Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam UUD No. 23 th 1993 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat jasmani tetapi
juga rohani.
Instalasi kesehatan yang didirikan oleh pemerintah guna untuk membantu menjamin
kesehatan masyarakat yang kurang mampu. Instalasi kesehatan yang didirikan oleh
pemerintah guna membantu masyarakat kurang mampu seperti puskesmas sangatlah
membantu menjaga kesehatan masyarakat, tetapi sejalan dengan perubahan puskesmas
harus mampu mengelola alat kesehatan, gizi balita, obat-obatan dengan baik. Puskesmas
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan
atau dusun/rukun warga (RW).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk serta mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Puskesmas menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang
dengan pelayanan gizi yang bermutu.
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan dan tidak tepisahkan dari pembangunan nasional secara
keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri
dari umur harapan hidup, tiingat melek huruf dan pendapatan per kapita. IPM yang

rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang berdampak pada
tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu.
Status gizi masyarakat di Provinsi Jawa Barat dihadapkan pada 5 masalah gizi utama
yaitu Kurang Eneri Protein (KEP), Kekurangann Vitamin A (KVA), Gangguan Akibaat
Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gizi Lebih. Faktor-faaktor
yang melatar belakangi masalah gizi tersebut sangat komplek. Maka dari itu diberikan
program-program yang dilaksanakan di Puskesmas untuk memantau keadaan kesehatan
gizi di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
B. Tujuan
Mengenal dan memahami wilayah kerja dan program-program di Puskesmas
termasuk pada Program Gizi dan mengetahui kondisi gizi masyarakat sekitar wilayah
kerja Puskesmas dan pada akhir Praktek Komprehensif II ini agar mahasiswa dapat
mengetahui, menerapkan atau melaksanakan tugas-tugas sebagai Perawat di Puskesmas.
C. Sistemika
1. Waktu dan Tempat
Praktek Keperawatan Komprehensif II Keperawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas) dilaksanakan di Puskesmas Antapani Kota Bandung, pada tanggal 16
Februari 28 Februari 2015.
2. Sasaran Kegiatan
Adapun sasaran dalam pelaksanaan Praktek Komprehensif II Ini adalah

Mengikuti kegiatan di setiap Program Puskesmas Antapani.

Melakukan Kunjungan rumah dan Bina Keluarga Rawan di sekitar wilayah kerja
Puskesmas Antapani.

Hasil pelaksanaan program gizi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir

3. Strategi Pendekatan
Strategi pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara persona dan
interpersonal, dimana petugas (mahasiswa Praktek Komprehensif II) melakukan
pendekatan kepada masing-masing pasien dan kepada Keluarga Rawan yang dibina.
Dan pendekatan kepada petugas-petugas Puskesmas di Puskesmas Antapani.
4. Metode

Wawancara

Ceramah

Diskusi

Observasi

5. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah Mahasiswa Praktek Komprehensif II Jurusan Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung Semester VII, Kelompok II untuk Puskesmas
Antapani, yaitu :
Nama : Raudhah Fadhilah
NIM : 4002110028
6. Bentuk Kegiatan

Menyajikan rencana kerja selama dua minggu

Mempelajari Struktur Organisasi Puskesmas

Mempelajari tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian di program


Puskesmas Antapani

Mengevaluasi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program gizi di


Puskesmas yang meliputi target, sasaran, waktu dan tempat dalam kurun waktu
satu tahun terakhir, diantaranya :
a.PMT
b. Vitamin A
c.GAKY
d. Anemia
e.Posyandu
f. Survei Konsumsi Gizi
g. Pembinaan Kader
h. Dan Program Lain

Melaksanakan tugas di masing-masing bagian di Program Puskesmas Antapani


terutama Program Perkesmas.

Melakukan penyuluhan kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung wilayah


Puskesmas Antapani.

Melakukan kunjungan rumah (home visit client), pendataan Keluarga Rawan di


wilayah kerja Puskesmas Antapani dan melakukan Bina Keluarga Rawan pada
salah satu Keluarga Rawan yang telah dilakukan kunjungan dan pengkajian.

Menyusun laporan kegiatan

BAB II
PEMBAHASAN
4

A. Program Nasional
Status gizi masyarakat di Provinsi Jawa Barat dihadapkan pada 5 masalah gizi yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), ), Gangguan Akibaat
Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gizi Lebih. Faktor-faaktor
yang melatar belakangi masalah gizi tersebut sangat komplek. Maka dari itu diberikan
program-program yang dilaksanakan di Puskesmas untuk memantau keadaan kesehatan
gizi di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
Didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional telah ditetapkan
sasaran-sasaran yang harus dicapai pada tahun 2014. Di bidang kesehatan sasaran yang
telah ditetapkan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun,
menurunnyaa Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya
prevalensi balita gizi kurang dan balita pndek menjadi masing-masing setinggi-tiingginya
15% dan 32%.
Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan kabupaten/kota yang terdepan, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan kesehatan masyaraakt di suatu wilayah kerja. Menurut SK Men
Kes RI, nomor 128/Menkes/SK/II/2004, upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan
upaya kesehatan wajib beryujuan uuntuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan
status gizi masyarakat.
Ada beberapa program atau tugas yang dilakukan di puskesmas untuk memantau
keadaan dan kesehatan gizi masyarakat, diantaranya:
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Pengelolaaan Program Gizi
b. Pelayanan Gizi di Puskesmas
a) Melaksanakan penyuluhan kelompok pada pengunjung puskesmas
b) Melaksanakan Konseling Gizi
c) Melaksanan deteksi dini dan stimulasi gangguan tumbuh kembang balita
d) Melaksanakan penyelenggaraan makanan pasien khusus Untuk
Puskesmas Dengan Tempat Perawatan
c. Koordinasi Lintas Program
a) Mengikuti Pertemuan Staf
b) Mengikuti Lokakarya Mini Puskesmas
2. Kegiatan di Luar Gedung
a. Pelayanan Gizi di Posyandu
a) Melaksanakan pemantauan oertumbuhan balita setiap bulan.
b) Melaksanakan pemberian suplementasi gizi
c) Melaksanakan penyuluhan kelompok
d) Melaksanakan Konseling
5

e) Penatalaksanaan Balita Gizi Buruk di Rumah tangga


f) Mendistribusikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
g) Melaksanankan deteksi dini masalah Gizi
b. Pelayanan Gizi di Pos Pembinaan Usia Lanjut (Posbindu)
c. Pembinaan Gizi Institusi
a) Melaksanakan pembinaan kepada pengelola warung sekolah
b) Melaksanakan embinaan kepada penyelenggara makanan di pondok
pesantren, anti asuhan, panti wredha, rutan/lapas dan rumah bersalin.
c) Melaksanakan pembinaan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
d. Surveilans Gizi
a) Melaksanan Bulan Penimbangan Balita (BPB)
b) Melaksanakan Pemantauan Status Gizi Balita, Anak Sekolah, Remaja dan
Ibu Hamil
c) Melaksanakan pelacakan dan penaganan kasus gizi
d) Melaksanakan pemantauan konsumsi gizi
e) Melaksanakan pemantauan konsumsi garaam beryodium di masyarakat
e. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) berdasarkan hasil pemetaan
f. Koordinasi Lintas Sektor
a) Mengikuti rapat koordinasi desa/kelurahan
b) Mengikuti rapat koordinasi kecamatan
c) Menggalan kemitraan dengan PKK, LSM, Organisasi Profesi,
Perusahaan, Sarana Kesehatan Swasta, Lembaga Pendidikan yang ada di
wilayah kerja.
Adapun Standar Minimal dalam Program Gizi yang dilaksanakan pada setiap
Puskesmas. Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu,
untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indicator
dan nilai.
Standar Pelayanan Minimal dalam program Gizi diatnranya adalah:
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita
a. Balita yang Terpantau Pertumbuhannya (D)
b. Balita yang Baik Pertumbuhannya (N)
c. Baalita yang Gagal Pertumbuhannya (T)
d. Balita yang Mengalami Perbaikan Pertumbuhannya (TN1)
e. Balita yang Berat Badannya di Bawah Garis Merah (BGM)
2. Pemberian Suplemen Gizi
a. Balita yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A
b. Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah
c. Ibu Nifas yang Mendapat Kaapsul Vitamin A
d. Ibu Hamil yang Mendapat Kapsul Yodium
6

3. Pelayanan Gizi
a. Balita KEP & BGM yang Mendaapat PMT MP ASI
b. Balita Gizi Buruk yang Mendapatkan Perawatan
4. Penyuluhan Gizi Seimbang
a. Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif
b. Desa dengan Konsumsi Garam Beryodium yang Baik
5. Sistem Kewaspadaan Gizi
a. Penanganan Desa dengan KLB Gizi < 24 jam
b. Desa Bebas Rawan Gizi
B. Gambaran Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas Antapani
Pelaksana gizi (Nutrisionis) Puskesmas memiliki fungsi melaksanakan sebagian
tugas pokok Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
khususnya pada bidang gizi.
A) Tugas Pelaksana Gizi (Nutrisionis) Puskesmas terdiri dari :
1. Merencanakan kegiatan gizi pada awal tahun yang dilaksanakan di Puskesmas
bersama Kepala dan staf Puskesmas lainnya, terdiri dari
a. Merumuskan masalah gizi di wilayah kerja
b. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Gizi
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (POA) Gizi
2. Melaksanakan kegiatan pelatihan gizi termasuk Pelatihan dan Refreshing Kader
Posyandu
3. Melaksanakan kegiatan gizi dalam rangka memperbaiki status gizi masyarakat,
meliputi :
a. Penyuluhan gizi masyarakat, dengan sasaran keluarga dan masyarakat di
wilayah kerja
b. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, meliputi :

Pelayanan dan penyuluhan gizi di Posyandu

Penyuluhan pemanfaatan lahan pekarangan

Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, terdiri dari

Distribusi Kapsul Yodium dengan urutan proiritas sasaran Ibu Hamil,


Ibu Meneteki, Wanita Usia Subur dan Anak Sekolah di Posyandu,
Puskesmas dan Sekolah Dasar

Monitoring garam beryodium di Rumah tangga dan pasar setiap

tahun sekali
Survei Prevalensi Gondok setiap 5 tahun sekali

Penanggulangan Anemia Gizi Besi, terdiri dari


Pemberian Tablet Besi (Fe) proiritas sasaran Ibu Hamil, Ibu Meneteki,
Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin di Posyandu dan Puskesmas
Pemberian Sirop Besi kepada Balita terutama Balita Gizi Buruk
Survei Prevalensi Anemia Gizi Besi setiap 5 tahun sekali

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP), terdiri dari


Penanggulangan KEP pada Balita, meliputi :

1.

Pelacakan Balita gizi buruk

2.

Pemberian PMT baik PMT pemulihan maupun penyuluhan

3.

Kunjungan rumah
Penanggulangan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu

Hamil
1. Pelacakan Bumil KEK
2. Pemberian PMT baik PMT pemulihan maupun penyuluhan
3. Kunjungan rumah

Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)

Pemberian Kapsul Vitamin A kepada Bayi, Anak Balita dan Ibu


Nifas

Survei Prevalensi Anemia Gizi Besi setiap 5 tahun sekali

c. Usaha Perbaikan Gizi Institusi (UPGI), dengan sasaran :

Institusi Kerja seperti pabrik, rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan,


jasa boga, rumah makan, hotel dan usaha catering

Institusi Kesehatan seperti rumah bersalin, rumah sakit bersalin dan


puskesmas perawatan

Institusi Pendidikan seperti, TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantern, pusat
latihan olahraga dan pusat kesegaran jasmani
8

Institusi Sosial seperti panti asuhan, panti werdha, kelompok bermain,


tempat penitipan anak dan panti sosial lainnya
Kegiatan Pokok UPGI meliputi :

Pelatihan tenaga pengolah gizi di Pesantren, Puskesmas Perawatan, Rumah


Bersalin dan Sekolah dilakukan setiap tahun sekali

Pengelolaan penyelengaraan makanan di Puskesmas perawatan, rumah


bersalin, pabrik, rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, panti asuhan,
panti werdha, kelompok bermain, tempat penitipan anak dan panti sosial
lainnya dilakukan setiap tahun sekali

Melaksanakana penyuluhan gizi termasuk pembinaan Kantin Usaha


Kesehatan Sekolah secara terpadu dengan kegiatan UKS di sekolah

Melaksanakan bimbingan teknis dalam kegiatan gizi di sekolah

Melaksanakan, memantau dan menilai pelaksanaan kegiatan PMT pada


anak sekolah

d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, meliputi :

Pemantauan Status Gizi (PSG) balita di Posyandu

Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) setiap 3 tahun sekali

Pemantauan Tinggi Badan Anak Baru Sekolah (TBABS)

4. Melaksanakan koordinasi kegiatan gizi


5. Melaksanakan pemantauan dan penilaian
6. Melaksanakan bimbingan teknis dan pembinaan
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
B) Strategi Pelaksanaan Tugas
1. Merencanakan kegiatan gizi pada awal tahun bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan Perencanaan Timgkat Puskesmas pada awal tahun anggaran
2. Melaksanakan kegiatan pelatihan gizi tremasuk Pelatihan dan Refreshing Kader
Posyandu berkoordinasi dengan Tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Puskesmas serat Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Kelurahan

3. Penyuluhan gizi masyarakat, dengan sasaran keluarga dan masyarakat di wilayah


kerja dengan materi penyuluhan sesuai segmen sasaran dan masalah gizi yang
ada dengan menggunakan media baik media cetak, elektronik, tradisional
maupun model makanan
4. Pelayanan dan penyuluhan gizi Posyandu dengan target Pelaksanan gizi
(Nutrisionis) Puskesmas dalam tiga bulan dapat mengunjungi semua Posyandu
di wilayah kerja. Laporan kegiatan penimbangan Balita di Posyandu (F1 Gizi)
tidak harus dikumpulkan pada hari buka Posyandu, tetapi dapat dikumpulkan
pada waktu pertemuan Kader Posyandu bulanan di Puskesmas. Pelaksana gizi
(Nutrisionis) Puskesmas diharap dapat berkoordinasi dan memotivasi Kepala
Puskesmas dan staf Puskesmas lainnya untuk mengadakan pertemuan Kader
Posyandu rutin setiap bulan di Puskesmas
5. Penyuluhan pemanfaatan lahan perkarangan terutama untuk menanggulangi
masalah gizi bagi keluarga miskin yang mempunyai Balita
6. Distribusi Kapsul Yodium dengan sasaran Ibu Hamil, Ibu Meneteki diberikan di
Puskesmas setiap tahun sekali bersamaan kegiatan pelayanan KIA pada Bumil
K1 dan kunjungan Ibu Nifas. Distribusi Kapsul Yodium dengan sasaran Wanita
Usia Subur diberikan di Posyandu bersamaan kegiatan Pemberian Vitamin A
pada bulan Agustus. Distribusi Kapsul Yodium dengansasaran Anak Sekolah
diberikan di Sekolah Dasar bersamaan kegiatan UKS pada awal tahun ajaran
baru
7. Monitoring garam beryodium di rumah tangga dan pasar dilakukan di Sekolah
Dasar bersamaan kegiatan UKS pada awal tahun ajaran baru
8. Pemberian Tablet Besi (Fe) dengan sasaran Ibu Hamil, Ibu Meneteki diberikan
di Puskesmas bersamaan kegiatan pelayanan KIA pada kunjungan Bumil ke
Puskesmas dan kunungan Ibu Nifas. Pemberian Tablet Besi (Fe) dengan sasaran
Calon Pengantin diberikan di Puskesmas bersamaan kegiatan Imunisasi TT
Calon Pengantin, Pemberian Tablet Besi (Fe) dengan sasaran Wanita usia Subur
diberikan di Posyandu dan Sekolah Menengah atas pada waktu kegiatan UKS
9. Pemberian Sirop Besi kepada Balita terutama Balita Gizi Buruk diberikan di
Puskesmas atau Posyandu bersamaan kegiatan PMT pemulihan.
10

10. Pemberian obat cacing pada Anak Sekolah Dasar setiap tahun sekali diberikan
Sekolah Dasar bersamaan kegiatan UKS pada awal tahun ajaran baru
11. Pelacakan balita gizi buruk dan pelacakan bumil KEK dapat dilakukan dengan
bantuan kader posyandu yang sudah diberi pelatihan.
12. Pemberian PMT baik PMT pemulihan maupun penyuluhan dapat dilakukan
dengan bantuan kader posyandu yang sudah diberi pelatihan.
13. Kunjungan rumah dilakukan pada balita gizi buruk yang tidak datang ke
posyandu maupun puskesmas untuk memantau perkembangan status gizi dan
PMT yang telah diberikan dapat dilakukan dengan bantuan kader posyandu yang
sudah diberi pelatihan
14. Pemberian kapsul vitamin A kepada bayi,anak balita diberikan di Posyandu dan
TK dapat dilakukan dengan bantuan kader posyandu yang sudah diberi
pelatihan.Pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas diberikan di Puskesmas
bersamaan kegiatan pelayanan KIA pada kunjungan ibu nifas.
15. Pemantauan status gizi (PSG) balita di posyandu dilaksanakan di posyandu dan
TK, dapat dilakukan dengan bantuan kader posyandu yang sudah di beri
pelatihan.
16. Melaksanakan koorrdinasi kegiatan gizi, melaksanakan pemantauan dan
penilaian serta melaksanakan bimbingan teknis dan pembinaan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan Mini Lokakarya Bulanan Puskesmas.
17. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berupa pembuatan dan pengiriman
laporan bulanan program gizi (FIII Gizi) ke Dinas Kesehatan kota Bandung
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya serta laporan insidentil yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Karangploso maka dapat
diambil suatu kesimpulan yaitu :
a. Kegiatan yang telah dilakukan di Puskesmas Antapani antara lain kegiatan di Balai
Pengobatan, Tata Usaha, Pemberian Obat, KIA-KB, Kegiatan Posyandu, Pemantauan
status gizi balita BGM dan BGT selama di wilayah Puskesmas Antapani dan Evaluasi
Progam Gizi yaitu Penanganan Gizi Buruk, melakukan kunjungan rumah dan
pendataan Keluarga Rawan untuk dilakukan Bina Keluarga Rawan, melakukan
pendampingan dengan petugas puskesmas di posyandu, serta melakukan penyuluhan di
Puskesmas Antapani tentang Gizi Baik Untuk Balita.
b. Pasien yang datang ke Puskesmas Antapani diantaranya menderita penyakit Hipertensi,
Diabetes Melitus, Gout (asam urat), Autis, dan lain sebagainya.
c. Berdasarkan hasil konsultasi gizi terhadap pasien yang dijadikan sampel, pasien
mengeluhkan bahwa anak sulit makan dan tidak nafsu makan. Pasien tersebut
membutuhkan konsultasi tentang bagaimana diet yang tepat untuk pemberian makan
bagi anaknya, penyuluhan tentang makanan yang dianjurkan, dibatasi serta dihindari
untuk mendukung keberhasilan diet dan kesembuhan pasien, penyuluhan tentang
bagaimana mengatur porsi makan sesuai dengan perhitungan kebutuhan untuk
mempertahankan atau meningkatkan status gizi.
12

d. Setelah dilakukan kunjungan (Home visit) telah terjadi perubahan pada keluarga pasien
diantaranya perubahan pengetahuan dan sikap pasien mengenai nutrisi yang baik yang
tepat untuk pasien. Keluargapasien telah memahami dan mulai menerapkan terapi
nutrisi yaitu dengan memperhitungkan manakah makanan yang tidak diperbolehkan
dan yang diperbolehkan serta jadwal makanan yang dapat dilakukan untuk pasien.
Tingkat Konsumsi pasien semakin bertambah secara bertahap dari hari awal konsultasi
sampai saat dilakukan kunjungan rumah dan setelah penyuluhan.
e. Salah satu faktor pencetus terjadinya BGM dan BGT di wilayah kerja Puskesmas
Antapaani adalah faktor ekonomi, tingkat kemiskinan, nafsu makan anak kurang,
pengetahuan keluarga yang rendah serta pola asuh ibu yang kurang.
f. Tingkat pencapaian jangkauan program (K/S) di wilayah Antapani Wetan dan Kulon
pada bulan Januari-Desember 2014 adalah 99.5% dapat dikatakan berhasil karena
hampir mencapai target yaitu (100%). Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) adalah
95% dan lebih mencapai target minimal yaitu 85%. Balita yang mengalami kenaikan
berat badan (N/D) di wilayaah Antapani Wetan dan Kulon pada bulan JanuariDesember 2014 adalah 66.9% sudah memenuhi target minimal pencapaian program
yang ditetapkan yaitu sebesar 60%. Hasil pencapaian program Posyandu (N/S) di
Desa Ampeldento pada bulan Januari-Desember 2012 adalah 54.1% sudah berhasil
memenuhi target minimal pencapaian program berdasarkan target yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 40 %.
g. Dari hasil evaluasi program gizi, tingkat keberhasilan Pemantauan Konsumsi Garam
Beryodium di Puskesmas Antapani adalah 100%, karena rumah tangga dan pasar yang
ada di tiga kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Antapani sudah menggunakan garam
beryodium.
Faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberhasilan program adalah tingkat
pengetahuan penduduk yang masih kurang, kurangnya kerjasama antara petugas dari
puskesmas, kader, warga dan kurangnya kesadaran dari warga.
B. Rekomendasi
Dari semua kegiatan yang telah dilakukan di Puskesmas Antapani ada beberapa saran
yang diberikan untuk Puskesmas Antapani diantaranya yaitu:

13

a. Adakan Nursing Centre di Puskesmas untuk kebutuhan masyarakat agar dapat


semakin maksimal dalam perawatan masyarakat yang sakit.
b. Adakan pojok Konsultasi Remaja bagi remaja yang mudah sakit atau yang mengalami
gangguan mental.
c. Adakan program UKS di Puskesmas agar kesehatan para pelajar di Sekolah-sekolaah
sekitar wilayah kerja Puskesmas terpantau dengan baik.
d. Diharapkan ada tindak lanjut bagi warga yang termasuk dalam Keluarga Rawan, yang
bekerja sama dengan para kader per wilayah.
e. Agar program gizi dapat terlaksana dengan maksimal hendaknya semakin ditingkatkan
kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap arti pentingnya gizi dalam kehidupan.
f. Berikan ruangan khusus untuk Konsultasi gizi di pojok gizi perlu tetap dilaksanakan
karena hal tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan informasi
tentang gizi dan kesehatan.
g. Untuk evaluasi program gizi yaitu Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium, warung
atau toko yang sudah menjual garam beryodium dan mutu garamnya sudah diuji diberi
stiker

oleh

puskesmas

yang

bertuliskan

DI

SINI

MENJUAL

GARAM

BERYODIUM

14

Anda mungkin juga menyukai