NIM : 20191280
A. PENGERTIAN
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7
g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256)
B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena
D. KLASIFIKASI
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
1. Anemia Hipropropilatif
a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada
sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah
yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital
maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel
darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah
atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut
“ pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan
lemak.
b. Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh
total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab
utama anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada wanita usia subur,
disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan
kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan
Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat
normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas mengikat
besi serum total meningkat.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam
volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi,
karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada
setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit dan
myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami multinukleasi. Tetapi
beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang
meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia.
Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3
dan hitung trombosit kurang dari 50000/ml3.
2. Anemia Hemolitik
a. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel
darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan
anemia hemolitik ditemukan jumlah retikulosis meningkat, fraksi bilirubin
indirect meningkat,dan haptok globin biasanya rendah.
b. Anemia Hemolitika Turunan
1) Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai
dengan sel darah merah kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa
(spenomegali). Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan secara
dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun
dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit.
Penangananya berupa pengambilan limpa secara bedah.
2) Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul
hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini
merupakan ganggaun genetika resesif auto somal yaitu individu
memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien dengan anemia
sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena mereka nampak
anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit pada usia 1-2
tahun.
E. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
F. PATHWAY
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel
darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan
besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy
sumsum
A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jatung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
7. Keletihan b.d anemia
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
Bantul, ...................................2021
Mengetahui,
(....................................) (....................................)