LAPORAN PENDAHULUAN
“ANEMIA”
Disusun Oleh :
IKHFI SALMA NABILA
NIM : P17210211017
2. Etiologi
Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh berbagai
macam penyebab. Berdasarkan penyebabnya anemia dapat dibedakan menjadi
4 yaitu (Black J & Hawks J, 2014):
A. Akibat Penurunan Produksi Eritrosit
1. Anemia Aplastik terjadi akibat kegagalan produksi, supresi atau
destruksi sel induk di dalam sumsum tulang yang menyebabkan
penurunan produksi eritrosit, leukosit dan trombosit (pansitopenia).
Sumsum tulang menunjukkan penurunan yang nyata pada selularitas.
C. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah kondisi dimana hancurnya eritrosit lebih
cepat dibandingkan dengan penbentukannya. Anemia hemolitik
disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit yang diikuti
dengan ketidakmampuan sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit
untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit.
Penghancuran sel eritrosit yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya
hiperplasi sumsum tulang shingga prosuksi sel eritrosit akan meningkat
dari angka normalnya. Hal ini terjadi apabila umur eritrosit kurang dari
120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemia. Namun bila
sumsum tulang tidak mampu mengatasi kedaan tersebut akan
mengakibatkan anemia (Reni & Dwi. 2018).
3. Klasifikasi
Anemia diklasifikasikan menjadi dua golongan, diantaranya yaitu:
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi. Anemia disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya (Black J & Hawks J, 2014):
a. Penurunan produksi sel darah merah
Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang
diperlukan tidak mencukupi. Usia sel darah merah pada umumnya 120 hari
dan jumlah sel darah merah harus dipertahankan. Zat yang dibutuhkan
oleh sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin antara lain yaitu
vitamin (B12, B6, C, E, asam folat tiamin, riboflavin, asam pantotenat),
protein, dan hormon (eritropoetin, androgen dan tiroksin). Prosuksi sel
darah merah dapat terganggu karena pencernaan yang tidak berfungsi
dengan baik (malabsorpsi) atau kelainan lambung sehingga zat gizi
penting tidak dapat diserap (Sudargo & Hidayati. 2018).
b. Peningkatan kecepatan penghancuran darah (hemolisis)
c. Kehilangan darah
Pada wanita dewasa biasanya kehilangan darah dalam jumlah banyak
terjadi karena menstruasi. Menstruasi menyebabkan kehilangan zat besi 1
mg/hari pada perempuan, sedangkan wanita hamil (aterm) sekitar 900mg
zat besi dibutuhkan oleh janin dan plasenta yang diperoleh dari ibu hamil
serta pendarahan waktu partus merupakan penyebab anemia paling sering
pada masa ini (Sudargo & Hidayati. 2018).
4. Patofisiologi
Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia. Kurangnya hemoglobin atau
rendahnya jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan dan meyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha mengompensasi hipoksia
jaringan dengan meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah,
meningkatkan curah jantung dengan meningkatkan volume atau frekuensi
denyut jantung, distribusi ulang darah dari jaringan yang membutuhkan sedikit
oksigen ke daerah yang membutuhkan banyak oksigen, serta menggeser kurva
disosiasi hemoglobin oksigen ke arah kanan untuk mempermudah pelepaan
oksigen ke jaringan pada tekanan parsial oksigen yang sama (Black J & Hawks
J, 2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes labolatorium
Pemeriksaan laboratorium memiliki nilai yang besar pada diagnosasis
anemia, dan terapi sangat berguna dalam menentukan prognosis dan
pengambilan keputusan untuk intervensi spesifik.
Kultur
Kultul dan uji resistensi bila diperlukan
Terapi
Dengan diberikan obat Methylprednisolone
7. Penatalaksanaan
Dalam penangnanan anemia tujuan utamanya untuk menidentifikasi dan
perawatan yang dikarenakan terjadinya destruksi sel darah atau penurunan
produksi sel darah merah. Sedangkan penanganan pada pasien yang
mengalami hipovelemik antara lain:
1) pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
2) resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
3) tranfusi kompenen darah sesuai indikator
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut (Black J & Hawks J, 2014):
1. Terapi Oksigen : diberikan kepada klien dengan anemia berat, karena
darah mengalami penurunan mengikuti oksigen. Oksigen dapat
mencegah hipoksia dan mengurangi beban jantung karena rendahnya
kadar HB
2. Eritripoetin : injeksi eritropoetin dari subkutan diberikan kepada pasien
anemia kronik, karena obat ini akan membantu meningkatkan produksi
sel darah merah. supaya terapi ini efektif, pasien diharuskankan
memiliki sumsul tulang yang normal dan asupan nutrisi yang memadai.
3. Penggantian zat besi : zat besi ni diberikan per oral pada kebuthan yang
segera atau pada saat kebutuhan tubuh diatas normal (biasanya pada
kehamilan). pemberian per oral ini dilakukan karena mudah dan
harganya yang relatif murah. Biasanya obat yang digunakan yaitu fero
sulfat (feosol) atau fero glukanat (fergon), 200-325 mg dosis dengan
melalui oral ¾ kali pemberian/hari setelah makan. konsumsi zat besi
dengan vitamin C akan membantu penyerapan dari zat besi. pasien
biasanya menerima suplementasi zat besi selama 6 bulan agar dapat
disimpan dalam tubuh. efek samping dari hal tersebut biasanya terjadi
mual, muntah, konstipasi atau diare dan feses berwarna hitam.
4. Terapi komponen darah: terapai ini digunakan untuk terapi penyakit
hematologi dan beberapa prosedur bedah yang bergantung pada
produksi darah. produksi darah yang didapatkan dari orang lain disebut
homolog, sedangkan prosuksi darah yang diinfuskan kembali daru
tubuh pasien sendiri disebut autolog.
8. Konsep Asuhan Keperawtan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan menurut (Dermawan, 2012). Pasien dengan penyakit anemia
biasanya keluhan yang paling khas adalah pusing, pucat, kelelahan dan
kelemahan. Pangkajian juga berisi data subjektif dan data objektif dari
pasien.
Data subjektif :
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
Contoh data subjektif anemia :
- Pasien mengatakan badanya lemes
- Pasien mengatakan kepalanya sakit seperti pusing yang berputar
putar
- Dst.
Data Objektif :
Hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien. Data yang
di peroleh dariu perawat.
Contoh data objektif anemia :
- Pasien tampak pucat
- CRT pasien 4 detik
- Akral pasien dingin
- Turgor kulit menurun
- Dst.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa Aktual :
- Perfusi Perifer tidak efektif
- Keletihan
- Defisit Nutrisi
Diagnosa Resiko
- Resiko Infeksi
- Resiko Defisit nutrisi
c. Rencana Keperawatan
d. Rencana Intervensi
Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
Perfusi perifer Observasi : 1. Untuk mengetahui
tidak efektif 1. Periksa sirkulasi sirkulasi perifernya
(D.0009) perifer normal atau tidak
2. Monitor Panas, 2. Untuk mengetahui
kemerahan, nyeri, apakah ada infeksi atau
atau bengkak pada tidak
ekstremitas 3. Untuk menghindari
Terapiutik pecah pembuluh darah
3. Hindari pemasangan 4. Untuk menghindari
infus atau cedera fisik
pengambilan darah di 5. Untuk terhindar dari
area keterbatasan infeksi
perfusi 6. Agar kulit tidak
4. Hindari pemasangan kering
dan penekanan 7. Untuk menjaga
torniquet pada area stamina tubuh, dan
yang cedera melancarkan peredaran
5. Lakukan pencegahan darah
infeksi 8. Agar kulit terawat
6. Lakukan hidrasi 9. Untuk memperbaiki
gizi tubuh
Edukasi : 10. Untuk mencegah
7. Anjurkan Olahraga terjadinya cedera
rutin
8. Ajarkan melakukan
perawatan kulit
9. Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus di
laporkan
Keletihan Observasi : 1. Untuk mengetahui
(D.0057) 1. Identifikasi kesiapan kesiapan pasien
dan kemampuan dalam menerima
menerima informasi materi
2. Untuk memudahkan
Terapeutik pasien megerti
2. Sediakan materi dan 3. Agar pasien lebih
media pengaturan terjadwal aktivitas
aktivitas dan istirahat rutinnya
3. Jadwalkan pemberian 4. Agar pasien lebih
pendidikan kesehatan paham
sesuai kesepakatan 5. Untuk melancarkan
4. Berikan kesempatan pereedaran darah
kepada pasien dan 6. Agar pasien
keluarga untuk melakukan hal hal
bertanya yang aktif
7. Agar kegiatannya
Edukasi : bisa dilakukan
5. Jelaskan pentingnya secara rutin
melakukan aktivitas 8. Untuk mengetahui
fisik kegiatan yang
6. Anjurkan terlibat sesuai dengan
dalam aktivitas kemampuan
kelompok
7. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
8. Ajarkan cara
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas
sesuai kemampuan
Defisit Nutrisi Observasi : 1. Untuk mengetahui
(D.0019) 1. Identifikasi status status nutrisi
nutrisi 2. Untuk mengetahui
2. Identifikasi alergi alergi pasien
dan intoleransi 3. Agar nutrisi
makanan terpenuhi
3. Identifikasi perlunya 4. Untuk mengetahui
penggunaan selang asupan makanan
nasogastric sehari hari
4. Monitor asupan 5. Untuk mengetahui
makanan bb pasien
5. Monitor berat badan 6. Untuk menjaga
kebersihan mulut
Terapeutik: pasien
6. Lakukan oral 7. Agar pasien
hygiene sebelum nyaman
makan, Jika perlu 8. Agar tidak
Sajikan makanan tersedak
secara menarik dan 9. Agar pasien cepat
suhu yang sesuai pulih
7. Hentikan pemberian 10. Untuk mengetahui
makanan melalui gizi pasien
selang nasogastric
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
8. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
9. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Resiko Infeksi Observasi : 1. Untuk mencegah
(D.0142) 1. Monitor tanda gejala terjadinya infeksi
infeksi lokal dan 2. Untuk mencegah
sistemik Remah terjadinya cedera
tambahan dan
Terapeutik infeksi
2. Batasi jumlah 3. Untuk mencegah
pengunjung Berikan infeksi
perawatan kulit pada 4. Untuk Mengetahui
daerah edema tentang infeksi
3. Cuci tangan sebelum 5. Untuk mengetahui
dan sesudah kontak tanda tanda infeksi
dengan pasien dan 6. Untuk
lingkungan pasien memperbaiki imun
Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Ajarkan cara
memeriksa luka
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
membaik
Resiko Defisit Observasi : 1. Untuk mengethaui
Nutrisi (D.0032) 1. Monitor asupan dan nutrisi yang masuk
keluamya makanan ke tubuh
dan cairan serta 2. Untuk
kebutuhan kalori mengetahuiapakah
2. Timbang tubuh ada penurunan
Anda secara rutin aatau kenaikan bb
3. Diskusikan perilaku 3. Untuk
makan dan jumlah mengidentifikasi
aktivitas fisik perilaku makan
(termasuk olahrga) 4. Agar mengetahui
yang sesuai kontak perilaku
4. Lakukan kontak 5. Untuk mengetahui
perilaku (mis target berapa nutrisi yang
berat badan, di keluarkan\
tanggung jawab 6. Agar pasien lebih
perilaku) semangat
5. Didampingi ke 7. Untuk menambah
kamar mandi untuk semangat pasien
pengamatan perilaku 8. Agar pola makan
memuntahkan dan nutrisi terjaga
kembali makanan 9. Agar bisa
6. Berikan penguatan melakukannya
positif terhadap secara rutin
keberhasilan target 10. Agar makannya
dan perubahan teratur dan sehat
perlaku 11. Agar makannya
7. Berikan konsekuensi habis
jika tidak mencapai 12. Untuk mengetahui
target sesuai kontrak gizi yang
8. Rencanakan diperlukan
program pengobatan
untuk perawatan
dirumah (mis medis
konseling)
Edukasi
9. Anjurkan membuat
catatan harian
tentang perasaan dan
situai pemicu
pengeluaran
makanan (mis
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
10. Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
11. Ajarkan
keterampilan koping
untuk penyelesaian
madah perlaku
makan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan
kebutuhan kalon
dan pilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Astutik,Reni Yuli; Ertiana, Dwi. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: Pustaka
Abadi
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st
ed.).