Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA
Laporan Pendahuluan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik
Medikal Bedah I

Disusun Oleh:
Nilam Dyah Pramuditha Septiani (P27901120027)

Dosen Pembimbing:
Ns. Widya Sepalanita, Sp.KepMB

POLITKENIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


TAHUN AJARAN 2021/2022
Lampiran I

A. KONSEP Anemia

I. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB darah atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila (HB kurang dari 14 g/did
dan Ht kurang dari 41) pada pria HB kurang dari 12 g/did dan Ht kurang dari 37%
pada wanita. (Arif Manjoer 2001).
Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan berkurangnya RBC yaitu
menurunnya pengikat HB, menurunnya volume sel packed (Hematrocit) dan
menurunnya jumlah sel darah merah akibat dari kehilangan sel darah merah
melemahnya produksi RBC, meningkatnya kerusakan RBC, atau kurang gizi (Long
1996).
Anemia adalah gejala kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darahmerah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Marlyn E. Doenges. 1999)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin danvolumepacked red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkanmerupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahanpatotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis
yang seksama, pemeriksaanfisik dan informasi laboratorium.
Berikut macam-macam anemia berdasarkan penyebabnya secara umum:

1. Anemia akibat kekurangan zat besi


Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb).
Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena
tubuh tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.

2. Anemia pada masa kehamilan


Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal. Meskipun
demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih
banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila
asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu
hamil maupun janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam
waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi, wasir,
peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Selain itu, anemia karena perdarahan juga bisa
merupakan gejala cacingan akibat infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari
dinding usus.

4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak
mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu
oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat
antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.

5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir
akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping
obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.

6. Anemia akibat penyakit kronis


Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah, terutama
bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn,
penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.

7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)


Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin.
Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan
sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang tua yang
sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.

8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.
Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi
yang sama.
II. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua
kerusakantersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang
tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa
penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan,
penyakit kronisdan kekurangan zat besi.

III. Manifestasi klinis


Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistemdalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yangdimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangankognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguanfungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkenaanemia. Gejala lain adalah
munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Price,
2000:256-264).

IV. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap
oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau
ke tempat penyimpanan di jaringan. 3 Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang
melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan
hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau
eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel
darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun
sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).
V. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskularrerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik denganeritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita
dan 4,1 -6 juta per mikroliterpada pria
3. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsumtulangterhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakansel darah merah : atau penyakit malignasi.
7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : padatipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) :
6000–10.000permokro liter
10. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
- Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter
darah. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,
hemolitik).
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
12. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
13. TBC serum : meningkat (DB)
14. Feritin serum : meningkat (DB) 15. Masa perdarahan : memanjang (aplastik) 16.
LDH serum : menurun (DB)
15. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
16. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahanGI
17. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asamhidroklorik bebas (AP).
18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubahdalamjumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatanmegaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
VI. Pathways
Faktor-faktor penyebab: penyakit kronis, faktor keturunan kurang nutrisi, kehilangan
darah

Kadar HB, eritrosit, Ht menurut

Anemia

Kerusakan Gangguan Hipoksia


transport metabolisme protein Jaringan
O2 atau lemak

Resistensi tubuh
Metabolisme Pemecahan lemak menurun
menurun meningkat
Resiko tinggi
ATP yang dihasilkan Sensasi selera makan infeksi
menurun menurun (anoreksia)

Resiko tinggi nutrisi


Energi menurun kurang dari kebutuhan

Kelemahan, kelelahan

Intoleransi aktifitas Resiko cidera

VII. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akanmudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebihkuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutandapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badanrendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemiaberat, gagal jantung
kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidakdapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendekdan
cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnyapengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006).

VIII. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian Keperawatan
1. Data subjektif
a. Biodata  
b. Alasan datang
c. Keluhan utama
d. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
2. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik umum  
b. Pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang

II. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan seluler


yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan SDM normal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan

III. Intervensi keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Perubahan perkusi Setelah a. Tanda vital stabil a. Awasi tanda-tanda
jaringan perifer dilakukan b. Membran mukosa vital, kaji pengisian
berhubungan intervensi urine merah muda kapiler, warna kulit
dengan penurunan selama ..x.. c. Pengisian kapiler b. Tinggikan kepala
seluler yang jam membaik tempat tidur sesuai
diperlukan untuk diharapkan d. Saluran urine baik toleransi
pengiriman perfusi c. Awasi upaya
oksigen/nutrisi ke jaringan pernapasan dengan
sel perifer auskultasi bunyi
adekuat napas dan selidiki
keluhan nyeri dada,
palpasi
d. Kaji untuk respon
melambat, mudah
terangsang, agitasi,
bingung gangguan
memori
e. Catat keluhan rasa
dingin , pertahankan
suhu lingkungan dan
tubuh hangat sesuai
indikasi

3. Kolaborasi
a. Awasi pemeriksaan
laboratorium, misal
Hb/Ht
b. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi
2 Gangguan nutrisi Setelah b. Tidak mengalami a. Kaji riwayat nutrisi
kurang dari dilakukan tanda malnutrisi termasuk makanan
kebutuhan tubuh intervensi c. Menunjukkan yang disukai
berhubungan selama ..x.. perilaku perubahan b. Timbang berat
dengan kegagalan jam pola hidup untuk badan 3 hari sekali
untuk diharapkan meningkatkan dan c. Berikan makanan
mencerna/absorbsi gangguan atau seikit frekuensi
nutrien yang nutrisi dapat mempertahankan sering/makan di
diperlukan untuk berkurang/hi berat badan yang antara waktu makan
pembentukan SDM lang ideal d. Observasi dan catat
normal d. Bb meningkat kejadian
mual/muntah dan
gejala lain yang
beruhubungan
berikan dan bantu
hygine mulut
sesudah dan
sebelum makan
e. Berikan pencuci
mulut yang
diencerkan bila
mukosa-mukosa
mulut luka
3 Intoleransi aktivitas Setelah a. Melaporkan a. Kaji kemampuan
berhubungan dilakukan peningkatan pasien untuk
dengan intervensi toleransi aktifitas melakukan
ketidakseimbangan selama ..x.. b. Menunjukkan tugas/adalah normal
antara suplai jam penuruan tanda b. Catat laporan
oksigen dan diharapkan fisiologis kelelahan/gangguan
kebutuhan gangguan intoleransi: misal keseimbangan gaya
intoleransi TTV dalam baas berjalan kelemahan
dapat normal otot
berkurang/hi c. Awasi TTV selama
lang dan sesuai aktifitas
d. Ubah porsi pasien
dan pertahankan
unutk pemantauan
pasien
e. Berikan lingkungan
tenang , pertahankan
tirah baring bila
diindikasikan, batasi
pengunjung
4 Gangguan Setelah a. Dapat a. Kaji integral kulit,
integritas kulit dilakukan mempertahankan catat perubahan
berhubungan intervensi integritas kulit turgor gangguan
dengan mobilitas selama ..x.. b. Mengidentifikasika warna kulit, hangat,
perubahan sirkulasi jam n faktor lokal eritma,
dan neorologis, diharapkan resiko/pwerilaku ekskorlasi, dan
devisit nutrisi gangguan untuk mencegah imobilisasi jaringan
integritas udara bebas dapat menjadi rapuh
kulit teratasi dan cenderung
infeksi
b. Ubah posisi secara
periodik dan pijat
permukaan tulang
bila pasien tidak
bergerak atau
ditempat tidur
c. Anjurkan permukaan
kulit kering dan
batasi penggunaan
sabun
d. Bantu untuk latihan
gerak pasif/aktif

IV. Implentasi
Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien
berdasarkan intervensi-intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan
sesuai dengan intervensi yang dibuat
V. Evaluasi:
 S (Subjective): data berdasarkan keluhan yang disampaikan klien setelah
dilakukan tindakan
 O (Objective): data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi langsung
kepada klien setelah dilakukan tindakan
 A (Analysis): masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status klien
dalam data subjektif dan objektif
 P (Planning): perencanaan keperawatan yang akan di anjurkan, dihentikan atau
dimodifikasi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33902210/LP_ANEMIA_RATNASARI

http://registrasi.rscahyakawaluyan.com/bankdata/pdf/226959604-Standar-Asuhan-Keperawatan.pdf

https://www.alodokter.com/anemia

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4881/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

Anda mungkin juga menyukai