DI SUSUN OLEH :
Mengetahui,
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Hb < 10 gr/dl
• Hematokrit < 30%
2
• Eritrosit < 2,8 juta/mm
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):
• Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
• Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
• Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
• Berat Hb < 6 gr/dl
B. Klasifikasi
.
Menurut Baughman (2000), klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada
prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak.
Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat
dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat
radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika
pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.Jika pemajanan tetap
berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang
hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.Anemia ini dapat
ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena perdarahan
(misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat
tinggi serat (mencegah absorpsi besi).Alkoholisme kronis juga dapat
menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui
darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat
terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat,
kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium
atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan
pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal
jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam
folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.Anemia ini ditemukan
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada
orang-orang kulit hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom
yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu
buah dari masing-masing orang tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila
dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik
dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.
C. Etiologi
Menurut Price& Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit
(hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.
D. Tanda Gejala
Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di
bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
• Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
• Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
• Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
• Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
• Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
• Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
• Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
• Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang
disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang
dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan
sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan
Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon
yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
• Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen,
seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC),
asupan darah tepi.
• Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit
dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
• Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
• Faal ginjal
• Faal endokrin
• Asam urat
• Faat hati
• Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
• Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
• Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
• Pemeriksaan sitogenetik.
• Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).
G. Komplikasi
1. Daya tahan tubuh kurang
2. Serangan jantung
3. Mudah lelah
4. Gagal Ginjal Akut
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Baughman, 2008):
1. Anemia Aplastik
• Transplantasi sumsum tulang.
• Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
• Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
• Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel
darah merah dan trombosit.
• Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
• Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
• Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
• Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
• Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
• Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
• Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege
tarian ketat).
• Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
• Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
2. Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran penuh, suhu normal (S : 36 °C),
pernafasan normal (Normal RR : 20 x/menit), Nadi meningkat (Normal
HR: 106 x/menit), Tekanan Darah menurun (Normal TD : 120/90 mmHg)
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Kepala
Terdapat anemia, pucat pada kulit wajah, ikterik pada sclera, mukosa
bibir kering
- Pemeriksaan Leher
Tidak ada gangguan atau kelainan pada leher
- Thorax / Dada
Tidak ada kesulitan bernafas
- Abdomen
Penurunan intake nutrisi dikarenakan adanya perdarahan (BAB hitam)
- Tulang belakang
Tidak ada kelainan/gangguan pada tulang belakang
- Ekstremitas
Kuku terlihat pucat, CRT > 2detik, akral teraba dingin, kulit kering,
kelemahan pada kaki dan tangan
- Genetalia
Umumnya tidak ada gangguan pada genetalia
- Pemeriksaan Neurologi
Pasien lemah, bergerak secara pasif, kurang mampu melakukan
aktivitas berlebih
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal
4. Intervensi Keperawatan
Energi manajemen
· Rencanakan aktivitas saat ps
mempunyai energi cukup u/
melakukannya.
· Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.
Manajemen nutrisi
· Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-
sumber energi
Emosional support
· Berikan reinfortcemen positip bila
ps mengalami kemajuan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan … jam klien · Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh b.d menunjukan status nutrisi adekuat · Kaji makanan yang disukai oleh
intake nutrisi dengan KH: klien.
inadekuat, faktor BB stabil, tingkat energi adekuat · Kolaborasi team gizi untuk
psikologis masukan nutrisi adekuat penyediaan nutrisi TKTP
· Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan nutrisi TKTP
dan banyak mengandung vitamin C
· Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
· Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
· Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
Monitor Nutrisi
· Monitor BB jika memungkinkan
· Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
· Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
· Monitor adanya mual muntah.
· Kolaborasi untuk pemberian
terapi sesuai order
· Monitor adanya gangguan dalam
input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
· Monitor intake nutrisi dan kalori.
KA
A
RY
D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. DATA UMUM
Nama : Tn. A
Ruang : Teratai
No. Register : 100262
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa : Jawa
Alamat : Ngino RT 2 RW 4, Pleman, Kediri
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Tidak terkaji
Status : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SLTA
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 4 November 2020
Tanggal Pengkajian : 4 November 2020
Diagnosa Medis : Anemia
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 5-6 kali sehari 4-6 dalam sehari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Bau khas urin Bau khas urin
Warna Kuning jernih Kecoklatan seperti teh
Perasaan setelah BAK Merasa lega Biasa
Total Produksi Urin 2000 ml/hari 1500 ml/hari
Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Sehari sekali Belum bab selama 1 hari
Konsistensi Lunak -
Bau Bau khas feses -
Warna Kuning kecoklatan -
Terapi
1. Iv line
Inf. PZ 500 cc/24 jam
Drip neurosanbe 1 vial/24 jam
Transfusi PRC 2 kalf/hari
2. Oral
Hemafort 1x1
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya √ tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya √ tidak
Lain-lain :
ANALISA DATA
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka perfusi perifer
meningkat, dengan kriteria hasil :
Perfusi Perifer
- Warna kulit pucat menurun 5
- Kelemahan otot menurun 4
- Pengisian kapiler cukup membaik 5
- Akral cukup membaik 5
- Turgor kulit membaik 5
Intervensi :
Perawatan Sirkulasi
1. Periksa sirkulasi perifer (misal. Nadi perifer, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial index)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan riskulasi
3. Lakukan hidrasi
Manajemen Syok
4. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit CRT)
5. Pasang jalur IV
6. Kolaborasi pemberian infus cairan
7. Kolaborasi pemberian transfusi darah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka nausea menurun,
dengan kriteria hasil :
Tingkat Nausea
- Napsu makan cukup meningkat 4
- Keluhan mual cukup menurun 5
- Perasaan ingin muntah menurun 5
- Pucat membaik 5
Kontrol Mual/Muntah
- Kemampuan melakukan tindakan untuk mengontrol mual/muntah meningkat 5
- Melaporkan mual dan muntah terkontrol 5
Intervensi :
Manajemen Mual
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi isyarat ketidaknyamanan non verbal
3. Identifikasi faktor penyebab mual
4. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual
5. Monitor mual (misal. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
6. Monitor asupan nutrisi dan kalori
7. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
8. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
9. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
10. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual
11. Kolaborasi pemberian antiemetik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka tingkat keletihan
membaik, dengan kriteria hasil :
Tingkat Keletihan
- Verbalisasi kepulihan energi meningkat 5
- Kemampuan melakukan aktivitas rutin cukup meningkat 4
- Verbalisasi lelah cukup menurun 4
- Sakit kepala menurun 5
- Pola istirahat membaik 5
Intervensi :
Edukasi Aktivitas/Istirahat
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
Manajemen energi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan ativitas secara bertahap
7. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
8. Kolborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
IMPLEMENTASI
O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral dingin
Turgor menurun
O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Makanan dihabiskan ½ porsi
O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/m
N : 96 x/m
Hemoglobin : 9.6 gr/dl
Hematokrit : 28.9 %
Trombosit : 63000 sel/l
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
P : Lanjutkan intervensi
Hari/Tanggal No. Dx Evaluasi TTD
5 November 1 S : Klien mengatakan lemas sudah sedikit berkurang rori
2020
O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral hangat
Turgor membaik
O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Makanan dihabiskan ½ porsi
O:
TD : 120/70 mmHg
RR : 20x/m
N : 90 x/m
Hemoglobin : 10.9 gr/dl
Hematokrit : 30.6 %
Trombosit : 80000 sel/l
CRT < 3 detik
Konjuntiva anemis
Bibir pucat
Kulit pucat
Akral hangat
Turgor membaik
P : Lanjutkan intervensi