Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA GRAVIS

NAMA : NANDA AGUSTINA

NIM : 20191280

AKADEMI KEPERAWATAN KARYA BAKTI HUSADA


TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA GRAVIS

A. PENGERTIAN
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7
g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256)
B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena
D. KLASIFIKASI
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
1. Anemia Hipropropilatif
a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada
sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah
yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital
maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel
darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah
atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut
“ pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan
lemak.
b. Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh
total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab
utama anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada wanita usia subur,
disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan
kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan
Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat
normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas mengikat
besi serum total meningkat.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam
volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi,
karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada
setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit dan
myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami multinukleasi. Tetapi
beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang
meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia.
Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3
dan hitung trombosit kurang dari 50000/ml3.
2. Anemia Hemolitik
a. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel
darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan
anemia hemolitik ditemukan jumlah retikulosis meningkat, fraksi bilirubin
indirect meningkat,dan haptok globin biasanya rendah.
b. Anemia Hemolitika Turunan
1) Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai
dengan sel darah merah kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa
(spenomegali). Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan secara
dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun
dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit.
Penangananya berupa pengambilan limpa secara bedah.
2) Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul
hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini
merupakan ganggaun genetika resesif auto somal yaitu individu
memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien dengan anemia
sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena mereka nampak
anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit pada usia 1-2
tahun.
E. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
F. PATHWAY

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk  mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jatung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
7. Keletihan b.d anemia
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N DIANGOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan NIC: Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan tindakan keperawatan Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan selama ……… jam sensasi perifer)
darah, suplai oksigen perfusi jaringan klien  Monitor adanya daerah
berkurang adekuat dengan kriteria : tertentu yang hanya peka
 Membran mukosa terhadap panas/ dingin/
merah tajam/ tumpul
 Konjungtiva tidak  Instruksikan keluarga
anemis untuk mengobservasi
 Akral hangat kulit jika ada lesi atau
 Tanda-tanda vital laserasi
dalam rentang normal  Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan
BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC : Nutrition
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Management
kebutuhan tubuh b/d selama ………. status  Kaji adanya alergi
intake yang kurang, nutrisi  klien adekuat makanan
anoreksia dengan kriteria  Kolaborasi dengan
 Adanya peningkatan ahli gizi untuk
berat badan sesuai menentukan jumlah
dengan tujuan kalori dan nutrisi
 Berat badan ideal yang dibutuhkan
sesuai dengan tinggi pasien.
badan  Anjurkan pasien
 Mampumengidentifika untuk meningkatkan
si kebutuhan nutrisi protein dan vitamin
 Tidak ada tanda tanda C
malnutrisi  Monitor jumlah
 Menunjukkan nutrisi dan
peningkatan fungsi kandungan kalori
pengecapan dari
menelan NIC: Nutrition
 Tidak terjadi Monitoring
penurunan berat badan  BB pasien dalam
yang berarti batas normaL
 Pemasukan yang  Monitor adanya
adekuat penurunan berat
 Tanda-tanda malnutrisi badan
 Membran konjungtiva  Monitor turgor kulit
dan mukos tidak pucat  Monitor
  Nilai Lab.: kekeringan, rambut
Protein total: 6-8 gr% kusam, dan mudah
Albumin: 3.5-5,3 gr % patah
Globulin 1,8-3,6 gr %  Monitor mual dan
HB tidak kurang dari 10gr muntah
%  Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :
diri b/d kelemahan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
fisik selama ………. jam  Monitor
kebutuhan mandiri klien kemempuan klien
terpenuhi dengan kriteria untuk perawatan
 Klien terbebas dari diri yang mandiri.
bau badan  Monitor kebutuhan
 Menyatakan klien untuk alat-alat
kenyamanan terhadap bantu untuk
kemampuan untuk kebersihan diri,
melakukan ADLs berpakaian, berhias,
 Dapat melakukan toileting dan makan.
ADLS dengan  Sediakan bantuan
bantuan sampai klien
mampu secara utuh
untuk melakukan
self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
 
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Toleransi aktivitasi
b.d tindakan keperawatan  Menentukan penyebab
ketidakseimbangan selama …….. klien dapat intoleransi
suplai dan kebutuhan beraktivitas dengan aktivitas&menentukan
oksigen kriteria apakah penyebab dari
 Berpartisipasi dalam fisik, psikis/motivasi
aktivitas fisik dgn TD,  Observasi adanya
HR, RR yang sesuai pembatasan klien
 Menyatakan gejala dalam beraktifitas.
memburuknya efek  Kaji kesesuaian
dari OR & menyatakan aktivitas&istirahat
onsetnya segera klien sehari-hari
 Warna kulit normal,  ↑ aktivitas secara
hangat & kering bertahap, biarkan klien
 Memverbalisa-sikan berpartisipasi dapat
pentingnya perubahan posisi,
aktivitasseca-ra berpindah & perawatan
bertahap diri
 Mengekspresikan  Lakukan latihan ROM
pengertian pentingnya jika klien tidak dapat
keseimbangan latihan menoleransi aktivitas
& istirahat  Bantu klien memilih
 Peningkatan toleransi aktifitas yang mampu
aktivitas untuk dilakukan

5 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi Oksigen


gas b.d ventilasi- tindakan keperawatan  Bersihkan mulut,
perfusi selama …….. status hidung dan secret
respirasi : pertukaran gas trakea
membaik  dengan  Pertahankan jalan
kriteria: nafas yang paten
 Mendemonstrasikan  Atur peralatan
peningkatan ventilasi oksigenasi
dan oksigenasi yang  Monitor aliran
adekuat oksigen
 Memelihara  Pertahankan posisi
kebersihan paru paru pasien
dan bebas dari tanda  Observasi adanya
tanda distress tanda tanda
pernafasan hipoventilasi
 Mendemonstrasikan  Monitor adanya
batuk efektif dan kecemasan pasien
suara nafas yang terhadap oksigenasi
bersih, tidak ada Vital sign Monitoring
sianosis dan dyspneu  Monitor TD, nadi,
(mampu suhu, dan RR
mengeluarkan  Catat adanya
sputum, mampu fluktuasi tekanan
bernafas dengan darah
mudah, tidak ada
 Monitor TD, nadi,
pursed lips)
RR, sebelum,
 Tanda tanda vital selama, dan setelah
dalam rentang aktivitas
normal
6 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Airway Management
nafas b.d keletihan tindakan keperawatan
selama …….… status  Buka jalan nafas,
respirasi klien membaik guanakan teknik
dengan kriteria: chin lift atau jaw
 Mendemonstrasikan thrust bila perlu
batuk efektif dan  Posisikan pasien
suara nafas yang untuk
bersih, tidak ada memaksimalkan
sianosis dan ventilasi
dyspneu.  Identifikasi pasien
 Menunjukkan jalan perlunya
nafas yang paten. pemasangan alat
 Tanda Tanda vital jalan nafas buatan
dalam rentang
normal
7 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan Energi manajemen
tindakan keperawatan  Monitor respon
selama …….. .keletihan klien terhadap
klien teratasi dengan aktivitas takikardi,
kriteria : disritmia, dispneu,
 Kemampuan pucat, dan jumlah
aktivitas adekuat respirasi
 Mempertahankan  Monitor dan catat
nutrisi adekuat jumlah tidur klien
 Mempertahankan  Tingkatkan
kemampuan untuk pembatasan bedrest
konsentrasi dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Price, S., 2006. Gangguan Sistem Hematologi. In: Pathophysiology: Clinical

Concepts Of Diseases Process. Jakarta: EGC, pp. 255-65.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Bantul, ...................................2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


(....................................) (....................................)

Anda mungkin juga menyukai