Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PAENDAHULUAN ANEMIA

RUANG NS 3 RSDH

DI SUSUN OLEH :
EGI PERMANA
18210100138

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
ANEMIA

A. DEFINISI

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat,


baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat,
vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik
penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan
kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.

B. INSIDEN
Pada tahun 2018, terdapat 32% remaja di Indonesia yang
mengalami anemia. Hal ini berarti bahwa terdapat kurang lebih 7.5 juta
remaja Indonesia yang berisiko untuk mengalami hambatan dalam tumbuh
kembang, kemampuan kognitif dan rentan terhadap penyakit infeksi.

C. JENIS JENIS
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar
20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam
tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada
wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), ini pun
tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini
dapat pula disebabkan karena :
1) Diet yang tidak mencukupi
2) Absorpsi yang menurun
3) Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4) pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5) Hemoglobinuri
6) Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai
penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema, dll).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik
karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun
faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan
absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran
cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120
hari), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena
kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun,
infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan
splenomegali.
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel
darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin,
dll.
6. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat,
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
.

D. FAKTOR PENYABAB ATAU RESIKO

erdapat beberapa hal yang menyebabkan anemia, yaitu:


 Tubuh mampu membuat sel darah merah, tapi rusak (kepingan darah berbentuk
abnormal) dan tidak berfungsi benar.
 Tubuh menghancurkan sel darah merah terlalu cepat.
 Anda mengalami perdarahan yang berat sampai kehilangan banyak sel darah
merah.
Pada kebanyakan kasus, penyebab kekurangan sel darah merah yang menandakan
anemia adalah kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein
khusus yang bertugas mengikat oksigen dan nutrisi penting pada sel-sel darah merah
untuk kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberikan
warna merah pada darah.

E. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat
dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat,
dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip di saluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpaA
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25. Sferositosis herediter
26. Elliptositosis herediter
27. Kekurangan G6PD
28. Penyakit sel sabit
29. Penyakit hemoglobin C
30. Penyakit hemoglobin S-C
31. Penyakit hemoglobin E
32. Thalasemia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan
sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
9. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
12. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
13. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
14. TBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : meningkat (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : menurun (DB)
18. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
19. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
22. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
G. PATHWAYS KEPERAWATAN

H. TATALAKSANA
.
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
3. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan.
4. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps,
Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
1. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
2. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %.
Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
3. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
7. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi
8. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
9. Anemia hemolitik
dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
I. MASALAH KEPERAWATAN / DIAGNOSA
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan
Rencana Asuhan Keperawatan

No Hari/ tgl / jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & kriteia hasil Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a.Awasi tanda vital kaji pengisian
berhubungan dengan 2X24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kapiler, warna kulit/membrane
penurunan komponen seluler mukosa, dasar kuku.
yang diperlukan untuk kriteria hasil : b.Tinggikan kepala tempat tidur
pengiriman oksigen/ nutrisi a. Tanda-tanda vital stabil sesuai toleransi..
ke sel. c.Awasi upaya pernapasan ;
b. Membran mukosa berwarna merah muda
auskultasi bunyi napas perhatikan
c. Pengisian kapiler bunyi adventisius..
d. Haluaran urine adekuat d.Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi..
e.Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboraturium

2. Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a.Kaji riwayat nutrisi, termasuk
dari kebutuhan tubuh 2X24 jam diharapkan tidak ada resiko infeksi makan yang disukai.
berhubungan dengan b.Observasi dan catat masukkan
kegagalan untuk mencerna dengan kriteria hasil : makanan pasien..
atau ketidak mampuan a. Berat badan normal c.Timbang berat badan setiap hari.
mencerna makanan/ absorpsi b. Nilai laboratorium dalam batas normal : d.Berikan makan sedikit dengan
nutrisi yang diperlukan 1) Albumin : 4 – 5,8 g/dL frekuensi sering dan atau makan
untuk pembentukan sel 2) Hb : 11 – 16 g/dL diantara waktu makan.
darah merah (SDM) normal. 3) Ht : 31 – 43 % e.Observasi dan catat kejadian
4) Trombosit : 150.000 – 400.000 µL mual/ muntah,
5) Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
3. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Kaji kemampuan
berhubungan dengan 2X24 jam berharap pasien membaik ADL pasien..
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) a. Tanda – tanda vital dalam batas normal b. Kaji kehilangan atau
dan kebutuhan b. klien melakukan aktivitas sesuai dengan gangguan keseimbangan,
kemampuan gaya jalan dan kelemahan
c. klien tidak menunjukkan tanda – tanda otot.
keletihan
c. Observasi tanda-tanda
vital sebelum dan sesudah
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai