Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

Disusun Oleh:
Ahmad Mulyana
Indri Puji Astuti
Nenny Budiarti Rachim
Sylvia Novita Sari
Yunita Sari

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari
yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan
pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari batas
normal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan anemia
2. Tujuan Khusus:
a) Mahasiswa mampu menetahui pengertian anemia
b) Mahasiswa mampu mneyebutkan penyebab anemia
c) Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
anemia
d) Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan Anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
(Arisma, 2014)
Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin
(Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hamper semua
gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan
warna kepucatan pada tubuh, penuruan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.
Penyebab anemia macam-macam diantaranya adalah defisiensi zat besi. (Ani, 2016)
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya.
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
1. Pada umunya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besi nya sedikit dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2. Remaja putri biasanya membatasi asupan makanan.
3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang dikeluargan melalui feses
(Tinja)
4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi kurang
lebih 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria

C. Klasifikasi Anemia
Menurut Prawirohadjo (2009) yaitu:
a) Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebbakan karena masukya unsur besi
dengan makanan karena gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya besi
keluar dari tubuh, misalnya perdarahan.
b) Anemia megaloblastic adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam
folat, seting ditemukan pada Wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran atau
makanan dengan protein hewani yang tinggi.
c) Anemia hemolitik adalag anemia yang disebabkan olehg penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
d) Anemia hipoplastik dan aplastic adalah anemia yang disebabkan karena
sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ;
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis

a) Lemah, letih, lesu dan lelah


b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
d) Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
e) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
f) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
g) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

G. Komplikasi

1.      Infeksi
2.      Gagal pernafasan
3.      Kardiovaskuler
4.      fungsi ginjal
5.      Gangguan fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 2012).

H. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan:

1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dl)

2. Kadar Ht menurun (normal 37%-4%)

3. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)

4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada asupan darah tepi

5. Pada pemeriksaan aspirasi sumsum tulang Terdapat pansitopenia


I. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian


cairan dan transfusi darah.
BAB III
AUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1)Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;


penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2)Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,


menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam,
pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).


Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan


produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan


berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)


8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).


Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi Aktivitas
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dnegan tidak adekuatya
pertahanan sekunder (penurunan Hb leukopenia atau penurunan grnulosit
(respon inflamsi tertekan )
4. Resiko keerusakan integritas kulit
5. Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan
pencernaan, efek samping terapi oral.
6. Perubahan perfusi jaringan

C. Intervensi dan implementasi keperawatan


1. Intoleransi aktivitas
Kriteria hasil : peningkatan toleransi aktivitas ; nadi, pernafasan dan tekanan
darah normal.
 Intervensi :
1. Kaji kemampuan melakukan aktivitas, catat adanya kelelahan dan
kesulitan melakukan aktivitas
2.  Kaji gangguan keseimbangan jalan dan kelemahan otot
3. Pantau tanda vital selama dan sesudah aktivitas
4. Mengatur posisi nyaman
5. Beri bantuan aktivitas/ambulasi bila perlu
6.   Anjurkan menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas
pendek, kelemahan dan pusing.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Kriteria hasil: peningkatan BB/stabil dengan nilai Laboratorium normal ; tidak
ada tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Monitor intake dan output
b. Timbang berat badan setiap hari
c.   Observasi mual/muntah, flatus dan gejala lain
d. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik
e.  Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka
f. Pantau hasil lab : Hb/Hmt, protein, besi, B12, asam folat dan elektrolit
serum
g.  Beri obat sesuai interuksi : vitamin, mineral, besi oral
h.   Beri diet halus, rendah serat, tidak merangsang mual

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dnegan tidak adekuatya


pertahanan sekunder (penurunan Hb leukopenia atau penurunan grnulosit
(respon inflamsi tertekan )
Kriteria hasil :tanda infeksi berkurang
Intevensi:
a. Anjurkan pasin untuk cuci tangan
b. Pertahankan prinsip aseptic
c.  Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
d. Tingkatkan masukan cairan adekuat
e. Monitor tanda vital
4. Resiko kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil: Mengidentifikasi factor-faktor perilaku untuk mencegah cidera
kulit.
Intervensi:
a. Catat adanya perubahan pada turgor, warna, hangat local, eritema
b. Anjurkan  Ubah posisi secara periodic
c. Ajarkan agar kulit tetap kering dan bersih
d.  Bantu latihan rentang gerak pasif
e.  Gunakan alat pelindung ; kasur tekanan udara, bantal sesuai indikasi
5. Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan
pencernaan, efek samping terapi oral
Kriteria hasil: fungsi usus normal
Intervensi:
a. Palpasi abdomen
b. Monitor tanda vital
c. Monitor intake dan output
d. Auskultasi bisisng usus
e. Monitor konsstensi, warna dan frekuansi BAB
f. Kolaborasi dalam pemberian obat anti diare

6. Perubahan perfusi jaringan


Kriteria hasil: menunjukkan perfusi adekuat ; tanda vital stabil, membrane
mukosa berwarna merah muda, capilari refill baik, mental baik.
Intervensi:
a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa
dan kuku
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
c.  Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas
d. Monitor keluhan nyeri dada dan palpitasi
e. Kaji respon verbal melambat, agitasi bingung
f. Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan sesuai indikasi
g.  Awasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Mmt dan jumlah eritrosit
h. Berikan sel darah merah sesuai indikasi
i. Berikan oksigen sesuai indikasi

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia.
Hamper semua gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia
yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penuruan kerja fisik dan
penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia macam-macam diantaranya
adalah defisiensi zat besi. (Ani, 2016)
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

b. Saran
Dari Asuhan Keperawatan yang telah kami buat, kami menyarankan bagi
pembuat Asuhan Keperawatan berikutnya agar lebih teliti dan akurat dalam
pengkajian agar diagnosa yang diangkat sesuai dengan keluhan pasien.
Daftar Pustaka

Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Edisi I, EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. EGC : Jakarta.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Nanda, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai