Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

I . LANDASAN TEORI ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.

B. ETIOLOGI
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

C . ANATOMI FISIOLOGI
A.Gambaran komponen darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat
penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen
padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan
nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-
sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar
hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat
buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara
konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit,
leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55%
adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak
mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk
menyesuaikan pembuluh darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah
sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system
retikuloendoteal. Terutama di limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam
amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari
hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah
hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1. Neutrofil (65%-75%)
2. Eosinofil (2%-5%)
3. Basofil (0,5%-1%)
4. Limfosit (20%-25%)
5. Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah,tetapi
jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan
jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan
system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah
melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-
9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia. Sedangkan bila tubuh
tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.

c. Trombosit atau keping-keping darah


Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang
besar yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru
dan limfa. Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1. Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2. Daya adesi (saling melekat)
3. Daya agregasi (berkelompok)
4. Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a) Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b) Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan
menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang
kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada
kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga
aliran darah berkuang dan membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9%
terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium,
kalium, kalsium, fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang
dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam
mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan
keseimbangan elektrolit.

D. TANDA DAN GEJALA


 Lemah, letih, lesu dan lelah
 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
E. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
 PATWAI
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer



penurunan transport O2 ke jaringan kadar hb

beban jantung meningkat sel pegantar O2


hipoksia, pucat, lemah

kerja jantung meningkat suplai O2 kejaringan

kelemahan fisik↓
payah jantung Intoleransi aktivitas
intoleransi Aktifitas

Kurang Perawatan Diri


(DPD)

F. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
 Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

 Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik

b) Anemia pada penyakit ginjal


 Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin.

c) Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan.

d) Anemia defisiensi besi


 Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
 Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e) Anemia megaloblastik
 Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu



Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

G. Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
 gagal jantung,
 parestisia dan
 kejang.

H. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
I. Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
 Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
 gangguan absorbsi.
BAB III

LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA.


A.PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :-
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Agama :-
Status perkawinan :-
Pendidikan :-

Pekerjaan :-
Alamat :-

2. STATUS KESEHATAN
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit sekarang
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit :
Saat ini :
b. Pola Istirahat tidur
Sebelum sakit :
Saat ini :
c. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Saat ini :
d. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAK :
Saat ini :
BAK :
e. Pola Koping
Sebelum sakit :
Saat ini :
f. Pola Konsep diri
Sebelum sakit :
Saat ini :
g. Personal Hygiene
Sebelum sakit :
Saat ini :
h. Pola Psikologis
Sebelum sakit :
Saat ini :
i. Pola Peran dan berhubungan
Sebelum sakit :
Saat ini :
j. Pola Kognitif
Sebelum sakit :
Saat ini :
k. Pola Seksual dan Reproduksi
Sebelum sakit :
Saat ini :
l. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit :
Saat ini :
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital
Tensi (TD) :
Nadi :
Pernafasan :
Suhu :
TB :
BB :
Tingkat Kesadaran
- motorik :
- verbal :
- mata :
Pemereiksaan Tubuh
a. Pemeriksaan Kepala dan Rambut
Bentuk kepala :
Rambut :
Wajah :
Kelainan lain :-
b. Pemeriksaan Mata
Kelengkapan :
Kesimetrisan :
Konjungtiva :
Seklera :
Pupil :.
Kelainan lain :-
c. Pemerikaan Hidung
Tulang :
Lubang :
Cuping :
Daging tumbuh :
Kelainan lain :-
d. Pemeriksaan Telinga
Bentuk :
Lubang :
Ketajaman :
Ukuran :
Kelenturan :
Kelainan lain :-
e. Pemeriksaan Mulut
Keadaan bibir :
Gigi :
Gusi :
Lidah :
Kemempuan menelan :: -
f. Pemeriksaan Kulit
Kebersihan :
Kehangatan :
Warna :
Tekstur :
Tugor :
Kelainan lain :-
g. Pemeriksaan Dada
Bentuk dada :
Pernafasan :
Tanda kesulitan bernafas :
Irama :
Kelainan lain :-
h. Pemeriksaan Jantung
Palpitasi :
Ictus cordis :
Pembesaran jantung : :
Bunyi jantung I :
Bunyi jantung II :
Bunyi jantung tambahan :
Suara bising :
Frekuensi denyut jantung :
Kelainan lain :-
i. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Benjolan :
Benjolan :
Banyangan pembuluh darah :
Auskultasi :
Palpasi :
Tanda nyeri tekan :
Benjolan :
Tanda acites :
Hepar :
Lien :
Kelainan lain :-
j. Pemeriksaan Genetalia
k. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran :
Tanda rangsangan otak :
l. Pemeriksaan Status Mental
Kondisi emosi perasaan
Orientasi :
roses berfikir :

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
4. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive
5. PK anemia
6. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
7. Sindrom deficite self care b.d kelemahan
C.INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas :
B.d askep .... jam Klien Kaji kemampuan ps melakukan
ketidakseimbangan dapat menunjukkan aktivitas
suplai & kebutuhan toleransi terhadap Jelaskan pada ps manfaat
O2 aktivitas dgn KH: aktivitas bertahap
Klien mampu Evaluasi dan motivasi keinginan
aktivitas minimal ps u/ meningktkan aktivitas
Kemampuan Tetap sertakan oksigen saat
aktivitas meningkat aktivitas.
secara bertahap
Tidak ada keluhan Monitoring V/S
sesak nafas dan Pantau V/S ps sebelum, selama,
lelah selama dan dan setelah aktivitas selama 3-5
setelah aktivits menit.
minimal
v/s dbn selama Energi manajemen
dan setelah Rencanakan aktivitas saat ps
aktivitas mempunyai energi cukup u/
melakukannya.
Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.

Manajemen nutrisi
Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-
sumber energi

Emosional support
Berikan reinfortcemen positip bila
ps mengalami kemajuan

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh … jam klien Kaji makanan yang disukai oleh
b.d intake nutrisi menunjukan status klien.
inadekuat, faktor nutrisi adekuat Kolaborasi team gizi untuk
psikologis dengan KH: penyediaan nutrisi TKTP
BB stabil, tingkat Anjurkan klien untuk
energi adekuat meningkatkan asupan nutrisi TKTP
masukan nutrisi dan banyak mengandung vitamin C
adekuat Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.

Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Kolaborasi untuk pemberian
terapi sesuai order
Monitor adanya gangguan dalam
input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.

Monitor kadar energi, kelemahan


dan kelelahan.

3 Perfusi jaringan tdk Setelah dilakukan perawatan sirkulasi : arterial


efektive b.d tindakan insuficiency
perubahan ikatan keperawatan selama Lakukan penilaian secara
O2 dengan Hb, … jam perfusi komprehensif fungsi sirkulasi
penurunan jaringan klien periper. (cek nadi priper,oedema,
konsentrasi Hb adekuat dengan kapiler refil, temperatur ekstremitas).
dalam darah. criteria : Evaluasi nadi, oedema
- Membran mukosa Inspeksi kulit dan Palpasi anggota
merah muda badan
- Conjunctiva tidak Kaji nyeri
anemis Atur posisi pasien, ekstremitas
- Akral hangat bawah lebih rendah untuk
- TTV dalam batas memperbaiki sirkulasi.
normal Berikan therapi antikoagulan.
Rubah posisi pasien jika
memungkinkan
Monitor status cairan intake dan
output
Berikan makanan yang adekuat
untuk menjaga viskositas darah

4 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Konrol infeksi :


imunitas tubuh askep …. jam tidak Bersihkan lingkungan setelah
menurun, prosedur terdapat faktor dipakai pasien lain.
invasive risiko infeksi dg Batasi pengunjung bila perlu dan
KH: anjurkan u/ istirahat yang cukup
bebas dari gejala Anjurkan keluarga untuk cuci
infeksi, tangan sebelum dan setelah kontak
angka lekosit dengan klien.
normal (4-11.000) Gunakan sabun anti microba
V/S dbn untuk mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan
dresing infus,DC setiap hari jika ada
Tingkatkan intake nutrisi. Dan
cairan yang adekuat
berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
Monitor hitung granulosit dan
WBC.
Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas.
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong klien untuk meningkatkan
mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.dan
melaporkan kecurigaan infeksi.

5 PK:Anemia Setelah dilakukan Monitor tanda-tanda anemia


askep ..... jam Observasi keadaan umum klien
perawat dapat Anjurkan untuk meningkatkan
meminimalkan asupan nutrisi klien yg bergizi
terjadinya Kolaborasi untuk pemeberian
komplikasi anemia terapi initravena dan tranfusi darah
: Kolaborasi kontrol Hb, HMT,
Hb >/= 10 gr/dl. Retic, status Fe
Konjungtiva tdk
anemis
Kulit tidak pucat
hangat
6 Deficite Knolage setelah diberikan Teaching : Dissease Process
tentang penyakit penjelasan selama Kaji tingkat pengetahuan klien
dan perawatannya …. X pengetahuan dan keluarga tentang proses penyakit
b.d Kurang paparan klien dan keluarga Jelaskan tentang patofisiologi
thdp sumber meningkat dg KH: penyakit, tanda dan gejala serta
informasi, ps mengerti penyebabnya
terbatasnya proses penyakitnya Sediakan informasi tentang
kognitif dan Program prwtn kondisi klien
serta Th/ yg Berikan informasi tentang
diberikan dg: perkembangan klien
Ps mampu: Diskusikan perubahan gaya hidup
Menjelaskan yang mungkin diperlukan untuk
kembali tentang apa mencegah komplikasi di masa yang
yang dijelaskan akan datang dan atau kontrol proses
Pasien / keluarga penyakit
kooperatif Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan

7 Sindrom defisit self Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri


care b/d askep … jam klien Monitor kemampuan pasien
kelemahan, dan keluarga dapat terhadap perawatan diri yang
penyakitnya merawat diri : mandiri
activity daily Monitor kebutuhan akan personal
living (adl) dengan hygiene, berpakaian, toileting dan
kritria : makan, berhias
kebutuhan klien Beri bantuan sampai klien
sehari-hari mempunyai kemapuan untuk
terpenuhi (makan, merawat diri
berpakaian, Bantu klien dalam memenuhi
toileting, berhias, kebutuhannya sehari-hari.
hygiene, oral Anjurkan klien untuk melakukan
higiene) aktivitas sehari-hari sesuai
klien bersih dan kemampuannya
tidak bau. Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
dorong untuk melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
Berikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit
Buku Kedokteran:Jakarta.
http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=anatomi.
Diposkan oleh kristian Aarisandy di 08:30

Anda mungkin juga menyukai