Tahap dan
No. Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
waktu
1. Pendahuluan Pembukaan:
5 menit 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan tujuan, kontrak
maksud dari penyuluhan dan pembelajaran
menyebutkan materi 3. Mendengarkan
penyuluhan yang akan tujuan dari
diberikan penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu
dan mekanisme kegiatan.
2. Kegitan inti Pelaksanaan dari mahasiswa
20 menit profesi ners:
1. Menggali pengetahuan dan 1. Peserta
pengalaman peserta mengenai memperhatikan
perawatan pasien TB paru pemateri
2. Menjelaskan materi tentang: 2. Peserta
a. Definisi TB paru mendengarkan
b. Etiologi TB paru materi yang
c. Cara penularan TB paru disampaikan
d. Manifestasi Klinis TB 3. Peserta mengajukan
paru pertanyaan tentang
e. Pengobatan TB paru materi yang kurang
f. Pendidikan Kesehatan dipahami
untuk Pasien dan
Keluarga tentang
perawatan pasien TB paru
3. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan
pertanyaan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
peserta
3. Penutup 5 Evaluasi:
menit 1. Menanyakan kembali materi 1. Peserta menjawab
yang telah disampaikan pertanyaan yang
2. Penyuluh menyimpulkan diberikan penyuluh
materi yang sudah 2. Para peserta
disampaikan mendengarkan
kesimpulan materi
yang disampaikan
Setting
Keterangan Gambar:
: Penyaji
: Moderator
: Observer
: Notulen
: Fasilitator
: Peserta
Job Description
No. Peran Uraian Tugas Kriteria Penilaian Skoring
1. Penyaji 1. Menggali 1. Suara cukup dan jelas
pengetahuan 2. Tidak terlalu cepat
peserta atau lamban dalam
mengenai menyampaikan materi
perawatan 3. Ada kontak mata
pasien TB paru dengan seluruh peserta
2. Menjelaskan 4. Menyampaikan salam
materi kepada peserta
penyuluhan 5. Menggali kemampuan
3. Menjawab peserta mengenai
pertanyaan yang perawatan pasien TB
diajukan peserta paru
6. Menyampaikan materi
sesuai dengan SAP
7. Memberikan umpan
balik kepada peserta
tentang materi yang
sudah disampaikan
8. Mengakhiri
penyampaian materi
dan mengucapkan
salam
2. Moderator 1. Membuka acara 1. Suara cukup keras dan
dan menyampai- jelas
kan maksud 2. Ada kontak mata
serta tujuan dengan seluruh peserta
kegiatan 3. Membuka acara dan
penyuluhan mengucapkan salam
2. Menjelaskan 4. Menjelaskan kontrak
kontrak waktu waktu
dan mekanisme 5. Memandu acara sesuai
kegiatan kontrak waktu yang
3. Memandu sesi disepakati
diskusi/ tanya 6. Memandu sesi diskusi/
jawab tanya jawab secara
4. Melakukan interaktif
evaluasi hasil 7. Melakukan evaluasi
tentang materi hasil pada peserta
yang telah 8. Menutup acara dan
disampaikan menyampaikan salam
5. Menutup acara
penyuluhan
3. Observer 1. Mengawasi 1. Mengawasi jalannya
jalannya acara acara
2. Mencatat proses 2. Mencatat proses
kegiatan kegiatan penyuluhan
penyuluhan mulai dari awal
disesuaikan sampai akhir, dan
dengan dengan disesuaikan dengan
rencana kegiatan rencana SAP
pada SAP 3. Mencatat situasi
3. Mencatat situasi pendukung dan
pendukung dan penghambat proses
penghambat kegiatan
proses kegiatan 4. Menilai hasil kegiatan
penyuluhan penyuluhan
4. Menilai hasil
kegiatan
penyuluhan
5. Notulen 1. Mencatat 1. Mencatat pertanyaan
pertanyaan apa apa saja yang
saja yang disampaikan oleh
disampaikan peserta
oleh peserta 2. Menyusun laporan
2. Menyusun hasil dari kegiatan
laporan kegiatan penyuluhan
penyuluhan
6. Fasilitator 1 1. Memfasilitasi 1. Memfasilitasi
beberapa materi beberapa materi yang
yang belum belum dimengerti oleh
dimengerti oleh penyuluh
penyuluh
7. Fasilitator 2 1. Meminta tanda 1. Meminta tanda tangan
tangan kehadiran peserta
kehadiran (absensi)
peserta (absensi) 2. Mengoperasikan
2. Mengoperasikan flipcart yang berisi
flipcart yang materi penyuluhan
berisi materi 3. Memfasilitasi peserta
penyuluhan untuk aktif dalam
3. Memfasilitasi menyakan materi yang
peserta untuk belum dimengerti
aktif bertanya 4. Membagikan leaflet
4. Membagikan kepada peserta
leaflet
VIII. EVALUASI
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara penyuluhan
dilaksanakan
b. Peserta ditempat penyuluhan di ruang rawat inap Pandan Palem 1
RSUDS.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengar dan memperhatikan penyuluhan
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP
e. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
f. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Kriteria Hasil
a. Para pasien dan keluarga pasien ruang rawat inap Palem 1 mengerti
dan memahami serta dapat mengaplikasikan perawatan pasien TB
paru
b. Peserta mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan
penyuluh.
c. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan sebanyak 20 orang.
MATERI TUBERCULOSIS PARU
E. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru menurut Sylvia
Price tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Infeksi diawali dengan masuknya bakteri M.tuberculosis melalui udara yang
dihirup oleh seseorang. Setelah masuk bakteri ini menyebar melalui jalan
napas hingga mencapai alveoli kemudian berkembang biak dan bertumpuk.
Perkembangan bakteri ini juga dapat menjangkau area lain dari paru (lobus
atas). Basil juga dapat menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain, misalnya ginjal, tulang, dan korteks serebri.
Sistem imun tubuh merespon dengan melakukan reaksi
inflamasi.Neutrofil dan makrofag merespon dengan melakukan fagositosis,
sedangkan limfosit spesifik-tuberkulosis melisiskan basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini menimbulkan akumulasi eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya muncul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Granuloma merupakan massa jaringan baru yang terbentuk akibat
interaksi antara M.tuberculosis dan sistem imun pada masa awal infeksi.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag. Grannuloma kemudian berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut dinamakan ghon tubercle. Materi
yang terdiri atas bakteri dan makrofag menjadi nekrotik kemudian
membentuk materi yang tampak seperti keju (necrotizing caeosa). Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Apabila respon imun tidak adekuat, maka penyakit akan menjadi
lebih parah setelah infeksi awal. Penyakit dapat menjadi makin parah akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif.Pada
kasus ini ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caeosa dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi menjadi sembuh
dan membentuk jaringan parut.
Paru yang terinfeksi akan meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia selular
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang menginfiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan menimbulkan respon yang berbeda. Kemudian pada akhirnya
akan membentuk kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalan pencairan, yaitu
bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan membentuk
kavitas. Cairan tuberkular yang dilepaskan oleh dinding kavitas akan masuk
ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang di bagian lain paru,
atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah, atau usus.
Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran
darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai jenis organ lain. Jenis penyebaran ini disebut sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya dapat sembuh sendiri. Penyebaran ini
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier, hal
ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ
tersebut.
F. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar paien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, cemas, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.Tuberkulosis dapat
mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa, dan
perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penururnan berat badan.
Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dominan.(
Smeltzer, Suzanne C.,Bare,Brenda G,2002)
Apabila pasien yang tidak menerima pengobatan, mengalami penurunan
daya tahan tubuh maka latent tuberculosis akan berkembang menjadi active
tuberculosis. Active tuberculosis adalah kondisi di mana sistem imun tubuh
tidak mampu untuk melawan bakteri tuberculosis yang terdapat dalam tubuh,
sehingga menimbulkan infeksi terutama pada bagian paru-paru. Gejala untuk
active tuberculosis meliputi :
1) Batuk berkepanjangan selama 3 minggu atau lebih.
2) Nyeri pada bagian dada.
3) Batuk berdahak atau berdarah.
4) Penurunan berat badan.
5) Demam, menggigil dan berkeringat pada malam hari.
6) Kelelahan dan kehilangan selera makan.
G. Penatalaksanaan
Pencegahan Tuberkulosis Paru
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin
dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a. Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b. Penghuni rumah tahanan.
c. Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG.
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau
utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok
berikut:
a. Bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif,
d. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang,
e. Penderita diabetes mellitus.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di
tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonsia
PPTI).
Tabel : Jenis, Sifat dan Dosis OAT lini pertama (BPN, 2011)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
3. Pengobatan TB diberkan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan
Tahap awal (intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
1. Paduan OAT yang digunkan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2 HRZE/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2 HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
c. Kategori anak : 2HRZ/4HR
d. Obat yang digunakan dalam tatalakasana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,
serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.
2. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
beripa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
3. Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan
apsien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan samapai selesai. Satu (1) paket
untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi evek samping
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga mengurangi resiko
terjadinya resitensi dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT linipertama dan peruntukannya
a. Kategori -1 (2HRZE/4H2R3)
- Panduan obat pada pasien baru : pasien baru TB paaru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk panduan OAT dan KDT untuk kategori 1 (BPN, 2011)
b. Kategori-2
Panduan Oat ini diberikan pada pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya :
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah berhenti berobat
Dosis untuk panduan OAT dan KDT untuk kategori 2
J. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur Sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
b. Ziehl-Neelsen
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah: positif
untuk basil asam-cepat
c. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Potongan Vollmer)
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam
setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB
aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium
yang berbeda.
d. Foto Torak
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan
lebih luas TB dapat termasuk rongga dan area fibrosa.
e. Histologi atau Kultur Jaringan
Termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit:
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Biopsi Jarum Pada Jaringan Paru
Pada pemeriksaan ini akan ditemukan hasil positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
g. Pemeriksaan Fungsi Paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru,
dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
K. Pendidikan Kesehatan untuk Pasien dan Keluarga
Perawat memiliki peranan penting untuk memberikan edukasi pada
pasien mengenai proses pengobatan yang sedang dijalani. Hal ini akan
membantu proses penyembuhan dan juga mencegah terjadinya penyebaran
infeksi. Begitu pula halnya dengan penderita tuberculosis, mereka perlu
mendapatkan edukasi mengenai etika batuk dan bersin yang benar untuk
mencegah penularan penyakit tuberculosis. Berikut ini ada langkah-langkah
etika batuk dan bersin yang benar:
1. Menutup hidung dan mulut menggunakan tisu atau saputangan, bisa juga
dengan lengan bagian dalam.
2. Membuang tisu yang telah dipakai ke dalam tempat sampah dengan
segera .
3. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol.
4. Menggunakan masker
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien dan
keluarga untuk perawatan klien dengan penyakit tuberculosis dan membantu
proses penyembuahan pasien, diantaranya:
1. Meminum obat secara teratur sampai jangka waktu pengobatan selesai
2. Membuang sputum di tempat yang terkena sinar matahari atau dalam
wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun/lisol.
3. Menjemur kasur bekas penderita secara teratur satu kali dalam seminggu.
4. Membuka jendela kamar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk.
5. Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan
penderita TB atau yang diduga menderita TB.
6. Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat
dilakukan dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin.
Konversi sputum biasanya terjadi dalam 4 8 minggu. Pengobatan dan
perawatan di Rumah Sakit hanya dilakukan terhadap penderita berat dan
bagi penderita yang secara medis dan secara sosial tidak bisa dirawat di
rumah.
7. Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah
harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan
pencegahan khusus untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan
lainnya). Dekontaminasi udaradengan cara ventilasi yang baik dan bisa
ditambahkan dengan sinar UV.
NO EVALUASI KETERANGAN
LEMBAR OBSERVASI PKRS
PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU
DI RUANG PALEM 1 RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA
Notulen
Fasilitator 1
Fasilitator 2
a. Meminta tanda tangan kehadiran
peserta (absensi) ( )
b. Mengoperasikan flipcart yang
berisi materi penyuluhan ( )
c. Memfasilitasi peserta untuk aktif
bertanya ( )
d. Membagikan leaflet ( )
Evaluasi Proses Kegiatan
a. Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan ( )
b. Peserta mendengar dan
memperhatikan penyuluhan ( )
c. Tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan
( )
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
SAP ( )
e. Peserta mengajukan pertanyaan ( )