Disusun Oleh
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan, diharapkan pasien, keluarga pasien Ny. X
mengerti dan memahami tentang perawatan pada pasien dengan Tuberculosis Paru
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keseatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga
mampu :
1) Memahami tentang pengertian Tuberculosis paru
2) Memahami penyebab Tuberculosis paru
3) Menyebutkan tanda dan gejala Tuberculosis paru
4) Menyebutkan cara penularan Tuberculosis paru
5) Menyebutkan penatalaksanaan pada pasien dengan Tuberculosis paru
6) Menyebutkan cara pencegahan Tuberculosis paru
7) Menyebutkan cara perawatan pada pasien dengan Tuberculosis paru
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tuberculosis Paru
2. Penyebab Tuberculosis Paru
3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru
4. Cara penularan Tuberculosis Paru
5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru
6. Pencegahan Tuberculosis Paru
7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi yang terdiri dari:
Cuci tangan
Etika Batuk
Menggunakan masker
D. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
3. Video
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan
No Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 5 menit sebelum Petugas menyiapkan alat -
acara dimulai dan bahan sebelum
dilakukannya pendidikan
kesehatan
2 Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan 2. Mendengarkan tujuan
diri dan maksud dari
2. Menyampaikan tujuan penyuluhan
dan maksud penyuluhan 3. Mendengarkan kontrak
3. Menjelaskan kontrak waktu
waktu dan mekanisme 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan materi penyuluhan yang
penyuluhan diberikan
3 Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan 15 1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila
menit dan pengalaman sasaran mengetahui tentang
tentang Tuberculosis Tuberculosis
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan materi
meliputi : penyuluhan yang
1) Pengertian disampaikan
Tuberculosis
2) Penyebab
Tuberculosis
3) Tanda dan gejala
Tuberculosis
4) Cara penularan
Tuberculosis
5) Penatalaksanaan
Tuberculosis
6) Pencegahan
Tuberculosis
7) Perawatan pasien
dengan
Tuberculosis
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Purnomo, SKM., MKes.
2. Penyaji : Irmalita Wigati
Nahfi Luthfiati
3. Moderator : Hilma Wahidati
4. Observer dan Notulen : Ledwi Wisi Daely
H. Setting tempat
Moderator Penyaji
Fasilitator 1 P P P P Fasilitator 2
P
: Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien)
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Keluarga ada pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta terdapat 6 anggota
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar
J. Referensi
Aditama , T.Y., 2002. Tuberkulosis Diagnosis , Terapi, dan Masalahnya. Edisi ke-4.
Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: 131
Depkes RI, Ditjen PP & PL. 2005. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta
Hudoyo, Ahmad, 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2007. Activity report
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. USA
Jusuf, W. M., dkk., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Kemenkes RI. 2015. Tuberculosis Temukan, Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI
Lampiran
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah
seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, hampir 90% penderita secara
klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit. Penderita
yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan mati, 25%
sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf,
2010). Namun ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan TB paru aktif yang tidak
diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang lebih singkat (Green, 2006).
Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB paru dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tidak semua penderita TB paru punya semua gejala diatas, kadang-kadang hanya satu
atau 2 gejala saja. Berat ringannya masing-masing gejala juga sangat bervariasi (Aditama,
2006). Gejala-gejala tersebut diatas di jumpai pula pada penyakit paru selain TB paru.
Oleh karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan
gejala tersebut diatas, harus di anggap ”suspek tuberculosis” atau tersangka penderita TB
paru dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Aditama,
2002).
Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan
maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah penularan bakteri
dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penularan (Crofton, 2002).
Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama
adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta dipakai dengan
patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi
atau menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan
lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya
matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk,
menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang
bergizi yang baik dan seimbang. Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah
dengan penyuluhan (Jusuf, 2010). Menurut Depkes (2003), selain penyuluhan,
pengobatan juga merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit
TB paru. Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu
komponen dalam DOTS adalah panduan pengobatan panduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian panduan OAT didasarkan
klasifikasi TBC.
Menurut Hudoyo (2008), mengobati penderita dengan TB paru cukup mudah, karena
penyebab TB paru sudah jelas yaitu, bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
dapat di matikan dengan kombinasi beberapa obat yang sudah jelas manfaatnya. Sesuai
dengan sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis, untuk memperoleh efektifitas
pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah 1. Obat harus di berikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
supaya semua bakteri (termasuk bakteri persisten) dapat di bunuh. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. 2. Untuk menjamin kepatuhan penderita
dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, keluarga harus
lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan keseluruhan proses terapetik. Pada
penderita TB, peran keluarga sangat dibutuhkan khususnya dalam memberikan
perawatan, tidak hanya perawatan secara fisik namun juga perawatan secara psikososial
(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease, 2007). Hal ini dikarenakan
keluarga merupakan orang terdekat dari klien dan juga sesuai dengan salah satu fungsi
keluarga yaitu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Penderita TB
sangat membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan perhatian khususnya dari keluarga, hal
ini dapat ditunjukkan dari keikutsertaan keluarga dalam membantu perawatan pada
penderita TB, baik memberikan perawatan secara fisik maupun secara psikis karena
banyaknya stigma buruk berkembang di masyarakat terhadap penderita TB, sehingga
dengan adanya dukungan, kasih sayang serta perawatan yang baik tersebut akan
membantu mempercepat kesembuhan pasien TB.
Beberapa hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru
diantaranya:
1) Mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien menelan
obatnya, pasien harus meminum obatnya pada pagi hari karena obat tersebut
paling baik bekerja ketika pagi hari.
2) Keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya,
menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung
dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak.
3) Keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua
minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien
mengalami keluhan-keluhan yang harus segera di tangani.
4) Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai perasaan
klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa
yang saat ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari
keluarga secara psikis.
5) Kebutuhan nutrisi pada pasien TB, keluarga harus memberikan makan yang
cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh
agar bisa menangkal kuman TB yang merusak paru-paru.
6) Kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan misalnya dengan
pengaturan ventilasi yang cukup.
7) Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara
teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes
RI, 2014).
10 Maret 2016
b. Memberikan
kesempatan peserta
penyuluhan untuk
mengajukan
pertanyaan mengenai
materi yang belum
dipahami
c. Menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta
penyuluhan
Mengetahui,
RT/RW setempat
(…………………………..)
DAFTAR HADIR NAMA PESERTA
PENYULUHAN KESEHATAN KEPERAWATAN KELUARGA 01
DENGAN TB PARU DI SRONDOL KULON RT.04 RW.01
MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
TAHUN 2018
Mengetahui,
RT/RW setempat
(…………………………..)
DAFTAR HADIR NAMA MAHASISWA
PENYULUHAN KESEHATAN KEPERAWATAN KELUARGA 01
DENGAN TB PARU DI SRONDOL KULON RT.04 RW.01
MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
TAHUN 2018
2 Hilma Wahidati
5 Nahfi Luthfiati
Mengetahui,
RT/RW setempat
(…………………………..)