TINJAUAN PUSTAKA
pangangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu
dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam
diagnosa anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus
volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari pada masa
2. Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel darah
merah.
a. Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil dari
b. Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah
merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang
bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah merah yang bentuk nya
sabit/sel sabit).
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak memadai dalam
makanan (Wong,2009)
2. Anemia Hemolitik
(Ngastiyah, 2012).
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama karena obstruksi yang
disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi sel sabit dan peningkatan
destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel yang berbentuk sabit yang kaku
Sebagian besar komplikasi yang terlihat pada anemia sel sabit dapat
ditelusuri hingga proses ini dan dampaknya pada berbagai organ tubuh.
Manifestasi klinis anemia sel sabit memiliki intensitas dan frekuensi yang
lelah, gagal jantung kongesti, takikardia). (Betz Cecily & Linda Sowden,
2002)
ada saat lahir) atau sekunder (didapat). Kelainan anemia yang paling
sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua
nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi),
hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
Sebagai efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit
plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas
Intoleransi
aktivitas
Takikardi, TD menurun,
pengisian kapiler lambat,
ekstremitas dingi, palpitasi
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkuang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentasi
g. Cepat lelah
defisiensi besi
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut semakin buncit pada
anemia hemolitik
3. Pemeriksaan fisik
dkk, 2015)
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah anemia :
1. Terapkan pola makan gizi seimbang setiap hari. Mulaisekarang terapkan pola
mengandung zat besi yang sama. Ada zat besi heme, yang berasal dari protein
hewani yang berdaging dan ada zat besi no heme, yang berasal dari protein
3. Mengonsumsi bahan makanan mengandung asam folat (B9) dan vitamin B12.
Anemia juga bisa ditimbulkan oleh kekurangan asam folat dan kobalamin.
bersumber kedua vitamin ini sperti daging, aam, ikan, pisang, jeruk, wortel,
dll.
4. Menghindari konsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi.
Hindari konsumsi teh, kopi, coklat, dan susu secara bersamaan atau
oksigen
a. Identitas klien dan keluarga Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan
b. Keluhan utama Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu
panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partum
e. Keadaan kesehatan saat ini Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala
g. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai lemah,
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sklera,
cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas
tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias
dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum dan
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang
konsentrasihemoglobin
sekunder
Rencana keperawatan menurut (Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, 2016) & (Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J., &
Wagner, 2016
1 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi jaringan: perifer (407:447) Perawatan sirkulasi: (4066:391)
berhubungan dengan
penurunan konsentrasi
1. Pengisian kapiler jari 1. Lakukan penilaian yang komprehensif pada sirkulasi
hemoglobin
2. Suhu kulit ujung kaki perifer (CRT)
3. Kekuatan denyut nadi 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan dan jaringan
DO:
4. Nilai rata – rata tekanan darah yang tidak utuh
5. Muka pucat 3. Mengintruksikan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali
1. Pengisian kapiler > 3 detik
4.Intruksikan klien mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
2. Nadi perifer menurun
Status sirkulasi (401:561) sirkulasi darah
atau tidak teraba
3. Akral teraba dingin 1. Tekanan darah sistol dan diastol 5. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan virkositas darah
4. Warna kulit pucat
2. KelelahanPingsan
5. Turgor kulit menurun
Manajemen Cairan (4120:157)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
Jitowiyono, Sugeng. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Taufiqa, Zuhrah, dkk. 2020. Aku Sehat Tanpa Anemia : Buku Saku Anemia Untuk Remaja Putri.
Setiadi.(2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori