Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

OLEH

NAMA : DORCE DORTIA BEAK

NIM : 380 02818

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2019
ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia didefinisikan sebagai kosentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam
darah. (WHO, 2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa
anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati,
Syafiq & Veretamala, 2017).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2009)

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/Dl Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/Dl < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

F. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat
diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
PATHWAY ANEMIA

Perdarahan Terhentinya pembuatan


Kurang bahan baku Penghancuran eritrosit
masif sel darah oleh
pembuatan sel darah yang berlebihan
sumsum tulang

Anemia

Resti Gg nutrisi kurang


anoreksia dari kebutuhan tubuh Kadar HB

Lemas Komparten sel


penghantar oksigen
/zat nutrisi ke sel <
Cepat lelah

Gg perfusi
Intoleransi jaringan
aktifitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis
H. PENATALAKSA NAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
 Kelemahan otot
 Mudah lelah
 Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
 Sakit kepala
 Pusing
 Kunang-kunang
 Peka rangsang
 Proses berpikir lambat
 Penurunan lapang pandang
 Apatis
 Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
 Perfusi perifer buruh
 Kulit lembab dan dingin
 Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
 Peningkatan frekwensi jatung
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
5. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
6. Keletihan b.d anemia
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN INTERVENSI
HASIL
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria :  Monitor adanya daerah tertentu yang
berkurang - Membran mukosa merah hanya peka terhadap
- Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
- Akral hangat  Monitor adanya paretese
- Tanda-tanda vital dalam  Instruksikan keluarga untuk
rentang normal mengobservasi kulit jika ada lesi
atau laserasi
 Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Batasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat  Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, dengan kriteria  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia  Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan
badan sesuai dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi  Beratbadan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tidak cukup untuk dengan tinggi badan intake Fe
keperluan metabolisme  Mampumengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tubuh. kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
 Tidk ada tanda tanda  Berikan substansi gula
Batasan karakteristik : malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan
- Berat badan 20 % atau  Menunjukkan peningkatan mengandung tinggi serat untuk
lebih di bawah ideal fungsi pengecapan dari mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya menelan  Berikan makanan yang terpilih (
intake makanan yang  Tidak terjadi penurunan berat sudah dikonsultasikan dengan ahli
kurang dari RDA badan yang berarti gizi)
(Recomended Daily  Pemasukan yang adekuat  Ajarkan pasien bagaimana membuat
Allowance)  Tanda-tanda malnutri si catatan makanan harian.
- Membran mukosa dan  Membran konjungtiva dan  Monitor jumlah nutrisi dan
konjungtiva pucat mukos tidk pucat kandungan kalori
- Kelemahan otot yang  Nilai Lab.:  Berikan informasi tentang kebutuhan
digunakan untuk Protein total: 6-8 gr% nutrisi
menelan/mengunyah Albumin: 3.5-5,3 gr %  Kaji kemampuan pasien untuk
- Luka, inflamasi pada Globulin 1,8-3,6 gr % mendapatkan nutrisi yang
rongga mulut HB tidak kurang dari 10 gr % dibutuhkan
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah Nutrition Monitoring
mengunyah makanan  BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan atau fakta  Monitor adanya penurunan berat
adanya kekurangan badan
makanan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Dilaporkan adanya yang biasa dilakukan
perubahan sensasi rasa  Monitor interaksi anak atau orangtua
- Perasaan selama makan
ketidakmampuan untuk  Monitor lingkungan selama makan
mengunyah makanan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Miskonsepsi tidak selama jam makan
- Kehilangan BB dengan  Monitor kulit kering dan perubahan
makanan cukup pigmentasi
- Keengganan untuk  Monitor turgor kulit
makan  Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Kram pada abdomen dan mudah patah
- Tonus otot jelek  Monitor mual dan muntah
- Nyeri abdominal dengan  Monitor kadar albumin, total protein,
atau tanpa patologi Hb, dan kadar Ht
- Kurang berminat  Monitor makanan kesukaan
terhadap makanan  Monitor pertumbuhan dan
- Pembuluh darah kapiler perkembangan
mulai rapuh  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Diare dan atau kekeringan jaringan konjungtiva
steatorrhea  Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kehilangan rambut yang  Catat adanya edema, hiperemik,
cukup banyak (rontok) hipertonik papila lidah dan cavitas
- Suara usus hiperaktif oral.
- Kurangnya informasi,  Catat jika lidah berwarna magenta,
misinformasi scarlet

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

3 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan keperawatan selama ……..1. Menentukan penyebab intoleransi
suplai dan kebutuhan klien dapat beraktivitas
aktivitas&menentukan apakah
oksigen dengan kriteria penyebab dari fisik, psikis/motivasi
- Berpartisipasi dalam2.
Observasi adanya pembatasan klien
aktivitas fisik dgn TD, HR, dalam beraktifitas.
RR yang sesuai 3.
Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat
-Menyatakan gejala
klien sehari-hari
memburuknya efek ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan
dari4.
OR&menyatakan onsetnya
klien berpartisipasi dapat
segera perubahan posisi, berpindah &
-Warna kulit
perawatan diri
normal,hangat&kering 5.
Pastikan klien mengubah posisi
Memverbalisa-sikan secara bertahap. Monitor gejala
pentingnya aktivitasseca-ra
intoleransi aktivitas
bertahap 6.
Ketika membantu klien berdiri,
Mengekspresikan pengertian observasi gejala intoleransi spt
pentingnya keseimbangan mual, pucat, pusing, gangguan
latihan&istira kesadaran&tanda vital
Hat 7.
Lakukan latihan ROM jika klien
- Peningkatan toleransi
tidak dapat menoleransi aktivitas
aktivitas 8.
Bantu klien memilih aktifitas yang
mampu untuk dilakukan
4 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
b.d ventilasi-perfusi keperawatan selama ……..  Bersihkan mulut, hidung dan secret
status respirasi : pertukaran trakea
gas membaik dengan kriteria  Pertahankan jalan nafas yang paten
:  Atur peralatan oksigenasi
 Mendemonstrasikan  Monitor aliran oksigen
peningkatan ventilasi dan  Pertahankan posisi pasien
oksigenasi yang adekuat  Onservasi adanya tanda tanda
 Memelihara kebersihan paru hipoventilasi
paru dan bebas dari tanda  Monitor adanya kecemasan pasien
tanda distress pernafasan terhadap oksigenasi
 Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang Vital sign Monitoring
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu  Monitor TD, nadi, suhu, dan
mengeluarkan sputum, RR
mampu bernafas dengan  Catat adanya fluktuasi
mudah, tidak ada pursed lips) tekanan darah
Tanda tanda vital dalam  Monitor VS saat pasien
rentang normal berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

5 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management


nafas b.d keperawatan selama …….…
 Buka jalan nafas, guanakan teknik
status respirasi klien membaik
dengan kriteria chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk  Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi

bersih, tidak ada sianosis dan Identifikasi pasien perlunya
dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, Pasang mayo bila perlu
mampu bernafas dengan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mudah, tidak ada pursed lips) Keluarkan sekret dengan batuk
 Menunjukkan jalan nafas yang atau suction
paten (klien tidak merasa
 Auskultasi suara nafas, catat
tercekik, irama nafas,
adanya suara tambahan
frekuensi pernafasan dalam
 Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak ada
 Berikan bronkodilator bila perlu
suara nafas abnormal)
 Berikan pelembab udara Kassa
Tanda Tanda vital dalam
basah NaCl Lembab
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)  Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.

6 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama ……..  Monitor respon klien terhadap
.keletihan klien teratasi aktivitas takikardi, disritmia,
dengan kriteria : dispneu, pucat, dan jumlah respirasi
- Kemampuan  Monitor dan catat jumlah tidur klien
aktivitas
adekuat  Monitor ketidaknyamanan atauu
- Mempertahankan nutrisi nyeri selama bergerak dan aktivitas
adekuat  Monitor intake nutrisi
- Keseimbangan aktivitas dan Instruksikan klien untuk mencatat
istirahat tanda-tanda dan gejala kelelahan
- Menggunakan teknik energi  Jelakan kepada klien hubungan
konservasi kelelahan dengan proses penyakit
- Mempertahankan interaksi  Catat aktivitas yang dapat
sosial meningkatkan kelelahan
- Mengidentifikasi faktor- Anjurkan klien melakukan yang
faktor fisik dan psikologis meningkatkan relaksasi
yang menyebabkan kelelahan Tingkatkan pembatasan bedrest dan
- Mempertahankan aktivitas
kemampuan untuk
konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2009. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2010. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2009. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2008, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2009. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai