Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J.

W DENGAN ANEMIA
DI RUANGAN EDELWEIS ATAS
RS BHAYANGKARA MANADO

DISUSUN OLEH :
PATRICHIA MEISILYA TULEE
711430120024
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2021
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
A. Definisi
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru – paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh (kamus
bahasa Indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
1. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).
2. Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, kapita selekta, jilid 2 edisi 3, Jakarta
1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah.
B. Etiologi
Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat. Anemia juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip disaluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah

C. Klasifikasi
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya & Putri, 2013).
1. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik Memiliki SDM lebih besar dari normal
(MCV>100) tetapi normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan
pada defisiensi B12, asam folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan
agen-agen menggangu sintesis DNA.
a. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin B12 dan asam folic
tidak cukup atau penyerapan yang tidak mencukupi, kekurangan folate secara normal tidak
menghasilkan gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic merupakan penyebab paling
umum anemia macroytic.
b. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang melawan sel parietal dari
perut. Sel parietal menghasilkan faktor intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12
dari makanan. Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor intrinsic dan
tidak dapat menyerap vitamin B12.
2. Anemia Mikrositik Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil, hipokronik
adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang
dari jumlah normal, keadaan ini menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi
besi, kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.
a. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang paling umum dari semua jenis anemia
dan yang paling sering adalah microytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan
ketika penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah suatu zat di dalam
tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan dan kekurangan zat besi
mengakibatkan berkurangnya hemoglobin di dalam sel darah merah.
b. Hemoglobinopathies lebih jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah lazim seperti anemia sel
sabit merupakan kondisi sel-sel darah merah berbentuk bulan sabit, dan thalassemia
merupakan penyakit kelainan darah
3. Anemia Normositik SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah) tetapi 6 mengalami anemia.
Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan yang akut, anemia dari penyakit yang kronis,
anemia yang aplastic (kegagalan sumsum tulang).
D. Manifestasi Klinis
Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung
pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit
yang mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013). Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia
yaitu:
1. Anemia karena pendarahan
Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek
kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul
tergantung cepat dan banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan kompensasi.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi, tekanan darah rendah
atau normal. Kehilangan darah sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun
dan dapat terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat
menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik, leukosit
(15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi.
2. Anemia defisiensi
a. Anemia defisiensi besi (DB) Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin
menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus
berat akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang
halus, terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl, trombositosis
(600.000-1.000.000)
b. Anemia defisiensi asam folat Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan
anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat ditemukan gejala neurologis
seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia
pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya
kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150ng/ml.
3. Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia yang berat dan bisa
mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung
kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien mempunyai
penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik, gambaran klinis pasien tersebut
dapat terlihat. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari
ringan sampai berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis biasanya dapat dilihat pada
apusan darah tepi. Pada kasus hemolysis berat, penekanan pada sumsum tulang dapat
mengakibatkan SDM yang terpecah.
b. Anemia hemotolik kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia hematolik neonatus berat sampai
ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.
Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit.
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim
glutation reductase kadang disertai trombopenia dan leukopenia disertai kelainan neurologis.
Defisiensi piruvatkinase khasnya ada peningkatan kadar 2,3 difosfogliserat. Defesiensi Triose
Phosphate-Isomerase (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian
fragilitas osmotic dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit.
c. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru lahir dan tampak
dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup berat. Sebagian penderita tidak terdapat
gejala sampai dewasa sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang
pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu retikulositosis dan
hiperbirubinemia. Kadar Hb biasanya 6-10g/dL. Angka retikulositosis sering meningkat
sampai 6-20% dengan nilai 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bervariasi dan
terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis.
d. Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak biasanya
disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah
retikulosit dalam darah meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia ß HbF>90% tidak ada Hb
A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi
hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi
memperlihatkan tanda hipokromia yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah
berbeda tidak seragam) dan poikilositosis (sel darah merah berbeda bentuk karena
abnormalitas).
e. Anemia Aplastik
Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada
saat latihan. Hasil laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik
dan normokromik artinya ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal akibat
trombositopenia
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar 1,5 mg / dl mengakibatkan ikterik pada
sklera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja organ – organ penting,
salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
F. Pathway

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :


1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
3. Transfusi darah.

H. Komplikasi
1. Gagal jantung kongesif
2. Parestesia
3. Konfusi kanker
4. Penyakit ginjal
5. Gondok
6. Penyakit infeksi kuman
7. Meningitis

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL);
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%);
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik).
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Pengkajian

a. Data biografi didapat melalui wawancara meliputi identitas pasien (umur, jenis kelamin) dan
penanggung jawab, pengumpulan data seperti keluhan utama yang dirasakan pasien, pola nutrisi
dan eliminasi serta pola lainnya.

b. Riwayat Kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit keturunan atau tidak,
Riwayat penyakit sekarang adalah riwayat penyakit yang dialami saat ini apakah adanya alergi
obat atau makanan.

c. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau tidak sebelumnya,
penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.

d. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress, kecemasan yang sangat tinggi yang dialami
pasien menangani kegawatan pada saat krisis.

e. Pola fungsi kesehatan, terdapat pola nutrisi seperti makan dan minum dan yang kedua terdapat
pola eliminasi seperti BAK dan BAB

f. Pola kebersihan diri atau personal hygiene

g. Pola pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan

h. Pola kognitif-persepsi sensori, yaitu keadaan mental yang dialami, berbicara, berbahasa, ansietas,
pendengaran, penglihatan normal atau tidak

i. Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri

j. Pola koping dan nilai keyakinan

 Pengkajian fisik

a. Keadaan umum klien

b. Tingkah laku klien

c. Berat badan (mengalami penurunan berat badan) dan tinggi badan

d. Pengkajian fisik secara subjektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut
lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara objektif dijumpai
tanda-tanda yang membahayakan, mengangis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda
vital, kelembekan area epigastrium, dan penurunan peristaltic, erythema palmer, mukosa kulit
basah tanda-tanda dehidrasi

e. Pemeriksaan diagnostic yaitu pemeriksaan darah, radiologi, endoskopi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Hb

b. Intoleransi Aktivitas b/d Berkurangnya Supply Oksigen ke Susunan Saraf Pusat

c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan b/d Kegagalan atau Ketidakmampuan


Mencerna Makanan
3. RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Rasional
o Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Perubahan Perfusi Setelah dilakukan 1. 1. Monitor TTV, 1. 1. Memberikan
Jaringan b/d Penurunan tindakan keperawatan Kaji pengisian informasi tentang
Hb yang ditandai selama 3x24 jam Kapiler, Warna derajat / keadekuatan
dengan : diharapkan Perfusi kulit / membrane perfusi jaringan dan
Ds : jaringan adekuat, mukosa, dasar membantu
 Pasien dengan kriteria hasil : kuku menentukan
mengatakan  TTV stabil 2. 2. Tinggikan kebutuhan intervensi
lemas dan  Membran kepala tempat 2. 2. Meningkatkan
pusing mukosa merah tidur sesuai ekspansi paru dan
Do : muda toleransi memaksimalkan
 KU Lemah  Pengisian 3. 3. Selidiki oksigenisasi
 Kulit pucat kapiler baik keluhan nyeri 3. 3. Iskemia seluler
 Membran  Hb normal dada mempengaruhi
Mukosa Pucat  Tidak pusing jaringan miokardial
dan Kering  Tidak lemah Kolaborasi : 4. 4. Mengidentifikasi
 Ekstremitas 4. 4. Awasi defisiensi dan
dingin pemeriksaan kebutuhan pengobatan
 Pengisian laboratorium. terhadap terapi
Kapiler Lambat Misal : Hb
5.
 Hb 9,0gr%

TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Intoleransi Aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. 1. Ukur tanda – 1. 1. Data dasar
Berkurangnya Supply tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
Oksigen ke Susunan selama 3x24jam klien2. 2. Kaji penyebab perkembangan pasien
Saraf Pusat ditandai dapat meningkatkan intoleransi 2. 2. Merencanakan
dengan : aktivitas dengan aktivitas klien intervensi secara tepat
Ds : kriteria hasil : 3. 3. Ajarkan klien 3. 3. Menghemat energi
 Pasien  Keseimbangan teknik 4. 4. Agar tidak
mengatakan kebutuhan penghematan kelelahan
lelah ketika aktivitas dan energi untuk
beraktivitas istirahat beraktivitas
Do :  Adanya 4. 4. Tingkatkan
 Pasien terlihat peningkatan aktivitas klien
lelah saat setiap toleransi sesuai dengan
kali melakukan aktivitas kemampuan
aktivitas, dan
pola aktivitas
dibantu oleh
keluarga pasien
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. 1. Kaji riwayat 1. 1. Mengidentifikasi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan nutrisi, termasuk defisiensi, menduga
Kebutuhan b/d selama 3x24jam klien makanan yang kemungkinan
Kegagalan atau terpenuhi kebutuhan disukai intervensi
Ketidakmampuan nutrisinya dengan 2. 2. Observasi dan 2. 2. Mengawasi kalor
Mencerna Makanan kriteria hasil : catat masukan atau kualitas
ditandai dengan :  Intake nutrisi makanan klien kekurangan konsumsi
Ds : adekuat 3. 3. Observasi dan makanan
 Pasien  Mual, muntah, catat kejadian 3. 3. Gejala ini dapat
mengatakan anoreksi mual/muntah menunjukkan efek
belum makan, hilang 4. 4. Timbang BB anemia pada organ
merasa lemas  Bebas dari setiap hari 4. 4. Mengawasi
dan pusing tanda – tanda 5. 5. Berikan penurunan BB atau
Do : malnutrisi makanan sedikit efektifitas intervensi
 Pasien terlihat  Tidak terjadi tetapi sering atau nutrisi
gelisah, lemah, penurunan BB makan diantara 5. 5. Makan sedikit tapi
muka pucat waktu makan sering dapat
6. 6. Bantu hygiene menurunkan
mulut yang baik kelemahan dan
dan benar meningkatkan
7. 7. Kolaborasi pemasukan juga
dengan ahli gizi mencegah distensi
gaster
6. 6. Meningkatkan
nafsu makan dari
pemasukkan oral
7. 7. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. J. W
Umur : 85 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Agama : Kristen
Alamat : Bahu lk. 3
Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2021
No. RM : 13 44 XX
Diagnosa Medis : Anemia
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. Y. M
Umur : 47 thn
Pekerjaan : Swasta
Hub. Dengan klien : Keponakan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Lemah badan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah badan. Selama perawatan di rumah
sakit klien mendapatkan transfusi darah. Pada saat pengkajian didapatkan TD : 110/80, N :
77x/mnt, RR : 20x/mnt, SB : 36˚c
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah operasi,
dan tidak pernah menerima transfusi darah
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti ini di dalam keluarga
e. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
3. Genogram
Keterangan :

: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan Meninggal

: Pasien : Tinggal serumah

4. Pola fungsi kesehatan


a. Pola Nutrisi dan Metabolik
 Pola Makan

Di Rumah Di Rumah Sakit


Frekuens 3x/hari Frekuens 3x/hari
i i
Jenis Nasi, ikan, sayur Jenis Bubur, ikan, sayur, buah
Jumlah ±2000 kalori Jumlah ±1800 kalori
 Pola Minum

Di Rumah Di Rumah Sakit


Frekuens 6-8gelas/hari Frekuens 5gelas/hari
i i
Jenis Air putih Jenis Air putih
Jumlah ± 1200cc/hari Jumlah ±1100cc/hari
b. Pola Eliminasi
 Buang Air Besar

Di Rumah Di Rumah Sakit


Frekuens 4-5x/minggu Frekuens 3x/minggu
i i
Jenis Normal, mudah dikeluarkan Jenis Normal, mudah dikeluarkan
Jumlah ± 2,8 kg Jumlah ± 1,2 kg
 Buang Air Kecil

Di Rumah Di Rumah Sakit


Frekuens 4-8x/hari Frekuens 5-6x/hari
i i
Jenis Berwarna kuning muda Jenis Berwarna kuning muda
Jumlah ± 1,8 liter Jumlah ± 1 liter
5. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kemampuan perawatan diri

Aktivitas SMRS MRS


Mandi 2 2
Berpakaian/berdandan 0 2
Eliminasi/toileting 2 2
Mobilitas di tempat tidur 0 0
Berpindah 2 2
Berjalan 2 2
Naik tangga 2 2
Berbelanja 4 4
Memasak 4 4
Pemeliharaan rumah 4 4
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Dibantu total
Alat bantu : ( ) Tidak, ( ) Kruk, (√) Tongkat, (√) Kursi Roda
b. Kebersihan Diri

Di Rumah Di Rumah Sakit


Mandi 2x/hari Mandi 1x/hari
Gosok gigi 2x/hari Gosok gigi 1x/hari
Keramas 3x/minggu Keramas Tidak pernah
c. Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan pada saat sebelum masuk rumah sakit aktivitas setiap harinya adalah
bangun pagi lalu mandi kemudian berjemur. Lalu klien sarapan dan setelah itu klien
bersantai di depan rumah terkadang juga di ruang tv. Klien sudah tidak melakukan
aktivitas berat karena klien sudah berusia lanjut.
6. Pola Istirahat dan Tidur

Di Rumah Di Rumah Sakit


Waktu Tidur Siang : 14.00 Waktu Tidur Siang : 11.00 & 15.00
Malam : 20.00 Malam : 21.30
Jumlah Jam Tidur ±12 Jam Jumlah Jam Tidur ±10 Jam
7. Pola Kognitif dan Perseptual
Berbicara : (√)Normal, ( )Gagal, ( )Bicara Tak Jelas
Bahasa sehari-hari : (√)Indonesia, ( )Jawa, ( )Lainnya
Kemampuan membaca : (√)Bisa, ( )Tidak
Tingkat ansietas : (√) Ringan, ( )Sedang, ( )Berat, ( )Panik
Kemampuan interaksi : (√)Sesuai, ( )Tidak
Vertigo : (√)Tidak, ( )Ya
Nyeri : ( )Tidak, (√)Ya
8. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
a. Body Image / Gambaran diri
Klien merupakan seorang lansia berjenis kelamin perempuan. Klien mengatakan senang
dan merasa bersyukur terhadap identitas dirinya.
b. Role / Peran
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga tapi seiring dengan bertambahnya usia klien
saat sekarang sudah 85 tahun, klien lebih banyak istirahat dan melakukan aktivitas yang
ringan semampu klien.
c. Identity / Identitas diri
Klien mengatakan dia masih bisa melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga
tapi klien sadar bahwa dirinya sudah beusia lanjut dan tidak mampu lagi beraktivitas berat
dengan jangka waktu yang lama.
d. Self esteem / Harga diri
Klien merasa bahwa dia berharga dimata anggota keluarga yang lain sehingga klien ingin
cepat sembuh dan berkumpul lagi bersama keluarga
e. Self ideal / Ideal diri
Klien tidak bisa lagi beraktivitas normal seperti dulu
9. Pola Peran dan Hubungan
Pekerjaan :
Klien merupakan ibu rumah tangga
Kualitas bekerja :
Klien sudah tidak dapat bekerja seperti dulu karena faktor usia dan kesehatan
10. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Saat ini klien sudah memasuki masa menopause
11. Pola Koping / Toleransi Stress
Klien lebih sering berpikir positif dan berusaha selalu menjalin hubungan baik dengan orang
sekitar. Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis tentang
kondisi penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda klien menyerahkan
kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim medis.
12. Pola Nilai / Kepercayaan
Agama :
Klien beragama Kristen Protestan
Pelaksanaan Ibadah :
Sebelum masa pandemi covid-19 klien sering beribadah di gereja tapi setelah adanya pandemi
klien lebih sering beribadah dirumah bersama keluarga terdekat yang tinggal serumah karena
mengingat klien sudah lanjut usia.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
b. Tinggi badan : 150cm
c. Berat badan : 49kg
2. Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Frekuensi Napas : 20x/menit
c. Suhu : 36˚C
d. Nadi : 77x/menit
3. Kepala : Normal
4. Leher : Normal
5. Dada : Normal
6. Sistem Pernapasan : Normal
7. Sistem Kardiovaskuler : Normal
8. Sistem Pencernaan : Normal
9. Sistem Persarafan : Normal
10. Sistem Perkemihan : Normal
11. Sistem Muskoloskeletal : Normal
12. Sistem Integumen : Normal
13. Sistem Penginderaan
a. Mata : Normal
b. Hidung : Normal
c. Telinga : Bersih
14. Sistem Reproduksi dan Genitalia : Menopause
15. Ekstremitas : Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Kimia klinik
Karbohidrat
Glucose Sewaktu 131 110 – 160 mg/dL
Elektrolit
Kalium 3,3 3,5 – 5,5 mg/dL
Natrium 136 135 – 145 mg/dL
Chlorida 111 98 – 108 mg/dL
Hematologi
Rutin
Leukosit 14.0 4000 – 10.000 ribu / UL
Eritrosit 1,42 4,7 – 6,3 juta / UL
Hemoglobin 2,9 12 – 16 g / dL
Hematokrit 9,6 37 – 47 %
MCV 67,3 80 – 100 fl
MCH 20,4 27 – 35 pg
MCHC 30,3 30 – 40 g / Dl
Trombosit 623 150.000 – 400.000 ribu / UL
2. Foto Thorax
Cor : Bentuk dan ukuran normal
Pulmo : Corakan Broncho Vascular Normal Infiltrat (-) Nodul (-)
Sinus Costophrenicus : Kanan dan Kiri tajam
Diafragma : Kanan dan Kiri normal
Tulang dan jaringan lunak dinding thorax : Normal
Trachea Normal
AN : -X – Foto Thorax dalam Batas Normal

D. TERAPI

Nama Obat Dosis Frekuensi Rute


Injeksi Omeprazole 20mg 2x1 IV
Injeksi Ceftriaxon 1gr 2x1 IV
Injeksi Ranitidin 50mg 2x1 IV
IVFD Ns 0,9% 20tpm IV

E. ANALISA DATA

No Analisa Data Etiologi Masalah


1 Ds : Penurunan konsentrasi Perubahan perfusi
 Pasien mengatakan lemas dan HB dan darah jaringan
pusing
Do :
 KU Lemah
 Kulit pucat
 Membran Mukosa Pucat dan
Kering
 Ekstremitas dingin
 Pengisian Kapiler Lambat
 Hb 9,0gr%

TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Ds : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
 Pasien mengatakan lelah ketika supply dan kebutuhan
beraktivitas oksigen
Do :
 Pasien terlihat lelah saat setiap
kali melakukan aktivitas, dan pola
aktivitas dibantu oleh keluarga
pasien
3 Ds : Kegagalan atau Ketidakseimbangan
 Pasien mengatakan belum makan, Ketidakmampuan Nutrisi Kurang Dari
merasa lemas dan pusing Mencerna Makanan Kebutuhan
Do :
 Pasien terlihat gelisah, lemah,
muka pucat

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Rasional
o Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Perubahan Perfusi Setelah dilakukan 6. 1. Monitor TTV, 5. 1. Memberikan
Jaringan b/d Penurunan tindakan keperawatan Kaji pengisian informasi tentang
Hb yang ditandai selama 3x24 jam Kapiler, Warna derajat / keadekuatan
dengan : diharapkan Perfusi kulit / membrane perfusi jaringan dan
Ds : jaringan adekuat, mukosa, dasar membantu
 Pasien dengan kriteria hasil : kuku menentukan
mengatakan  TTV stabil 7. 2. Tinggikan kebutuhan intervensi
lemas dan  Membran kepala tempat 6. 2. Meningkatkan
pusing mukosa merah tidur sesuai ekspansi paru dan
Do : muda toleransi memaksimalkan
 KU Lemah  Pengisian 8. 3. Selidiki oksigenisasi
 Kulit pucat kapiler baik keluhan nyeri 7. 3. Iskemia seluler
 Membran  Hb normal dada mempengaruhi
Mukosa Pucat  Tidak pusing jaringan miokardial
dan Kering  Tidak lemah Kolaborasi : 8. 4. Mengidentifikasi
 Ekstremitas 9. 4. Awasi defisiensi dan
dingin pemeriksaan kebutuhan pengobatan
 Pengisian laboratorium. terhadap terapi
Kapiler Lambat Misal : Hb
10.
 Hb 9,0gr%

TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C
2 Intoleransi Aktivitas b/d Setelah dilakukan 5. 1. Ukur tanda – 5. 1. Data dasar
Berkurangnya Supply tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
Oksigen ke Susunan selama 3x24jam klien6. 2. Kaji penyebab perkembangan pasien
Saraf Pusat ditandai dapat meningkatkan intoleransi 6. 2. Merencanakan
dengan : aktivitas dengan aktivitas klien intervensi secara tepat
Ds : kriteria hasil : 7. 3. Ajarkan klien 7. 3. Menghemat energi
 Pasien  Keseimbangan teknik 8. 4. Agar tidak
mengatakan kebutuhan penghematan kelelahan
lelah ketika aktivitas dan energi untuk
beraktivitas istirahat beraktivitas
Do :  Adanya 8. 4. Tingkatkan
 Pasien terlihat peningkatan aktivitas klien
lelah saat setiap toleransi sesuai dengan
kali melakukan aktivitas kemampuan
aktivitas, dan
pola aktivitas
dibantu oleh
keluarga pasien
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 8. 1. Kaji riwayat 8. 1. Mengidentifikasi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan nutrisi, termasuk defisiensi, menduga
Kebutuhan b/d selama 3x24jam klien makanan yang kemungkinan
Kegagalan atau terpenuhi kebutuhan disukai intervensi
Ketidakmampuan nutrisinya dengan 9. 2. Observasi dan 9. 2. Mengawasi kalor
Mencerna Makanan kriteria hasil : catat masukan atau kualitas
ditandai dengan :  Intake nutrisi makanan klien kekurangan konsumsi
Ds : adekuat 10. 3. Observasi dan makanan
 Pasien  Mual, muntah, catat kejadian 10. 3. Gejala ini dapat
mengatakan anoreksi mual/muntah menunjukkan efek
belum makan, hilang 11. 4. Timbang BB anemia pada organ
merasa lemas  Bebas dari setiap hari 11. 4. Mengawasi
dan pusing tanda – tanda 12. 5. Berikan penurunan BB atau
Do : malnutrisi makanan sedikit efektifitas intervensi
 Pasien terlihat  Tidak terjadi tetapi sering atau nutrisi
gelisah, lemah, penurunan BB makan diantara 12. 5. Makan sedikit tapi
muka pucat waktu makan sering dapat
13. 6. Bantu hygiene menurunkan
mulut yang baik kelemahan dan
dan benar meningkatkan
14. 7. Kolaborasi pemasukan juga
dengan ahli gizi mencegah distensi
gaster
13. 6. Meningkatkan
nafsu makan dari
pemasukkan oral
14. 7. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari / Diagnosa
No Jam Implementasi Keperawatan
Tanggal Keperawatan
1 Senin, 18- Gangguan Perfusi 09.00 Observasi tanda – tanda vital
10-2021 Jaringan b/d TD : 120/80 mmHg
Penurunan R : 22x/menit
Konsentrasi HB N : 80x/menit
dan Darah Sb : 36,5˚C
09.30 Mengatur posisi dengan kepala datar atau
tubuh lebih rendah
Posisi semi fowler
10.50 Menerima darah Gol. O+, Isi 230CC
11.40 Melayani darah
14.00 Selesai transfusi darah beg.II
2 Selasa, 19- Intoleransi 20.05 Mengatur posisi klien untuk memonitoring
10-2021 Aktivitas b/d supply oksigen ke susunan saraf pusat (Posisi
Berkurangnya Supine)
Supply Oksigen ke 20.15 Memonitoring keefektifan supply oksigen
Susunan Saraf
Pusat 20.30 Mengajarkan klien teknik penghematan energy
untuk beraktivitas
05.00 Observasi tanda – tanda vital
TD : 130/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
Sb : 36,4˚C
07.00 Layani injeksi ceftriaxone
3 Rabu, 20-10- Ketidakseimbangan 14.45 Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan
2021 Nutrisi Kurang yang disukai
Dari Kebutuhan b/d 15.00 Menimbang berat badan
Kegagalan atau 15.50 Menerima 1 kantong darah
Ketidakmampuan
Mencerna 16.30 Observasi TTV
Makanan TD : 140/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 80x/menit
Sb : 36,6˚C
16.45 Melayani darah 1 kantong (bag ke 3)
17.40 Selesai transfusi
18.00 Observasi TTV
TD : 140/70 mmHg
R : 22x/menit
N : 67x/menit
Sb : 36,4˚C
18.15 Layani injeksi omeprazole
Injeksi ceftriaxone

H. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Senin, 19-10- Perubahan Perfusi S:
2021 Jaringan b/d Penurunan Klien mengatakan badan lemas, pusing, dan
Hb nyeri dada
O:
 KU Lemah
 Kulit pucat
 Membrane mukosa pucat
 Pengisian kapiler lambat
 Dasar kuku pucat
 Skala nyeri 4
 TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 77x/menit
SB : 36˚C

A:
Perubahan perfusi jaringan belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler,
warna kulit / membrane mukosa,
dasar kuku
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi
3. Selidiki keluhan nyeri dada
4. Kolaborasi : awasi pemeriksaan lab
2 Selasa, 19-10- Intoleransi Aktivitas b/d S:
2021 Berkurangnya Supply Pasien mengatakan masih lelah jika
Oksigen ke Susunan melakukan aktivitas, pusing setelah
Saraf Pusat melakukan aktivitas

O:
Pasien tampak kelelahan ketika melakukan
aktivitas, dan pola aktivitas masih dibantu
keluarga

A:
Masalah toleransi aktivitas belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV sebelum dan
sesudah aktivitas
2. Bantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
3 Rabu, 20-10-2021 Ketidakseimbangan S:
Nutrisi Kurang Dari Klien mengatakan nafsu makan berkurang
Kebutuhan b/d dan jika makan selalu muntah
Kegagalan atau
Ketidakmampuan O:
Mencerna Makanan Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis
dan BB menurun

A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor mual dan muntah
2. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe

Anda mungkin juga menyukai