Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TB PARU PADA KELUARGA NY.X DI SRONDOL


KULON RT.04 RW.01 SEMARANG

Disusun Oleh

1. Sri Jati Pemata Putri (P.1337420615012)


2. Irmalita Wigati (P.1337420615014)
3. Hilma Wahidati (P.1337420615015)
4. Ledwi Wisi Daely (P.1337420615024)
5. Siti Nur Luthfiana (P.1337420615025)
6. Lina Nur Latifah (P.1337420615027)
7. Nahfi Lutfiati (P.1337420615037)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Perawatan Kesehatan Keluarga pada Pasien TB Paru

Sasaran : Ny,X dan Keluarga Ny. X

Hari/Tanggal : Kamis, 29 Februari 2018

Tempat : Srondol Kulon RT.04 RW.01

Pelaksana : Mahasiswa Kelompok 2 Keperawatan Poltekkes Kemenkes


Semarang

Waktu : 16.00 WIB

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan, diharapkan pasien, keluarga pasien Ny. X
mengerti dan memahami tentang perawatan pada pasien dengan Tuberculosis Paru
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keseatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga
mampu :
1) Memahami tentang pengertian Tuberculosis paru
2) Memahami penyebab Tuberculosis paru
3) Menyebutkan tanda dan gejala Tuberculosis paru
4) Menyebutkan cara penularan Tuberculosis paru
5) Menyebutkan penatalaksanaan pada pasien dengan Tuberculosis paru
6) Menyebutkan cara pencegahan Tuberculosis paru
7) Menyebutkan cara perawatan pada pasien dengan Tuberculosis paru

B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tuberculosis Paru
2. Penyebab Tuberculosis Paru
3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru
4. Cara penularan Tuberculosis Paru
5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru
6. Pencegahan Tuberculosis Paru
7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi yang terdiri dari:
 Cuci tangan
 Etika Batuk
 Menggunakan masker

D. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
3. Video

E. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 5 menit sebelum Petugas menyiapkan alat -
acara dimulai dan bahan sebelum
dilakukannya pendidikan
kesehatan
2 Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan 2. Mendengarkan tujuan
diri dan maksud dari
2. Menyampaikan tujuan penyuluhan
dan maksud penyuluhan 3. Mendengarkan kontrak
3. Menjelaskan kontrak waktu
waktu dan mekanisme 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan materi penyuluhan yang
penyuluhan diberikan
3 Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan 15 1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila
menit dan pengalaman sasaran mengetahui tentang
tentang Tuberculosis Tuberculosis
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan materi
meliputi : penyuluhan yang
1) Pengertian disampaikan
Tuberculosis
2) Penyebab
Tuberculosis
3) Tanda dan gejala
Tuberculosis
4) Cara penularan
Tuberculosis
5) Penatalaksanaan
Tuberculosis
6) Pencegahan
Tuberculosis
7) Perawatan pasien
dengan
Tuberculosis

3. Mendemontrasikan cara 3. Peserta penyuluhan


cuci tangan, etika batuk, melakukan demonstrasi
dan menggunakan tentang materi yang
masker diberikan

4. Memberikan 4. Peserta penyuluhan


kesempatan peserta mengajukan pertanyaan
untuk mengajukan mengenai materi yang
pertanyaan mengenai belum dipahami
materi yang
disampaikan

5. Menjawab pertanyaan 5. Mendengarkan dan


yang diajukan oleh memperhatikan
peserta penyuluhan jawaban penyaji
mengenai pertanyaan
peserta penyuluhan
4 Penutup 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Peserta penyuluhan
materi yang telah menjawab pertanyaan
disampaikan yang diajukan oleh
penyaji
2. Penyaji menyimpulkan 2. Peserta penyuluh
materi yang telah mendengarkan
disampaikan kesimpulan materi
yang disampaikan
3. Tim penyuluh 3. Peserta penyuluhan
membagikan leaflet menerima leaflet
kepada semua peserta
penyuluhan

F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Purnomo, SKM., MKes.
2. Penyaji : Irmalita Wigati
Nahfi Luthfiati
3. Moderator : Hilma Wahidati
4. Observer dan Notulen : Ledwi Wisi Daely

Lina Nur Latifah

Fasilitator : Siti Nur Luthfiana

Sri Jati Permata Putri


G. Job Description
1. Penyaji
 Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang Tuberculosis
 Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa memahami hal-
hal tentang isi, makna dan maksud dari penyuluhan
2. Moderator
 Bertanggung jawab atas kelancaran acara
 Membuka dan menutup acara
 Mengatur waktu penyaji sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
 Membantu kelancaran acara penyuluhan
 Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji
 Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan
4. Observer dan Notulen
 Mengamati proses kegiatan penyuluhan
 Mencatat pertanyaan dari peserta
 Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal hingga akhir

H. Setting tempat

Lembar Balik, Video dan Leaflet

Moderator Penyaji

Fasilitator 1 P P P P Fasilitator 2

Observer dan Notulen


Keterangan :

P
: Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien)

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Keluarga ada pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta terdapat 6 anggota
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar
J. Referensi

Achmadi, U.F., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit UI


Press.

Achmadi, U.F., 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Jakarta: Rajawali


Press

Aditama , T.Y., 2002. Tuberkulosis Diagnosis , Terapi, dan Masalahnya. Edisi ke-4.
Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: 131

Aditama, T.Y. 2006. Perkembangan Teknologi, Perkembangan Kuman. Jurnal


Tuberkulosis Indonesia. 3(2): ii.

Crofton, A. Horne, M. Miller, F. 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika

Depkes RI, Ditjen PP & PL. 2005. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta

Depkes, RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2 Cetakan


ke-2. Jakarta

Green, C. W., 2006. HIV & TB. Yogyakarta:Yayasan Spiritia

Hudoyo, Ahmad, 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2007. Activity report
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. USA

Jusuf, W. M., dkk., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.

Kemenkes, RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2015. Tuberculosis Temukan, Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI
Lampiran

MATERI PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU

1. Pengertian Tuberculosis Paru

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang hampir semua organ tubuh, namun
bakteri TBC lebih sering menyerang organ paru (80-85%) (Depkes, 2008). Tubekulosis
yang menyerang paru disebut tuberculosis paru dan yang menyerang selain paru disebut
tuberculosis ekstra paru. Tuberculosis paru dengan pemeriksaan dahak menunjukkan
BTA (Basil Tahan Asam) positif, dikategorikan sebagai tuberculosis paru menular
(Depkes, 2005).

Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah
seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, hampir 90% penderita secara
klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit. Penderita
yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan mati, 25%
sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf,
2010). Namun ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan TB paru aktif yang tidak
diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang lebih singkat (Green, 2006).

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri


Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru.penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat enimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000
tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB
baru terjadi dalam 2 abad terakhir (Kemenkes RI, 2015).

2. Penyebab Tuberculosis Paru

Bakteri TB paru yang disebut Micobacterum tuberculosis dapat dikenali karena


berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap
pewarnaan yang asam, sehingga dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA). Sebagian
besar bakteri terdiri dari asam lemak dan lipid, yang membuat lebih tahan asam. Bisa
bertahan hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan
kaya oksigen (Achmadi, 2008). Bila dijumpai BTA atau Mycobacterium tuberculosis
dalam dahak orang yang sering batuk-batuk, maka orang tersebut di diagnosis sebagai
penderita TB paru aktif dan memiliki potensi yang sangat berbahaya (Achmadi, 2011).
Secara khas bakteri berbentuk granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan
jaringan. Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh dapat dormant, tertidur lama selama bertahuntahun (Achmadi, 2008).

3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru

Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB paru dapat
digambarkan sebagai berikut:

a. Permulaan Sakit Pertumbuhan TB paru sangat menahun sifatnya, tidak berangsur-


angsur memburuk secara teratur, tetapi terjadi secara ”melompat-lompat”.
Serangan pertama menyerupai ”influenzae” akan segera mereda dan keadaan
akan pulih kembali. Berbulan-bulan kemudian akan timbul kembali serangan
”influenzae”. Tergantung dari daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil,
serangan kedua bisa terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan seterusnya.
Dikatakan sebagai multiplikasi 3 bulan. Serangan kedua akan bertahan lebih lama
dari yang pertama sebelum orang sakit ”sembuh” kembali. Pada serangan ketiga
serangan sakit akan lebih lama dibandingkan serangan kedua. Sebaliknya masa
”tidak sakit” menjadi lebih pendek dari masa antara serangan pertama dan kedua.
Seterusnya masa aktif ”influenzae” makin lama makin panjang, sedangkan masa
”bebas influenzae” makin pendek. Salah satu keluhan pertama penderita TB paru
adalah sering mendapatkan serangan ”influenzae”. Setiap kali mendapat serangan
dengan suhu bisa mencapai 40ºC-41ºC.
b. Malaise Peradangan ini bersifat sangat kronik akan di ikuti tanda-tanda malaise:
anoreksia, badan makin kurus, sakit kepala, badan terasa pegal-pegal, demam
subfebril yang diikuti oleh berkeringat malam dan sebagainya.
c. Batuk Mycobacterium tuberculosis mulai berkembang biak dalam jaringan paru.
Selama bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, orang sakit tidak akan
batuk. Batuk pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang produk-produk ekskresi dari peradangan keluar.
d. Batuk Darah (hemoptoe) Batuk darah akan terjadi bila ada pembuluh darah yang
terkena dan kemudian pecah. Tergantung dari besarnya pembuluh darah yang
pecah maka akan terjadi Universitas Sumatera Utara batuk darah ringan, sedang,
atau berat tergantung dari berbagai faktor. Satu hal yang harus diingat adalah
tidak semua batuk darah dengan disertai gambaran lesi di paru secara radiologis
adalah TB paru. Batuk darah juga terjadi pada berbagai penyakit paru lain seperti
penyakit yang namanya bronkiektesi, kanker paru dan lain-lain.
e. Sakit/ Nyeri Dada
f. Keringat Malam
g. Demam
h. Sesak Nafas, dll.

Tidak semua penderita TB paru punya semua gejala diatas, kadang-kadang hanya satu
atau 2 gejala saja. Berat ringannya masing-masing gejala juga sangat bervariasi (Aditama,
2006). Gejala-gejala tersebut diatas di jumpai pula pada penyakit paru selain TB paru.
Oleh karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan
gejala tersebut diatas, harus di anggap ”suspek tuberculosis” atau tersangka penderita TB
paru dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Aditama,
2002).

4. Cara penularan Tuberculosis Paru

Sumber penularan penyakit TB paru adalah penderita yang pemeriksaan dahaknya di


bawah mikroskop ditemukan adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang di sebut
dengan BTA (basil tahan asam). Makin tinggi derajat hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita
tersebut dianggap tidak menular. Namun tidak semua penderita TB paru akan ditemukan
bakteri Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan, tergantung dari jumlah bakteri
yang ada (Aditama, 2006). Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk
percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk dapat
menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dilepaskan/ dikeluarkan oleh penderita TB paru saat batuk. Bakteri
akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak
terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Sementara, bagi yang
mempunyai daya tahan tubuh baik, maka penyakit TB paru tidak akan terjadi. Tetapi
bakteri akan tetap ada di dalam paru dalam keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-
tahun daya tahan tubuh menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan
menimbulkan penyakit. Salah satu contoh ekstrim keadaan ini adalah infeksi HIV yang
akan menurunkan daya tahan tubuh secara drastis sehingga TB paru muncul. Seseorang
dengan HIV positif 30 kali lebih mudah menderita TB paru dibandingkan orang normal
(Aditama, 2006). Pada umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana droplet
(percikan dahak) ada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah droplet,
sementara cahaya dan sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri. Droplet dapat
bertahan beberapa jam dalam kondisi gelap dan lembab. Orang dapat terinfeksi jika
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Jadi penularan TB paru tidak terjadi
melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur (Depkes, 2005). Daya
penularan dari seseorang penderita TB paru ditentukan oleh banyaknya bakteri yang
dikeluarkan dari parunya. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri TB paru
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lama menghirup udara tersebut.
Risiko tertular tergantung dari tingkat terpapar dengan droplet dan kerentanan terhadap
penularan (Depkes, 2008). Bakteri Mycobacterium tuberculosis sangat sensitif terhadap
cahaya matahari. Cahaya matahari berperan besar dalam membunuh bakteri di
lingkungan, dan kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat kecil karena
bahaya penularan terbesar terdapat pada perumahan-perumahan yang padat penghuni
dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam
rumah (Achmadi, 2008).

5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru


a. Tujuan Pengobatan TB adalah:
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya.
3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB
4) Menurunkan penularan TB
5) Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat
b. Prinsip Pengobatan TB:
Obat Anti Tuberculosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat aharus memenuhi prinsip:
 Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
 Diberikan dalam dosis yang tepat
 Ditelan secara teratur dan diaasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum
Obat) untuk memastikan agar obat benar-benar tertelan atau tidak sampai
selesai pengobatan
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
c. Tahapan Pengobatan TB:
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan
dengan maksud:
 Tahap awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil
kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan
selama 6 bulan. pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa
adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu.
 Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan.
d. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tabel 1. OAT Lini Pertama
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksis,
gangguan fungsi hati, kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan
gastrointestinal, urine berwarna merah,
gangguan fungsi hati, trombositopeni,
demam, skin rash, sesak nafas, anemia
hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati, gout artritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan. Gangguan
keseimbangan dan pendengaran,
renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna,
neuritis perifer
Tabel 2. Kisaran dosis obat lini pertama bagi pasien dewasa
Dosis
Harian 3 x/minggu
OAT
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum/hari
(mg/kg BB) (mg) (mg/kg BB) (mg)
Isoniazid 5 (4 – 6) 300 10 (8 – 12) 900
Rifampicin 10 ( 8 – 12) 600 10 (8 – 12) 600
Pirazinamid 25 (20 – 30) - 35 (30 – 40) -
Etambutol 15 (15 – 20) - 30 (25 – 35) -
Streptomisin 15 (12 – 18) - 15 (12 – 18) 1000

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian tuberkulosis
di Indonesia adalah:
 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
 Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
 Kategori Anak : 2 (HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
 Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisin, kapreomisin,
levofloxacacin, etionamide, sikloserin, moksifloksasin, dan PAS (para-
aminosalicylic-acid), serta OAT lini ke-1 yaitu pirazinaid dan etambutol
(Kemenkes, RI, 2014).

6. Pencegahan Tuberculosis Paru

Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan
maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah penularan bakteri
dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penularan (Crofton, 2002).

Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama
adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta dipakai dengan
patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi
atau menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan
lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya
matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk,
menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang
bergizi yang baik dan seimbang. Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah
dengan penyuluhan (Jusuf, 2010). Menurut Depkes (2003), selain penyuluhan,
pengobatan juga merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit
TB paru. Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu
komponen dalam DOTS adalah panduan pengobatan panduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian panduan OAT didasarkan
klasifikasi TBC.

Menurut Hudoyo (2008), mengobati penderita dengan TB paru cukup mudah, karena
penyebab TB paru sudah jelas yaitu, bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
dapat di matikan dengan kombinasi beberapa obat yang sudah jelas manfaatnya. Sesuai
dengan sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis, untuk memperoleh efektifitas
pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah 1. Obat harus di berikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
supaya semua bakteri (termasuk bakteri persisten) dapat di bunuh. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. 2. Untuk menjamin kepatuhan penderita
dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)

7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru


a. Perawatan bagi TBC aktif dan TBC pasif walaupun menggunakan obat
antitubercolusis (OAT) yang sama namun periode perawatannya berbeda.
Penderita TBC pasif (infeksi TBC) cukup diberi perawatan dalam waktu 6 bulan
yang dikenal dengan perawatan pencegahan. Sedangkan penderita TBC aktif
(penyakit TBC) memerlukan waktu 6-9 bulan dan tindakan isolasi mungkin
diperlukan ketika dianggap menular. Perawatan dalam kedua keadaan itu disertai
dengan mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup dan mengikuti
saran-saran dokter.
b. Karena pengobatan ini memerlukan waktu yang lama dan obat-obatan yang
diminum juga banyak, maka faktor kepatuhan penderita minum obat sangat
diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi atau resistensi. Untuk itu dilakukan
strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau
dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse).Dalam
DOTS ada seseorang yang akan mengawasi serta mengingatkan penderita minum
OAT yang disebut dengan Pengawas Minum Obat (PMO). Biasanya PMO ini
berasal dari keluarga atau kerabat dekat penderita.Dengan menggunakan strategi
DOTS, proses penyembuhan TBC dapat secara cepat dan tepat. DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi penyembuhan TBC jangka
pendek dengan pengawasan secara langsung.Strategi DOTS memberikan angka
kesembuhan yang tinggi, bisa mencapai 95%.
c. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
a) Adanya komitment politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh
menanggulangi TBC, sehingga dengan adanya peran serta berbagai unsur
pemerintah dan masyarakat diharapkan program ini berjalan sukses.
b) Meningkatkan deteksi dini dan kemampuan diagnosis penyakit TBC di pusat
pelayanan kesehatan perifier (Puskesmas)
c) Pengobatan TBC dengan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan
diawasi secara langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO)
d) Tersedianya OAT yang terjangkau penderita secara konsisten
e) Pencatatan dan pelaporan penderita TBC

8. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2005)


a) Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB
atau yang diduga menderita TB.
b) Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan
dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum
biasanya terjadi dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit
hanya dilakukan terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis
dan secara sosial tidak bisa dirawat di rumah.
c) Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah harus
dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus
untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya). Dekontaminasi udara
dengan cara ventilasi yang baik dan bisa ditambahkan dengan sinar UV.
d) Karantina: Tidak diperlukan.
e) Penanganan kontak. Di AS terapi preventif selama 3 bulan bila skin tes negatif
harus diulang lagi, imunisasi BCG diperlukan bila ada kontak dengan penderita.
f) Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD
direkomendasikan untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil
negatif harus diulang 2-3 bulan kemudian. Lakukan X-ray bila ada gejala yang
positif. Terapi preventif bila ada reaksi positif dan memiliki risiko tinggi terjadi
TBC aktif (terutama untuk anak usia 5 tahun atau lebih) dan mereka yang kontak
dengan penderita HIV (+).
g) Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif
dalam pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di
AS.

9. Peran keluarga dalam merawat penderita TB paru

Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, keluarga harus
lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan keseluruhan proses terapetik. Pada
penderita TB, peran keluarga sangat dibutuhkan khususnya dalam memberikan
perawatan, tidak hanya perawatan secara fisik namun juga perawatan secara psikososial
(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease, 2007). Hal ini dikarenakan
keluarga merupakan orang terdekat dari klien dan juga sesuai dengan salah satu fungsi
keluarga yaitu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Penderita TB
sangat membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan perhatian khususnya dari keluarga, hal
ini dapat ditunjukkan dari keikutsertaan keluarga dalam membantu perawatan pada
penderita TB, baik memberikan perawatan secara fisik maupun secara psikis karena
banyaknya stigma buruk berkembang di masyarakat terhadap penderita TB, sehingga
dengan adanya dukungan, kasih sayang serta perawatan yang baik tersebut akan
membantu mempercepat kesembuhan pasien TB.

Beberapa hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru
diantaranya:

1) Mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien menelan
obatnya, pasien harus meminum obatnya pada pagi hari karena obat tersebut
paling baik bekerja ketika pagi hari.
2) Keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya,
menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung
dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak.
3) Keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua
minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien
mengalami keluhan-keluhan yang harus segera di tangani.
4) Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai perasaan
klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa
yang saat ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari
keluarga secara psikis.
5) Kebutuhan nutrisi pada pasien TB, keluarga harus memberikan makan yang
cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh
agar bisa menangkal kuman TB yang merusak paru-paru.
6) Kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan misalnya dengan
pengaturan ventilasi yang cukup.
7) Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara
teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes
RI, 2014).

10. Cara Batuk Efektif yang Baik dan Benar

Hal-hal perlu anda perlukan:


 Lengan baju
 Tissue
 Sabun dan air
 Gel pembersih tangan
 Pot/kaleng kecil
Berikut langkah-langkah batuk efektif yang benar:
1. Mengatur posisi duduk: badan tegak, kepala menghadap ke depan
2. Meminta pasien meletakkan 1 tangan di dada dan 1 tangan di perut
3. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung
selama 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
4. Meminta pasien merasakan mengembangnya perut (cegah lengkung pada
punggung)
5. Meminta pasien menahan nafas hingga tiga hitungan.
6. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam tiga hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
7. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari perut
8. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3: melakukan tarik
nafas tahan nafas dan terakhir dibatukkan dengan kuat.
9. Menampung dahak ke tempat tertutup/pot kecil.
10. Menggunakan masker baik dirumah atau saat berpergian.
11. Cuci tangan setelah melakukan tindakan

11. Cara mempersiapkan tempat untuk membuang dahak:


a. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang
dicampur dengan air (air sabun/detergen, air bayclin, atau pasir)
b. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
c. Buang dahak ke tempat tersebut
d. Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 hari sekali
e. Buang isi kaleng bila berisi pasir: kubur dibawah tanah.
f. Bila berisi air desinfektan: buang di toilet, lalu siram.
g. Bersihkan kaleng dengan sabun dan cairan desinfektan.
12. Langkah cuci tangan:
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN

MAHASISWA S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

10 Maret 2016

Kriteria Struktur √ Kriteria Proses √ Kriteria Hasil √


Pembukaan
a. Kontrak waktu dan a. Mengucapkan salam a. Peserta antusias
tempat diberikan 2 dan memperkenalkan terhadap materi
hari sebelum diri penyuluhan
penyuluhan
dilaksanakan b. Menyampaikan b. Peserta
tujuan, maksud dan mendengarkan
b. Pembuatan susunan manfaat dari dan
rangkaian acara penyuluhan memperhatikan
penyuluhan, leaflet penyuluhan
c. Menjelaskan kontrak dengan seksama
c. Peserta di tempat waktu dan susunan
yang telah dari rangkaian acara c. Peserta yang
ditentukan dan datang minimal
disediakan oleh d. Menjelaskan topik ± 8 orang
panitia dari materi
penyuluhan yang d. Acara dimulai
d. Pengorganisasian akan diberikan tepat/lebih
penyelenggaraan cepat/lebih
penyuluhan Pelaksanaan: lambat* waktu
dilakukan sebelum Menggali pengetahuan pada SAP yakni
dan saat dan pengalaman peserta pukul
penyuluhan mengenai TB Paru .......................
dilaksanakan
a. Menjelaskan materi e. Peserta
a) Pengertian mengikuti acara
Tuberculosis Paru sesuai dengan
b) Penyebab aturan yang
Tuberculosis Paru telah disepakati
c) Tanda dan gejala
Tuberculosis Paru f. Peserta mampu
d) Cara penularan memahami
Tuberculosis Paru materi dan
e) Pencegahan menjawab
Tuberculosis Paru pertanyaan
f) Perawatan pasien dengan benar
dengan dari penyuluh
Tuberculosis Paru minimal 75%

b. Memberikan
kesempatan peserta
penyuluhan untuk
mengajukan
pertanyaan mengenai
materi yang belum
dipahami

c. Menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta
penyuluhan

*) coret yang tidak perlu


DAFTAR HADIR NAMA PEMBIMBING
PENYULUHAN KESEHATAN KEPERAWATAN KELUARGA 01
DENGAN TB PARU DI SRONDOL KULON RT.04 RW.01
MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
TAHUN 2018

NO NAMA PEMBIMBING TTD


PEMBIMBING
1

Mengetahui,

RT/RW setempat

(…………………………..)
DAFTAR HADIR NAMA PESERTA
PENYULUHAN KESEHATAN KEPERAWATAN KELUARGA 01
DENGAN TB PARU DI SRONDOL KULON RT.04 RW.01
MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
TAHUN 2018

NO NAMA PESERTA TTD


PESERTA
1

Mengetahui,

RT/RW setempat

(…………………………..)
DAFTAR HADIR NAMA MAHASISWA
PENYULUHAN KESEHATAN KEPERAWATAN KELUARGA 01
DENGAN TB PARU DI SRONDOL KULON RT.04 RW.01
MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
TAHUN 2018

NO NAMA PENYULUH TTD


PENYULUH
1 Irmalita Wigati

2 Hilma Wahidati

3 Ledwi Wisi Daely

4 Lina Nur Latifah

5 Nahfi Luthfiati

6 Siti Nur Luthfiana

7 Sri Jati Permata Sari

Mengetahui,

RT/RW setempat

(…………………………..)

Anda mungkin juga menyukai