Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

menyebabkan kematian dini diseluruh dunia. Hipertensi dapat memberikan

gejala berlanjut pada organ tertentu seperti stroke (menyebabkan kematian

tertinggi), jantung koroner, dan hipertrofi ventrikel kiri, juga dapat

menyebabkan penyakit lain seperti gagal ginjal. Sebanyak 90% merupakan

kasus hipertensi esensial dimana tidak diketahui penyebabnya dan dapat

terjadi pada usia 20-50 tahun (Syahrini et al., 2012 ; WHO, 2015 : Stanley,

2007 ; Bare & Smeltzer, 2009).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi

mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 yaitu naik

dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Pada tahun 2013 terdapat data

penurunan prevalensi hipertensi nasional sebanyak (25,8%) dibanding

pada tahun 2007 sebanyak (31,7/1000). Penduduk di usia lebih dari 18

tahun yang telah dilakukan pengukuran pada tahun 2017 sebanyak

8.888.585 atau 36,53%, hasilnya menunjukkan sebanyak 1.153.371 atau

12,98% berisiko hipertensi.

Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2016 terdapat hasil

pengukuran hipertensi kabupaten/kota dengan persentase tertinggi di

Demak dan Jepara yaitu 100 persen dari yang dilakukan pengukuran
tekanan darah dan terendah yaitu Kendal sebanyak 1,69 persen. Menurut

Profil Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2016 terdapat data bahwa

hipertensi primer masuk ke dalam 10 besar penyakit kunjungan rawat jalan

Puskesmas Kabupaten Demak dengan jumlah kunjungan 59.299 (7,76%).

Setelah melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Mranggen 2

didapat data dari bulan Januari sampai September bahwa hipertensi primer

di Puskesmas tersebut sebanyak 70 pasien dan masuk dalam program

prolanis di desa tersebut.

Menurut Koensoemardiyah (2009) dalam Widyastuti (2014),

menjelaskan mengenai penanganan hipertensi bertumpu pada

farmakologis dan non farmakologis. Farmakologis yaitu dengan obat telah

mengalami kemajuan, tetapi banyak yang menyebutkan bahwa tidak ada

perubahan bermakna pada tekanan darah penderita hipertensi meskipun

sudah rutin berobat. Namun terapi farmakologi mengalami kegagalan

terapi yaitu sering terjadinya penderita kurang patuh minum obat, selain

itu biaya yang dikeluarkan mahal dan dapat menimbulkan efek samping.

Sehingga diharapkan dengan cara non farmakologis dapat membantu

dalam mengatasi hipertensi, salah satunya yaitu dengan massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender. Massage effleurage membantu

melancarkan peredaran darah dengan mengalirkan darah dipembuluh balik

agar cepat kembali ke jantung. Sedangkan aromaterapi lavender

menimbulkan rasa nyaman dan tenang karena terdapat kandungan ester.


Berdasarkan penelitian dari Dwi Prasetyo Ananto (2017), dalam

Pengaruh Massage Teknik Effleurage Terhadap Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi, bertujuan mengetahui pengaruh massage teknik

effleurage bagian punggung, dan ekstremitas atas terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi, didapatkan hasil yang signifikan dapat

menurunkan tekanan darah dengan tekanan sistolik dari 156,60 mmHg

menjadi 141,33 mmHg dan tekanan diastolik dari 87,60 mmHg menjadi

81,20 mmHg dengan nilai p value = 0,000. Penelitian lainnya dari Umy

Soraya (2014), dalam Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi yang bertujuan

mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi, didapatkan hasil yang signifikan

dapat menurunkan tekanan darah sebelum diberikan aromaterapi dari

154,44 mmHg dan 95 mmHg menjadi 138,89 mmHg dan 85 mmHg,

dengan hasil p value = 0,000.

Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian menggunakan teknik non farmakologi dalam menangani

hipertensi dengan menggabungkan dan menggunakan aromaterapi uap

lavender, diharapkan mampu mengoptimalkan program yang sudah

berjalan di Puskesmas Mranggen 2, sehingga judul yang diambil yaitu

"Efektivitas Kombinasi Massage Effleurage dan Aromaterapi Uap

Lavender Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Primer".
B. Rumusan Masalah

Manakah yang lebih efektif antara kombinasi massage effluerage

dan aromaterapi uap lavender terhadap perubahan tekanan darah pada

penderita hipertensi primer?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum, untuk menganalisis metode yang paling efektif antara

kelompok kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap lavender

serta kelompok kontrol aromaterapi uap lavender terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

b. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik responden penelitian

b. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian

kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap lavender dan

kelompok kontrol aromaterapi uap lavender

c. Menganalisis perbedaan perubahan tekanan darah setelah

pemberian terapi pada kelompok intervensi yaitu kombinasi

massage effleurage dan aromaterapi uap lavender serta kelompok

kontrol yaitu pemberian terapi uap lavender.

d. Menganalisis metoda yang paling efektif dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi


D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritik

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi

perkembangan ilmu kesehatan untuk mengetahui efektivitas kombinasi

massage effleurage dan aromaterapi uap lavender terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

b. Manfaat Aplikatif

1. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan ilmu yang telah didapat selama

pembelajaran tentang teknik nonfarmakologis kombinasi massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam

upaya penurunan tekanan darah pada penderita penyakit hipertensi.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran

terkait tindakan perubahan tekanan darah.

E. Keaslian Penelitian

No Nama dan Judul Rancangan Variabel Hasil


Tahun Penelitian
Penelitian
1. Dwi Prasetyo Pengaruh Metode Variabel Jumlah
Ananto, 2017 Massage Teknik kuantitatif Independen : responden 15
Effleurage dengan desain Massage orang.
Terhadap pre-experimental Effleurage
Tekanan Darah designs dengan Hasil
Pada Penderita rancangan Variabel penelitian
Hipertensi Di penelitian Dependen : menunjukkan
Desa Kalirejo one group pretest Perubahan bahwa
Kabupaten – post test design. Tekanan pemberian
Purworejo Darah massage teknik
effleurage pada
bagian
punggung, dan
ekstremitas
atas pada
penderita
hipertensi di
Desa
Kalirejo
Kabupaten
Purworejo
dapat
menurunkan
tekanan darah
sistolik dari
156,60
mmHg
menjadi
141,33 mmHg,
dan tekanan
darah diastolik
dari 87,60
mmHg
menjadi
81,20 mmHg
dengan nilai p
value = 0.000
(p < 0,05).
2. Umi Soraya, Pengaruh quasy experiment Variabel Jumlah
2014 Aromaterapi dengan Independen : responden 36
Lavender rancangan aromaterapi orang.
Terhadap penelitian pre test lavender
Penurunan and post test with Hasil
Tekanan Darah control group Variabel penelitian rata-
Pada Lansia dengan teknik Dependen : rata tekanan
Dengan purposive Penurunan darah sistolik
Hipertensi Di sampling Tekanan dan diastolik
Kelurahan Darah pada sebelum
Siantan Hulu lansia diberikan
Pontianak Utara aromaterapi
lavender yaitu
154,44 mmHg
dan 95
mmHg, dan
rata-rata
tekanan darah
sistolik dan
diastolik
setelah
diberikan
aromaterapi
lavender yaitu
138,89 mmHg
dan 85 mmHg.
Sedangkan
rata-rata
tekanan darah
sistolik dan
diastolik
sebelum tanpa
diberikan
aromaterapi
lavender
yaitu 155,56
mmH dan
96,11 mmHg,
dan rata-rata
tekanan darah
sistolik dan
diastolik
setelah tanpa
diberikan
aromaterapi
lavender yaitu
153,89 mmHg
dan 96,11
mmHg

Dari beberapa penelitian diatas, adapun perbedaan yang mendasar pada

penelitian ini, yaitu menggunakan desain penelitian quasy experiment pre-post

test menggunakan kelompok kontrol, dengan membandingkan antara 2 variabel

independen yaitu dengan 1 kelompok sampel perlakuan dan 1 kelompok kontrol,

kelompok sampel perlakuan kombinasi massage effleurage dengan aromaterapi

uap lavender, kelompok kontrol dengan aromaterapi uap lavender dan

edukasi/penyuluhan dari puskesmas, kemudian dianalisis untuk mengetahui

efektivitas dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji

independent t-test.
BAB III

METODE PENEITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre post quasy

experiment dengan randomized control trial design menggunakan

kelompok kontrol. Peneliti melakukan penelitian dengan 1 kelompok

sampel perlakuan dan 1 kelompok kontrol, yaitu kelompok sampel

perlakuan kombinasi massage effleurage dengan aromaterapi uap lavender

serta obat, kelompok kontrol dengan aromaterapi uap lavender serta obat,

kemudian dianalisis untuk mengetahui efektivitas dari hasil penelitian

yang dilakukan.

Berikut skema desain penelitian :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pre Test Treatment Post Test

Intervensi O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :

O1 : Pretest pada kelompok kombinasi massage effleurage dan

aromaterapi uap lavender

O2 : Pretest pada kelompok aromaterapi uap lavender

X1 : Intervensi pada kelompok kombinasi massage effleurage dan

aromaterapi uap lavender dan obat


X2 : Intervensi pada kelompok kontrol dengan aromaterapi uap lavender

dan obat

O3 : Postest pada kelompok kombinasi massage effleurage dan

aromaterapi uap lavender

O4 : Postest pada kelompok aromaterapi uap lavender

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai

Maret 2019 di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah penderita Hipertensi Primer di

willayah kerja puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak.

1. Populasi Target

Populasi target merupakan jumlah populasi yang dibatasi oleh

kriteria inklusi. Populasi target pada penelitian ini adalah penderita

hipertensi primer di Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak.

2. Populasi Aktual

Populasi aktual pada penelitian ini adalah penderita hipertensi

primer di Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak dengan usia 45-

65 tahun dan menderita hipertensi dengan derajat 1 dalam kriteria

WHO.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data jumlah

populasi klien hipertensi primer yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 44 orang.
D. Sampel dan Teknik Sampling

Dalam penelitian ini teknik memilih sampel yang digunakan yaitu

probability sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang

sama kepada setiap individu dalam populasi tersebut untuk menjadi

sampel penelitian. Pada penelitian eksperimen yang menggunakan

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam menentukan sampel

mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi agar semua sampel yang

terpilih memiliki karakteristik yang homogen untuk mengurangi bias

dalam hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode

stratified random sampling, metode ini dilakukan untuk memilih sampel

dari populasinya dengan mempertimbangkan stratifikasi atau strata

menurut jenis kelaminnya, digunakan pada populasi yang memiliki

karakteristik heterogen dimana perbedaan tersebut mempunyai arti yang

signifikan pada pencapaian tujuan penelitian.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah setiap pasien di

wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan oleh peneliti.

1. Estimasi Besar Sampel

Dalam penelitian besar sampel dari setiap kelompok menggunakan

rumus Lameshow :

𝑁. 𝑍 2 1− 𝛼 . 𝑃(1 − 𝑃)
2
𝑛=
(𝑁 − 1)𝑑. 𝑑 + 𝑍 2 1− 𝛼 . 𝑃(1 − 𝑃)
2
Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

𝑍2 1− 𝛼
= Nilai distribusi normal 1,96
2

P = Varian populasi, maksimal 0,05

d = deviasi, batas tolerir / keakuratan 0,05

Perhitungan yang dilakukan peneliti.

Diketahui :

N = 50

𝑍2 = 1,96
1− 𝛼
2

P = 0,05

d = 0,05

Penyelesaian :

50.1,96.0,05. (1 − 0,05)
𝑛=
(50 − 1)0,05.0,05 + 1,96.0,05. (1 − 0,05)

4,655
𝑛=
0,1225 + 0.0931

n= 21,5

n = 22

Melihat hasil perhitungan menggunakan rumus Lameshow

tersebut, maka jumlah sampel yang diteliti dalam setiap kelompok

penelitian sebanyak 22 responden. Dikarenakan penelitian ini


menggunakan 2 kelompok maka, jumlah total sampel yang

dibutuhkan 44 responden dimana masing-masing kelompok

sebanyak 22 responden.

2. Kriteria Retriksi

Pada penelitian ini kriteris retriksi terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Kriteria Inklusi :

1) Penderita hipertensi tingkat 1 (tekanan sistolik 140-159

mmHg atau diastolik 90-99 mmHg).

2) Penderita hipertensi dengan umur 45-65 tahun

3) Penderita hipertensi tingkat 1 yang mengonsumsi jenis

obat sama

4) Penderita hipertensi yang tidak alergi terhadap aromaterapi

lavender

5) Penderita hipertensi yang rutin beraktivitas

b. Kriteria Eksklusi :

1) Penderita hipertensi yang merokok

2) Penderita hipertensi yang mengalami gangguan jiwa

3) Penderita hipertensi yang obesitas


E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


Tekanan
1 darah Perubahan tekanan Spygnomanom Tekanan darah Rasio
. darah sistolik dan eter manual dan dengan satuan
diastolik yang diukur stetoskop yang mmHg
dengan telah dikalibrasi
spygnomanometer
dengan posisi tangan
sejajar dengan jantung
Kombinasi
2 Kombinasi massage SOP massage - -
massage
. effleurage dan effleurage dan
effleurage dan aromaterapi uap aromaterapi uap
aromaterapi lavender yang lavender
uap lavender dilakukan selama 10
menit sesuai SOP
selama 2 hari sekali
dalam 3 minggu
Terapi
3 Terapi yag digunakan SOP - -
aomaterapi
. untuk membantu aromaterapi uap
uap lavender menenangkan yang lavender
mempengaruhi
keadaan fisik serta
psikologis

F. Intervensi dan Instrumentasi

1. Intervensi

Pada penelitian ini, bentuk intervensi yang akan diberikan yaitu :

a. Persiapan

1) Peneliti mengurus surat perijinan untuk studi pendahuluan

dengan mendatangi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak untuk

menyerahkan surat perijinan dan menunggu sampai surat

perijinan turun.
2) Peneliti menyerahkan surat yang sudah turun dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Demak ke Perpustakaan Demak.

3) Peneliti mengurus ethical clearance setelah proposal selesai

direvisi.

b. Pelaksanaan

1) Peneliti melakukan studi pendahuluan mengambil data dan

menyerahkan surat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak.

2) Pada pengambilan data peneliti memilih responden berdasarkan

kriteria inklusi. Dilakukan dengan sistem random/acak

menggunakan kocokan bagi setiap nama responden yang keluar

maka akan diurutkan dalam mengunjungi door to door untuk

meminta persetujuan menjadi responden. Selanjutnya

responden yang menyetujui dilakukan perlakuan dapat mengisi

form persetujuan menjadi responden sebagai kesediaan menjadi

responden, selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok dengan cara

undian perempuan dan laki-laki diundi secara terpisah untuk

tetap menjaga sampel merata setiap kelompok dengan jumlah

perempuan 11 dan laki-laki 11 setiap kelompoknya. Sehingga

jika ganjil masuk kelompok I dengan diberikan kombinasi

massage effleurage dengan aromaterapi uap lavender dan obat

serta jika genap masuk kelompok II yang diberikan perlakuan

aromaterapi uap lavender dan obat.


3) Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan kepada responden.

4) Dilakukan pretes pengukuran tekanan darah sebelum

perlakuan, ini dilakukan 6 jam setelah responden mengonsumsi

obat antihipertensi.

5) Dilakukan intervensi sesuai kelompok masing-masing,

kelompok I dengan diberikan kombinasi massage effleurage

dengan aromaterapi uap lavender dan obat serta kelompok II

yang diberikan perlakuan aromaterapi uap lavender dan obat.

6) Kelompok kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap

lavender dengan langkah pertama menyiapkan difuser

aromaterapi dan diberi 5 tetes aromaterapi lavender. Posisikan

pasien duduk sambil diminta menghirup aromaterapi lavender

dan dilakukan massage effleurage bagian tengkuk, bahu, dan

deltoid responden menggunakan aromaterapy oil selama 10

menit dengan pengulangan 5x pada setiap gosokan/pijatan

tersebut dengan 3 sesi atau teknik tersebut.

7) Kelompok aromaterapi uap lavender dengan langkah

menyiapkan difuser aromaterapy dan posisikan pasien duduk

rileks sambil diminta menghirup aromaterapi lavender selama

10 menit.

8) Dilakukan post test pada pengukuran tekanan darah 1-2 menit

setelah perlakuan.
9) Setelah dilakukan perlakuan selama 2 hari sekali dalam 3

minggu setiap kelompoknya dan jumlah responden sudah

memenuhi selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis

perbandingan hasil antara pre dan post kelompok I dan

kelompok II. Tujuannya untuk mengetahui intervensi mana

yang lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi primer.

2. Instrumentasi

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari lembar observasi, prosedur terapi, alat tulis dan software komputer

untuk pengolahan data, serta alat sphygnomanometer beli baru yang

keakuratannya tetap terjaga.

a. Kuesioner Karakteristik

Kuesioner yang digunakan untuk mengisi karakteristik responden

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat

keluarga menderita hipertensi, kebiasaan olahraga. Pengisiannya

dengan memberikan tanda chek.

b. Instrumen Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter/

sphygnomanometer air raksa dan stetoskop beli baru yang kadar

keakuratannya tetap terjaga. Cara pengukuran tekanan darah yaitu

dengan posisi klien duduk dan posisi lengan sejajar dengan jantung

dengan cara diletakkan diatas meja atau diganjal, kemudian di cek


tekanan darah menggunakan tensimeter yaitu sebelum/pretest

diberi perlakuan dan setelah/posttest diberi perlakuan. Untuk

penggunaan metode yaitu dengan SOP yang dimodivikasi dan

sudah dikonsulkan dengan orang yang expert dalam bidang

massage effleurage dan aromaterapi.

c. Lembar Observasi

Sebagai alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi

yang berisi nama responden, usia, jenis kelamin, tekanan darah pre

dan post. Untuk massage effleurage dan aromaterapi uap lavender

dilakukan dengan 3 teknik yaitu stroking tengkuk, bahu dan

deltoidea dimana setiap teknik tersebut dilakukan pengulangan 5x

dalam waktu 10 menit dan responden diminta untuk menghirup

aromaterapi uap lavender 5 tetes yang sudah disetting dalam

difuser selama 10 menit.

G. Rencana Pengolahan Data

1. Metode Pengolahan Data

a. Metode pengolahan data

Pada penelitian ini, pengelolaan data hasil penelitian dilakukan

dengan langkah sebagai berikut :

1) Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian

lembar observasi dan kuesioner penelitian pada saat melakukan

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2. Peneliti


segera melakukan klarifikasi dan perbaikan apabila terjadi

kesalahan.

2) Coding

Coding dilakukan peneliti saat akan merubah data atau

mengklasifikasikan hasil ukur untuk mempermudah pada saat

analisa data dan mempercepat dalam entry data. Adapun proses

coding yang akan digunakan peneliti yaitu :

a) Jenis kelamin responden (laki-laki = 1, perempuan = 2)

b) Pekerjaan (petani = 1, wiraswasta = 2, IRT = 3,

karyawan swasta = 4)

c) Pendidikan (SD = 1, SMP = 2, SMA = 3)

d) Riwayat keluarga hipertensi (ayah = 1, ibu = 2, tidak

ada = 3)

e) Kebiasaan olahraga (teratur = 1, tidak teratur = 2)

f) Nama kelompok (kombinasi = 1, kontrol = 2)

3) Entry Data

Entry data dilakukan peneliti dengan memasukkan data

hasil penelitian dari responden ke software komputer.

4) Tabulating

Peneliti memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam

tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu dengan

membuat tabel semua hasil observasi yang telah diberi kode

dan di masukkan ke dalam tabel.


5) Processing

Setelah proses edit dan coding, lalu diproses melalui

program software komputer untuk pengolahan data dan analisis

data.

6) Cleaning

Peneliti melakukan pemeriksaan ulang data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan sesuai uji

statistik bahwa data terhindar dari kesalahan pada waktu

pemberian kode, ketidaklengkapan dari hasil pengukuran data.

Hasilnya adalah semua data bersih dan tidak ada kesalahan

b. Analisis Data

1) Analisis Univariat

Pada penelitian ini untuk menjelaskan variabel dependent

yaitu tekanan darah. Analisis yang digunakan untuk

mengetahui perubahan tekanan darah sebelum dan setelah

dilakukan terapi kombinasi massage effleurage dan

aromaterapi uap lavender dan terapi pada kelompok kontrol

dengan aromaterapi uap lavender. Analisis univariat pada

penelitian ini untuk variabel usia menggunakan mean, SD,

minimal, maksimal. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga hipertensi, kebiasaan

olahraga dideskripsikan melalui tabel distribusi frekuensi dan

presentase.
2) Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat digunakan untuk mengetahui

perbedaan tekanan darah setelah diberikan antara kelompok

kombinasi massage eflleurage dan aromaterapi uap, serta

kelompok kontrol aromaterapi uap lavender. Peneliti

melakukan uji normalitas data menggunakan saphiro wilk test

dengan hasil data tidak berdistribusi normal yaitu p < 0,05.

Kemudian peneliti melakukan transformasi data dan hasil

menunjukkan data masih tidak berdistribusi normal, sehingga

peneliti menggunakan Uji Wilcoxon untuk uji beda proporsi

dalam kelompok yang sama (kelompok berpasangan). Untuk

analisis data yang digunakan untuk mengetahui kelompok

mana yang lebih efektif menggunakan uji alternatif yaitu uji

Mann Whitney.

1. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Kombinasi

Massage Effleurage Dan Aromaterapi Uap Lavender Terhadap Perubahan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mranggen 2, peneliti menerapkan etika penelitian sebagai berikut :

a. Informed Consent

Peneliti menggunakan lembar persetujuan kepada responden yang

bertujuan supaya responden mengerti tujuan dan dampak dari


dilakukannya terapi kepada responden. Penandatanganan bersifat

sukarela dan tanpa paksaan dari peneliti.

b. Anonymity

Nama dari responden tidak dicantumkan, tetapi hanya diberikan

kode inisial untuk menjaga kerahasiaan responden.

c. Confidentiality

Semua informasi yang didapatkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti yang hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2

Kabupaten Demak yang terletak di Jl. Raya Waru, Kec. Mranggen,

Kabupaten Demak, Demak, Jawa Tengah, Indonesia 59567. Dengan luas

wilayah 26,32 km2 dan jumlah desa sebanyak 9 desa. Puskesmas

Mranggen 2 memberikan pelayanan poli umum, poli gigi, poli KIA,

pemeriksaan laboratorium dan pelayanan puskesmas keliling.

B. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini terdiri dari 44 Responden yang

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Kombinasi massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender dan kelompok kontrol

aromaterapi uap lavender. Pada karakteristik responden, penelti

menyajikan data-data yang meliputi distribusi usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga hipertensi, kebiasaan

olahraga, konsumsi obat anti hipertensi. Adapun penyajian data

tersebut ditampilkan dalam tabel 4.1


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak (n = 44)

Kelompok
Variabel Kombinasi Kontrol
f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 50 11 50
Perempuan 11 50 11 50
Pendidikan
SD 12 54.5 7 31.8
SMP 6 27.3 10 45.5
SMA 4 18.2 5 22.7
Pekerjaan
Petani 10 45.5 10 45.5
Wiraswasta 6 27.3 3 13.6
IRT 4 18.2 4 18.2
Karyawan Swasta 2 9.1 5 22.7
Riwayat Keluarga
Hipertensi
Ayah 7 31.8 9 40.9
Ibu 9 40.9 10 45.5
Tidak Ada 6 27.3 3 22.7
Kebiasaan Olahraga
Teratur 12 54.5 13 59.1
Tidak Teratur 10 45.5 9 40.9

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa karakteristik jenis

kelamin sama rata antara antara kelompok kombinasi dan kontrol

dengan jumlah perempuan 22 responden (50%) dan laki-laki 22

responden (50%). Sedangkan karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan pada kelompok kombinasi tertinggi responden pada

sekolah dasar (SD) yaitu (54,5%), jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol tingkat pendidikan tertinggi ada pada sekolah menengah

pertama (SMP) yaitu (45,5%). Kemudian pada riwayat pekerjaan,

presentase terbanyak pada kelompok kombinasi dan kontrol sama yaitu

petani sebanyak (45,5%). Selanjutnya pada riwayat keluarga hipertensi

pada kelompok kombinasi dan kontrol sama yaitu tertinggi diturunkan


oleh Ibu sebanyak (40,9%) pada kelompok kombinasi dan (45,5%) pada

kelompok kontrol. Selanjutnya kebiasaan olahraga kelompok kombinasi

dengan responden yang teratur berolahraga sebanyak (54,5%) dan

kelompok kontrol dengan responden yang teratur berolahraga sebanyak

(59,1%).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Usia Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Mranggen 2 Kabupaten Demak (n = 44)

Kelompok Mean SD Min Max


Kombinasi 57.86 6.319 45 65
Kontrol 56.55 5.217 45 65

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah responden kelompok

kombinasi sebanyak 22 responden dengan nilai median usia yaitu

(57,86%) dengan minimal usia (45 tahun) dan maximal usia (65 tahun)

dan sebanyak 22 responden pada kelompok kontrol dengan nilai median

usia sebanyak (56,55%) dengan minimal usia (45 tahun) dan maximal

usia (65 tahun).

2. Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi

Kombinasi Massage Effleurage dan Aromaterapi Uap Lavender

dan Kelompok Kontrol Aromaterapi Uap Lavender


Tabel 4.3 Hasil Perbedaan Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah

Terapi Kombinasi Massage effleurage dan Aromaterapi Uap Lavender

dan Kelompok Kontrol Aromaterapi Uap Lavender (n = 44)

No Kelompok Sistole Sistole


Pre Test Post Test
1 Kelompok Mean 146,50 136,36
Kombinasi SD 7,360 7,743
Min 130 120
Max 158 150
2 Kelompok Mean 145,95 141,36
Kontrol SD 7,693 8,753
Min 130 130
Max 158 155
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden kombinasi

sebanyak 22 responden dengan hasil nilai rata-rata tekanan darah sistolik

sebelum intervensi kombinasi adalah 146,50 mmHg, mengalami

penurunan pada tekanan sistolik setelah dilakukan intervensi kombinasi

yaitu rata-rata 136,36. Dengan tekanan sistolik terendah sebelum

intervensi kombinasi 130 mmHg dan mengalami penurunan pada tekanan

sistolik setelah intervensi yaitu 120 mmHg. Dan tekanan sistolik tertinggi

sebelum intervensi kombinasi yaitu 158 mmHg dan mengalami penurunan

pada tekanan sistolik setelah intervensi kombinasi yaitu 150 mmHg. Untuk

standar deviasi sebelum dan setelah intervensi kombinasi mengalami

kenaikan yaitu dari 7,360 menjadi 7,743. Sedangkan untuk nilai rata-rata

tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sebelum dan setelah

perlakuan mengalami penurunan yaitu dari 145,95 mmHg menjadi 141,36

mmHg dengan tekanan sistolik terendah yaitu 130 mmHg baik sebelum

maupun setelah perlakuan dan tekanan sistolik tertinggi sebelum dan

setelah perlakuan kelompok kontrol mengalami penurunan dari 158


menjadi 155 mmHg serta untuk nilai standar deviasi mengalami

peningkatan dari sebelum perlakuan dan setelah perlakuan yaitu 7,693

menjadi 8,753.

Tabel 4.4 Hasil Perbedaan Tekanan Darah Diastole Sebelum dan

Sesudah Terapi Kombinasi Massage effleurage dan Aromaterapi Uap

Lavender dan Kelompok Kontrol Aromaterapi Uap Lavender (n = 44)

No Kelompok Diastole Diastole


Pre Test Post Test
1 Kombinasi Mean 88,64 85,59
SD 3,836 6,551
Min 80 70
Max 95 90
2 Kontrol Mean 85,91 85,45
SD 7,177 6,710
Min 70 70
Max 95 90
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah responden kombinasi

sebanyak 22 responden dengan hasil nilai rata-rata tekanan darah diastolik

sebelum intervensi kombinasi adalah 88,64 mmHg, mengalami penurunan

pada tekanan diastolik setelah dilakukan intervensi kombinasi yaitu rata-

rata 85,59 mmHg. Dengan tekanan diastolik terendah sebelum intervensi

kombinasi 80 mmHg dan mengalami penurunan pada tekanan diastolik

setelah intervensi yaitu 70 mmHg. Dan tekanan diastolik tertinggi sebelum

intervensi kombinasi yaitu 95 mmHg dan mengalami penurunan pada

tekanan diastolik setelah intervensi kombinasi yaitu 90 mmHg. Untuk

standar deviasi sebelum dan setelah intervensi kombinasi mengalami

kenaikan yaitu dari 3,836 menjadi 6,551. Sedangkan untuk nilai rata-rata

tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol sebelum dan setelah

perlakuan mengalami penurunan yaitu dari 85,91 mmHg menjadi 85,45


mmHg dengan tekanan diastolik terendah yaitu 70 mmHg baik sebelum

maupun setelah perlakuan dan tekanan diastolik tertinggi sebelum dan

setelah perlakuan kelompok kontrol mengalami penurunan dari 95 menjadi

90 mmHg serta untuk nilai standar deviasi mengalami penurunan dari

sebelum perlakuan dan setelah perlakuan yaitu 7,177 menjadi 6,710.

C. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat digunakan untuk mengetahui penurunan

tekanan darah sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kombinasi

dan kontrol. Untuk mengetahui penurunan tekanan darah pada kelompok

tersebut dilakukan uji paired t-test, sedangkan untuk mengetahui

efektivitas penurunan tekanan darah pada kedua kelompok dilakukan

dengan uji un paired t test.

1. Analisa penurunan tekanan darah sebelum dan setelah perlakuan

kombinasi dan kontrol

Tabel 4.5 hasil uji normalitas data sebelum dan sesudah tindakan

kombinasi dan kontrol menggunakan saphiro-wilk test

Kelompok Nilai p sig Kriteria Keterangan


Pre Pre Post Post
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
Kombinasi 0,106 0,000 0,018 0,000 >0,05 Tidak
normal
Kontrol 0,151 0,000 0,002 0,000 >0,05 Tidak
normal
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa uji normalitas pada

kelompok kombinasi sebelum perlakuan didapatkan hasil tekanan

sistolik p = 0,106 dan tekanan darah diastolik p = 0,000 sedangkan

tekanan darah setelah perlakuan didapatkan hasil tekanan sistolik p


= 0,018 dan diastolik dengan p = 0,000. Sehingga disimpulkan data

berdistribusi tidak normal karena p < 0,05 sehingga di transformasi

terlebih dahulu.

Sementara uji normalitas pada kelompok kontrol sebelum

perlakuan didapatkan hasil tekanan sistolik p = 0,151 dan tekanan

darah diastolik dengan p = 0,000. Sedangkan untuk hasil tekanan

darah setelah perlakuan untuk sistolik dengan p = 0,002 dan

diastolik dengan p = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan data

berdistribusi tidak normal karena p < 0,05 sehingga ditransformasi

terlebih dahulu. Adapun hasil uji transformasi dapat dilihat ditabel

berikut :

Tabel 4.6 hasil uji transformasi data sebelum dan sesudah tindakan

kombinasi dan kontrol menggunakan saphiro-wilk test

Kelompok Nilai p Sig Kriteria Keterangan


Pre Post Post
Diastolik Sistolik Diastolik

Kombinasi 0,000 0,019 0,000 >0,05 Tidak


normal
Kontrol 0,000 0,002 0,000 >0,05 Tidak
normal

Pada tabel 4.6 didapatkan hasil dari uji transformasi yaitu tetap

berdistribusi tidak normal sehingga tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji t berpasangan (dependent t test) sehingga menggunakan

uji alternatif yaitu Wilcoxon.


Tabel 4.7 perbedaan tekanan darah sistole pada kelompok kombinasi

dan kontrol (n=44)

Kelompok Sistole Pre Sistole Negatif Positif Ties p


Test Post Test Ranks Ranks
Mean ± SD Mean ± SD
Kombinasi 146,50 ± 136,36 ± 22 0 0 0,000
7,360 7,743
Kontrol 145,95 ± 141,36 ± 14 0 8 0,001
7,693 8,753
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh data hasil bahwa tekanan

darah sistole sebelum perlakuan intervensi kombinasi sebesar 146,50

mmHg dan setelah perlakuan menjadi 136,36 mmHg dengan nilai

negatif ranks atau responden yang mengalami penurunan tekanan

darah sebanyak 22 responden dengan nilai p = 0,000. Selanjutnya,

tekanan darah sistole sebelum perlakuan kelompok kontrol diperoleh

sebesar 145,95 mmHg dan tekanan darah sistole setelah diperoleh

141,36 mmHg dengan negatif ranks atau responden yang mengalami

penurunan tekanan darah sebanyak 14 responden dan ties atau

responden yang tidak mengalami perubahan tekanan darah sebanyak

8 responden dengan nilai p = 0,001.

Tabel 4.8 perbedaan tekanan darah Diastole pada kelompok

kombinasi dan kontrol (n=44)

Kelompok Diastole Diastole Negatif Positif Ties P


Pre Test Post Test Ranks Ranks
Mean ± SD Mean ± SD
Kombinasi 88,64 ± 85,59± 9 0 13 0,006
3,836 6,551
Kontrol 85,91 ± 85,45 ± 2 0 20 0,157
7,177 6,710
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa tekanan

darah diastole sebelum perlakuan intervensi kombinasi sebesar

88,64 mmHg dan tekanan diastole setelah perlakuan yaitu 85,59

mmHg dengan nilai negatif ranks atau responden yang mengalami

penurunan sebanyak 9 responden dan nilai ties atau yang tidak

mengalami perubahan tekanan darah (tetap) sebanyak 13

responden dengan nilai p = 0,006. Selanjutnya, tekanan darah

diastole sebelum perlakuan kontrol diperoleh 85,91 mmHg dan

setelah perlakuan kontrol 85,45 mmHg dengan nilai negatif ranks

atau yang mengalami penurunan sebanyak 2 responden dan nilai

ties atau yang tidak mengalami penurunan tekanan darah sebanyak

20 responden dengan nilai p = 0,157.

2. Efektivitas Kelompok kombinasi dengan kelompok kontrool terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer

Tabel 4.9 Uji normalitas selisih tekanan darah pada kelompok

kombinasi dan kontrol (n=44)

Kelompok Kriteria Sig Sig Keterangan


Sistole Diastole
Kombinasi > 0,05 0,012 0,000 Tidak normal
Kontrol > 0,05 0,001 0,000 Tidak normal
Pada tabel 4.9 didapatkan hasil uji normalitas pada selisih

kedua kelompok yaitu pada kelompok kombinasi dengan selisih

sistole 0,012 dan diastole 0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol

dengan selisih sistole 0,001 dan selisih diastole 0,000. Sehingga

bisa di simpulkan bahwa pada kelompok kombinasi dan kontrol


berdistribusi tidak normal (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji

transformasi sesuai data berikut :

Tabel 4.10 Uji transformasi selisih tekanan darah pada kelompok

kombinasi dan kontrol (n=44)

Kelompok Kriteria Sig Sig Keterangan


Sistole Diastole
Kombinasi >0,05 0,003 0,006 Tidak normal
Kontrol >0,05 0,004 - Tidak normal
Pada tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa hasil transformasi

pada kelompok kombinasi yaitu selisih sistole 0,003 dan selisih

diastole 0,006. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil

selisih sistole 0,004 dan selisih diastol tidak bisa ditransformasi

dikarenakan ada data yang menunjukkan tidak ada perubahan pada

tekanan darah (nilai 0) sehingga tidak berdistribusi normal.

Selanjutnya menggunakan uji alternatif yaitu Mann Whitney dilihat

tabel berikut :

Tabel 4.11 Efetivitas Kelompok kombinasi Massage Effleurage

dan Aromaterapi Uap Lavender dan Kelompok Kontrol

Aromaterapi Uap Lavender (n=44)

Indikator Kelompok Kelompok p


Kombinasi Kontrol
Mean ± SD Mean ± SD
Rata-rata Penurunan 10,1364 ± 4,5909 ± 0,000
Tekanan Darah Sistole 3,75811 4,13647
Rata-rata Penurunan 3,0455 ± 4,22552 0,4545 ± 0,012
Tekanan Darah 1,47122
Diastole
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada kelompok

kombinasi terjadi penurunan tekanan darah sistolik 10,1364 mmHg


dan terjadi penurunan tekanan darah diastolik 4,5909 mmHg.

Kemudian pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa p = 0,000 yang

berarti p value < 0,05.

Sementara itu pada kelompok kontrol terjadi penurunan

tekanan darah sistolik 3,0455 mmHg dan penurunan tekanan darah

diastolik 0,4545 mmHg dengan nilai p = 0,012 artinya p value <

0,05.

Kedua kelompok menujukkan terdapat perbedaan rerata

tekanan arah sistole dan diastole. Pada kelompok kombinasi

Massage Effleurage dan Aromaterapi Uap Lavender menunjukkan

perbedaan yang signifikan (p < 0,05).


BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1, pada penjabaran distribusi frekuensi

karakteristik responden pada distribusi jenis kelamin terapi kombinasi

dan kontrol sama presentasenya sama antara perempuan dan laki-laki.

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Muhammad Hafiz Bin

Mohd, Arifin, Wayan Weta (2016) dimana perempuan lebih cenderung

menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut

sebanyak 71,4% perempuan mengalami hipertensi, sedangkan laki-laki

hanya sebesar 28,6%. Hal ini tidak sejalan dikarenakan memang pada

penelitian ini dibuat jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan

sama jumlahnya supaya tidak ada bias didalam penelitian.

2. Usia

Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden yang menderita hipertensi berumur ≥ 45 tahun dan pada

kelompok kombinasi rata-rata yang menderita hipertensi berumur 58

tahun, serta pada kelompok kontrol yang menderita hipertensi berusia

56 tahun. Artinya semakin berusia seseorang maka semakin berisiko

menderita hipertensi. Hal ini sejalan dengan peneitian Sartik, RM.

Suryadi Tjekyam (2017) yang menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan tingkat hipertensi (p = 0,000 ; QR =


6,138). Hal ini sesuai dengan Riskesdas (2013) dimana bahwa

munculnya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia seseorang

yang disebabkan oleh perubahan pada struktur pembuluh darah besar

dimana lumen menyempit dan lebih kaku karena elastisitas menurun

sesuai bertambahnya usia oleh karena itu darah pada setiap denyut

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.

3. Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.1, didapatkan data bahwa pendidikan tertinggi

pada kelompok kombinasi yaitu SD (54,5%) dan pada kelompok

kontrol yaitu SMP (45,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian

(Haendra, Anggara, & Prayitno, 2013) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna (p = 0,042) dimana penyakit hipertensi

cenderung tinggi pada yang berpendidikan rendah. Menurut yang

menyatakan bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada

pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan

pendidikan. Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang

rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada

pasien yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau

lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas

sehingga berdampak pada perilaku/pola hidup sehat.


4. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.1 dinyatakan bahwa pada kelompok kombinasi

maupun kontrol dalam pekerjaan paling tinggi dengan pekerjaan

sebagai petani (45,5%) hal ini sejalan dengan Betaria, Rasmaliah

(2015) bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan di

RSUD dr. Hadrianus Sinaga tahun 2015, paling banyak pada

petani/buruh/nelayan yaitu 72 orang (36,7%) dan paling sedikit pada

pensiunan yaitu 8 orang (4,1%). Hal ini bukan berarti petani/buruh

lebih beresiko untuk menderita hipertensi tetapi karena mayoritas

penderita hipertensi pekerjaannya adalah petani/buruh. Karena

berdasarkan data dari BPS Kabupaten Demak tahun 2010, penduduk

yang bekerja adalah lebih banyak usaha pertanian meliputi pertanian

tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan

perburuan, termasuk jasa pertanian 9.554 jiwa.

5. Riwayat Keluarga Hipertensi

Berdasarkan tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa pada kelompok

kombinasi maupun kontrol paling banyak diturunkan oleh ibu yaitu

40,9% pada kelompok kombinasi dan 45,5% pada kelompok kontrol.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sartik, RM. Suryadi Tjekyam (2017)

dengan hasil uji bivariat (p=0,000; OR=4,60 dan hasil analisis

multivariat (p=0,000; OR=4,339) menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara riwayat hipertensi keluarga dengan kejadian

hipertensi. Penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai


orang tua yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut

akan memiliki risiko dua kali lipat untuk terkena hipertensi dari pada

orang tuanya tidak hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita

hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada

hipertensi primer.

6. Kebiasaan Olahraga

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan data bahwa pada kelompok

kombinasi maupun kontrol lebih banyak berolahraga secara teratur

yaitu 54,5% pada kelompok kombinasi dan 59.1% pada kelompok

kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan olahraga teratur dengan hipertensi, hal ini dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu karena penyebab kenaikan tekanan darah

pada penderita hipertensi antara lain pola makan, stress, daya tahan

tubuh pada penyakit, olahraga, obesitas atau kegemukan, umur, jenis

kelamin, menurut Muhammadun (2010).

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Sartik, RM.

Suryadi Tjekyam (2017) pada penelitian ini sebagian besar responden

tidak berolahraga yaitu sebesar 54,2% dan responden yang berolahraga

sebesar 45,8%. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p

sebesar 0,020 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara kebiasaan berolahraga dengan kejadian hipertensi.

Hal ini mungkin terjadi karena aktivitas fisik yang dilakukan adalah

aktivitas yang ringan. Selain itu adanya faktor lain seperti umur, status
obesitas dan merokok yang akhirnya menutupi efek dari melakukan

aktivitas fisik.

B. Pengaruh Terapi Kombinasi Massage Effleurage dan Aromaterapi

Uap Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita

Hipertensi Primer

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah

pada tiap-tiap responden bervariasi. Hasil uji wilcoxon menunjukkan

bahwa ada pengaruh terapi kombinasi terhadap penurunan tekanan daraah

pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2

Kabupaten Demak.

Terapi kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap

lavender dapat dijadikan terapi yang efektif dalam penurunan tekanan

darah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ananto

(2017) Hal ini ditunjukan dengan hasil uji t dengan nilai signifikasi sebesar

0,000 sehingga menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi massage

effleurage terhadap penurunan tekanan darah.

Menurut Fritz (2010) dan Salfo (2003), massage effleurage dapat

menurunkan tekanan darah karena memperlancar aliran pembuluh darah

dan aliran darah balik, sehingga sisa darah pada perifer lebih mudah

mengalir ke pembuluh darah dan jantung. Hal ini membuat sirkulasi darah

ke seluruh organ mencukupi.


C. Pengaruh Terapi pada Kelompok Kontrol dengan Aromaterapi Uap

Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita

Hipertensi Primer

Sementara itu, pada kelompok kontrol hasil uji wilcoxon

menunjukkan hasil signifikasi 0,001 atau (p < 0,05) pada tekanan darah

sistol dan 0,157 pada tekanan diastol. Efek dari aromaterapi lavender yaitu

menurunkan stress, kecemasan depresi serta memulihkan kelelahan otot

dan melancarkan sirkulasi darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan

Salamati, Mashouf, & Mojab (2017) menunjukkan hasil bahwa pada

tekanan darah sistol (p = 0,001), dan diastol (p = 0,001), serta nadi (p =

0,03) menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi uap lavender terhadap

penurunan tekanan darah penderita hipertensi.

D. Efektivitas Terapi Kombinasi dan Kontrol Terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi

kombinasi dibandingkan dengan kelompok kontrol terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Oleh karena itu, peneliti

melakukan uji bivariat dnegan menggunakan mann whitney untuk

mengetahui efektivitas terapi kombinasi dibandingkan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil uji mann whitney didapatkan hasil rerata penurunan

menunjukkan bahwa pada kelompok kombinasi terjadi penurunan tekanan

darah sistolik 10,1364 mmHg dan terjadi penurunan tekanan darah


diastolik 4,5909 mmHg. Kemudian pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa

p = 0,000 yang berarti p value < 0,05.

Sementara itu pada kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan

darah sistolik 3,0455 mmHg dan penurunan tekanan darah diastolik

0,4545 mmHg dengan nilai p = 0,012 artinya p value < 0,05.

Angka signifikasi 0,000 dan 0,012 menunjukkan p < 0,05,

sehingga secara statistik dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima,

yang berarti ada efektivitas pemberian terapi kombinasi massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Juliantri, Nurfianti, & Maulana (2015)

dengan hasil uji T berpasangan didapatkan hasil p=0.001, dimana nilai

p<0.05 dapat disimpulkan bahwa terapi massage ekstremitas atas dan

bawah efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Klinik Pratama Universitas Tanjungpura tahun 2015.

Massage adalah hal yang menyenangkan, karena dapat membantu

tubuh dan pikiran untuk memproduksi endorphin yang merupakan

penghilang rasa sakit alami bagi tubuh. Hal yang sama diungkapkan oleh

Kaur, dkk bahwa massage memiliki efek mekanis yang akan memperbaiki

sirkulasi, menghilangkan produk limbah dari tubuh, meningkatkan

mobilitas sendi dan mengurangi ketegangan otot. Apalagi jika di

kombinasikan dengan aromaterapi uap lavender yang mana dengan

menghirup aromaterapi dapat menyebabkan molekul minyak essensial


bereaksi langsung pada organ penciuman dan secara otomatis

dipersepsikan oleh otak dalam meningkatkan produksi masa

neurotransmitter yang berkaitan dengan pemulihan psikis menurunkan

emosi, kecemasan dan membuat rileks.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terapi kombinasi massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender mampu menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi primer. Hal ini memberikan konsekuensi

bahwa penderita hipertensi primer dapat melakukan kombinasi terapi ini

secara kontinyu untuk memperbaiki kontrol tekanan darah agar mendekati

normal.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam sebuah penelitian, tentu tidak terlepas dari adanya

keterbatasan serta hal-hal lain yang menjadi kendala selama penelitian.

Adapun keterbatasan tersebut yang pertama yaitu keterbatasan waktu

kunjungan dimana untuk melakukan terapi, tidak bisa 2 hari sekali

mengunjungi dari satu rumah ke rumah bisa tercapai semua responden,

akan tetapi ada beberapa responden yang dikunjungi setiap 3 hari atau

bahkan lebih. Tetapi tetap diberikan edukasi bagaimana melakukan terapi

tersebut dan memberikan sarana (minyak essensial) kepada responden.

Sehingga keterbatasan lain juga muncul yaitu untuk mengetahui apakah

responden melakukan terapi tersebut secara mandiri sudah benar dan

dilakukan tepat waktu.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang mengacu pada tujuan

penelitian tentang efekivitas antara kelompok kombinasi massage

effleurage dan aromaterapi uap lavender serta kelompok kontrol

aromaterapi uap lavender terhadap perubahan tekanan darah pada

penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden pada penelitian ini diperoleh data bahwa usia

tertinggi yaitu usia 65 tahun dan terendah yaitu 45 tahun, berdasarkan

distribusi frekuensi data bahwa jenis kelamin dengan presentase sama

antara laki-laki dan perempuan, mayoritas pendidikan pada tingkat SD

dan SMP, riwayat pekerjaan terbanyak terdapat pada petani, responden

menderita hipertensi dari faktor keturunan terbanyak dari ibu,

kebiasaan olahraga responden secara teratur hal ini karena dipengaruhi

faktor lain yaitu pola makan, stress, daya tahan tubuh pada penyakit,

olahraga, obesitas atau kegemukan, umur, jenis kelamin.

2. Tekanan darah sistole sebelum perlakuan kombinasi rerata sebesar

146,50 mmHg dan diastole 88,64 mmHg. Kemudian tekanan darah

sistole setelah perlakuan menurun menjadi 145,95% dan diastole 85,59

mmHg.
3. Terapi kombinasi massage effleurage berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah sistole dan diastole pada penderita hipertensi primer

dengan nilai p = 0,000 untuk sistole dan p = 0,006 untuk diastole.

4. Tekanan darah sistole sebelum perlakuan pada kelompok kontrol

sebesar 145,95 mmHg dan diastole sebesar 85,91 mmHg. Kemudian

tekanan darah sistole setelah perlakuan sebesar 141,36 mmHg dan

diastole 85,45 mmHg.

5. Terapi kontrol dengan aromaterapi uap lavender berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah penderita hipertensi dengan nilai p = 0,001

untuk sistole dan p = 0,157 untuk diastole.

6. Rerata penurunan tekanan darah sistole pada kelompok kombinasi

sebesar 10,1364 mmHg dan terjadi rerata penurunan tekanan darah

diastolik 4,5909 mmHg dengan angka signifikansi p = 0,000.

Sementara itu pada kelompok kontrol terjadi rerata penurunan tekanan

darah sistolik 3,0455 mmHg dan diastolik 0,4545 mmHg dengan nilai

p = 0,012.

7. Terapi kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap lavender

lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan terapi

kontrol dengan aromaterapi uap lavender.

B. SARAN

1. Praktek Keperawatan

Perlu dilakukannya terapi non farmakologi dalam menurunkan

tekanan darah dengan meningkatkan pelayanan keperawatan dengan


terapi kombinasi massage effleurage dan aromaterapi uap lavender dan

terapi aromaterapi uap lavender. Akan tetapi terapi kombinasi lebih

utama dilakukan dikarenakan selisih rerata dalam menurunkan

hipertensi lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

2. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai

evidence based dalam mengembangkan penelitian yang lebih luas lagi

yaitu membandingkan efektivitas antara terapi kombinasi dengan

terapi non farmakologi lainnya seperti relaksasi benson, relaksasi

musik, yoga, dll dengan memberikan kelompok kontrol dan

memperhatikan waktu penelitian yang belum maksimal diterapkan

dalam penelitian ini, disertai dengan mempeluas jangkauan penelitian

dengan lebih memperhatikan homogenitas responden penelitian agar

human error lebih diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai