OLEH :
SEPRIDA
NIM 2022207209538
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan
POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas,
fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah
tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang
berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat
selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan
segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
PATHWHY ANEMIA
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi
dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi
atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita
anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada
pasien dengan gangguan absorbsi.
Pada askep anemia, beberapa hal yang penting untuk dikaji antara lain:
Riwayat pengobatan.
Riwayat akurat asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus diperoleh.
Penilaian nutrisi
Dalam askep anemia, Mengkaji status gizi dan kebiasaan penting karena dapat
mengindikasikan defisiensi zat gizi esensial seperti zat besi, vitamin B12, dan
asam folat.
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
Referensi
Turner J, Parsi M, Badireddy M. 2021. Anemia. Treasure Island (FL). StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
Emmanuel C Besa. 2021. Anemia. Med Scape Emedicine.
https://emedicine.medscape.com/article/198475-overview
Marianne Belleza RN. 2021. Anemia Nursing Care Management. Nurses Labs
Siamak N. Nabili. 2021. Anemia. Emedicine Health.
https://www.emedicinehealth.com/anemia/article_em.htm
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan
II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.P
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Tanjung Raya
No. Reg : 12015
Tgl. MPKM : 10 Maret 2023 (12.15)
Diagnosis medis : Anemia
Tgl Pengkajian : 10 maret 2023 (12.30)
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn K
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Tanjung Raya
H. Sistem Reproduksi
Adanya amenore, Menurunnya fungsi seksual, Impotent.
I. Persepsi sensori :
Sistem Penglihatan :Posisi mata simetris, Pupil isokor, Sclera ikterus,
Conjungtiva anemis, cahaya kelopak mata normal, pergerakan bola
matanormal. Kornea jernih, tidak ada strabismus, fungsi penglihatan baik,
tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak memakai kaca mata, tidak
memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya kanan dan kiri positif,
tampak warna hitam pada kelopak mata bawah sekitar mata, mata tampak
sayu, tidak ada hematoma.
Sistem Pendengaran : Daun telinga simetris dan tidak sakit bila
digerakkan, tidak bengkak.Tidak ada serumen dan juga nanah, tidak ada
lesi, tidak ada tinitus, tidak ada perasaan penuh di telinga, fungsi
pendengaran baik, pada pemeriksaan garputala hasil positif kanan dan kiri,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Sistem wicara : Tidak ada kesulitan dan gangguan dalam berbicara, tidak
memakai ETT dan Trakeostomi.
Saat ini : Masalah utama yang dirasakan selama sakit yaitu merasa
capek, badan merasa lemas, kepala pusing, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, perut mual, sering muntah
N. HUBUNGAN PERAN
Sebelum sakit : Pasien dapat berhubungan/berkomunikasi dengan
siapapun, baik keluarga maupun teman.
P. POLA PSIKOSOSIAL
Persepsi klien terhadap sakit yang diderita adalah cobaan dari tuhan
Ekspresi klien terhadap penyakit yang diderita gelisah / cemas
Reaksi saat interaksi sangat kooperatif
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 7,9 dl/l
Leukosit 6300
Segmen 27%
Limfosit 61 %
Monosit 12 %
LED 63/115 mm/jam
Hematocrit 23,6 %
Trombosit 130,80
HBS Ag negative
Anti hiv Non reaktif
1.2. DIAGNOSA
ANALISA DATA
NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO PRIORITAS
TANGGAL
DIAGNOSA DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
No RM : 12015
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
10-3-2023 Intoleransi aktivitas Setelah -KU baik 1. observasi kehilangan/ 1. menunjukkan perubahan
b.d kelemahan diberikan -akral hangat gangguan keseimbangan gaya neurology karena defisiensi
umum asuhan -sclera normal jalan dan kelemahan otot vitamin B12 mempengaruhi
keperawatan -conjungtiva 2. observasi TTV sebelum dan keamanan pasien/ resiko
selama 2x 24 normal sesudah aktivitas cidera
jam - turgor kulit 3. berikan lingkungan tenang 2. manifestasi kardio
diharapkan elastis batasi pengunjung dan kurangi pulmonal dr upaya jantung
klien suara bising, pertahankan tirah dan paru untuk membawa
meningkatkan baring bila di indikasikan jumlah oksigen adekuat ke
ambulan atau 4. anjurkan klien istirahat bila jaringan.
aktivitas terjadi kelelahan dan 3. meningkatkan istirahat
kelemahan,anjurkan pasien untuk menurunkan kebutuhan
melakukan aktivitas oksigen tubuh dan
semampunya menurunkan regangan
5. kolaborasi dengan tim medis jantung dan paru.
dalam pemberian terapi infuse 4. meningkatkan aktivitas
dan memberikan transfuse secara bertahap sampai
darah. normal dan memperbaiki
tonus otot.
5.mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat.
- Meningkatakan
efektivitas program
pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
N EVALUASI/
Dx.KEP TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
O RESPON KLIEN
R/ pasien selalu
mejaga
kebersihan
- Kolaborasi
pada ahli gizi
untuk rencana
diet.
- Kolaborasi ;
pantau hasil
pemeriksaan
laboraturium
- Kolaborasi;
berikan obat
sesuai indikasi
3. hindari
makanan
yang
membentuk
gas
R/ klien jarang
makan
4. dorong
pemasukan
cairan 2500 –
3000 ml/ hari
dalam
toleransi
jantung.
R/klien tidak bisa
BAB
5. konsul
dengan ahli
gizi untuk
memberikan
diet seimbang
dfenag tinggi
serat dan
bulk
CATATAN PERKEMBANGAN
No RM :12015
PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dx.KEP
(S O A P I E R)
Konstipasi / diare
3. berhubungan
dengan penurunan S : klien mengatakan perutnya tidak nyeri
masukan diet, (perut), dapat BAB sedikit demi sedikit.
perubahan proses O: Adanya konstipasi
pencernaan, efek A : Masalah belum teratasi
samping terapi P : Lanjutkan intervensi diagnosa
obat. keperawatan : observasi fases dan
dorong pemasukan cairan
1. 12-03- Intoleransi aktivitas S : klien mengatakan sudah tidak pusing ,
2023 b.d kelemahan badan tidak lemas.
O:
umum -ku cukup
(20.00)
- klien duduk dilantai
-ttv
-t : 120/80 mmHg n: 80x/mnt
S : 36 c rr : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diagnose keperawatan
kedua dihentikan
No RM : 12015
PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dx.KEP
(S O A P I E R)
samping terapi
obat.