Anda di halaman 1dari 8

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATERI

: Anemia

SASARAN

: Pasien dan Keluarga

WAKTU PERTEMUAN

: 1 x 30 menit

TEMPAT

: Ruang

HARI/TANGGAL

: Jumat, 17 Januari 2014

PERTEMUAN KE

:1

A.

Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Pasien dan keluarga dapat memahami apa itu Anemia.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Pasien dan keluarga dapat mengetahui pengertian dari Anemia
b. Pasien dan keluarga dapat mengetahui proses terjadinya Anemia
c. Pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda dan Gejala Klinis pada Anemia
d. Pasien dan keluarga dapat mengetahui klasifikasi dari Anemia.

B.

Pokok Bahasan
Anemia

C.

Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian pada Anemia
2. Proses terjadinya Anemia
3. Tanda dan Gejala Klinis pada Anemia
4. Klasifikasi pada Anemia

D.

Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Tanya jawab

E.

Media
Leaflet
1

F.

Kegiatan Penyuluhan
Tahap

Kegiatan Perawat

Kegiatan
Pendahuluan a. Memberi salam

Kegiatan Pasien

dan

memperkenalkan

memperhatikan

cakupan materi

Waktu

Pengajaran
a. Menjawab salam

dan
diri.
b. Menjelaskan

Media dan Alat

5 menit

perawat.
b. Memperhatikan
perawat.

pada pokok
bahasan.
a. Menjelaskan

Penyajian

pengertian
Anemia.
b. Memberi

a. Menyimak
penjelasan
Anemia.
b. Keluarga atau

kesempatan

pasien bertanya

kepada keluarga

kepada perawat.

atau pasien untuk


bertanya.
c. Proses terjadinya
Anemia.

c. Menyimak
penjelasan
mengenai proses

d. Menjelaskan
mengenai tanda
dan Gejala pada
Anemia.
e. Menjelaskan

terjadinya Anemia.
d. Menyimak
penjelasan
mengenai tanda
dan Gejala pada
Anemia.
e. Menyimak

mengenai

penjelasan

klasifikasi pada

mengenai

Anemia.

klasifikasi pada

Leaflet

20 menit

Penutup

a. Mengevaluasi

Anemia.
a. Menjawab

5 menit

pertanyaan
b. Memberi salam

evaluasi
b. Menjawab salam.

G. Evaluasi
Jenis test : test lisan
Butiran soal :
1. Apakah pasien mengerti dengan penjelasan perawat?

Lampiran materi
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan atau konsentrasi hemoglobin
turun di bawah normal (Donna L. Wong).
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling
sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan
nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa
kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil
diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu
untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
3

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar
berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di
antaranaya menderita ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak. Hal ini disebabkan
karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan
kuku (kolonikia), atrofi papil lidah, glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan
pemberian besi, dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, gangguan prestasi belajar, atau gangguan mental yang lainnya
yang dapat berlangsung lama bahkan menetap. Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi
besi harus dimulai sedini mungkin. Demikian juga tindakan pencegahannya.
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap
awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan
berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan
hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia yang
disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin. Anemia defisiensi adalah anemia
yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk
pamatangan eritrosit. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi merupakan penyebab
terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 % dari populasi dunia mengalami
anemia akibat defisiensi besi.
Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam penyimpanan dan
pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam
metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan proses katabolisme yang bekerjanya
membutuhkan ion besi.
b. Proses Terjadinya Anemia
Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang. Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis
belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia
4

hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi
kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe
mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
o
Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
o
Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan menimbulkan
o
o

simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia.


Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok.
Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat
kompensasi adalah:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,
redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering

di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk


memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi
kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna
kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan
membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai
kepucatan.
c. Tanda dan Gejala Anemia
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada).
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang).
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SS.
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 610 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan
saja. Bila kadar Hb turun <> 100 g/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut :

a. Koilorikia Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

d. Klasifikasi Anemia
A. Anemia mikrositik hipokrom
a) Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira kira 2
mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 4 g, kira kira 50 mg/ kg
BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik,
karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.
Etiologi : anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi
cacing tambang pada seseorang dengan makan yang baik tidak akan menimbulkan
anemia. Bila disertai malnutrusi, baru akan terjadi anemia penyebab lain dari anemia
defisiensi adalah :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorpsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
- Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
- Hemoglobinuria
- Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b) Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua
setelah anemia yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Penyebab :
- Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi
6

ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema, dll).


Inflamasi kronik, seperti artritis rheumatoid
Neoplasma, seperti ilmfoma malignum, dan nekrosis jaringan.

B. Anemia makrositik
a. Difesiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi
vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin
dijumpai penyakit penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin B12 karena
faktor intrinsik ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di
Indonesia adalah penyebab intrinsik karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan
gejala gejala yang tidak berat.
b. Defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun daun yang hijau.
Umumnya behubungan dengan manultrisi. Penurunan absorpsi asam folat jarang
ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan dengan
sirosis hepatis, karena terdapat penurunan cadangan asam folat.
C. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan terbagi atas :
1. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan
kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran
cerna karena pemakaian analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia sering karena infestasi
cacing tambang.
D. Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120), baik
sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsusm tulang telah tidak
mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain, penyebab :
Intrinsik
- Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria noktural

paroksismal.
Kelinan glikolisis, seperti defisisensi piruvat kinase.
Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
Ekstrinsik

Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limoproliferatif,

keracunan obat.
Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi

intravaskular diseminata (KID).


- Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostrodium, borrelia.
- Hipersplenisme.
- Luka bakar.
b. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimun Hemolitic Anemia, AIHA) merupakan
kelaianan darah yang di dapat, di mana autoantibodi IgG yang dibentuk terikat pada
membran sel darah merah (SDM). Antibodi ini umumn ya berhadapan langsung
dengan komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada SDM
semua orang.
Klasifikasi :
1. Warm-antibody immunohemolytic anemia
2. Cold antibodyimmunohemolytic anemia
E. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel sel darah.
Penyebab : bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun), LES,
Kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisid, obat obat seperti
kloramfenikol, sulfonamid, analgesik (pirazolon), antiepileptik (hidantoin), kinakrin, dan
solfonilurea, pascahepatitis, kehamilan, dan hemoglobinuria paroksimal noktural. (Kapita
Selekta Kedokteran, 1999)

Anda mungkin juga menyukai