Anda di halaman 1dari 17

NAMA : IFAN TAUFIQULLAH

NIM : 18142011107

ANEEMIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah
nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood
cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia adalah
istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit
dibawah normal.
Anemia bukan merupakan  penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat
dari berbagai proses  patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku
Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).

2. ETIOLOGI
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi
dan persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti
pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell
anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G  –  6PD,
piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas
golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan
sumsum tulang).

3. MANIFESTASI KLINIS
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya, keadaan
penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia
adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.

4. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering
menyerang anak – anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan
bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan. Sesudah itu zat besi
harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat
besi. Hal ini paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini
(sebelum usia 4  –  6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dab minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup
bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang
adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi
sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak
darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada
anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1  –  7 ml dari saluran cerna
setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja puteri
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.
Gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia
dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hemotopoetik
(eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut
eritroblastopenia (anemia hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik
disebut agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang mengenai system
trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik purpura (ATP). Bila
mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.
Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA,
yang paling penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

5. PATHWAYS
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan
MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB),
peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi
(hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat ( AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan GI.

7. PENATALAKSANAAN
a. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan.
Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa
saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap
sejumlah besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro
sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan
memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang
efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara itu
keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus
dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh
ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah dan
kehilangan darah karena intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1692). Anemia defesiensi asam folat, meliputi
pengobatan terhadap penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan
pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg/hari (Mansjoer Arif, Kapita
Selekta Kedokteran ; 553).
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan
prednisone 1 -2 mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse
harus diberikan dengan hati – hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam
menanggulangi kelainan itu, atau penyakit mengalami kekambuhan dalam
periode tapperingoff dari prednisone maka dianjurkan untuk dilakukan
splektomi. Apabila keduanya tidakmmenolong, maka dilakukan terapi dengan
menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis
tinggi intravena (500 mg/kg/BB/hari selama 1  –  4 hari ) mungkin
mempunyai efektifitas tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek
pengobatan ini hanya sebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya.
Dengan demikian pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat
darurat dan bila pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan
kontra indikasi (Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia
hemolitik karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi
yang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk
hiperbillirubenemia pada neonates. Transfuse eritrosit terpapar diperlukan
untuk anemia berat atau kritis aplastik. Jika anemia terus menerus berat atau
jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi harus dikerjakan setelah
umur 5  – 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1713). Sferositosis
herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan
fototerapi atau transfuse tukar, karena sferosit pada SH dihancurkan hampir
seluruhnya oleh limfa, maka splektomi melenyapkan hampir seluruh
hemolisis pada kelainan ini. Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih
banyak, meningkatkan fragilitas osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan
hiperbilirubinemia membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700).
Thalasemia. Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6%) atau
bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk mengeluarkan besi
dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent, yaitu Desferal secara
intramuscular atau intravena. Splenektomi dilakukan pada anak lebih dari 2
tahun sebelum didapatkan tanda hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua
tanda itu telah tampak, maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi.
Sesudah splenektomi biasanya frekuensi transfuse darah menjadi
jarang. Diberikan pula bermacam  –  macam vitamin, tetapi preparat yang
mengandung besi merupakan indikasi kontra (Keperawatan Medikal Bedah
2).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis
berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan individu atau kelompok, baik actual maupun potensial kemudian
merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah
terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau menugaskan orang lain
untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan yang dikerjakan.
1. Pengakajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, Pendidikan,
alamat, no RM, Ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, hubungan keluarga, pekerjaan, alamat
2. Alasan masuk/keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien kepada
perawat/pemeriksa.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demma tinggi.
4) Adanya riwayat penyakit ISPA.
b. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,
diaphoresis, takikardi dan penurunan kesadaran.
c. Riwayat keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga.
2) Riwayat penyakit  –  prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis,
DM, asthma, penyakit – penyakit insfeksi saluran pernafasan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
b. Kesadaran :
Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, somnolen, spoor, coma.

c. Tanda – tanda vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
d. TB dan BB
e. Kulit
Apakah kulit klien teraba dingin, keringat berlebihan, pucat, dan
terdapat perdarahan dibawah kulit
f. Mata
Apakah ada kelainan bentuk, konjungtiva anemis, kondisi sklera,
terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra dan
refleks cahaya
g. Hidung
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung atau gangguan penciuman
h. Telinga
Apakah ada kelainan bentuk telinga, funsi pendengaran baik atau
tidak
i. Mulut
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
kering, bibir pecah-pecah, perdarahan
j. Leher
Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tyroid membesar
k. Thoraks
Pernafasan cepat atau irama nafas tidak teratur, periksa pergerakan
dada
l. Abdomen
Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias
dibawah normal
m. Genetalia
Pada laki-laki apakah testis sudah turun kedalam scrotum
Pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora
n. Ekstremitas
Apakah klien mengalami nyeri ektremitas, tonus otot kurang
5. Data Biologis
Di kaji kegiatan/aktivitas sehari-hari pasien seperti : saat sehat porsi makan
selalu habis minumnya pun 7-8 L/hari atau saat sakit porsi makannya tidak habis
atau ½ porsi, dalam pengkajian eliminasi saat sehat BAB rutin dalam sehari 2-3
kali dan tidak ada kesulitan dan BAK juga rutin dalam sehari 9-10 kali dan tidak
ada kesulitan, dan saat sakit BAB dan BAK pasien mengalami kesulitan seperti
halnya BAB sulit mengedan atau konsistensi cair dan BAK terganggu sehingga
dipasang kateter, istirahat dan tidur tidak ada kesulitan saat sehat dan saat sakit
bisa saja terganggu tidur karena penyakit yang diderita pasien, dan juga personal
hygiene pasien saat sehat bisa melakukan sendiri dan saat sakit dibantu oleh
keluarga dan kerabat pasien.
6. Riwayat Alergi
Di kaji melalui pasien atau keluarga pasien riwayat alergi pasien baik
makanan, minuman, maupun obat-obatannya.
7. Data Psikologis
Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana pasien memberikan jawaban
kepada perawat dan non verbal pasien yaitu bagaimana perawat melihat keadaan
dan tingkat kesadaran pasien, di kaji emosi pasien dalam menghadapi
penyakitnya apakah pasien sudah tenang atau stabil, di kaji persepsi penyakit
bagaimana pasien memandang penyakit yang dia derita, di kaji konsep diri
bagaimana sikap pasien apakah dia optimis atau pesimis dalam menghadapi
penyakit yang dia derita, di kaji bagaimana pasien beradaptasi dengan lingkungan
pasien disekitarnya, dan juga di kaji mekanisme pertahanan diri pasien terhadap
penyakitnya yang di deritanya apakah dengan cara bercerita dengan keluarga atau
kerabatnya atau dengan cara dipendam sendiri oleh pasien.
8. Data Sosial Ekonomi
Di kaji bagaimana pola komunikasi pasien saat sakit, orang yang dapat
memberi rasa nyaman, orang yang paling berharga bagi pasien, dan hubungan
keluarga dengan lingkungan sekitarnya.
9. Data Spiritual
Di kaji data spiritual pasien seperti keyakinan terhadap agama yang dianut,
ketaatan beribadah, dan keyakinan terhadap penyembuhan penyakitnya.
10. Data Penunjang
Biasanya yang diperlukan dalam pengkajian data penunjang yaitu data
laboratorium.
11. Data Pengobatan
Di kaji data pengobatan seperti obat non parenteral, obat parenteral, dan
obat intra vena (jika ada) berapa dosis yang diberikan oleh perawat dan kapan
waktu pemberian obat.
12. Data Fokus
Di dalam data fokus ada data subjektif yaitu data yang dikeluhkan oleh
pasien dan keluarga pasien dan data objektif data yang tampak oleh perawat pada
pasien.

II. KEMUNGKINAN DIAGNOSIS YANG MUNCUL


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan PERENCANAAN
Tujuan Intervensi
1 SDKI SLKI SIKI
Perfusi perifer tidak ekektif ( D.0009 ) Perfusi Perifer ( L.02011 ) Perawatan sirkulasi ( I.02079 )

Gejala dan tanda mayor Setelah dilakukan perawatan


Observasi:
Data subjektif : 1 x 24 jam diharapkan perfusi
- perifer membaik  Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer, edema, pengisian

Data objektif : Kriteria Hasil : kapiler, warna, suhu, ankle branchial index)

Warna kulit pucat 1. Perfusi periper meingkat  Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
perokok, orangtua, hipertensi, kadar kolestrol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas

Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang
cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi

Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
2 SDKI SLKI SIKI
Ansietas ( D.0080 ) Tingkat Ansietas ( L.09093 ) Reduksi Ansietas ( I.09314 )

Setelah dilakukan perawatan Observasi :


1 x 24 jam klien diharapkan  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
ansietas menurun  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Kriteria Hasil :  Monitor tanda-tanda ansietas ( Verbal dan Non verbal )
1. Tingkat ansietas
menurun Terapeutik:
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian

Edukasi
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih tekhnik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat ansietas
V. IMPLEMENTASI

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan


adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian. (Potter & Harry, 2005).

VI. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa
dan planning). Dalam evaluasi ini dapat ditemukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi. Implementasi yang
merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana Tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti
komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di
banyak lingkungan perawatan Kesehatan, implementasi mungkin dimulai
secara langsung setelah pengkajian. (Potter & Harry, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif (2001)  Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media

Aesculapius. FKUI

Price, Sylvia A (1994)  Patofisiologi : konsep klinis proses  –   proses penyakit 

Jakarta, EGC.

Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993)  fundamental of nursing : consept,

process, and practice.

Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI

Smeltzer. 2005.  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung

Waluyo, dkk. Editor Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC

Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika


 Nurarif, Huda Amin. 2013.  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medika
Bedah ( Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia . Yogyakarta :

Bangkit

Arisman.......2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

DepKes RI., 2003.  Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia

Subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta


Saifuddin 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC

Doenges Marlyn, E. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk

 Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawat Pasie n. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai