Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. A DENGAN DIAGNOSA ANEMIA


DI RUANG TERATAI RS AMELIA PARE

DI SUSUN OLEH :

DWI RORI FAJAROTIN


(NIM : 201801126)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. W


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
DI RUANG TERATAI RS AMELIA PARE

Mengetahui,

Dwi Rori Fajarotin


(202006105)

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik

(Mardiani, S.Kep., Ns) (Melani K.S., S.Kep., Ns., M.Kep)


A. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001).Anemia merupakan
keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani & Andi, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO
pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
• Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
• Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
• Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
• Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Hb < 10 gr/dl
• Hematokrit < 30%
2
• Eritrosit < 2,8 juta/mm

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):
• Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
• Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
• Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
• Berat Hb < 6 gr/dl
B. Klasifikasi
.
Menurut Baughman (2000), klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada
prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak.
Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat
dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat
radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika
pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.Jika pemajanan tetap
berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang
hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.Anemia ini dapat
ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena perdarahan
(misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat
tinggi serat (mencegah absorpsi besi).Alkoholisme kronis juga dapat
menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui
darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat
terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat,
kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium
atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan
pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal
jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam
folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.Anemia ini ditemukan
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada
orang-orang kulit hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom
yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu
buah dari masing-masing orang tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila
dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik
dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

C. Etiologi
Menurut Price& Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit
(hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

D. Tanda Gejala
Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.

Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di
bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
• Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
• Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
• Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
• Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
• Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
• Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
• Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
• Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang
disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang
dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan
sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan
Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon
yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

3. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
• Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen,
seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC),
asupan darah tepi.
• Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit
dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
• Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
• Faal ginjal
• Faal endokrin
• Asam urat
• Faat hati
• Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
• Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
• Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
• Pemeriksaan sitogenetik.
• Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).

G. Komplikasi
1. Daya tahan tubuh kurang
2. Serangan jantung
3. Mudah lelah
4. Gagal Ginjal Akut

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Baughman, 2008):
1. Anemia Aplastik
• Transplantasi sumsum tulang.
• Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
• Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
• Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel
darah merah dan trombosit.
• Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
• Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
• Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
• Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
• Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
• Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
• Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege
tarian ketat).
• Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
• Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.

• Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.


• Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
• Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
4. Anemia sel sabit
• Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
• Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
• Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
• Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
• Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah
sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk
mencegah krisis.
I. Pathway
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien
a. Identitas
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan
b. Keluhan Utama
Lemah, pucat
c. Riwayat penyakit Sekarang
Lemah, BAB hitam, nyeri perut
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien biasanya sering pucat
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga dengan penyakit Anemia
f. Activity Daily Life
Nutrisi : Terganggu karena perut terasa nyeri
Eliminasi : Klien tidak mengalami gangguan eliminasi

2. Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran penuh, suhu normal (S : 36 °C),
pernafasan normal (Normal RR : 20 x/menit), Nadi meningkat (Normal
HR: 106 x/menit), Tekanan Darah menurun (Normal TD : 120/90 mmHg)
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Kepala
Terdapat anemia, pucat pada kulit wajah, ikterik pada sclera, mukosa
bibir kering
- Pemeriksaan Leher
Tidak ada gangguan atau kelainan pada leher
- Thorax / Dada
Tidak ada kesulitan bernafas
- Abdomen
Penurunan intake nutrisi dikarenakan adanya perdarahan (BAB hitam)
- Tulang belakang
Tidak ada kelainan/gangguan pada tulang belakang
- Ekstremitas
Kuku terlihat pucat, CRT > 2detik, akral teraba dingin, kulit kering,
kelemahan pada kaki dan tangan
- Genetalia
Umumnya tidak ada gangguan pada genetalia
- Pemeriksaan Neurologi
Pasien lemah, bergerak secara pasif, kurang mampu melakukan
aktivitas berlebih

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnose SLKI SIKI


1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Management cairan,
efektif intervensi keperawatan Intervensi :
dalam waktu 1 x 24 jam - Monitor status hidrasi
diharapkan perfusi pasien (kekuatan nadi,
jaringan perifer tercukupi akral,pengisian kapiler,
aliran darah, dengan turgor kulit)
kriteria hasil : - Monitor pemeriksaan
- Pengisian kapiler (CRT hasil laboratorium
< 2 detik) (kadar hemoglobin)
- Akral teraba hangat - Berikan terapi intravena
- Kekuatan denyut nadi - Tingkatkan asupan oral
teraba - Berikan produk-produk
- Kulit tidak pucat darah (transfusi darah
- Tekanan darah normal PRC)
(diastolik dan sistolik)
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan askep .... jam Terapi aktivitas :
B.d Klien dapat menunjukkan toleransi · Kaji kemampuan ps melakukan
ketidakseimbangan terhadap aktivitas dgn KH: aktivitas
suplai & kebutuhan · Klien mampu aktivitas minimal · Jelaskan pada ps manfaat aktivitas
O2 · Kemampuan aktivitas meningkat bertahap
secara bertahap · Evaluasi dan motivasi keinginan
· Tidak ada keluhan sesak nafas ps u/ meningktkan aktivitas
dan lelah selama dan setelah aktivits · Tetap sertakan oksigen saat
minimal aktivitas.

Energi manajemen
· Rencanakan aktivitas saat ps
mempunyai energi cukup u/
melakukannya.
· Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.

Manajemen nutrisi
· Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-
sumber energi

Emosional support
· Berikan reinfortcemen positip bila
ps mengalami kemajuan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan … jam klien · Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh b.d menunjukan status nutrisi adekuat · Kaji makanan yang disukai oleh
intake nutrisi dengan KH: klien.
inadekuat, faktor BB stabil, tingkat energi adekuat · Kolaborasi team gizi untuk
psikologis masukan nutrisi adekuat penyediaan nutrisi TKTP
· Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan nutrisi TKTP
dan banyak mengandung vitamin C
· Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
· Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
· Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.

Monitor Nutrisi
· Monitor BB jika memungkinkan
· Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
· Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
· Monitor adanya mual muntah.
· Kolaborasi untuk pemberian
terapi sesuai order
· Monitor adanya gangguan dalam
input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
· Monitor intake nutrisi dan kalori.

· Monitor kadar energi, kelemahan


dan kelelahan.
4 Perfusi jaringan tdk Setelah dilakukan tindakan perawatan sirkulasi : arterial
efektive b.d keperawatan selama … jam perfusi insuficiency
perubahan ikatan O2 jaringan klien adekuat dengan · Lakukan penilaian secara
dengan Hb, criteria : komprehensif fungsi sirkulasi periper.
penurunan - Membran mukosa merah muda (cek nadi priper,oedema, kapiler refil,
konsentrasi Hb dalam - Conjunctiva tidak anemis temperatur ekstremitas).
darah. - Akral hangat · Evaluasi nadi, oedema
- TTV dalam batas normal · Inspeksi kulit dan Palpasi anggota
badan
· Kaji nyeri
· Atur posisi pasien, ekstremitas
bawah lebih rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
· Berikan therapi antikoagulan.
· Rubah posisi pasien jika
memungkinkan
· Monitor status cairan intake dan
output
· Berikan makanan yang adekuat
untuk menjaga viskositas darah
5 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep …. jam Konrol infeksi :
imunitas tubuh tidak terdapat faktor risiko infeksi · Bersihkan lingkungan setelah
menurun, prosedur dg KH: dipakai pasien lain.
invasive · bebas dari gejala infeksi, · Batasi pengunjung bila perlu dan
· angka lekosit normal (4-11.000) anjurkan u/ istirahat yang cukup
· · Anjurkan keluarga untuk cuci
tangan sebelum dan setelah kontak
dengan klien.
· Gunakan sabun anti microba
untuk mencuci tangan.
· Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
· Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
· Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
· Lakukan perawatan luka dan
dresing infus,DC setiap hari jika ada
· Tingkatkan intake nutrisi. Dan
cairan yang adekuat
· berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


· Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
· Monitor hitung granulosit dan
WBC.
· Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
· Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
· Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas.
· Monitor perubahan tingkat energi.
· Dorong klien untuk meningkatkan
mobilitas dan latihan.
· Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
· Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.dan
melaporkan kecurigaan infeksi.
6 Anemia Setelah dilakukan askep ..... jam · Monitor tanda-tanda anemia
perawat dapat meminimalkan · Observasi keadaan umum klien
terjadinya komplikasi anemia : · Anjurkan untuk meningkatkan
Hb >/= 10 gr/dl. asupan nutrisi klien yg bergizi
Konjungtiva tdk anemis · Kolaborasi untuk pemeberian
Kulit tidak pucat hangat terapi initravena dan tranfusi darah
· Kolaborasi kontrol Hb, HMT,
Retic, status Fe
7 Deficite Knolage setelah diberikan penjelasan selama Teaching : Dissease Process
tentang penyakit dan …. X pengetahuan klien dan · Kaji tingkat pengetahuan klien
perawatannya b.d keluarga meningkat dg KH: dan keluarga tentang proses penyakit
Kurang paparan thdp · ps mengerti proses penyakitnya · Jelaskan tentang patofisiologi
sumber informasi, dan Program prwtn serta Th/ yg penyakit, tanda dan gejala serta
terbatasnya kognitif diberikan dg: penyebabnya
· Ps mampu: Menjelaskan kembali · Sediakan informasi tentang
tentang apa yang dijelaskan kondisi klien
· Pasien / keluarga kooperatif · Berikan informasi tentang
perkembangan klien
· Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
· Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
· Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
· Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
· Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
· Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
· Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
8 Sindrom defisit self Setelah dilakukan askep … jam Bantuan perawatan diri
care b/d kelemahan, klien dan keluarga dapat merawat · Monitor kemampuan pasien
penyakitnya diri : activity daily living (adl) terhadap perawatan diri yang mandiri
dengan kritria : · Monitor kebutuhan akan personal
· kebutuhan klien sehari-hari hygiene, berpakaian, toileting dan
terpenuhi (makan, berpakaian, makan, berhias
toileting, berhias, hygiene, oral · Beri bantuan sampai klien
higiene) mempunyai kemapuan untuk merawat
· klien bersih dan tidak bau. diri
· Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
· Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
· Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
· dorong untuk melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
· Berikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis


dan Nanda NOC NIC Jilid 1.Medication 2015. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standart DiagnosisKeperawatan Indonesia
Edisi
1. Jakarta
Baughman, D. C. (2008).Keperawatan medikal bedah: buku saku untuk Brunner
dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Handayani, W., Andi, S. H. (2008).Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-
proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi
terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis
Ilmiah). Malang: Universitas Diponegoro.
YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI AS N
YAYEDIRA
K I
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

KA

A
RY

D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. DATA UMUM

Nama : Tn. A
Ruang : Teratai
No. Register : 100262
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa : Jawa
Alamat : Ngino RT 2 RW 4, Pleman, Kediri
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Tidak terkaji
Status : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SLTA
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 4 November 2020
Tanggal Pengkajian : 4 November 2020
Diagnosa Medis : Anemia

II. DATA DASAR


Keluhan Utama :
Badan terasa lemas

Alasan Masuk Rumah Sakit :


Klien mengatakan sudah beberapa hari ini badan terasa lemas, pusing, ndredeg, dan
mual. Badan terasa lemah dan tidak bertenaga saat melakukan kegiatan. Perut terasa
begah dan mual. Klien mengatakan sejak 2 tahun lalu memiliki riwayat anemia. Klien
juga merasakan semakin lama semakin mudah capek dalam melakukan kegiatan
sehari hari.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Anemia

Upaya yang telah dilakukan:


Klien mengatakan sudah beberapa kali melakukan pengobatan rawat jalan tetapi tidak
ada perubahan.

Terapi yang telah diberikan:


Klien dan keluarga tidak hafal obat oral yang sudah diminum

Riwayat Kesehatan Dahulu :


Klien memiliki riwayat anemia sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit kronis
III. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan


Klien dan keluarga mempercayakan keluhan kesehatannya pada petugas
kesehatan

2. Pola Aktivitas dan Latihan

 Kemampuan Perawatan Diri


Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 : perlu
bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √

3. Pola Istirahat dan Tidur :

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang 2 jam 1 jam
Jumlah Jam Tidur Malam 8 jam 6 jam
Pengantar Tidur - -
Gangguan Tidur Tidak ada Terasa pusing saat
melek
Perasaan Waktu Bangun Merasa segar Biasa saja

4. Pola Nutrisi – Metabolik


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3 kali 3 kali
Jenis Karbohidrat protein Diet TKTP
Porsi 1 porsi habis 2-3 sendok
Total Konsumsi Tidak terkaji ¼ - ½ porsi
Keluhan Tidak ada Perut terasa sebah dan
mual. Tidak terlalu
nasfsu makan

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 5-6 kali sehari 4-6 dalam sehari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Bau khas urin Bau khas urin
Warna Kuning jernih Kecoklatan seperti teh
Perasaan setelah BAK Merasa lega Biasa
Total Produksi Urin 2000 ml/hari 1500 ml/hari

Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Sehari sekali Belum bab selama 1 hari
Konsistensi Lunak -
Bau Bau khas feses -
Warna Kuning kecoklatan -

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Tidak ada gangguan pada kognitif persepsi sensori klien mengerti akan arti sehat
dan sakit
7. Pola Konsep Diri
Pada lingkungan keluarga dalam bersosialisasi klien dapat menerima perubahan
yang terjadi
8. Pola Mekanisme Koping
Klien mampu mengetahui masalah yang ada degan sikap tenang dan tidak
gegabah
9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi
Tidak terkaji
10. Pola Hubungan - Peran
Hubungan dengan keluarga normal tanpa ada masalah
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nilai Khusus - -
Praktik Ibadah Sholat lima waktu Selama sakit klien tidak
melakukan ibadah
Pengetahuan tentang Mengerti tentang kaidah Mengerti tentang kaidah
Praktik Ibadah selama sakit agama agama

IV. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1. Status Kesehatan Umum


Keadaan/ penampilan umum:
Kesadaran : Compos mentis GCS: 456
BB sebelum sakit : 67-68 kg TB: 165 cm
BB saat ini : 67 kg
Perkembangan BB : normal
Status Gizi : normal
Status Hidrasi : normal
Tanda – tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/m
Suhu : 36.2 °C
RR : 18 x/m
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah (4 November 2020)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Leukosit 4340 4300-10300
Hemoglobin 6.9 (Nilai kritis) 13.4-17.7 gr/dl
Hematokrit 16.7 (Nilai kritis) 45-50 %
Trombosit 69000 150.000-400.000 sel/lp

Pemeriksaan darah (5 November 2020)


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Leukosit 5790 4300-10300
Hemoglobin 9.6 (Nilai kritis) 13.4-17.7 gr/dl
Hematokrit 28.9 (Nilai kritis) 45-50 %
Trombosit 63000 150.000-400.000 sel/lp

Terapi
1. Iv line
 Inf. PZ 500 cc/24 jam
 Drip neurosanbe 1 vial/24 jam
 Transfusi PRC 2 kalf/hari
2. Oral
 Hemafort 1x1

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK {dengan per sistem)


1. Tanda-tanda vital
S : 36.2 ºC N : 88 x/mnt TD : 130/80 mmHg
RR : 18 x/mnt

2. Sistem Pernafasan (B1)


a. Bentuk dada √ simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
b. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas
c. Irama napas √ teratur tidak teratur
d. Suara napas √ vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S

3. Sistem Kardiovakuler (B2)


a. Keluhan nyeri dada ya √ tidak
b. Irama jantung √ teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik √ > 3 detik
d. Konjungtiva pucat √ ya √ tidak
e. JVP √ normal meningkat menurun
Lain-lain :

4. Sistem Persarafan (B3)


a. Kesadaran √ composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS : 4 5 6
b. Keluhan pusing √ ya tidak
c. Pupil √ isokor anisokor
d. Nyeri tidak √ ya, skala nyeri : 2 lokasi : kepala
Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya √ tidak
c. Kandung kencing : membesar ya √ tidak
nyeri tekan ya √ tidak
d. Produksi urine :1500 ml/hari warna : seperti teh bau: khas urin
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral : ...................cc/hr
Lain-lain :

6. Sistem Pencernaan (B5)


a. TB : 165 cm BB : 68 kg
b. Mukosa mulut : lembab √ kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel √ tegang nyeri tekan
e. Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya √ tidak
Pembesaran lien ya √ tidak
Ascites ya √ tidak
Mual √ ya tidak
Muntah ya √ tidak
Terpasang NGT ya √ tidak
Bising usus : 8 x/mnt
f. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
√ konstipasi inkontinensia kolostomi
g. Diet √ padat lunak cair
Frekuensi tiga kali jumlah : 2 -3 sendok per porsi

7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)


a. Pergerakan sendi √ bebas terbatas
b. Kelainan ekstremitas ya √ tidak
c. Kelainan tl. belakang ya √ tidak
d. Fraktur ya √ tidak
e. Traksi/spalk/gips ya √ tidak
f. Kompartemen sindrom ya √ tidak
g. Kulit √ pucat sianosis kemerahan hiperpigmentasi
h. Akral hangat panas √dingin kering basah
i. Turgor baik √kurang jelek
j. Luka : jenis :- luas : ............... bersih kotor
Lain-lain :

8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya √ tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya √ tidak
Lain-lain :
ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Faktor risiko anemia Perfusi Perifer
- Klien mengatakan sudah beberapa Tidak Efektif
hari ini badan terasa lemas, pusing, Berkurangnya volume darah,
dan ndredeg.
hemoglobin/eritrosit
- Badan terasa lemah dan tidak
bertenaga saat melakukan kegiatan.
- Perut terasa begah dan mual. Kadar hemoglobin menurun
- Klien mengatakan sejak 2 tahun
lalu memiliki riwayat anemia. Penurunan oksigen ke jaringan
- Klien juga merasakan semakin lama
semakin mudah capek dalam Perubahan fungsi tubuh akibat
melakukan kegiatan sehari hari.
mekanisme kompensasi terhadap
-
anemia
DO :
- N : 88 x/mnt Pucat, akral dingin, CRT meningkat,
- TD : 130/80 mmHg konjungtiva anemis
- RR : 18 x/mnt
- Hemoglobin : 6.9 gr/dl Perfusi perifer tidak efektif
- Hematokrit : 16.7 %
- Trombosit : 69000 sel/l
- CRT > 3 detik
- Konjuntiva anemis
- Bibir pucat
- Kulit pucat
- Akral dingin
- Turgor menurun

2. DS : Faktor risiko anemia Nausea


- Klien mengatakan sudah beberapa
hari ini badan terasa lemas, pusing, Berkurangnya volume darah,
ndredeg, dan mual.
hemoglobin/eritrosit
- Badan terasa lemah dan tidak
bertenaga saat melakukan kegiatan.
- Perut terasa begah dan mual. Kadar hemoglobin menurun
- Klien mengatakan sejak 2 tahun
lalu memiliki riwayat anemia. Penurunan oksigen ke jaringan

DO : Penurunan oksigen pada sistem


- N : 88 x/mnt
pencernaan/gastrointestinal
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 18 x/mnt
- Perut terasa sebah dan mual. Tidak Penurunan kerja sistem
terlalu nasfsu makan gastrointestinal
- Makan ¼ - ½ porsi
- Hemoglobin : 6.9 gr/dl Asam lambung meningkat
- Hematokrit : 16.7 %
- Trombosit : 69000 sel/l
Mual/muntah
- CRT > 3 detik
- Konjuntiva anemis
- Bibir pucat Nausea
- Kulit pucat
- Akral dingin
- Turgor menurun
3. DS : Keletihan
- Klien mengatakan sudah beberapa Faktor risiko anemia
hari ini badan terasa lemas, pusing,
ndredeg, dan mual.
Berkurangnya volume darah,
- Badan terasa lemah dan tidak
bertenaga saat melakukan kegiatan. hemoglobin/eritrosit
- Klien mengatakan sejak 2 tahun
lalu memiliki riwayat anemia. Kadar hemoglobin menurun
- Klien juga merasakan semakin lama
semakin mudah capek dalam Penurunan oksigen ke jaringan
melakukan kegiatan sehari hari.
Hipoksia
DO :
- N : 88 x/mnt
- TD : 130/80 mmHg Terjadinya mekanisme anaerob
- RR : 18 x/mnt
- Hemoglobin : 6.9 gr/dl ATP berkurang
- Hematokrit : 16.7 %
- Trombosit : 69000 sel/l
- CRT > 3 detik Perasaan lemah, letih, lemas, cepat
- Konjuntiva anemis merasa lelah, penurunan aktivitas
- Bibir pucat sehari-hari
- Kulit pucat
- Akral dingin Keletihan
- Turgor menurun

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperwatan TTD


1 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan rori
konsentrasi hemoglobin (anemia) dibuktikan dengan CRT > 3
detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat, dan turgor kulit
menurun

2 Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi dibuktikan rori


dengan mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat
makan, klien tampak pucat

3 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (anemia) rori


dibuktikan dengan merasa kurang tenaga, mengeluh badan terasa
lemas/lelah, aktivitas dibantu orang lain, klien tampak lesu,
kebutuhan istirahat meningkat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No. 1


Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
(anemia)

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka perfusi perifer
meningkat, dengan kriteria hasil :

Perfusi Perifer
- Warna kulit pucat menurun 5
- Kelemahan otot menurun 4
- Pengisian kapiler cukup membaik 5
- Akral cukup membaik 5
- Turgor kulit membaik 5

Intervensi :
Perawatan Sirkulasi
1. Periksa sirkulasi perifer (misal. Nadi perifer, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial index)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan riskulasi
3. Lakukan hidrasi
Manajemen Syok
4. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit CRT)
5. Pasang jalur IV
6. Kolaborasi pemberian infus cairan
7. Kolaborasi pemberian transfusi darah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No. 2


Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka nausea menurun,
dengan kriteria hasil :

Tingkat Nausea
- Napsu makan cukup meningkat 4
- Keluhan mual cukup menurun 5
- Perasaan ingin muntah menurun 5
- Pucat membaik 5
Kontrol Mual/Muntah
- Kemampuan melakukan tindakan untuk mengontrol mual/muntah meningkat 5
- Melaporkan mual dan muntah terkontrol 5

Intervensi :
Manajemen Mual
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi isyarat ketidaknyamanan non verbal
3. Identifikasi faktor penyebab mual
4. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual
5. Monitor mual (misal. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
6. Monitor asupan nutrisi dan kalori
7. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
8. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
9. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
10. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual
11. Kolaborasi pemberian antiemetik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No.3


Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (anemia)

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka tingkat keletihan
membaik, dengan kriteria hasil :

Tingkat Keletihan
- Verbalisasi kepulihan energi meningkat 5
- Kemampuan melakukan aktivitas rutin cukup meningkat 4
- Verbalisasi lelah cukup menurun 4
- Sakit kepala menurun 5
- Pola istirahat membaik 5

Intervensi :
Edukasi Aktivitas/Istirahat
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
Manajemen energi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan ativitas secara bertahap
7. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
8. Kolborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
IMPLEMENTASI

Tgl Dx Jam Implementasi TTD


4 1 13.00 - Memonitor TTV klien rori
November - Memonitor sirkulasi perifer (pengisian kapiler,
2020 warna, suhu, turgor)
- Memasang infus
- Memonitor status cairan
- Kolaborasi pemberian infus NaCl 500 ml/24
jam
- Kolaborasi pemberian tranfusi PRC 2 kalf per
hari s/d Hb ≥ 10 gr/dl
- Cek darah lengkap
- Kolaborasi pemberian medikasi yang sesuai
(hemafort 1x1, neurosanbe drip 1x1)
- Memonitor terapi yang telah diberikan

2 13.00 - Mengidentifikasi isyarat ketidaknyamanan non rori


verbal
- Mengidentifikasi faktor penyebab mual
- Memonitor mual (misal. Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
- Memonitor asupan nutrisi dan kalori
- Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi untuk mengatasi mual (tarik
napas dalam, distraksi)

3 13.00 - Mengajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan rori


istirahat (kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
- Mengajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
- Menganjurkan untuk istirahat/tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

5 1 10.00 - Memonitor TTV klien rori


November - Memonitor sirkulasi perifer (pengisian kapiler,
2020 warna, suhu, turgor)
- Memasang infus
- Memonitor status cairan
- Kolaborasi pemberian infus NaCl 500 ml/24
jam
- Kolaborasi pemberian tranfusi PRC 2 kalf per
hari s/d Hb ≥ 10 gr/dl
- Cek darah lengkap
- Kolaborasi pemberian medikasi yang sesuai
(hemafort 1x1, neurosanbe drip 1x1)
- Memonitor terapi yang telah diberikan

2 10.00 - Mengidentifikasi isyarat ketidaknyamanan non rori


verbal
- Mengidentifikasi faktor penyebab mual
- Memonitor mual (misal. Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
- Memonitor asupan nutrisi dan kalori
- Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi untuk mengatasi mual (tarik
napas dalam, distraksi)

3 10.00 - Mengajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan rori


istirahat (kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
- Mengajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
- Menganjurkan untuk istirahat/tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
EVALUASI

Hari/Tanggal No. Dx Evaluasi TTD


4 November 1 S : Klien mengatakan masih merasa lemas, pusing, dan rori
2020 tidak bertenaga

O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral dingin
Turgor menurun

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan masih terasa mual, tetapi sudah rori
mulai bisa mengontrol mualnya, tidak terlalu napsu
makan

O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Makanan dihabiskan ½ porsi

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
3 S : Klien mengatakan masih merasa lemas, aktivitas rori
dibantu keluarga

O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
Hari/Tanggal No. Dx Evaluasi TTD
5 November 1 S : Klien mengatakan lemas sudah sedikit berkurang rori
2020
O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral hangat
Turgor membaik

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan mual sudah berkurang, namun rori
masih tidak terlalu napsu makan

O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Makanan dihabiskan ½ porsi

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
3 S : Klien mengatakan masih merasa lemas, aktivitas sudah rori
mulai mandiri

O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral hangat
Turgor membaik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai