W DENGAN ANEMIA
DI RUANGAN EDELWEIS ATAS
RS BHAYANGKARA MANADO
DISUSUN OLEH :
PATRICHIA MEISILYA TULEE
711430120024
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS
C. Klasifikasi
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya & Putri, 2013).
1. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik Memiliki SDM lebih besar dari normal
(MCV>100) tetapi normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan
pada defisiensi B12, asam folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan
agen-agen menggangu sintesis DNA.
a. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin B12 dan asam folic
tidak cukup atau penyerapan yang tidak mencukupi, kekurangan folate secara normal tidak
menghasilkan gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic merupakan penyebab paling
umum anemia macroytic.
b. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang melawan sel parietal dari
perut. Sel parietal menghasilkan faktor intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12
dari makanan. Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor intrinsic dan
tidak dapat menyerap vitamin B12.
2. Anemia Mikrositik Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil, hipokronik
adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang
dari jumlah normal, keadaan ini menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi
besi, kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.
a. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang paling umum dari semua jenis anemia
dan yang paling sering adalah microytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan
ketika penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah suatu zat di dalam
tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan dan kekurangan zat besi
mengakibatkan berkurangnya hemoglobin di dalam sel darah merah.
b. Hemoglobinopathies lebih jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah lazim seperti anemia sel
sabit merupakan kondisi sel-sel darah merah berbentuk bulan sabit, dan thalassemia
merupakan penyakit kelainan darah
3. Anemia Normositik SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah) tetapi 6 mengalami anemia.
Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan yang akut, anemia dari penyakit yang kronis,
anemia yang aplastic (kegagalan sumsum tulang).
D. Manifestasi Klinis
Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung
pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit
yang mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013). Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia
yaitu:
1. Anemia karena pendarahan
Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek
kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul
tergantung cepat dan banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan kompensasi.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi, tekanan darah rendah
atau normal. Kehilangan darah sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun
dan dapat terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat
menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik, leukosit
(15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi.
2. Anemia defisiensi
a. Anemia defisiensi besi (DB) Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin
menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus
berat akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang
halus, terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl, trombositosis
(600.000-1.000.000)
b. Anemia defisiensi asam folat Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan
anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat ditemukan gejala neurologis
seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia
pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya
kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150ng/ml.
3. Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia yang berat dan bisa
mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung
kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien mempunyai
penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik, gambaran klinis pasien tersebut
dapat terlihat. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari
ringan sampai berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis biasanya dapat dilihat pada
apusan darah tepi. Pada kasus hemolysis berat, penekanan pada sumsum tulang dapat
mengakibatkan SDM yang terpecah.
b. Anemia hemotolik kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia hematolik neonatus berat sampai
ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.
Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit.
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim
glutation reductase kadang disertai trombopenia dan leukopenia disertai kelainan neurologis.
Defisiensi piruvatkinase khasnya ada peningkatan kadar 2,3 difosfogliserat. Defesiensi Triose
Phosphate-Isomerase (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian
fragilitas osmotic dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit.
c. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru lahir dan tampak
dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup berat. Sebagian penderita tidak terdapat
gejala sampai dewasa sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang
pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu retikulositosis dan
hiperbirubinemia. Kadar Hb biasanya 6-10g/dL. Angka retikulositosis sering meningkat
sampai 6-20% dengan nilai 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bervariasi dan
terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis.
d. Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak biasanya
disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah
retikulosit dalam darah meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia ß HbF>90% tidak ada Hb
A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi
hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi
memperlihatkan tanda hipokromia yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah
berbeda tidak seragam) dan poikilositosis (sel darah merah berbeda bentuk karena
abnormalitas).
e. Anemia Aplastik
Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada
saat latihan. Hasil laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik
dan normokromik artinya ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal akibat
trombositopenia
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar 1,5 mg / dl mengakibatkan ikterik pada
sklera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja organ – organ penting,
salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan Medis
H. Komplikasi
1. Gagal jantung kongesif
2. Parestesia
3. Konfusi kanker
4. Penyakit ginjal
5. Gondok
6. Penyakit infeksi kuman
7. Meningitis
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL);
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%);
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik).
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Data biografi didapat melalui wawancara meliputi identitas pasien (umur, jenis kelamin) dan
penanggung jawab, pengumpulan data seperti keluhan utama yang dirasakan pasien, pola nutrisi
dan eliminasi serta pola lainnya.
b. Riwayat Kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit keturunan atau tidak,
Riwayat penyakit sekarang adalah riwayat penyakit yang dialami saat ini apakah adanya alergi
obat atau makanan.
c. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau tidak sebelumnya,
penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.
d. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress, kecemasan yang sangat tinggi yang dialami
pasien menangani kegawatan pada saat krisis.
e. Pola fungsi kesehatan, terdapat pola nutrisi seperti makan dan minum dan yang kedua terdapat
pola eliminasi seperti BAK dan BAB
h. Pola kognitif-persepsi sensori, yaitu keadaan mental yang dialami, berbicara, berbahasa, ansietas,
pendengaran, penglihatan normal atau tidak
i. Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri
Pengkajian fisik
d. Pengkajian fisik secara subjektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut
lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara objektif dijumpai
tanda-tanda yang membahayakan, mengangis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda
vital, kelembekan area epigastrium, dan penurunan peristaltic, erythema palmer, mukosa kulit
basah tanda-tanda dehidrasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Intoleransi Aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. 1. Ukur tanda – 1. 1. Data dasar
Berkurangnya Supply tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
Oksigen ke Susunan selama 3x24jam klien2. 2. Kaji penyebab perkembangan pasien
Saraf Pusat ditandai dapat meningkatkan intoleransi 2. 2. Merencanakan
dengan : aktivitas dengan aktivitas klien intervensi secara tepat
Ds : kriteria hasil : 3. 3. Ajarkan klien 3. 3. Menghemat energi
Pasien Keseimbangan teknik 4. 4. Agar tidak
mengatakan kebutuhan penghematan kelelahan
lelah ketika aktivitas dan energi untuk
beraktivitas istirahat beraktivitas
Do : Adanya 4. 4. Tingkatkan
Pasien terlihat peningkatan aktivitas klien
lelah saat setiap toleransi sesuai dengan
kali melakukan aktivitas kemampuan
aktivitas, dan
pola aktivitas
dibantu oleh
keluarga pasien
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. 1. Kaji riwayat 1. 1. Mengidentifikasi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan nutrisi, termasuk defisiensi, menduga
Kebutuhan b/d selama 3x24jam klien makanan yang kemungkinan
Kegagalan atau terpenuhi kebutuhan disukai intervensi
Ketidakmampuan nutrisinya dengan 2. 2. Observasi dan 2. 2. Mengawasi kalor
Mencerna Makanan kriteria hasil : catat masukan atau kualitas
ditandai dengan : Intake nutrisi makanan klien kekurangan konsumsi
Ds : adekuat 3. 3. Observasi dan makanan
Pasien Mual, muntah, catat kejadian 3. 3. Gejala ini dapat
mengatakan anoreksi mual/muntah menunjukkan efek
belum makan, hilang 4. 4. Timbang BB anemia pada organ
merasa lemas Bebas dari setiap hari 4. 4. Mengawasi
dan pusing tanda – tanda 5. 5. Berikan penurunan BB atau
Do : malnutrisi makanan sedikit efektifitas intervensi
Pasien terlihat Tidak terjadi tetapi sering atau nutrisi
gelisah, lemah, penurunan BB makan diantara 5. 5. Makan sedikit tapi
muka pucat waktu makan sering dapat
6. 6. Bantu hygiene menurunkan
mulut yang baik kelemahan dan
dan benar meningkatkan
7. 7. Kolaborasi pemasukan juga
dengan ahli gizi mencegah distensi
gaster
6. 6. Meningkatkan
nafsu makan dari
pemasukkan oral
7. 7. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. J. W
Umur : 85 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Agama : Kristen
Alamat : Bahu lk. 3
Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2021
No. RM : 13 44 XX
Diagnosa Medis : Anemia
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. Y. M
Umur : 47 thn
Pekerjaan : Swasta
Hub. Dengan klien : Keponakan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Lemah badan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah badan. Selama perawatan di rumah
sakit klien mendapatkan transfusi darah. Pada saat pengkajian didapatkan TD : 110/80, N :
77x/mnt, RR : 20x/mnt, SB : 36˚c
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah operasi,
dan tidak pernah menerima transfusi darah
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti ini di dalam keluarga
e. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
3. Genogram
Keterangan :
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
b. Tinggi badan : 150cm
c. Berat badan : 49kg
2. Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Frekuensi Napas : 20x/menit
c. Suhu : 36˚C
d. Nadi : 77x/menit
3. Kepala : Normal
4. Leher : Normal
5. Dada : Normal
6. Sistem Pernapasan : Normal
7. Sistem Kardiovaskuler : Normal
8. Sistem Pencernaan : Normal
9. Sistem Persarafan : Normal
10. Sistem Perkemihan : Normal
11. Sistem Muskoloskeletal : Normal
12. Sistem Integumen : Normal
13. Sistem Penginderaan
a. Mata : Normal
b. Hidung : Normal
c. Telinga : Bersih
14. Sistem Reproduksi dan Genitalia : Menopause
15. Ekstremitas : Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
D. TERAPI
E. ANALISA DATA
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Ds : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan lelah ketika supply dan kebutuhan
beraktivitas oksigen
Do :
Pasien terlihat lelah saat setiap
kali melakukan aktivitas, dan pola
aktivitas dibantu oleh keluarga
pasien
3 Ds : Kegagalan atau Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan belum makan, Ketidakmampuan Nutrisi Kurang Dari
merasa lemas dan pusing Mencerna Makanan Kebutuhan
Do :
Pasien terlihat gelisah, lemah,
muka pucat
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Intoleransi Aktivitas b/d Setelah dilakukan 5. 1. Ukur tanda – 5. 1. Data dasar
Berkurangnya Supply tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
Oksigen ke Susunan selama 3x24jam klien6. 2. Kaji penyebab perkembangan pasien
Saraf Pusat ditandai dapat meningkatkan intoleransi 6. 2. Merencanakan
dengan : aktivitas dengan aktivitas klien intervensi secara tepat
Ds : kriteria hasil : 7. 3. Ajarkan klien 7. 3. Menghemat energi
Pasien Keseimbangan teknik 8. 4. Agar tidak
mengatakan kebutuhan penghematan kelelahan
lelah ketika aktivitas dan energi untuk
beraktivitas istirahat beraktivitas
Do : Adanya 8. 4. Tingkatkan
Pasien terlihat peningkatan aktivitas klien
lelah saat setiap toleransi sesuai dengan
kali melakukan aktivitas kemampuan
aktivitas, dan
pola aktivitas
dibantu oleh
keluarga pasien
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 8. 1. Kaji riwayat 8. 1. Mengidentifikasi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan nutrisi, termasuk defisiensi, menduga
Kebutuhan b/d selama 3x24jam klien makanan yang kemungkinan
Kegagalan atau terpenuhi kebutuhan disukai intervensi
Ketidakmampuan nutrisinya dengan 9. 2. Observasi dan 9. 2. Mengawasi kalor
Mencerna Makanan kriteria hasil : catat masukan atau kualitas
ditandai dengan : Intake nutrisi makanan klien kekurangan konsumsi
Ds : adekuat 10. 3. Observasi dan makanan
Pasien Mual, muntah, catat kejadian 10. 3. Gejala ini dapat
mengatakan anoreksi mual/muntah menunjukkan efek
belum makan, hilang 11. 4. Timbang BB anemia pada organ
merasa lemas Bebas dari setiap hari 11. 4. Mengawasi
dan pusing tanda – tanda 12. 5. Berikan penurunan BB atau
Do : malnutrisi makanan sedikit efektifitas intervensi
Pasien terlihat Tidak terjadi tetapi sering atau nutrisi
gelisah, lemah, penurunan BB makan diantara 12. 5. Makan sedikit tapi
muka pucat waktu makan sering dapat
13. 6. Bantu hygiene menurunkan
mulut yang baik kelemahan dan
dan benar meningkatkan
14. 7. Kolaborasi pemasukan juga
dengan ahli gizi mencegah distensi
gaster
13. 6. Meningkatkan
nafsu makan dari
pemasukkan oral
14. 7. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari / Diagnosa
No Jam Implementasi Keperawatan
Tanggal Keperawatan
1 Senin, 18- Gangguan Perfusi 09.00 Observasi tanda – tanda vital
10-2021 Jaringan b/d TD : 120/80 mmHg
Penurunan R : 22x/menit
Konsentrasi HB N : 80x/menit
dan Darah Sb : 36,5˚C
09.30 Mengatur posisi dengan kepala datar atau
tubuh lebih rendah
Posisi semi fowler
10.50 Menerima darah Gol. O+, Isi 230CC
11.40 Melayani darah
14.00 Selesai transfusi darah beg.II
2 Selasa, 19- Intoleransi 20.05 Mengatur posisi klien untuk memonitoring
10-2021 Aktivitas b/d supply oksigen ke susunan saraf pusat (Posisi
Berkurangnya Supine)
Supply Oksigen ke 20.15 Memonitoring keefektifan supply oksigen
Susunan Saraf
Pusat 20.30 Mengajarkan klien teknik penghematan energy
untuk beraktivitas
05.00 Observasi tanda – tanda vital
TD : 130/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
Sb : 36,4˚C
07.00 Layani injeksi ceftriaxone
3 Rabu, 20-10- Ketidakseimbangan 14.45 Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan
2021 Nutrisi Kurang yang disukai
Dari Kebutuhan b/d 15.00 Menimbang berat badan
Kegagalan atau 15.50 Menerima 1 kantong darah
Ketidakmampuan
Mencerna 16.30 Observasi TTV
Makanan TD : 140/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
Sb : 36,6˚C
16.45 Melayani darah 1 kantong (bag ke 3)
17.40 Selesai transfusi
18.00 Observasi TTV
TD : 140/70 mmHg
R : 22x/menit
N : 67x/menit
Sb : 36,4˚C
18.15 Layani injeksi omeprazole
Injeksi ceftriaxone
H. EVALUASI KEPERAWATAN
A:
Perubahan perfusi jaringan belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler,
warna kulit / membrane mukosa,
dasar kuku
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi
3. Selidiki keluhan nyeri dada
4. Kolaborasi : awasi pemeriksaan lab
2 Selasa, 19-10- Intoleransi Aktivitas b/d S:
2021 Berkurangnya Supply Pasien mengatakan masih lelah jika
Oksigen ke Susunan melakukan aktivitas, pusing setelah
Saraf Pusat melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak kelelahan ketika melakukan
aktivitas, dan pola aktivitas masih dibantu
keluarga
A:
Masalah toleransi aktivitas belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV sebelum dan
sesudah aktivitas
2. Bantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
3 Rabu, 20-10-2021 Ketidakseimbangan S:
Nutrisi Kurang Dari Klien mengatakan nafsu makan berkurang
Kebutuhan b/d dan jika makan selalu muntah
Kegagalan atau
Ketidakmampuan O:
Mencerna Makanan Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis
dan BB menurun
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor mual dan muntah
2. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe