBC:
 Minumlah obat sesuai anjuran dokter
 Konsumsi obat sesuai jadwal
 Tanyakan pada dokter tentang efek samping pengobatan dan apa yang harus dilakukan bila muncul
 Lakukan pemeriksaan ulang secara tepat waktu
 Waspada penularan penyakit kepada orang lain. Tutuplah mulut Anda ketika batuk dengan menggunakan masker, sapu tangan, atau
lipatan siku Anda. Menggunakan telapak tangan Anda memudahkan penularan bakteri MTB saat bersalaman dan saat memegang benda
lain
 Ikuti instruksi dokter mengenai kebersihan diri dan lingkungan
 Segera hubungi dokter apabila tubuh Anda mengalami panas atau dingin, apabila Anda khawatir tentang efek samping obat suatu obat,
apabila Anda menunjukkan gejala yang terus-menerus atau bahkan memburuk, apabila Anda mengalami batuk dengan dahak berubah
warna atau berdarah.

Anda mungkin juga menyukai