OLEH:
ROSSY SEPTIANA SUDIHARTI
159 STYC 19
F. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit diperlukan untuk mendiagnosis
anemia dan penyebabnya. Beberapa hal penting dalam pengkajian riwayat mencakup
pertanyaan tentang riwayat keluarga, riwayat pribadi anemia atau kondisi kronis
lainnya, obat-obatan, warna tinja dan urin, masalah perdarahan, dan pekerjaan dan
kebiasaan sosial seperti asupan alkohol. Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap
tanda-tanda kelelahan, pucat, kulit dan mata kuning, dasar kuku pucat, limpa yang
membesar (splenomegali) atau hati (hepatomegali), bunyi jantung , dan kelenjar getah
bening. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia umumnya meliputi:
1. Hitung darah lengkap (CBC).
2. Menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia apakah anemia mikrositik atau
sel
darah merah berukuran kecil, anemia normositik atau sel darah merah berukuran
normal, atau anemia makrositik atau sel darah merah berukuran besar dan
biasanya
merupakan tes pertama yang bisa dilakukan.
3. Informasi tentang sel darah lainnya seperti sel darah putih dan trombosit juga
disertakan dalam laporan CBC. Pengukuran jumlah hemoglobin, yang merupakan
cerminan akurat dari jumlah sel darah merah (RBC) dalam darah. Hasil hitung
Hemoglobin dan Hematokrit biasanya menjadi indikator penegakan diagnosa
anemia.
4. Tes Hemoglobin Tinja Untuk mendeteksi perdarahan dari lambung atau usus (tes
Guaiac tinja atau tes darah samar tinja).
5. Apusan Darah Tepi
6. Tingkat Zat Besi dapat menginformasikan apakah anemia mungkin terkait dengan
kekurangan zat besi atau tidak.
7. Tingkat transferin untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi dalam
tubuh.
8. Feritin untul mengevaluasi total besi yang tersedia dalam tubuh.
9. Kadar Folat: Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah, yang
rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.
10. Vitamin B12 : Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah dan
rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau pada anemia
pernisiosa.
11. Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang dihancurkan
di
dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia hemolitik.
12. Tingkat timbal sebelumnya merupakan salah satu penyebab anemia yang lebih
umum pada anak-anak.
13. Elektroforesis hemoglobin: Kadang-kadang digunakan ketika seseorang memiliki
riwayat keluarga anemia, tes ini memberikan informasi tentang anemia sel sabit
atau talasemia.
14. Hitung retikulosit: Ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh sumsum
tulang.
15. Tes fungsi hati.
16. Tes fungsi untuk mengecek adanya gangguan atau disfungsi. Gagal ginjal dapat
menyebabkan defisiensi eritropoietin (Epo), yang menyebabkan anemia.
17. Biopsi sumsum tulang untuk mengevaluasi produksi sel darah merah dan dapat
dilakukan jika dicurigai ada masalah sumsum tulang.
G. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan anemia tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Berikut ini penatalaksanaan anemia, antara lain:
1. Cairan dan tranfusi.
Pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang disebabkan oleh kehilangan
darah akut. Pada kondisi umum, pertahankan kadar hemoglobin > 7 g/dL,
sedangkan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi > 8 g/dL.
2. Zat besi, Vitamin B12, dan Folat.
Pemberian zat besi, vitamin B12 dan Folat untuk anemia karena kekurangan
nutrisi.
Suplementasi zat besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum
untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia
pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan untuk
mentoleransi efek samping. Efek samping yang paling umum adalah gangguan
gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti
itu, disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu
meningkatkan penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya akan menjadi
normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7-
10 hari. Pemberian zat besi melalui jalur IV mungkin bermanfaat pada pasien
yang
membutuhkan peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan kehilangan darah
akut
dan berkelanjutan atau pasien dengan efek samping pemberian oral yang tidak
dapat
ditoleransi.
3. Transplantasi.
Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia aplastik
memerlukan transplantasi sumsum tulang.
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
A. Pengkajian.
1. Identitas :
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang biasa dihubungi,
status, alamat, no.telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Terdiri dari data Subyektif: Sesak nafas ( saat aktivitas, paroxysmal nocturnal
dyspnea, orthopnea, atau saat istirahat), bengkak pada kedua kaki dan tangan,
lelah, pusing, nyeri dada, nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen,
urine menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang.
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-
gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,
batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
mengganggu pasien.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah
pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya
diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keturunan lain seperti DM, Hipertensi.
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
c. Head to toe examination :
1) Kepala : bentuk , kesimetrisan
2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
3) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
5) Muka: ekspresi, pucat,gelisah.
6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,
peningkatan tekanan vena jugularis.
7) Dada: gerakan dada, deformitas
8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan.
9) Ekstremitas: reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingkan arteri radialis kiri dan kanan.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perubahan ikatan O2 dengan
Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Defisit perawatan diri b.d ketidakmampuan dalam memenuhi ADL.
C. Intervensi Keperawatan.
Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
Efektif b/d Penurunan
Konsentrasi Hemoglobin Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D.0009) keperawatan selama ...x... 1. Periksa sirkulasi perifer.
jam diharapkan curah 2. Identifikasi faktor risiko
jantung meningkat dengan gangguan sirkulasi.
kriteria hasil: 3. Monitor panas,
1. Warna kulit pucat kemerahan, nyeri atau
menurun. bengkak pada ekstremitas.
2. Denyut nadi perifer
meningkat. Terapeutik
3. Pengisian kapiler 1. Hindari pemasangan infus
membaik. atau pengambilan darah di
4. Akral membaik. area keterbatasan perfusi.
5. Turgor kulit 2. Hindari pengukuran
membaik. tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi.
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tomiquet
pada area yang cedera.
4. Lakukan pencegahan
infeksi.
5. Lakukan hidrasi.
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok.
2. Anjurkan berolahraga
rutin.
3. Anjurkan perawatan kulit
yang tepat.
D. Implementasi Keperawatan.
Menurut SIKI & Pokja (2018), implementasi keperawatan merupakan
tindakan atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (rencana keperawatan). Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Implementasi
merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat (Sari, 2016). Implementasi
keperawatan merupakan salah satu bagian dari lima proses keperawatan yang
dilakukan dalam bentuk tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil dari tujuan
yang diperkirakan dalam suatu asuhan keperawatan (Bruno, 2019).
E. Evaluasi.
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
Macam-Macam Evaluasi
a. Evaluasi formatif.
Hasil observasi dan analisa peráwat terhadap respon pasien segera pada saat
setelah dilakukan tindakan keperawatan, Ditulis pada catatan perawatan.
b. Evaluasi sumatif SOAP.
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan.
DAFTAR PUSTAKA