Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN “ANEMIA”

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
AMELINA

AKADEMI KEPERAWATAN KAMANRE KOTA


PALOPO
A.Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan
volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
B.Anatomi fisiologi
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khususus terdiri atas elemenpembentuk yaitu sel sel
darah,trombosit,plasma darah. Volume darah pada manusia dewasa sehat lebih liter dan bila dibandingkan
darah meliputi 8% BB. Darah terdiri dari tiga sel utama yaitu sel darah merah,sel darah putih,dan platelet.
Setiap jeniS sel darah menjalani beberapa tahap kematangan dan diferensiasi yang kompleks ketika
berkembang dari sel induk menjadi sel matur (matang). Pada orang dewasa,pembentukan sel teruma berada
di dalam sumsum tulang belkang.
Sel drah merah merupakan sel yang berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi transpor oksigen. Sel darah
putih adalah sel yang mengandung inti,melindungi tubuhdari invasi bakteri dan melawan terhadap benda atau
jaringan asing,sedangkan platelet berberan pelepasan sel sel kogulasi
C. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

 Perdarahan hebat
 Akut (mendadak)
 Kecelakaan
 Pembedahan
 Persalinan
 Pecah pembuluh darah
 Penyakit Kronik (menahun)
 Perdarahan hidung
 Wasir (hemoroid)
 Ulkus peptikum
 Kanker atau polip di saluran pencernaan
 Tumor ginjal atau kandung kemih
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
 Berkurangnya pembentukan sel darah merah
 Kekurangan zat besi
 Kekurangan vitamin B12
 Kekurangan asam folat
 Kekurangan vitamin C
 Penyakit kronik
 Meningkatnya penghancuran sel darah merah
 Pembesaran limpa
 Kerusakan mekanik pada sel darah merah
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
 Sferositosis herediter
 Elliptositosis herediter
 Kekurangan G6PD
 Penyakit sel sabit
 Penyakit hemoglobin C
 Penyakit hemoglobin S-C
 Penyakit hemoglobin E
 Thalasemia (Burton, 1990).

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah
dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka
otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

E. Tanda dan gejala

1.Keadaan umum:
Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap
dingin , BB turun.
2. Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
3. Mata:
Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
4. Telinga:
Vertigo , tinnitus
5. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis
6. Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
7. Kardiovaskuler:
Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
8. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

9. Muskuloskletal;
Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
10. System persyarafan:
Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan
koping.
F. Komplikasi

1. Infeksi
2. Gagal pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. fungsi ginjal
5. Gangguan fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika
lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).

G. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :


1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.


Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH
(hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah :
atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).


Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB)

Feritin serum : meningkat (DB)

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB)

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis
(DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan
bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).

H. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.

I. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi


darah.
Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)


8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)


dan kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi


; tidak mengenal sumber informasi.

K. Intervensi/Implementasi keperawatan

1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL

Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh mencegah kontaminasi silang/kolonisasi


pemberi perawatan dan pasien. bacterial. Catatan : pasien dengan
anemia berat/aplastik dapat berisiko
Pertahankan teknik aseptic ketat pada akibat flora normal kulit.
prosedur/perawatan luka.
menurunkan risiko kolonisasi/infeksi
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral bakteri
dengan cermat.
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang dan infeksi.
sering, latihan batuk dan napas dalam.
meningkatkan ventilasi semua segmen paru
Tingkatkan masukkan cairan adekuat dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi
bila memungkinkan membantu dalam pengenceran secret
pernapasan untuk mempermudah
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil pengeluaran dan mencegah stasis cairan
dan takikardia dengan atau tanpa demam. tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Amati eritema/cairan luka membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi.
Perlindungan isolasi dibutuhkan pada
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas anemia aplastik, bila respons imun
sesuai indikasi (kolaborasi) sangat terganggu.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic adanya proses inflamasi/infeksi
sistemik (kolaborasi). membutuhkan evaluasi/pengobatan.

indikator infeksi lokal. Catatan :


pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.

membedakan adanya infeksi,


mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.

mungkin digunakan secara propilaktik


untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi


Kriteria hasil :

menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.

tidak mengalami tanda mal nutrisi.

Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan mengidentifikasi defisiensi, mengawasi


yang disukai. masukkan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
Observasi dan catat masukkan makanan memudahkan intervensi
pasien.
mengawasi penurunan berat badan atau
Timbang berat badan setiap hari efektivitas intervensi nutrisi.

Berikan makan sedikit dengan frekuensi menurunkan kelemahan, meningkatkan


sering dan atau makan diantara waktu pemasukkan dan mencegah distensi
makan. gaster.

Observasi dan catat kejadian gejala GI dapat menunjukkan efek


mual/muntah, flatus dan dan gejala anemia (hipoksia) pada organ.
lain yang berhubungan
meningkatkan nafsu makan dan
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang pemasukkan oral. Menurunkan
baik ; sebelum dan sesudah makan, pertumbuhan bakteri, meminimalkan
gunakan sikat gigi halus untuk kemungkinan infeksi. Teknik
penyikatan yang lembut. Berikan perawatan mulut khusus mungkin
pencuci mulut yang di encerkan bila diperlukan bila jaringan
mukosa oral luka. rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana
diet. membantu dalam rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan
laboraturium. meningkatakan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi nutrisi yang dibutuhkan.

kebutuhan penggantian tergantung pada


tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan
defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :

melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah
masih dalam rentang normal.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan ADL pasien. mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Kaji kehilangan atau gangguan menunjukkan perubahan neurology karena


keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
otot. keamanan pasien/risiko cedera.

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan manifestasi kardiopulmonal dari upaya


sesudah aktivitas. jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising, meningkatkan istirahat untuk menurunkan
pertahankan tirah baring bila di kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
indikasikan. regangan jantung dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, meningkatkan aktivitas secara bertahap


anjurkan pasien istirahat bila terjadi sampai normal dan memperbaiki tonus
kelelahan dan kelemahan, anjurkan otot/stamina tanpa kelemahan.
pasien melakukan aktivitas semampunya Meingkatkan harga diri dan rasa
(tanpa memaksakan diri). terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI RASIONAL

Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, memberikan informasi tentang


warna kulit/membrane mukosa, dasar derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
kuku. membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi. meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi kebutuhan seluler. Catatan :
napas perhatikan bunyi adventisius. kontraindikasi bila ada hipotensi.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. dispnea, gemericik menununjukkan


gangguan jajntung karena regangan
Hindari penggunaan botol penghangat atau jantung lama/peningkatan kompensasi
botol air panas. Ukur suhu air mandi curah jantung.
dengan thermometer.
iskemia seluler mempengaruhi jaringan
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan miokardial/ potensial risiko infark.
laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai termoreseptor jaringan dermal dangkal
indikasi. karena gangguan oksigen.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan


pengobatan /respons terhadap terapi.

memaksimalkan transport oksigen ke


jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
turgor, gangguan warna, hangat local, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
eritema, ekskoriasi. menjadi rapuh dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang apabila pasien tidak meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,
bergerak atau ditempat tidur. membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih.
Batasi penggunaan sabun. area lembab, terkontaminasi, memberikan
media yang sangat baik untuk
Bantu untuk latihan rentang gerak. pertumbuhan organisme patogenik.
Sabun dapat mengeringkan kulit secara
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit berlebihan.
domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah
sesuai indikasi. (kolaborasi) stasis.

menghindari kerusakan kulit dengan


mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor
pemberat.

INTERVENSI RASIONAL

Observasi warna feses, konsistensi, membantu mengidentifikasi penyebab


frekuensi dan jumlah. /factor pemberat dan intervensi yang tepat.

Auskultasi bunyi usus. bunyi usus secara umum meningkat pada


diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi intake dan output (makanan dan
cairan). dapat mengidentifikasi dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat dalam
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari mengidentifikasi defisiensi diet.
dalam toleransi jantung.
membantu dalam memperbaiki konsistensi
feses bila konstipasi. Akan membantu
Hindari makanan yang membentuk gas. memperthankan status hidrasi pada diare.

Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, menurunkan distress gastric dan distensi
catat perubahan kondisi kulit atau mulai abdomen.
kerusakan. Lakukan perawatan perianal
setiap defekasi bila terjadi diare. mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.

Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang serat menahan enzim pencernaan dan
dengan tinggi serat dan bulk. mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
laksatif pembentuk bulk atau enema sebagai perangsang untuk defekasi.
sesuai indikasi. Pantau keefektifan.
(kolaborasi). mempermudah defekasi bila konstipasi
terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya
Defenoxilat Hidroklorida dengan Rasional : menurunkan motilitas usus bila
atropine (Lomotil) dan obat diare terjadi.
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi).

7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;


tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil :

pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.

mengidentifikasi factor penyebab.

Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL

Berikan informasi tentang anemia spesifik. memberikan dasar pengetahuan sehingga


Diskusikan kenyataan bahwa terapi pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
tergantung pada tipe dan beratnya Menurunkan ansietas dan dapat
anemia. meningkatkan kerjasama dalam program
terapi.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic. ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress, selanjutnya
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga meningkatkan beban jantung.
tentang penyakitnya. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Berikan penjelasan pada klien tentang megetahui seberapa jauh pengalaman dan
penyakitnya dan kondisinya sekarang pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Anjurkan klien dan keluarga untuk
memperhatikan diet makanan nya. dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan
Minta klien dan keluarga mengulangi keluarganya akan merasa tenang dan
kembali tentang materi yang telah mengurangi rasa cemas.
diberikan.
Diet dan pola makan yang tepat membantu
proses penyembuhan.

mengetahui seberapa jauh pemahaman klien


dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.

L. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai