Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA DENGAN ANEMIA

BERDASARKAN KONSEP ATAU ADA KAITANNYA DENGAN BODY IMAGE,


HARGA DIRI RENDAH.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

6B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TA.2021/2022
Kata pengantar
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk penyediaan oksigenasi bagi jaringan tubuh.
Anemia dapat di artikan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan
hematocrit dibawah normal. (Nuniek Nizmah Fajriyah 2016)
World Health Organization(2017), menyebutkan anemia adalah suatu kondisi
jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin,
tempat tinggal, perilaku merokok dan tahap kehamilan. (Apriyanti 2019)
Poltekkes Kemenkes Padang World Health Organization (WHO) dalam
worldwide prevalence of anemia pada tahun 2015 prevalensi anemia di dunia berkisar
40-80%. Di Asia Tenggara, 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat
ringan dan berat. Jumlah penduduk usia remaja 10-19 tahun di Indonesi sebesar 26,2%
yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes, 2018).(Apriyanti
2019)
Ada faktor-faktoryang mempengaruhi anemia salah satunya adalah pengetahuan
tentang anemia. Pengetahuan tentang anemia dan gizi yang rendah akan meningkatkan
kejadian anemia pada remaja putri. Anemia juga mempengaruhi prestasi belajar karena
menurunnya konsentrasi. Pengetahuan gizi yang tinggi diharapkan mengubah perilaku
remaja dalam memilih makanan yang bergizi sesuai dengan pola menu seimbang dan
kebutuhannya. Mereka sejak dini perlu diberikan pendidikan agar dapat merubah
kebiasaan makan yang salah agar tidak mengakibatkan timbulnya masalah gizi (Sartika,
Herwati, and Suryarinilsih 2019)
Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain, seperti asupan makanan yang
rendah zat besi yang terdapat dalam bentuk yang sulit untuk diserap. Dan saat kehilangan
darah tubuh perlu memproduksi sel darah merah lebih banyak dari biasanya, sehingga
kebutuhan zat besi juga ikut meningkat. Saat simpanan zat besi dalam tubuh sudah
mualai habis dan penyerapan zat besi pada makanan sedikit, tubuh akan mulai
memproduksi sel darah merah lebih sedikit dan mengandung hemoglobin yang lebih
sedikit pula. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan anemia gizi besi, yang merupakan
penyebab anemia yang sering terjadi. (Subratha 2020)
Penyebab anemia utama dapat di kategorikan dalam kategori rendah :
kekurangan, atau produksi sel darah merah yang abnormal, pemecahan sel darah merah
yang berlebihan, dan hilangnya sel darah merah secara berlebihan. Penyebab yang
berkaitan dengan kurang gizi, dihubungkan pada asupan makanan, kualitas makanan
sanitasi dan perilaku kesehatan, kondisi lingkungan sekitar, akses kepada pelayanan
kesehatan, dan kemiskinan.(Subratha 2020)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anemia?
2. Apa dampak bagi anak remaja yang memiliki anemia pada kepercayaan dirinya?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja dengan
anemia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja dengan anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anemia
2. Untuk mengetahui dampak bagi anak remaja yang memiliki anemia pada
kepercayaan dirinya
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja dengan
anemia
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja dengan anemia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANEMIA
1. Pengertian
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini,
kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan
oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik
yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. (Wong,2009:1115)

Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta


jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat
gangguan terhadap keseimbangan antara pembentukan darah pada masa embrio
setelah beberapa minggu dari pada masa anak atau dewasa.

2. Klasifikasi
Menurut Wong (2009:1117) anemia dapat diklasifikasikan menurut:
Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunan jumlah eritrosit
atau hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
 Kehilangan darah yang berlebihan. Kehilangan darah yang berlebihan dapat
diakibatkan karena perdarahan (internal atau eksternal) yang bersifat akut
ataupun kronis. Biasanya akan terjadi anemia normostatik (ukuran normal),
normokromik (warna normal) dengan syarat simpanan zat besi untuk sintesis
hemoglobin (Hb) mencukupi.
 Destruksi (hemolisis) eritrosit. Sebagai akibat dari defek intrakorpuskular
didalam sel darah merah (misalnya anemia sel sabit) atau faktor
ekstrakorpuskular 5 (misalnya, agen infeksius, zat kimia, mekanisme imun)
yang menyebabkan destruksi dengan kecepatan yang melebihi kecepatan
produksi eritrosit.
 Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau komponennya. Sebagai
akibat dari kegagalan sumsum tulang (yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti neoplastik, radiasi, zat-zat kimia atau penyakit) atau defisiensi nutrien
esensial (misalnya zat besi).
Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel darah
merah. - Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil dari
ukuran normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran normal)
 Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah
merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang
bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah merah yang bentuk nya
sabit/sel sabit).
 Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi
hemoglobin; misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup atau
normal), hipokromik (jumlah hemoglobin berkurang).

3. Jenis-Jenis Anemia
 Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor yang mengurangi pasokan zat besi, mengganggu
absorbsinya, meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang
memenuhi sintesis Hb atau anemia defisiensi besi terjai karena kandungan
zat besi yang tidak memadai dalam makanan (Wong,2009:1120)
 Anemia Hemolitik Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan
karena terjadinya penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit pendek. Penyebab hemolisis dapat karena 6
kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan enzim, hemoglobinopati)
atau didapat (Ngastiyah, 2012:331)

 Anemia sel sabit Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok
penyakit yang secara kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin
A (HbA) yang normal digantikan sebagian atau seluruhnya dengan
hemoglobbin sabit (HbS) yang abnormal. Gambaran klinis anemia sel
sabit terutama karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah
yang menjadi sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah.
Keadaan sel-sel yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan
terjaring akan menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi
sehingga terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan
disekitarnya mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti
dengan iskemia dan infark jaringan (kematian sel). Sebagian besar
komplikasi yang terlihat pada anemia sel sabit dapat ditelusuri hingga
proses ini dan dampaknya pada berbagai organ tubuh. Manifestasi klinis
anemia sel sabit memiliki intensitas dan frekuensi yang sangat bervariasi,
seperti adanya retardasi pertumbuhan, anemia kronis (Hb 6-9 g/dL),
kerentanan yang mencolok terhadap sepsis, nyeri, hepatomegali dan
splenomegali (Wong, 2009:1121)
 Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum tulang
yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi selsel darah
menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan hiposelularitas sumsum.
Manifestasi gejala tergantung beratnya trombositopenia (gejala
perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri, demam), dan anemia (pucat,
lelah, gagal jantung kongesti, takikardia). (Betz Cecily & Linda Sowden,
2002:9)

Anemia aplastik terbagi menjadi primer (kongenital, atau yang telah ada
saat lahir) atau sekunder (didapat). Kelainan anemia yang paling dikenal
dengan anemia aplastik sebagai gambaran yang mencolok 7 adalah
syndrom fanconi yang merupakan kelainan herediter yang langka dengan
ditandai oleh pansitopenia, hipoplasia sumsum tulang dan pembentukan
bercak-bercak cokelat pada kulit yang disebabkan oleh penimbunan
melanin dengan disertai anomali kongenital multipel pada sistem
muskuloskeletal dan genitourinarius.

4. Patofisiologi dan Pathway


Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalamurin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
 hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
 derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang 8 terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

5. Manifestasi Klinis
Menurut Muscari (2005:284) kemungkinan anemia aplastik merupakan akibat dari
faktor kongenital atau didapat sehingga temuan pengkajian dikaitkan dengan
kegagalan sumsum tulang adalah kekurangan sel darah merah dikarakteristikkan
dengan pucat, letargi takikardi dan ekspresi napas pendek. Pada anak-anak, tanda
anemia hanya terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 5 sampai 6 g/100 mL.
Kekurangan sel darah putih dikarakteristikkan dengan infeksi berulang termasuk
infeksi oportunistik. Berkurangnya trombosit dikarakteristikkan dengan perdarahan
abnormal, petekie dan memar.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muscari (2005:284) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
 Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12 g/dL,
Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
 Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
 Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
 Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun
 Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada
penyakit sel sabit
 Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

B. DAMPAK ANEMIA PADA REMAJA


Anemia adalah kondisi kekurangan sel darah merah dalam tubuh. Sel darah merah berisi
hemoglobin bertugas untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.  Nilai normal
kadar hemoglobin seseorang ditentukan berdasarkan jenis kelamin dan usianya
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Kadar hemoglobin normal pada wanita berkisar
antara 12-15 gr/dl, sedangkan kadar hemoglobin pada pria dewasa berkisar antara 13-17
gr/dl.  Seorang dikatakan anemia jika kadar hemoglobin dibawah normal.
Penyebab anemia remaja antara lain :

1. Kehilangan darah secara kronis


2. Asupan zat besi dan penyerapan yang tidak adekuat
3. Peningkatan kebutuhan asupan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim
berlangsung pada masa pubertas.
Anemia juga dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain seperti lama haid, kebiasaan
sarapan pagi, status gizi, pendidikan ibu, asupan zat besi dan protein tidak sesuai dengan
kebutuhan serta adanya faktor inhibitor penyerapan mineral zat besi yaitu tanin dan
oksalat.
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak di dalam tubuh manusia dan
hewan, yaitu 3 sampai 5 gram di dalam tubuh orang dewasa. Asupan zat besi yang tidak
memadai berarti kurangnya oksigen yang disampaikan ke jaringan-jaringan. Sebagai
akibatnya, orang cepat merasa lelah, lesu dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Berdasarkan AKG 2013 asupan zat besi yang dianjurkan untuk wanita yaitu sebanyak
26mg/hari dan 15 gr/hari untuk pria.
Defisiensi zat besi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti kondisi non gizi
(kelainan genetik, penyakit infeksi serta cacingan), dan gizi karena ada makanan yang
bersifat menghambat penyerapan zat besi seperti makanan yang mengandung senyawa
tanin, fitat, polizat besinol, oksalat dan serat pangan yang banyak terdapat pada teh dan
serealia.
Selain zat besi salah satu zat gizi penting lain dalam pembentukan hemoglobin lainnya
adalah protein. supan protein akan menjadi salah satu faktor anemia jika asupan protein
tidak tercukupi secara terus-menerus maka akan mempengaruhi keadaan status gizi
remaja sehingga dapat mengakibatkan anemia terutama pada remaja putri.
Anemia pada remaja dapat membawa dampak kurang baik bagi remaja, anemia yang
terjadi dapat menyebabkan menurunnya kesehatan reproduksi, perkembangan motorik,
mental, kecerdasan terhambat, menurunnya prestasi belajar, tingkat kebugaran menurun,
dan tidak tercapainya tinggi badan maksimal.  Peneltian Asian Development Bank (ADB)
menyatakan bahwa anak yang anemia dapat menyenankan kehilangan angka kecerdasan
intelektual anak sekitar 6-7 poin, setiap penambahan 1 gr% kadar hemoglobin dapat
meningkatkan kecerdasan intelektual anak sekitar 6-7 poin.
Untuk mencegah anemia bagi para remaja,  maka diperlukan konsumsi makanan yang
berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, yaitu makanan tinggi akan zat besi,
asam folat, protein vitamin B 12, serta vitamin C yang berfungsi membantu penyerapan
zat besi.
Contoh dari makanan tersebut antara lain :

1. Makanan kaya zat besi, asam folat dan protein, seperti daging, sereal yang telah
diperkaya zat besi, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap dan buah-buahan.
2. Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan berbahan
dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
3. Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi. Vitamin C
berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi.

Hindari konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi bersamaan dengan makanan
yang mengandung zat penghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, coklat.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa
dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data
fokus yang didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien
mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun,
mual dan sering haus. Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak
lemah, berat badan menurun, 10 pasien tidak mau makan/tidak dapat
menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering
dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.

Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji


riwayat kesehatan pasien yang meliputi: 1) keluhan utama/alasan yang
menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan profesional kesehatan. Biasanya
pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah, pusing, adanya pendarahan,
kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur; 2) Kaji apakah didalam
keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau di dalam
keluarga ada yang menderita penyakit hematologis; 3) Anemia juga bisa
disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan, penggunaan
obatobatan maupun pendarahan. Untuk itu penting dilakukan anamnesa mengenai
riwayat penyakit terdahulu.

Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data
subjektif yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara
head to toe sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia
didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak pucat,
bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi perdarahan pada
gusi dan telinga terasa berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada ditemukan
jugular venous pressure akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai
dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per
menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk menegakkan
diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wijaya (2013) dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah
 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan inadekuat intake makanan
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
 Kecemasan orang tua berhubungan dengan proses penyakit anak
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan
informasi
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh sekunder
menurun (penurunan Hb), prosedur invasif.

4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


o
1 Kode:00204 Domain II Kesehatan Domain II Fisiologis
Ketidakefektifan perfusi Fisiologi Kelas E: Jantung Kompleks
jaringan perifer. Paru Kode 0407 Kelas N: Manajemen
Definisi: Perfusi Jaringan: Perifer Perfusi Jaringan
Penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat Definisi: Kecukupan Kode 4180 Manajemen
menggangggu kesehatan. aliran darah melalui Hipovolemi
pembuluh kecil diujung Definisi:
Batasan karakteristik: kaki dan tangan untuk Ekspansi dari volume
 Bruit femoral mempertahankan fungsi cairan intravaskuler pada
 Edema jaringan. pasien yang cairannya
 Indeks ankle- berkurang
brakhial <0,90 1. Setelah dilakukan
 Kelambatan asuhan 1. Timbang berat
penyembuhan luka keperawatan badan diwaktu
perifer selama ….. perfusi yang sama
 Klaudikasi jaringan perifer 2. Monitor status
intermiten adekuat dengan homeodinamik
Penurunan nadi kriteria hasil: meliputi nadi dan
perifer Pengisian kapiler tekanan darah
ekstremitas 3. Monitor adanya
 Perubahan fungsi
2. Muka tidak pucat tanda-tanda
motoric
3. Capilary Refill dehidrasi
 Perubahan
Time 4. Monitor asupan
karakteristik kulit
dan pengeluaran
5. Monitor adanya
hipoteNsi
ortostatis dan
pusing saat
berdiri
6. Monitor adanya
sumber-sumber
kehilangan cairan
(perdarahan,
muntah, diare,
keringat yang
berlebihan, dan
takipnea)
7. Monitor adanya
data laboratorium
terkait dengan
kehilangan darah
(misalnya
hemoglobin,
hematokrit)
Domain II Fisiologis
Kompleks Kelas N:
Manajemen Perfusi
Jaringan Kode 4030
Pemberian Produk -
Produk darah
Definisi: memberikan
darah atau produk darah
dan memonitor respo
pasien
1. Cek kembali
instruksi
dokterDapakan
riwayat tranfusi
pasien
2. Dapatkan atau
verifikasi
kesediaan
(informed
consent) pasien
3. Cek kembali
pasien dengan
benar, tipe darah,
tipe Rh, jumlah
unit, waktu
kadaluarsa dan
catat per protokol
di agensi
4. Monitor area IV
terkait dengan
tanda dan gejala
dari adanya
infiltrasi,
phlebitis dan
infeksi local
5. Monitor adanya
reaksi transfuse
6. Monitor dan atur
jumlah aliran
selama transfusi
7. Beri saline ketika
transfusi selesai
8. Dokumentasikan
waktu transfusi
9. Dokumentasikan
volume infus
2 Kode 00002 Domain II Kesehatan Domain I Fisiologis
Ketidakseimbangan nutrisi: fisiologis Kelas K: dasar Kelas D Dukungan
kurang dari kebutuhan Pencernaan dan nutrisi Nutrisi Kode 1100
tubuh Manajemen Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi Kode 1009 Status Nutrisi: Definisi: menyediakan
tidak cukup untuk asupan nutrisi dan meningkatkan intake
memenuhi kebutuhan Definisi: Asupan gizi nutrisi yang seimbang
metabolic untuk memenuhi 1. Tentukan status
kebutuhan-kebutuhan gizi pasien dan
Batasan karakteristik: metabolic kemampuan
 Berat badan 20% untuk memenuhi
atau lebih dibawah Setelah dilakukan asuhan kebutuhan gizi
rentang berat badan keperawatan selama …… 2. Identifikasi
ideal jam pasien dapat adanya alergi
 Diare meningkatkan status atau intoleransi
 Kelemahan otot nutrisi yang adekuat makanan yang
mengunyah dengan kriteria hasil: dimiliki pasien
 Kelemahan otot 1. Asupan kalori, 3. Ciptakan
untuk menelan protein dan zat lingkungan yang
 Kram abdomen besi adekuat optimal pada saat
2. Porsi makan mengkonsumsi
dihabiskan makanan
3. Berat badan 4. Bantu pasien
dipertahankan/me terkait perawatan
ningkat mulut sebelum
makan
5. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet
untuk kondisi
sakit
6. Monitor
kecenderungan
terjadinya
penurunan atau
peningkatan berat
badan
7. Anjurkan pasien
untuk makan
pada porsi yang
sedikit dan sering
3 Kode 00092 Intoleransi Domain 1 Fungsi Domain 1 Fisiologis
aktivitas kesehatan Kelas A dasar Kelas A
Definisi: Pemeliharaan energi manajemen aktivitas dan
Ketidakcukupan energi Latihan
psikologis atau fisiologis Kode 0005 Toleransi
untuk mempertahankan terhadap aktivitas Kode 0180 Manajemen
atau menyelesaikan Definisi: Respon energi
aktivitas kehidupan sehari- fisiologis terhadap Defenisi:
hari yang harus atau yang pergerakan yang Pengaturan energi yang
ingin dilakukan memerlukan energi dalam digunakan untuk
aktivitas sehari-hari menangani atau
Batasan karakteristik: mencegah kelelahan dan
 Keletihan Setelah dilakukan asuhan mengoptimalkan fungsi
 Dispneu setelah keperawatan selama …. 1. Kaji status
beraktivitas jam pasien dapat toleransi fisiologi pasien
 Ketidaknyamanan dengan aktivitas dengan yang
setelah beraktivitas kriteria hasil: menyebabkan
 Respon frekuensi 1. Saturasi oksigen kelelahan sesuai
jantung abnormal saat beraktivitas denga konteks
terhadap aktivitas normal usia dan
 Respon tekanan 2. Frekuensi nadi perkembangan
darah abnormal saat beraktivitas 2. Anjurkan pasien
terhadap aktivitas normal mengungkapkan
3. Warna kulit tidak perasaan secara
Faktor yang berhubungan pucat verbal mengenai
4. Melakukan keterbatasan yang
 Gaya hidup kurang
aktivitas secara dialami
gerak mandiri 3. Perbaiki defisit
 Imobilitas
status fisiologi
 Ketidakseimbangan sebagai prioritas
antara suplai dan utama
kebutuhan oksigen 4. Tentukan jenis
 Tirah baring dan banyaknya
aktivitas yang
dibutuhkan untuk
menjaga
ketahanan
5. Monitor asupan
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energi
yang adekuat
6. Catat waktu dan
lama
istirahat/tidur
pasien
7. Monitor sumber
dan
ketidaknyamanan
/nyeri yang
dialami pasien
selama aktivitas.

5.
BAB III
Asuhan Keperawatan
1. Pengakjian
a. Identitas Klien
Nama Klien (inisial) : An. A.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 02 Agustus 2007
Alamat : Boking
Tanggal Masuk : 10 Juni 2022 Jam: 02.37 WITA
Diagnosa Medis : Anemia
Nama Orangtua : Tn. Y.S NO. MR : 493300

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan muntah darah sudah tiga kali saat di rumah. Saat ini
masih merasa lemas, pusing dan kurang nafsu makan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien mengalami demam sejak
tanggal 08 Juni 2022, pada keesokan harinya tanggal 09 Juni 2022 pukul
02.00 Wita 57 An. A.S dibawa ke rumah sakit karena saat di rumah An.
A.S muntah darah sudah tiga kali dan melena dua kali. Saat di IGD pasien
sudah tidak mengalami melena lagi hanya mengalami muntah darah satu
kali. Banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui muntahan kira-kira 10
Liter (3 kali muntah).
 Keadaan umum : saat ini pasien mengalami sakit sedang
 Kesadaran : tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos
mentis dengan GCS E4 V5 M6
 Tanda vital : Suhu 36.20C, Nadi 68x/menit (lemah), pernapasan
28x/menit, berat badan : 18kg

d. Status nutrisi
A : Pasien tidak nafsu makan sehingga banyaknya cairan yang dikeluarkan
melalui muntahan sebanyak 10 liter muntah.
B : pasien mengatakan tidak nafsu makan dikarenakan kondisi mengalami
demam serta muntah darah sudah 3 kali.
C:
Keadaan fisik : lesu, pusing
Berat badan : underweight
Otot : lemah, lemas tidak mampu mengalami aktivitas yang lain
Kulit : pucat
Rambut : kusam,kering
Mulut : mukosa tampank kering dan mulut tampak kotor
Lidah : tampak lembab dan kotor
Mata : konjungtiva tampak anemis
Kuku : kuku sendok
D:
Hb : 4.9 g/dl
Eritrosit : 2.23
Hematocrit : 19%
Neutrofi : 73.4%
Trombosit : 71
Kadar fe serum : <50 Ug/dl
Saturasi transferrin : 15%

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
c. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan persepsi.

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Domain II Kesehatan Domain II Fisiologis
perfusi jaringan Fisiologi Kompleks
perifer berhubungan Kelas E: Jantung Paru Kelas N: Manajemen Perfusi
dengan penurunan Kode 0407 Perfusi Jaringan
konsentrasi Jaringan: Perifer Kode 4180 Manajemen
hemoglobin dalam Hipovolemi
darah. Definisi: Kecukupan
aliran darah melalui Definisi: Ekspansi dari
pembuluh kecil diujung volume cairan intravaskuler
kaki dan tangan untuk pada pasien yang cairannya
mempertahankan fungsi berkurang.
jaringan 1. Timbang berat badan
diwaktu
Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor status
keperawatan selama 24 homeodinamik
jam perfusi jaringan meliputi nadi dan
perifer adekuat dengan tekanan darah
kriteria hasil: 3. Monitor adanya
1. Pengisiankapiler tanda-tanda dehidrasi
ekstremitas 4. Monitor asupan dan
2. Muka tidak pucat pengeluaran
3. Capilary Refill 5. Monitor adanya
Time hipotensi ortostatis
dan pusing saat berdiri
6. Monitor adanya
sumber-sumber
kehilangan cairan
(perdarahan, muntah,
diare, keringat yang
berlebihan, dan
takipnea)
7. Monitor adanya data
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya 66
hemoglobin,
hematokrit)
8. Dukung asupan cairan
oral
9. Jaga kepatenan akses
IV
10. Berikan produk darah
yang diresepkan
dokkter
11. Bantu pasien dengan
ambulasi pada kasus
hipotensi postural
12. Instruksikan pada
pasien/keluarga untuk
mencatat intake dan
output dengan tepat
13. Instruksikan pada
pasien/keluarga
tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk
mengatasi
hipovolemia.

Domain II Fisiologis
Kompleks Kelas N :
Manajemen Perfusi Jaringan
Kode 4030 Pemberian
Produk-Produk darah
Definisi: memberikan darah
atau produk darah dan
memonitor respon pasien
4. Cek kembali instruksi
dokter
5. Dapakan riwayat
tranfusi pasien
6. Dapatkan atau
verifikasi kesediaan
67 (informed consent)
pasien
7. Cek kembali pasien
dengan benar, tipe
darah, tipe Rh, jumlah
unit, waktu
kadaluarsa dan catat
per protokol di agensi
8. Monitor area IV
terkait dengan tanda
dan gejala dari adanya
infiltrasi, phlebitis
dan infeksi local
9. Monitor adanya
reaksi transfuse
10. Monitor dan atur
jumlah aliran selama
transfuse
11. Beri saline ketika
transfusi selesai
12. Dokumentasikan
waktu transfuse
13. Dokumentasikan
volume infus
Ketidakseimbang an Domain II Kesehatan Domain I Fisiologis dasar
nutrisi kurang dari fisiologis Kelas D Dukungan Nutrisi
kebutuhan tubuh Kelas K: Pencernaan dan Kode 1100 Manajemen
berhubungan dengan nutrisi Nutrisi
inadekuat intake Kode 1009
nutrisi Status Nutrisi: asupan Definisi: menyediakan dan
nutrisi meningkatkan intake nutrisi
yang seimbang
Definisi: Asupan gizi 1. Tentukan status gizi
untuk memenuhi pasien dan
kebutuhankebutuhan kemampuan untuk
metabolic memenuhi kebutuhan
gizi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x 2. Identifikasi adanya
24 jam pasien dapat alergi atau intoleransi
meningkatkan status makanan yang
nutrisi yang adekuat dimiliki pasien
dengan kriteria hasi: 3. Ciptakan lingkungan
1. Asupan kalori, yang optimal pada
protein dan zat saat mengkonsumsi
besi adekuat makanan
2. Berat badan 4. Bantu pasien terkait
dipertahankan perawatan mulut
atau meningkat sebelum makan
3. Porsi makan 5. Anjurkan pasien
dapat dihabiskan terkait dengan
kebutuhan diet untuk
kondisi sakit
6. Monitor
kecenderungan
terjadinya penurunan
atau peningkatan berat
badan
7. Anjurkan pasien
untuk makan pada
porsi yang sedikit dan
sering
Defisit perawatan Domain 1 Fungsi Domain 1 Fisiologis dasar
diri: mandi Kesehatan Kelas F fasilitasi
berhubungan dengan Kelas D Perawatan diri Perawatan diri
kelemahan fisik. Kode 1801 Bantuan
Kode 0301 perawatan diri:
Perawatan diri: mandi mandi/kebersiha
Defenisi: tindakan Definisi: membantu pasien
seeorang untuk melakukan kebersihan diri
membersihkan badannya 1. Pertimbangkan usia
sendiri secara mandiri pasien saat
atau tanpa alat bantu. mempromosikan
aktivitas perawatan
Setelah dilakukan asuhan diri.
keperawatan selama 30 2. Letakkan handuk,
menit, pasien dapat sabun mandi, shampo,
meningkatkan perawatan lotion dan peralatan
diri selama dalam lainnya disisi tempat
perawatan dengan tidur atau kamar mandi
kriteria hasil: 3. Sediakan lingkungan
1. Mandi dengan yang terapeutik dengan
bersiram memastikan
2. Mencuci badan kehangatan, suasana
bagian atas rileks, privasi dan
3. Mencuci badan pengalaman pribadi
bagian bawah 4. Monitor kebersihan
4. Mengeringkan kuku, sesuai dengan
badan kemampuan merawat
diri pasien
5. Jaga ritual kebersihan
6. Beri bantuan sampai
pasien benar-benar
mampu merawat diri
secara mandiri

4. Implementasi Keperawatan
Hari/ No. Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Diagnos
Jam a
Senin, 10 01 1. Mengukur nadi dan suhu S : pasien
Juni 2022 An. A.S sebelum mengatakan tidak
20.00 memasang produk darah merasa gatal atau
2. Mengganti cairan infuse demam.
pasien dengan NaCl 0,9% O : suhu tubuh An.
3. Mengganti infuse set A.S 36,40C, Nadi
dengan transfuse set 68x/menit (lemah),
4. Melayani pemberian tidak ada kemerahan
produk darah 1 bag di badan, hasil
@200cc (8 tetes per laboratorium tanggal
menit) 23 Juni 2018
5. Mengobservasi pasien didapatkan Hb 6,7
adanya tandatanda alergi g/dL
terhadap pemberian darah A : masalah
6. Mengukur nadi dan suhu ketidakefektifan
pasien saat pemasangan perfusi jaringan
darah. perifer belum
teratasi.
P : intervensi
dilanjutkan
Selasa, 11 02 1. Menentukan status nutrisi S : pasien
Juni 2022 pasien yaitu gizi kurang. mengatakan tidak
09.00 2. Mengidentifikasi adanya ada nafsu makan.
alergi dan toleransi O : hanya dapat
terhadap makanan yang menghabiskan
diberikan setengah dari porsi
3. Mengatur lingkungan makan yang
yang aptimaal dalam disediakan (nasi dan
perawatan An. A.S lauk), berat badan
4. Menimbang berat badan pasien 18 kg, tinggi
pasien setiap hari pada badan pasien 124
waktu yang sama cm.
A : masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 11 03 1. Mempersiapkan peralatan S : pasien
Juni 2022 mandi pasien mengatakan merasa
09.00 2. Mengatur lingkungan bersih dan segar
yang terapeutik bagi setelah selesai mandi
pasien O : pasien tampak
3. Menjaga privasi pasien bersih, kulit tidak
4. Membantu memandikan lengket, kuku
pasien tampak pendek dan
5. Memotong kuku pasien 72 bersih. A :
masalah defisit
perawatan diri
teratasi P : intervensi
dihentikan
Selasa, 11 02 1. Menentukan status nutrisi S : pasien
Juni 2022 pasien yaitu gizi kurang. mengatakan tidak
11.00 2. Mengidentifikasi adanya ada nafsu makan.
alergi dan toleransi O : hanya dapat
terhadap makanan yang menghabiskan
diberikan setengah dari porsi
3. Mengatur lingkungan makan yang
yang aptimaal dalam disediakan (nasi dan
perawatan An. A.S lauk), berat badan
4. Menimbang berat badan pasien 18 kg, tinggi
pasien setiap hari pada badan pasien 124
waktu yang sama cm. A : masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 11 01 1. Memonitor data S : pasien
Juni 2022 laboratorium pasien mengatakan merasa
12.00 terkait dengan nyeri di lokasi
hemoglobin, eritrosit, pungsi di SIAS dan
hematokrit dan trombosit tibialis.
2. Mengukur suhu dan nadi O : pasien tampak
pasien menangis kesakitan,
3. Mengantar pasien skala nyeri 10
pemeriksaan Bone (menggunakan skala
Marrow Puncture (BMP) wajah), CRT >2
detik, suhu 35,90C,
nadi 72x/menit,
belum ada hasil
laboratorium terbaru.
A : masalah
ketidakefektifan
perfusi jaringan
belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan
I : Ajarkan pasien
teknik relaksasi
napas dalam,
observasi lokasi
pungsi (SIAS dan
tibialis)
E : pasien tidak lagi
menagis, skala nyeri
8 (skala wajah),
pasien tidak mau
berbicara.
Rabu, 12 1. keadaan umum pasien S : pasien
Juni 2022 2. Menimbang berat badan mengatakan tidak
07.30 pasien merasa lemas saat
3. Mengukur nadi pasien ini.
4. mengobservasi asupan dan O : konjungtiva
haluaran pasien anemis, bibir pucat,
5. memonitor data CRT <2 detik,
laboratorium pasien hemoglobin 12
g/dL(11/06/22), nadi
68x/menit (lemah).
Suhu 36,60C
A : masalah
ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer teratasi
P : intervensi di
hentikan
Rabu, 12 02 1. Menentukan status nutrisi S : pasien
Juni 2022 pasien yaitu gizi kurang. mengatakan sudah
08.00 2. Mengatur lingkungan tidak merasa lemas
yang optimaal dalam lagi
perawatan An. A.S. O : pasien dapat
3. Menimbang berat badan menghabiskan porsi
pasien 18 kg. makan yang
4. Mengobservasi keadaan diberikan dalam
umum pasien. waktu yang lama,
5. Mengukur nadi pasien hasil laboratorium
6. mengobservasi asupan dan pasien tanggal 26
haluaran pasien. Juni 2018 adalah
7. Memonitor data 12.1 g/dL
laboratorium pasien A : masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian An. A.S masuk rumah sakit pada tanggal 02 Agustus 2007
dengan alasan muntah darah sudah tiga kali dan melena sudah dua kali saat di rumah
pada tanggal 10 Juni 2022 . Saat ini An. A.S mengeluh badan terasa lemas (CRT >2
detik, konjungtiva anemis dan bibir pucat). Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
data kulit pasien tampak kotor dan lengket, rambut kotor, kuku jari tangan juga panjang
dan kotor. Saat ini pasien juga tidak ada nafsu makan sehingga porsi makan yang
disediakan tidak dapat dihabiskan oleh An. A.S (6 sendok makan sehingga dari hasil
pengkajian didapatkan diagnosa utama yang dapat mengancam kehidupan yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Diagnosa yang dapat mengancam kesehatan
yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan defisit perawatan diri:
mandi dan diagnosa yang dapat mengganggu tumbuh kembang yaitu kecemasan orang
tua oleh karena proses penyakit yang dialami anaknya, maka dibuat suatu perencanaan
keperawatan agar dapat mengatasi masalah yang dihadapi An. A.S seperti memberikan
produk darah sesuai instruksi dokter dan juga mengobservasi sumber kehilangan cairan
pada pasien, sementara pada diagnosa yang kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh adalah menimbang berat badan pasien setiap hari pada
waktu yang sama dan juga menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung zat besi. Pada diagnosa yang ketiga yaitu defisit perawatan diri mandi maka
perlu adanya bantuan bagi pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Diagnosa
keempat adalah kecemasan orang tua. Untuk mengatasi masalah kecemasan pada orang
tua maka perlu adanya dasar membina hubungan saling percaya baik dengan pasien
maupun keluarga. Implementasi dibuat sudah berdasarkan intervensi yang telah
ditetapkan sehingga evaluasi pada An. A.S dapat teratasi.

4.2 Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.A.S di rumah sakit dan
kesimpulan yang telah disusun seperti diatas, maka mahasiswa memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan proses
keperawatan anak serta perlu adanya partisipasi keluarga karena keluarga merupakan
orang terdekat pasien yang tahu perkembangan dan kesehatan pasien.
2. Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada
pada teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta
menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan setiap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan dan evaluasi perlu di dokumentasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 [dokumen di internet. Diakses pada tanggal 29


Juni 2018]; Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-
Kesehatan-Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007

Betz Cecily & Linda Sowden.2002.Keperawatan Pediatri Edisi 3.Jakarta:EGC

Betz Cecily & Sowden Linda.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi

5.Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.

Jakarta:EGC

http://scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia (diakses pada tanggal 13 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai