Oleh :
Aliif Maulana, S. Kep
2312501010075
Pembimbing :
Ns. Nani Safuni, MNG
19820427 200801 2 101
2. Etiologi
Anemia pada lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain genetik,
defisiensi vitamin, defisiensi besi, dan penyakit lain. Penyebab anemia yang paling umum
pada lanjut usia adalah penyakit kronik, termasuk inflamasi kronik, keganasan, dan infeksi
kronik (Octariando, 2019).
Sedangkan Menurut hasil studi NHANES III (National Health and Nutrition Examination
Study), terdapat 3 penyebab utama anemia pada usia lanjut.
a) Inflamasi / penyakit kronik
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang timbul setelah terjadinya proses
infeksi atau inflamasi kronik. Biasanya anemia akan muncul setelah penderita
mengalami penyakit tersebut selama 1-2 bulan. Anemia penyakit kronik dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi seperti infeksi kronik misalnya
infeksi paru, endokarditis bakterial, inflamasi kronik misalnya artritis, reumatoid,
demam reumatik, Iain-lain misalnya penyakit hati alkaholik, gagal jantung
kongestif dan idiopatik.
b) Defisiensi nutrisi / kehilangan darah
Penyebab kedua tersering untuk anemia pada lanjut usia. Penyebabnya anatara lain
perdarahan gastrointestinal yang dipicu oleh gastritis karena pemakaian obat-
obatan anti inflamsi non steroid, kanker kolon, divertikel dan angiodisplasia.
Kehilangan darah kronis akibat kanker traktus urogenital, hemoptisis kronik dan
kelainan perdarahan juga dapat mengakibatkan defisiensi besi. Lanjut usia dapat
kekurangan besi karena pemasukan maupun penyerapan besi yang tidak adekuat.
Terdapat 4 tingkatan beramya kekurangan zat besi:
a. Penurunan cadangan besi (iron depletion)
b. Defisiensi besi tanpa anemia
c. Defisiensi besi dengan anemia dalam tahap awal
d. Defisiensi besi dengan anemia tahap lanjut.
3. Manifestasi klinis
Menurut Astuti & Ertiana (2018), Jumlah sel darah merah yang rendah menurunkan
kemampuan darah untuk mengirim oksigen ke seluruh jaringan dalam tubuh, anemia dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Munculnya tanda dan gejala ini juga dapat
memperburuk gejala dari hampir semua kondisi medis lain yang mendasarinya. Beberapa
gejala yang sering muncul pada anemia antara lain:
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Kelemahan
d. Sesak napas atau dyspnea
e. Pusing
f. Palpitasi.
g. Tampak pucat
Menurut Handayani dan Haribowo (2018), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan
besar yaitu sebagai berikut:
a) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua
jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun. Gejala-gejala tersebut
apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menunm.
Epitel: wama pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.
b) Gejala Khas Masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
Anemia defisiensi besi: disfagia, stomatitis angularis.
Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
tanda dan gejala anemia berdasarkan derajat
4. Patofisiologi
7. Penatalaksanaan
a) Zat besi, Vitamin B12, dan Folat
Pemberian zat besi, vitamin B12 dan Folat untuk anemia karena kekurangan nutrisi.
Suplementasi zat besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum
untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia
pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan untuk
mentoleransi efek samping. Efek samping yang paling umum adalah gangguan
gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti
itu, disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu
meningkatkan penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya akan menjadi
normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7-
10 hari.
b) Cairan dan tranfusi
Pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang disebabkan oleh kehilangan
darah akut. Pada kondisi umum, pertahankan kadar hemoglobin > 7 g/dL,
sedangkan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi > 8 g/dL
c) Transplantasi
Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia aplastik
memerlukan transplantasi sumsum tulang (wijaya & putri, 2016)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan diagnosa
anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, hapusan
darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis
morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan diagnosis lebih lanjut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap darah
dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi
hasil lebih baik.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan sistem
hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif pada
beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung tulang diperlukan untuk diagnosis anemia
aplastic, anemia megaloblastic serta kelainan hematologic.
d. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin,
protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan test
schilling
c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik
tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit dan pemeriksaan fisik.
Dalam melaksanakan askep anemia, riwayat Penyakit dan Pemeriksaan fisik
memberikan data penting tentang jenis anemia yang terlibat, tingkat dan jenis
gejala yang ditimbulkannya, dan dampak gejala tersebut pada kehidupan pasien.
b. Riwayat pengobatan.
Beberapa obat dapat menekan aktivitas sumsum tulang, menginduksi hemolisis,
atau mengganggu metabolisme folat
c. Riwayat konsumsi alkohol.
Riwayat akurat asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus diperoleh.
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Penilaian nutrisi
f. Aktivitas/istirahat
keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
g. Sirkulasi
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
h. Integritas ego
keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
i. Eleminasi
riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
j. Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
k. Neurosensori
sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
l. Nyeri
m. Pernapasan
riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
n. Keamanan
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi
o. Seksualitas
perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
2. Diagnosa keperawatan
a) Keletihan b/d Kondisi Fisiologis Anemia
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, anoreksia
e) Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
f) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Keletihan
Setelah dilakukan Edukasi aktivitas dan istirahat
intervensi keperawatan,
maka tingkat keletihan Observasi
menurun, dengan
kriteria hasil: Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
1. Verbalisasi kepulihan
Terapeutik
energi meningkat
2. Tenaga meningkat Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
3. Kemampuan dan istirahat
melakukan aktivitas Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan
rutin meningkat sesuai kesepakatan
4. Verbalisasi Lelah Berikan kesempatan kepada pasien dan
menurun keluarga untuk bertanya
5. Lesu menurun
Edukasi
Astutik, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam Kehamilan . Jawa Timur: CV. Pustaka Abadi.
Bakta, I Made, dkk. Anemia Defisiensi Besi dalam Sudoyo, Am W, et.al. 2017. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Handayani, W dan Haribowo, A.S 2018. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.
Kiswari, R. (2017). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan
Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Octariando, S. (2019). Karakteristik penderita anemia pada lansia di panti wreda Palembang.
Universitas Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran.
PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik., Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: EGC.
Prasetya, H. R., Sistiyono, & Nuar, M. E. (2018). Gambaran anemia pada lanjut usia di pannti
wreda Yogyakarta. 23.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:Nuha Medika.