Anda di halaman 1dari 32

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)


DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh Kelompok 1:


1. Nuril Lailil Mursydah, S.Kep (131613143002)
2. Wayan Tania Sugiantari, S.Kep (131613143003)
3. Rifky Octavia P, S.Kep (131613143053)
4. Uswatun Khasanah, S.Kep (131613143040)
5. Meifianto Agus Eko, S.Kep (131613143019)
6. Putri Mulyasari, S.Kep (131613143041)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAWATAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)

Topik : Perawatan pasien TB paru


Pokok bahasan : Manajemen perawatan pasien TB paru
Target /sasaran : Keluarga pasien di ruang Palem
Hari / Tanggal : Jumat, 16 Desember 2016
Waktu : 10.00 10.30 WIB
Tempat : di Ruang Palem 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien di ruang
Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya mampu memahami perawatan pasien
TB paru
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
1. Keluarga memahami tujuan dari perawatan pasien TB paru
2. Keluarga pasien di ruang rawat inap Palem 1 mampu memahami
perawatan pasien TB paru
II. MATERI PELAJARAN
1. Definisi TB paru
2. Klasifikasi TB paru
3. Etiologi TB paru
4. Cara penularan TB paru
5. Patofisiologi TB paru
6. Manifestasi Klinis TB paru
7. Penatalaksanaan TB paru
8. Pengobatan TB paru
9. Pengawasan Menelan Obat (PMO)
10. Pemeriksaan Diagnostik TB paru
11. Pendidikan Kesehatan untuk Pasien dan Keluarga tentang perawatan
pasien TB paru
III. PESERTA
Kelurga pasien di ruang Palem 1
IV. METODE
Ceramah dan tanya jawab
V. MEDIA
1. Leaflet
2. Flipcart
VI. PELAKSANAAN

Tahap dan
No. Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
waktu
1. Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan tujuan, kontrak
maksud dari penyuluhan dan pembelajaran
menyebutkan materi 3. Mendengarkan
penyuluhan yang akan tujuan dari
diberikan penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu
dan mekanisme kegiatan.
2. Kegitan inti Pelaksanaan dari mahasiswa
20 menit profesi ners:
1. Menggali pengetahuan dan 1. Peserta
pengalaman peserta mengenai memperhatikan
perawatan pasien TB paru pemateri
2. Menjelaskan materi tentang: 2. Peserta
a. Definisi TB paru mendengarkan
b. Etiologi TB paru materi yang
c. Cara penularan TB paru disampaikan
d. Manifestasi Klinis TB 3. Peserta mengajukan
paru pertanyaan tentang
e. Pengobatan TB paru materi yang kurang
f. Pendidikan Kesehatan dipahami
untuk Pasien dan
Keluarga tentang
perawatan pasien TB paru
3. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan
pertanyaan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
peserta
3. Penutup 5 Evaluasi:
menit 1. Menanyakan kembali materi 1. Peserta menjawab
yang telah disampaikan pertanyaan yang
2. Penyuluh menyimpulkan diberikan penyuluh
materi yang sudah 2. Para peserta
disampaikan mendengarkan
kesimpulan materi
yang disampaikan

Setting

Keterangan Gambar:

: Penyaji

: Moderator

: Observer

: Notulen

: Fasilitator

: Peserta

1. Peserta duduk bersama menghadap flipcart yang ada di depan


2. Ruangan nyaman dan tenang
VII.PENGORGANISASIAN DAN JOB DESCRIPTION
Pengorganisasian
Pembimbing klinik : Sri Rahayyu, S.Kep., Ns.
Pembimbing akademik : Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes
1. Penyaji materi : Meifianto Agus, S.Kep
2. Notulen : Putri Mulyasari, S.Kep
3. Moderator : Rifky Octavia, S.Kep
4. Fasilitator 1 : Nuril Lailil M, S.Kep
5. Fasilitator 2 : Wayan Tania S, S.Kep
6. Observer : Uswatun Khasanah, S.Kep

Job Description
No. Peran Uraian Tugas Kriteria Penilaian Skoring
1. Penyaji 1. Menggali 1. Suara cukup dan jelas
pengetahuan 2. Tidak terlalu cepat
peserta atau lamban dalam
mengenai menyampaikan materi
perawatan 3. Ada kontak mata
pasien TB paru dengan seluruh peserta
2. Menjelaskan 4. Menyampaikan salam
materi kepada peserta
penyuluhan 5. Menggali kemampuan
3. Menjawab peserta mengenai
pertanyaan yang perawatan pasien TB
diajukan peserta paru
6. Menyampaikan materi
sesuai dengan SAP
7. Memberikan umpan
balik kepada peserta
tentang materi yang
sudah disampaikan
8. Mengakhiri
penyampaian materi
dan mengucapkan
salam
2. Moderator 1. Membuka acara 1. Suara cukup keras dan
dan menyampai- jelas
kan maksud 2. Ada kontak mata
serta tujuan dengan seluruh peserta
kegiatan 3. Membuka acara dan
penyuluhan mengucapkan salam
2. Menjelaskan 4. Menjelaskan kontrak
kontrak waktu waktu
dan mekanisme 5. Memandu acara sesuai
kegiatan kontrak waktu yang
3. Memandu sesi disepakati
diskusi/ tanya 6. Memandu sesi diskusi/
jawab tanya jawab secara
4. Melakukan interaktif
evaluasi hasil 7. Melakukan evaluasi
tentang materi hasil pada peserta
yang telah 8. Menutup acara dan
disampaikan menyampaikan salam
5. Menutup acara
penyuluhan
3. Observer 1. Mengawasi 1. Mengawasi jalannya
jalannya acara acara
2. Mencatat proses 2. Mencatat proses
kegiatan kegiatan penyuluhan
penyuluhan mulai dari awal
disesuaikan sampai akhir, dan
dengan dengan disesuaikan dengan
rencana kegiatan rencana SAP
pada SAP 3. Mencatat situasi
3. Mencatat situasi pendukung dan
pendukung dan penghambat proses
penghambat kegiatan
proses kegiatan 4. Menilai hasil kegiatan
penyuluhan penyuluhan
4. Menilai hasil
kegiatan
penyuluhan
5. Notulen 1. Mencatat 1. Mencatat pertanyaan
pertanyaan apa apa saja yang
saja yang disampaikan oleh
disampaikan peserta
oleh peserta 2. Menyusun laporan
2. Menyusun hasil dari kegiatan
laporan kegiatan penyuluhan
penyuluhan
6. Fasilitator 1 1. Memfasilitasi 1. Memfasilitasi
beberapa materi beberapa materi yang
yang belum belum dimengerti oleh
dimengerti oleh penyuluh
penyuluh
7. Fasilitator 2 1. Meminta tanda 1. Meminta tanda tangan
tangan kehadiran peserta
kehadiran (absensi)
peserta (absensi) 2. Mengoperasikan
2. Mengoperasikan flipcart yang berisi
flipcart yang materi penyuluhan
berisi materi 3. Memfasilitasi peserta
penyuluhan untuk aktif dalam
3. Memfasilitasi menyakan materi yang
peserta untuk belum dimengerti
aktif bertanya 4. Membagikan leaflet
4. Membagikan kepada peserta
leaflet

VIII. EVALUASI
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara penyuluhan
dilaksanakan
b. Peserta ditempat penyuluhan di ruang rawat inap Pandan Palem 1
RSUDS.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengar dan memperhatikan penyuluhan
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP
e. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
f. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Kriteria Hasil
a. Para pasien dan keluarga pasien ruang rawat inap Palem 1 mengerti
dan memahami serta dapat mengaplikasikan perawatan pasien TB
paru
b. Peserta mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan
penyuluh.
c. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan sebanyak 20 orang.
MATERI TUBERCULOSIS PARU

A. Definisi Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis paru merupakan penyakit radang parenkim paru karena
adanya infeksi kuman Mycrobacterium tuberkulosis. Tuberkulosis termasuk
suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh Mycrobacterium
tuberkulosis.Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian
penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis
ekstrapulmonal (Djojodibroto, R.Darmanto, 2009).

Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti


meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Pada hampir semua kasus, infeksi
tuberkulosis didapat melalui inhalasi partikel kuman yang cukup kecil (sekitar
1-5 m).Droplet dikeluarkan ketika penderita tuberkulosis batuk, bersin,
bahkan saat berbicara.Nukleus yang terinfeksi kemudian terhirup oleh
individu yang rentan.Organisme yang terhirup melawan mekanisme
pertahanan paru dan masuk ke jaringan paru, kemudian terjadilah infeksi
pulmonari.
Klien yang terinfeksi umumnya mempunyai kontak erat yang berulah
dengan individu yang terinfeksiyang belum terdiagnosis. Ketika klien
didiagnosa sebagai penderita tuberkulosis, perawat akan berbicara dengan
klien dan membuat daftar kontak. Setiap orang yang kontak dengan klien
dikaji dengan tes tuberculin dan ronsen dada untuk menentukan apakah ia
telah terinfeksi oleh tuberkulosis.
B. Klasifikasi
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut (Laban, Yoannes Y. 2008):
1. Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru
2. Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA): positif atau negatif.
BTA merupkan bakteri yang tidak rusak dengan pemberian asam.
3. Tingkat keparahan penyakit: ringn atau berat.
Penentuan ini penting dilakukan untuk menentukan paduan obat anti-
tuberkulosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai. Berikut ini adalah
kualifikasi dari tuberkulosis:
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas:
a. TBC paru BTA positif (sangat menular)
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan
hasil yang positif.
2) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
b. TBC paru BTA negatif
Pemeriksaan dahak positif negatif /foto rontgen dada meunjukkan
TBC aktif.Positif negatif yang dimaksudkan di sini adalah hasilnya
meragukan, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksan
belum memenuhi syarat positif.
2. Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus Baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
(obat anti tuberkulosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
satu bulan.
b.Kasus Kambuh (Relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran
radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis
maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan, yaitulesi
nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll) dan
juga TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis.
c. KasusDefaulted atau Drop Out
Pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus Gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus Kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
f. Kasus Bekas TB:
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Terjadi pada kasus
dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi.
3. TBC ekstra paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain selain
paru-paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
getah bening (kelenjar), tulang, usus, ginjal, saluran kencing, dan lain-
lain.
C. Etiologi
TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (mycrobacterium tuberculosis).Mycrobacterium tuberculosis ini
menyerang berbagai organ tubuh penting tetapi yang paling disukai adalah
paru-paru bagian atas kaya akan oksigen. Selain mycrobacterium tuberkulosis
juga terdapat mycrobacterium bovis dan mycrobacterium africanum, tetapi
keduanya jarang menyebabkan sakit pada manusia.Sumber penularan penyakit
TB adalah pasien TB BTA (Basil Tahan Asam) positif.Penyebab TB di tinjau
dari 3 faktor yaitu agent, host dan environment (Achmadi, 2006) :
a. Agent (kuman)
Penyakit TBC disebabkan oleh kuman jenis mycrobacterium
tuberculosis.Kuman ini terdapat di dahak atau sputum orang yang terkena
TBC. Kuman ini bersifat tahan terhadap larutan asam, berbentuk batang
dengan ukuran 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6 Um. Mikroorganisme ini bersifat
aerob, yaitu menyukai daerah yang banyak oksigen.Oleh karena itu,
M.Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru yang kandungan
oksigennya tinggi.Daerah itu menjadi tempat yang kondusif untuk
perkembangan penyakit tuberkulosis.
b. Host (sumber penularan)
Penularan penyakit ini dapat berasal dari penderita
langsung.Droplet yang dikeluarkan oleh penderita melalui batuk, bersin,
dan berbicara memicu tersebarnya kuman M.Tuberkulosis.
c. Environment (lingkungan)
Pada waktu berbicara, meludah, bersin ataupun batuk, penderita
TBC akan mengeluarkan kuman TBC yang ada di paru-parunya ke udara
dalam bentuk percikan dahak. Tanpa sadar dan tanpa disengaja kuman
akan terhirup masuk ke paru-paru dan menyebar ke bagian tubuh
lainnya.Lingkungan yang padat penduduk memungkinkan penyebaran
penyakit semakin cepat.
D. Cara penularan
1) Secara langsung
(1) Berbicara berhadapan
(2) Air Born/percikan air ludah
(3) Berciuman
(4) Udara bebas (dalam satu kamar)
2) Secara tidak langsung/melalui alat-alat yang tercemar basil.
(1) Makanan/minuman
(2) Tidur
(3) Saputangan
(4) Mandi

Menurut Depkes RI (2005), cara penularan TBC adalah :


1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000
percikan dahak.
3) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.
4) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
5) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

E. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru menurut Sylvia
Price tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Infeksi diawali dengan masuknya bakteri M.tuberculosis melalui udara yang
dihirup oleh seseorang. Setelah masuk bakteri ini menyebar melalui jalan
napas hingga mencapai alveoli kemudian berkembang biak dan bertumpuk.
Perkembangan bakteri ini juga dapat menjangkau area lain dari paru (lobus
atas). Basil juga dapat menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain, misalnya ginjal, tulang, dan korteks serebri.
Sistem imun tubuh merespon dengan melakukan reaksi
inflamasi.Neutrofil dan makrofag merespon dengan melakukan fagositosis,
sedangkan limfosit spesifik-tuberkulosis melisiskan basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini menimbulkan akumulasi eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya muncul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Granuloma merupakan massa jaringan baru yang terbentuk akibat
interaksi antara M.tuberculosis dan sistem imun pada masa awal infeksi.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag. Grannuloma kemudian berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut dinamakan ghon tubercle. Materi
yang terdiri atas bakteri dan makrofag menjadi nekrotik kemudian
membentuk materi yang tampak seperti keju (necrotizing caeosa). Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Apabila respon imun tidak adekuat, maka penyakit akan menjadi
lebih parah setelah infeksi awal. Penyakit dapat menjadi makin parah akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif.Pada
kasus ini ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caeosa dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi menjadi sembuh
dan membentuk jaringan parut.
Paru yang terinfeksi akan meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia selular
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang menginfiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan menimbulkan respon yang berbeda. Kemudian pada akhirnya
akan membentuk kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalan pencairan, yaitu
bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan membentuk
kavitas. Cairan tuberkular yang dilepaskan oleh dinding kavitas akan masuk
ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang di bagian lain paru,
atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah, atau usus.
Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran
darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai jenis organ lain. Jenis penyebaran ini disebut sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya dapat sembuh sendiri. Penyebaran ini
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier, hal
ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ
tersebut.

F. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar paien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, cemas, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.Tuberkulosis dapat
mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa, dan
perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penururnan berat badan.
Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dominan.(
Smeltzer, Suzanne C.,Bare,Brenda G,2002)
Apabila pasien yang tidak menerima pengobatan, mengalami penurunan
daya tahan tubuh maka latent tuberculosis akan berkembang menjadi active
tuberculosis. Active tuberculosis adalah kondisi di mana sistem imun tubuh
tidak mampu untuk melawan bakteri tuberculosis yang terdapat dalam tubuh,
sehingga menimbulkan infeksi terutama pada bagian paru-paru. Gejala untuk
active tuberculosis meliputi :
1) Batuk berkepanjangan selama 3 minggu atau lebih.
2) Nyeri pada bagian dada.
3) Batuk berdahak atau berdarah.
4) Penurunan berat badan.
5) Demam, menggigil dan berkeringat pada malam hari.
6) Kelelahan dan kehilangan selera makan.

G. Penatalaksanaan
Pencegahan Tuberkulosis Paru
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin
dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a. Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b. Penghuni rumah tahanan.
c. Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG.
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau
utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok
berikut:
a. Bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif,
d. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang,
e. Penderita diabetes mellitus.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di
tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonsia
PPTI).

H. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Tujuan, dan prinsip Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
OAT lini pertama dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel: Pengelompokan OAT (BPN, 2011)

Tabel : Jenis, Sifat dan Dosis OAT lini pertama (BPN, 2011)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
3. Pengobatan TB diberkan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan
Tahap awal (intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
1. Paduan OAT yang digunkan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2 HRZE/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2 HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
c. Kategori anak : 2HRZ/4HR
d. Obat yang digunakan dalam tatalakasana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,
serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.
2. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
beripa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
3. Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan
apsien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan samapai selesai. Satu (1) paket
untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi evek samping
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga mengurangi resiko
terjadinya resitensi dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT linipertama dan peruntukannya
a. Kategori -1 (2HRZE/4H2R3)
- Panduan obat pada pasien baru : pasien baru TB paaru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk panduan OAT dan KDT untuk kategori 1 (BPN, 2011)

Dosis Panduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1 (BPN, 2011)

b. Kategori-2
Panduan Oat ini diberikan pada pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya :
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah berhenti berobat
Dosis untuk panduan OAT dan KDT untuk kategori 2

Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2 (BPN, 2011)


Catatan :
1. Untuk pasien berumur 60 tahun keatas dosis maksimal
stereptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan
2. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
3. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Dosis KDT untuk Sisipan (BPN, 2011)

I. Pengawasan Menelan Obat (PMO)


Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung. Tujuan PMO adalah untuk menjamin
keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO (BPN, 2011).
a. Persyaratan PMO
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
2. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
4. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien
b. Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa,
Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak
ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
d. Tugas seorang PMO
1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan
diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien
mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.
e. Tujuan Penggunaan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1997) bahwa tujuan penggunaan
Pengawas Menelan Obat (PMO) pada penderita tuberkulosis paru adalah :
1) untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai jadwal
yang ditentukan pada awal pengobatan, 2) untuk menghindari penderita
dari putus berobat sebelum waktunya, dan 3) untuk mengurangi
kemungkinan pengaobatan dan kekebalan terhadap OAT.
Dalam menyukseskan upaya pemberantasan tuberlukosis paru,
maka peran petugas kesehatan dalam surveillance dan pencatatan
pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan.
f. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada
pasien dan keluarganya:
1. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
2. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
3. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya
4. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
5. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
6. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segerameminta pertolongan ke Fasyankes (Fasilitas Pelayanan
Kesehatan).

J. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur Sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
b. Ziehl-Neelsen
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah: positif
untuk basil asam-cepat
c. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Potongan Vollmer)
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam
setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB
aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium
yang berbeda.
d. Foto Torak
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan
lebih luas TB dapat termasuk rongga dan area fibrosa.
e. Histologi atau Kultur Jaringan
Termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit:
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Biopsi Jarum Pada Jaringan Paru
Pada pemeriksaan ini akan ditemukan hasil positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
g. Pemeriksaan Fungsi Paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru,
dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
K. Pendidikan Kesehatan untuk Pasien dan Keluarga
Perawat memiliki peranan penting untuk memberikan edukasi pada
pasien mengenai proses pengobatan yang sedang dijalani. Hal ini akan
membantu proses penyembuhan dan juga mencegah terjadinya penyebaran
infeksi. Begitu pula halnya dengan penderita tuberculosis, mereka perlu
mendapatkan edukasi mengenai etika batuk dan bersin yang benar untuk
mencegah penularan penyakit tuberculosis. Berikut ini ada langkah-langkah
etika batuk dan bersin yang benar:
1. Menutup hidung dan mulut menggunakan tisu atau saputangan, bisa juga
dengan lengan bagian dalam.
2. Membuang tisu yang telah dipakai ke dalam tempat sampah dengan
segera .
3. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol.
4. Menggunakan masker
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien dan
keluarga untuk perawatan klien dengan penyakit tuberculosis dan membantu
proses penyembuahan pasien, diantaranya:
1. Meminum obat secara teratur sampai jangka waktu pengobatan selesai
2. Membuang sputum di tempat yang terkena sinar matahari atau dalam
wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun/lisol.
3. Menjemur kasur bekas penderita secara teratur satu kali dalam seminggu.
4. Membuka jendela kamar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk.
5. Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan
penderita TB atau yang diduga menderita TB.
6. Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat
dilakukan dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin.
Konversi sputum biasanya terjadi dalam 4 8 minggu. Pengobatan dan
perawatan di Rumah Sakit hanya dilakukan terhadap penderita berat dan
bagi penderita yang secara medis dan secara sosial tidak bisa dirawat di
rumah.
7. Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah
harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan
pencegahan khusus untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan
lainnya). Dekontaminasi udaradengan cara ventilasi yang baik dan bisa
ditambahkan dengan sinar UV.

Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:


1. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
2. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang
sehat, dan berolahraga.
3. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin
ini secara rutin diberikan pada semua balita.
Jika batuk anda berkepanjangan, periksakan ke dokter, cek lendir/dahak yang
dihasilkan. Sering berjemur dipagi hari sekitar jam 7-8 pagi selama 25-30 menit
untuk membuat tubuh berenergi. Jaga kebersihan tubuh dan tangan. selain itu juga
hindari kontak langsung dengan orang yang menderita TBC. Perhatikan pola
makan yang kaya akan vitamin dan mineral untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2012, TBC Masalah Kesehatan


Dunia, Bakti Husada, Jakarta
Depkes IDAI. Kelompok Kerja TB Anak. (2008) Diagnosis & Tatalaksana
Tuberkulosis Anak.
Depkes Jawa Timur. (2008) Pelatihan Survei Resistensi Obat Anti Tuberkulosis
Program Penanggulangan Tuberkulosis.
Depkes RI, Ditjen PP & PL. (2005) Manual Pemberatasan Penyakit Menular.
Depkes RI. (2008) Pedoman Nasional Penanggulan Tuberkulosis. Edisi 2 cetakan
kedua.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, Proyek Peningkatan Promosi Kesehatan.
(2001) Buku saku pelaksanaan PHBS bagi masyarakat wilayah kecamatan.
Djojodibroto, R. & Darmanto 2009, Resiprologi: Respiratory Medicine, EGC,
Jakarta
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis/GERDUNAS-TBC.
(2002a) Pengobatan Penderita Tuberkulosis, Modul-4 Pelatihan
Penaggulangan Tuberkulosis Nasional, Jakarta.
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis/GERDUNAS-TBC.
(2002b) Penyuluhan, Modul-8 Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis
Nasional, Jakarta.
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis/GERDUNAS-TBC.
(2002c) Program Penanggulangan Tuberkulosis, Modul-1 Pelatihan
Penangulangan Tuberkulosis Nasional, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyakit Lingkungan 2011, Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan 2014, Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Murwani, Arita. (2008) Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Mitra Cendikia
Offset, Yogyakarta.
Mustikawati, Dyah E, Surya, Asik, Basri, Carmelia, & Kamso, Sudijanto 2011,
Pendidikan Nasional Tuberkulosis Tahun 2011 Pedoman Pengendalian
Tuberkulosis, KEMENKES-RI, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar 2013, Riset Kesehatan dasar, Badan Litbangkes Depkes
RI, Jakarta
Smeltzer, C. Suzanne. (2002) Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan 1, EGC
Jakarta.
Tambayong, Jan. (2000) Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU
DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

HARI/TANGGAL : JUMAT / 16 DESEMBER 2016

NO NAMA TANDA TANGAN


DAFTAR PERTANYAAN PESERTA PKRS
PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU
DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

NO. NAMA PERTANYAAN JAWABAN


PESERTA
LEMBAR OBSERVASI PKRS
PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU
DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

NO EVALUASI KETERANGAN
LEMBAR OBSERVASI PKRS
PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU
DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil


a. Melakukan Pembukaan: a. Peserta mampu
kontrak waktu dan Moderator menjawab dengan benar
tempat sebelum a. Membuka acara dan menyampai-kan 75% dari pertanyaan
acara penyuluhan maksud serta tujuan kegiatan penyuluh ( )
( ) penyuluhan ( ) b. Jumlah peserta yang
b. Peserta hadir tepat b. Menjelaskan kontrak waktu dan hadir dalam penyuluhan
waktu sebelum mekanisme kegiatan ( ) sebanyak 20 orang ( )
acara penyuluhan c. Memandu sesi diskusi/tanya jawab
dimulai ( ) ( )
c. Pelaksaanan d. Melakukan evaluasi hasil tentang
penyuluhan di materi yang telah disampaikan ( )
ruang Palem 1 ( ) e. Menutup acara penyuluhan ( )
d. Perencanaan
pelaksanaan Penyaji
penyuluhan a. Menjelaskan definisi TB paru ( )
dilakukan b. Menjelaskan etiologi TB paru ( )
sebelumya ( ) c. Menjelaskan manifestasi Klinis TB
paru ( )
d. Menjelaskan cara penularan TB paru
( )
e. Menjelaskan pengobatan TB paru ( )
f. Menjelaskan tentang perawatan
pasien TB paru ( )
g. Menjawab pertanyaan pasien dan
keluarga ( )
Observer

a. Mengawasi jalannya acara ( )


b. Mencatat proses kegiatan
penyuluhan disesuaikan dengan
dengan rencana kegiatan pada SAP
( )
c. Mencatat situasi pendukung dan
penghambat proses kegiatan
penyuluhan ( )
d. Menilai hasil kegiatan penyuluhan
( )

Notulen

a. Mencatat pertanyaan apa saja yang


disampaikan oleh peserta ( )
b. Menyusun laporan kegiatan
penyuluhan ( )

Fasilitator 1

Memfasilitasi beberapa materi yang


belum dimengerti oleh penyuluh ( )

Fasilitator 2
a. Meminta tanda tangan kehadiran
peserta (absensi) ( )
b. Mengoperasikan flipcart yang
berisi materi penyuluhan ( )
c. Memfasilitasi peserta untuk aktif
bertanya ( )
d. Membagikan leaflet ( )
Evaluasi Proses Kegiatan
a. Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan ( )
b. Peserta mendengar dan
memperhatikan penyuluhan ( )
c. Tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan
( )
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
SAP ( )
e. Peserta mengajukan pertanyaan ( )

Anda mungkin juga menyukai